Anda di halaman 1dari 13

Analisis Wacana Kritis SARA MILS Pada Kasus

“ Pelecehan Seksual Pada Perempuan “

Di susun oleh :

Dyah Emalia Sari


(2071510503)
UTS ANALISIS WACANA KRITIS – P1

FAKULTAS KOMUNIKASI DAN DESAIN KREATIF


UNIVERSITAS BUDI LUHUR
JAKARTA
2023
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Kekerasan seksual merupakan suatu Tindakan yang tidak dibenarkan,Tindakan ini banyak sekali
membuat mental para korban bermasalah bukan hanya malu tapi juga rasa sakit yang harus
korban terima dan rasakan seumur hidupnya. Bukan sebuah fenomena tapi ini merupaka sebuah
penyakit mental yang dapat merusak seluruh jiwa para korban pelecehan seksual.
Kekerasan seksual, diantaranya adalah, korban akan menjadi pribadi yang pemurung, labil, serta
menghindar dari lingkungan sosialnya. Menurut World Health Organization (WHO) dalam
menjelaskan bahwa kekerasan seksual pada anak merupakan suatu perbuatan yang dilakukan
oleh perempuan atau laki-laki yang bersifat memaksa kepada orang lain, terutama anak-anak
yang belum memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan seksual, dan merupakan tindakan
yang melanggar hukum sosial di masyarakat. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa,
kemungkinan terbesar korban kekerasan seksual menjadi individu yang mempunyai tingkat
kecemasan yang tinggi, sehingga tak jarang korban yang mengalami depresi karena keadaan
emosional mereka terguncang. (Barbara, Ramon, dan Andres, 2015)

Menurut Mathoma (Ashvini, Li Ping Wong, dan Nasrin, 2018) kekerasan seksual pada anak
adalah permasalahan sosial di Negara Malaysia yang mengalami peningkatan pada tiga dekade
terakhir ini. Kekerasan seksual merupakan salah satu pelanggaran hak asasi manusia. Dampak
negatif yang ditimbulkan oleh kekerasan seksual ini diantaranya adalah, dapat mengganggu
kondisi fisik, mental, emosi, dan kesehatan bagi para korban.
Kekerasan seksual sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki, yaitu 11.4% korban
laki-laki, dan 13.5% korban perempuan. Hal ini menyebabkan korban mengalami gangguan
mental, sikap yang mudah putus asa, dan berakhir dengan bunuh diri, serta pengalaman tersebut
akan terus teringat dalam memori korban dari usia korban yang anakanak sampai korban berusia
dewasa. Selain menyebabkan hal-hal yang telah dipaparkan di atas, korban kekerasan seksual
terutama anak-anak akan mengalami tingkat kecemasan yang meningkat setiap kali korban
bertemu dengan orang lain yang tidak atau belum dikenalnya. Perubahan mood juga menjadi
dampak
Menurut Khani (Mehdi, Mansour, dan Hassan, 2014) kekerasan seksual merupakan isu
psikososial yang rumit. Setiap harinya, terdapat ribuan anak-anak yang mengalami kekerasan,
entah itu kekerasan fisik, psikis, maupun seksual. Berbagai tindakan diantaranya,
penganiayaan,pemerkosaan, ejekan, penderitaan dirasakan oleh anak-anak di penjuru dunia, yang
menyebabkan mereka mengalami ketakutan dan menghindar dari lingkungan sosial mereka.
Akibat dari kekerasan-kekerasan yang telah di paparkan di atas antara lain, anakanak akan
mengalami gangguan perkembangan, mental yang tidak sehat, dan luka fisik.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada beberapa factor yang dapat memicu terjadinya
pelecehan seksual kurangnya pengawasan orangtua terhadap anak-anak mereka yang minim,
dan penyalahgunaan penggunaan teknologi yang canggih saat ini semakin memudahkan orang
untuk mengakses situs-situs porno.
Berdasarkan data catatan tahunan Komnas Perempuan ditemulan 348,446 kasus kekerasan yang
terjadi pada kaum perempuan, walaupun kekerasan seksual berada pada tingkat kedua,namum
faktanya dampak yang ditimbulkan oleh kekerasan tersebut sangat merugikan dan meningglkan
trauma pada korban.

Kekerasan/pelecehan seksual yang terjadi pada seorang perempuan dikarenakan sistem tata nilai
yang mendudukkan perempuan sebagai makhluk yang lemah dan lebih rendah dibandingkan
laki-laki; perempuan masih ditempatkan dalam posisi subordinasi dan marginalisasi yang harus
dikuasai, dieksploitasi dan diperbudak laki-laki dan juga karena perempuan masih dipandang
sebagai second class citizens. Perlindungan hukum yang dapat diberikan terhadap perempuan
yang menjadi korban tindak kekerasan/pelecehan seksual dapat diberikan melalui Undang-
undang No. 23 Tahun 2004 tentang PKDRT dan KUHP yang menyangkut pemerkosaan dalam
Pasal 285 KUHP yang merupakan tindak kekerasan seksual yang sangat mengerikan dan
merupakan tindakan pelanggaran hak-hak asasi yang paling kejam terhadap perempuan, juga
oleh UU No. 13 Tahun 2006 khususnya dalam Pasal 5, Pasal 8, dan Pasal 9 yang merupakan hak
dari seorang perempuan yang menjadi korban.

Pelecehan seksual pada dasarnya Merupakan kenyataan yang ada dalam masyarakat dewasa ini
bahwa tindak kekerasan terhadap perempuan banyak dan seringkali terjadi di mana-mana,
demikian juga dengan kekerasan/pelecehan seksual terlebih perkosaan. Kekerasan terhadap
perempuan adalah merupakan suatu tindakan yang sangat tidak manusiawi, padahal perempuan
berhak untuk menikmati dan memperoleh perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan asasi
di segala bidang.

Di berbagai pelosok Indonesia masih ditemui cara penanganan yang tidak tepat bagi para
penderita gangguan kesehatan mental. Penderita dianggap sebagai makhluk aneh yang dapat
mengancam keselamatan seseorang untuk itu penderita layak diasingkan oleh masyarakat. Hal
ini sangat mengecawakan karena dapat mengurangi kemungkinan untuk seorang penderita pulih.
Untuk itu pemberian informasi, mengedukasi masyarakat sangatlah penting terkait kesehatan
mental agar stigma yang ada di masyarakat dapat dihilangkan dan penderita mendapatkan
penanganan yang tepat.

Dalam artikel berita ” Modus-modus Pelecehan Seksual Santri oleh Pimpinan Ponpes di
Lampung” 10 januari 2023 yang di tulis di media online CNNINDONESIA.com. adanya relasi
kekeuasaan Pada Lembaga-lembaga terkait seperti Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlingungan Anak dan Kominfo serta masyarakat, karena dalam hal ini memiliki peran yang
penting untuk menindak lanjuti sebuah kasus Pelecehan Seksual yang hanya berakhir damai
tanpa memikirkan penderitaan para korban.
Berdasarkan unsur 5W 1 H dari berita “CNN Indonesia "Modus-modus Pelecehan Seksual Santri
oleh Pimpinan Ponpes di Lampung" . what (apa) : mengetahui unsur dari terjadinya sebuah
pelecehan seksual. Who(siapa) : Menurut World Health Organization (WHO) dalam (Barbara,
Ramon, dan Andres, 2015) menjelaskan bahwa kekerasan seksual pada anak merupakan suatu
perbuatan yang dilakukan oleh perempuan atau laki-laki yang bersifat memaksa kepada orang
lain, terutama anak-anak yang belum memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan seksual,
dan merupakan tindakan yang melanggar hukum sosial di masyarakat. Where(Dimana ) : di
pondok Pesantren Palembang . When(Kapan): Desember 2022 . Why (mengapa ) : kasus ini
terjadi dapat terjadi karena adanya imingan atau sebuah modus yang di nyatakan pelaku terhadap
korban bahwa jika bersetubuh dengan pelaku korban mendapatkan sebuah keberkahan. How(
Bagaimana) : Saat ini Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta,
Lembaga-lembaga pendukung dan masyarakat merupakan peran yangaktif dalam kasus
pelecehan seksual, karena tanpa adanya dukungan Lembaga terkait hak dan keadilan untuk para
korban hanya di anggap sebelah mata.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana upaya Lembaga-lembaga yang ada terkait kasus pelecehan seksual yang
sering terjadi dan hak yang di dapatkan untuk para korban tanpa adanya sikap
diskriminatif.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk memberikan keadilan kepada Korban pelecehan seksual yang sering terjadi karena
kurangnya factor pendukung dari Lembaga-lembaga yang ada, serta dukungan
masyrakat.
Bab 2
Landasan Teori

2.1 Pengertian Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang
dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran hingga
menimbulkan reaksi negatif: rasa malu, marah, tersinggung dan sebagainnya pada diri
yang menjadi korban pelecehan. (Indanah, 2016: 17-18)

Dalam KBBI kata pelecehan berasal dari kata “Leceh” yang artinya adalah suatu
penghinaan atau peremehan. Sedangkan “peleceh” yaitu orang yang suka meleceh.
(W.J.S Poerwadarminta: 2011: 679) Dan kata seksual adalah berkenaan dengan jenis
kelamin baik laki-laki maupun perempuan. (W.J.S Poerwadarminta: 2011: 1055).

Berdasarkan jenisnya, kekerasan seksual dapat digolongkan menjadi kekerasan seksual yang
dilakukan secara:

1. verbal,
2. nonfisik,
3. fisik, dan
4. daring atau melalui teknologi informasi dan komunikasi.

Selain pemerkosaan, perbuatan-perbuatan di bawah ini termasuk kekerasan seksual.

1. berperilaku atau mengutarakan ujaran yang mendiskriminasi atau melecehkan


penampilan fisik, tubuh ataupun identitas gender orang lain (misal: lelucon seksis,
siulan, dan memandang bagian tubuh orang lain);
2. menyentuh, mengusap, meraba, memegang, dan/atau menggosokkan bagian tubuh
pada area pribadi seseorang;
3. mengirimkan lelucon, foto, video, audio atau materi lainnya yang bernuansa
seksual tanpa persetujuan penerimanya dan/atau meskipun penerima materi sudah
menegur pelaku;
4. menguntit, mengambil, dan menyebarkan informasi pribadi termasuk gambar
seseorang tanpa persetujuan orang tersebut;
5. memberi hukuman atau perintah yang bernuansa seksual kepada orang lain
(seperti saat penerimaan siswa atau mahasiswa baru, saat pembelajaran di kelas
atau kuliah jarak jauh, dalam pergaulan sehari-hari, dan sebagainya);
6. mengintip orang yang sedang berpakaian;
7. membuka pakaian seseorang tanpa izin orang tersebut;
8. membujuk, menjanjikan, menawarkan sesuatu, atau mengancam seseorang untuk
melakukan transaksi atau kegiatan seksual yang sudah tidak disetujui oleh orang
tersebut;
9. memaksakan orang untuk melakukan aktivitas seksual atau melakukan percobaan
pemerkosaan; dan

10. melakukan perbuatan lainnya yang merendahkan, menghina, melecehkan,


dan/atau menyerang tubuh, dan/atau fungsi reproduksi seseorang, karena
ketimpangan relasi kuasa dan/atau gender, yang berakibat atau dapat berakibat
penderitaan psikis dan/atau fisik termasuk yang mengganggu kesehatan
reproduksi seseorang dan hilang kesempatan melaksanakan pendidikan dengan
aman dan optimal.

Upaya yang dapat dilakukan agar tidak terjadi peristiwa pelecehan seksual atau diskriminasi:
1. Pendampingan : peran orang tua serta anggota keluarga sangatlah dibutuhkan. Sangat penting
anak diarjakan untuk melindungi baik perilaku, bahasa tubuh, dan pertemanan.

2. Pemahaman tentang lingkungan sekitar

3. Hindari obrolan atau pembahasan yang berbau porno

4. Mampu melindungi diri sendiri

5. Berani bersikap tegas pada orang yang berniat jahat pada kita.

2.2 Analisis Wacana Kritis

Analisis wacana kritis merupakan wacana tidak dipahami sebagai objek studi Bahasa semata.
Objek studi dalam analisis wacana kritis selainteks juga pada konteks bahasa.Tujuan
utama analisis wacana kritis adalah membukakesamarandalam wacana yang tidak seimbang
antar partisipan wacana.

2.3 Analisis Wacana KritisSara Mills (Feminist Stylistics Approach/FSA)

Pendekatan analisis wacana kritis Sara Mills memfokuskan seperti apa perempuan
dimunculkan dalam wacana. Selama ini perempuan selalu di singkirkan dan berada dalam
keadaan yang tidak baik dan para perempuan itu tidak diberikan kesempatan untuk
membela diri.

Pendekatan wacana kritis ini sering disebut sebagai pendekatan analisis wacana perspektif
feminis/feminist stylistics. Menurut Sara Mills yang dikutip Fauzan (2014),
pendekatanperspektif feminis ini memiliki tujuan untuk menjelaskan apa yang ada dalam
stilistika konvensional akan menjadi lebih jelas dalam menganalisis wacana. Hal ini akan
memaksimalkan fungsi stilistika dalam analisis wacana bahwa apakah bahasa itu hanya
sekedar ada atau memang harus ada dan dimunculkan.SaraMills mengembangkan
pendekatan ini untuk mengamati seperti apa tampilan pelaku dalam wacana.Maksudnya,siapa
yang akan menjadi subjek penceritaan dan siapa yang akan menjadi objek penceritaan.
Dengan demikian,akan didapat seperti apa bangunan wacana dan makna yang bagaimana
yang ada dalam wacana secara detailnya. Sara Mills juga mengamati seperti apa pembaca
dan penulis diperlakukan dan bagaimana pembaca mengidentifikasi dan menempatkan
dirinya dalam wacana.Hal ini akan menempatkan pembaca pada salah satu posisi dan
mempengaruhi bagaimana wacana tersebut diwujudkan. Gaya penceritaan dan posisi-
posisi yang ditempatkan dan ditampilkan dalam wacanaini membuat satu pihak
dilegalkan dan pihak lain tidak dilegalkan. Selanjutnya Sara Mills membagi ke dalam tiga
tingkatan untuk menganalisis wacana kritis,ketiga tingkatantersebutadalah sebagai
berikut:

(a)Tingkatan kata, yang meliput seksisme dalambahasadan seksismemaknanya.

(b)Tingkatafrasa/kalimat, meliputi: penamaan, pelecehan padawanita, belas kasihan,


pengkerdilan,danpenghalusan

(c)Tingkatan wacana, meliputi:karakter, peran, fragmentasi, vokalisasi, skemata.


Bab 3
Pembahsan

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma Kritis. Selanjutnya penelitian ini menggunakan penelitian
kualitatif. Creswell (2016) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif merupakan jenis
penelitian yang mengeksplorasi serta memahami makna di sejumlah individu atau sekelompok
orang yang bersumber dari masalah sosial. Selanjutnya penelitian ini juga menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Peneltian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang menelaah isi dari
teks sebuah berita, baik berupa simbol-simbol maupun gagasan pokok yang ada dalam tema
suatu pemberitaan (Badara, 2013:63)

Peneliti kemudian menganalisis teks berita menggunakan analisis wacana kritis Sara Mills.
Metode wacana kritis Sara Mills menekankan pada bagaimana posisi-posisi aktor ditampilkan
dalam teks. Posisi-posisi ini terbagi menjadi subjek penceritaan dan siapa yang menjadi objek
penceritaan yang akan menentukan bagaimana struktur teks dan bagaimana makna diberlakukan
dalam teks secara keseluruhan, Disamping itu, Sara Mills juga memberi perhatian pada
bagaimana penulis dan pembaca ditampilkan dalam teks (Wardani, Purnomo dan Lahade, 2019:
189).

Subjek pada penelitian ini portal berita online CNNINDONESIA.com Peneliti kemudian
menganalisis teks berita menggunakan analisis wacana kritis Sara Mills. Metode wacana kritis
Sara Mills menekankan pada bagaimana posisi-posisi aktor ditampilkan dalam teks. Posisi-posisi
ini terbagi menjadi subjek penceritaan dan siapa yang menjadi objek penceritaan yang akan
menentukan bagaimana struktur teks dan bagaimana makna diberlakukan dalam teks secara
keseluruhan, Disamping itu, Sara Mills juga memberi perhatian pada bagaimana penulis dan
pembaca ditampilkan dalam teks (Wardani, Purnomo dan Lahade, 2019: 189).dalam penlitian ini
peneliti memilih 2 artikel dalam portal online CNNIndonesia” “modus-modus pelecehan seksual
di Pondok Pesantren Lampung” “Di Duga Dosen UNSIL lecehkan Mahasiswa korban lebih dari
satu”

3.2 Analisa dan Pembahasan

Analisis wacana Sara Mills dalam pemberitaan teks berita menekankan pada bagaimana
perempuan digambarkan dalam teks. Dengan menggunakan analisis Althusser, Sara Milss
memprioritaskan bagaimana aktor diposisikan dalam teks, yang mana dalam penelitian ini adalah
posisi perempuan. Posisi aktor dilihat sebagai bentuk pensubjekan seseorang, di mana suatu
pihak berposisi sebagai penafsir sedangkan pihak yang lain berperan menjadi objek yang
ditafsirkan. Pada analisis ini terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan yakni,
bagaimana aktor sosial pada teks berita tersebut diposisikan dalam pemberitaan, siapa pihak
yang diposisikan sebagai penafsir pada teks untuk memaknai peristiwa, serta apa akibatnya.
Selanjutnya, bagaimana pembaca diposisikan dalam teks berita. Teks berita pada konsep ini
dimaknai sebagai hasil negosiasi antara penulis dan pembaca. Dapat juga bermakna khalayak
macam apa yang diimajinasikan oleh penulis untuk ditulis dalam teks berita (Abdullah,
2019:115)

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara observasi yakni dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap fenomena yang Analisis Wacana Sara Mills
Tentang Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan . Teknik yang digunakan selanjutnya
adalah menganalisis berita terpilih menggunakan pedekatan Sara Mills beserta literatur
pendukung lainnya yang masih berkaitan dengan tema pembahasan pada penelitian ini.

TINGKAT YANG DI LIHAT

Posisi Subjek Objek Wacana kekerasan atau pelecehan seksual yang pertama adalah teks media
dan Posisi Penulis yang berjudul “Modus -Modus Pelecehan seksual terhadap Santri di
Pembaca Pondok Pesantren Lampung” di muat oleh portan CNNINDONESIA.com
Perempuan sebagai korban pemerkosaan diposisikan sebagai obyek dimana
detail mengenai peristiwa pemerkosaan, bagaimana proses dan terjadinya
perkosaan, tidak diketahui dari korban melainkan dari sudut pandang orang
lain. Tidak terdapat suara perempuan dalam teks berita, maka peristiwa
perkosaan dalam berita memarjinalkan posisi korban. Korban tidak diberi
kesempatan untuk berbicara akan dirinya sendiri, ia tidak hadir dan
kehadirannya. Berdasarkan data yang dihimpun CNNIndonesia.com dari
jajaran polres, ketiga kasus asusila terhadap santriwati anak itu terjadi di
Kabupaten Lampung Utara, Tulangbawang Barat dan Lampung
Selatan.Dimunculkan dalam teks melalui pengakuan orang lain. Kutipan
teks berita yakni : “Modus pencabulan itu, awalnya pelaku memanggil
korban untuk membantu membersihkan rumahnya. Setelah selesai, pelaku
menarik serta mendorong korban di atas kasur. Pencabulan pun terjadi.

Dari hasil pemeriksaan keterangan saksi, pelaku diduga mencabuli empat


orang santrinya.

Pada awal 2023, sedikitnya ada dua kasus pelecehan seksual. Pertama,
terjadi di ponpes Kabupaten Tulangbawang Barat (Tubabar). Pelaku
pelecehan seksual tersebut berinisial AA (45) yang merupakan pimpinan
ponpes itu sendiri.

Saat melakukan aksi bejat itu, pelaku AA memanggil ketiga korban dengan
dalih minta dibuatkan secangkir teh. Lalu pelaku memaksa ketiga korban
untuk masuk ke kamar.

Untuk meyakinkan korban, pelaku membujuk korban dengan dalih akan


mendapatkan berkah jika mau disetubuhi”
Kasus itu terbongkar, setelah salah satu keluarga korban melaporkan
perbuatan bejat AA ke Mapolres Tulangbawang Barat. Dari laporan itu,
polisi menangkap AA. Saat ini pelaku telah ditetapkan sebagai tersangka
dan ditahan.

Kemudian kasus asusila berikutnya terjadi di Kabupaten Lampung Selatan.


Pelakunya berinisial MI, pimpinan ponpes. Pada kasus ini, pelaku diduga
melakukan pelecehan seksual terhadap tiga orang santriwatinya.

Selanjutnya, MI dipanggil Polres Lampung Selatan berdasarkan laporan


dari pihak keluarga korban untuk dilakukan pemeriksaan, hingga akhirnya
pelaku MI ditetapkan tersangka dan ditahan.

Direktur Eksekutif Lembaga Advokasi Perempuan DAMAR, Ana Yunita


Pratiwi menyayangkan kasus kejahatan seksual tersebut. Menurutnya,
pesantren yang seharusnya menjadi ruang aman dan transformasi
pengetahuan ajaran agama dan moral bangsa, justru dikotori dengan
perbuatan asusila.

Dia pun mengingatkan mandat UU No. 12 tahun 2022 tentang tindak


pidana kekerasan seksual. Perkara tindak pidana kekerasan seksual, kata
dia, tidak dapat diselesaikan di luar proses peradilan.

Berita kemudian menempatkan penulis sebagai subyek dimana peristiwa


diceritakan dari sudut pandang orang lain yakni pihak kepolisian.
Pembacaan dominan atas teks tersebut, pembaca diposisikan sebagai pihak
laki-laki (pelaku). Mengikuti kisah perkosaan tersebut, pembaca
diposisikan seperti ketika pembaca memerankan sebagai pelaku.
Posisi Subjek Objek Wacana selanjutnya berjudul “ Di Duga Dosen UNSIL Lecehkan
dan Posisi Penulis mahasiswa lebih dari satu”
Pembaca Dosen Universitas Siliwangi (Unsil), Tasikmalaya, Jawa Barat, berinisial
EDH dilaporkan melakukan kekerasan seksual terhadap sejumlah
mahasiswi. Saat ini, pihak universitas telah menonaktifkan dosen tersebut.
"Laporan awal 30 Januari 2023. Dalam masa pemeriksaan dan investigasi
sekarang, dosen itu dinonaktifkan sementara. Kalau terbukti bisa
dinonaktifkan dan kalau tidak terbukti bisa aktif kembali," kata Wakil
Rektor Bidang Umum dan Keuangan Unsil Tasikmalaya Gumilar Mulia
dikutip dari Antara, Kamis (9/2).
Menurut laporan, pelaku merupakan dosen yang sudah lama mengajar di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsil.

Gumilar menuturkan Unsil telah membentuk Satuan Tugas Penanggulangan


dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) untuk mengusut kasus tersebut.
Pihak universitas juga membuka layanan aduan bagi mahasiwi ataupun
pihak luar yang jadi korban kekerasan seksual dosen tersebut.

"Memang benar ada indikasi terjadinya kekerasan seksual. Satgas sudah


bergerak dan menampung korban," ujar dia.
Menurut Gumilar, dari beberapa laporan, ada aduan dari mahasiswi
Indonesia yang kuliah di Jerman dan menjadi perwakilan Jerman untuk
studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsil

Ia menuturkan laporan tersebut tak hanya dari keterangan korban, tetapi ada
bukti rekaman CCTV yang cukup jelas, sehingga kasusnya diproses Satgas
PPKS.

"Laporan secara resmi sudah dari satgas dan kementerian, kalau korban
lebih dari satu orang," katanya.

Gumilar menegaskan Unsil serius menyelesaikan kasus dugaan kekerasan


seksual tersebut. Rektor Unsil pun saat ini tengah membahas masalah
tersebut dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi.

"Sekarang saja Pak Rektor sedang di Jakarta membahas hal ini yang
dilakukan dosen itu," ucap dia.

Penulis menempatkan perempuan sebagai subyek dan laki laki sebagai


obyek. Detil, proses pemerkosaan, akibat dan semuanya diceritakan dengan
memperhatikan sudut pandang perempuan. Berita yang disajikan kepada
khalayak tidak lagi berasal dari suara tunggal laki-laki sebagai pencerita
sehingga teks berita memuat perlawanan yang dilakukan perempuan dan
citra perempuan yang ditampilkan bukan lagi sebagai perempuan
gampangan yang pasrah saat peristiwa pemerkosaan terjadi. Teks ini secara
tidak langsung menempatkan pembaca sebagai perempuan. Memandang
khalayak sebagai perempuan.

Dari pemaparan hasil penelitian di atas, menunjukan bahwa penulis berita CNNIndonesia
memposisikan perempuan dalam teks masih sebagai obyek. Perempuan belum dapat
menghadirkan dirinya sendiri atau menceritakan peristiwa yang terjadi terhadapnya sehingga
kebenaran yang disajikan media tidak diceritakan dari sisi perempuan itu sendiri. Selanjutnya
berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap media portal berita online CNN Indonesia.com
belum menjadikan perempuan sebagai prioritas dalam teks berita. Melalui pemberitannya masih
menempatkan perempuan sebagai obyek dan kecenderungan penulis menempatkan dirinya
dalam perspektif laki-laki. Karakter tokoh menurut Mills merupakan sesuatu yang dibentuk.
Pemaknaan mengenai gender telah membuat pendeskripsian yang berbeda antara karakter laki-
laki dan Perempuan (Mills, 2005:123). Secara karakter, perempuan dalam teks berita
dimunculkan sebagai karakter yang lemah, tersubordinasi, gampangan dan bertugas melayani
suami. Sedangkan karakter laki-laki di sisi lain dimunculkan sebagai sosok kuat, dominan, dan
cenderung melihat perempuan sebagai obyek sesksualitas.
3.3 Kesimpulan

Kekerasan/ Pelecehan seksual masih sering terjadi saat ini merupkan suatu hal yang perlu di
hindari, banyak factor pendukung yang menutup mata dalam kasus ini, kasus pelecehan seksual
banyak di tutup terkait adanya sikap diskrimintaf tanpa memikirkan hak dan keadilan bagi para
korban. Kesetraan gender menjadi pemicu utama serta adanya kasus pelecehan seksual banyak
terjadi, bagi kebanyakan kaum laki-laki menganggap derajat Wanita di bawah mereka factor
dari Lembaga -lembaga terkait pun memilikiperan penting untuk membantu mendapakan hak
yang adil bagi para korban, banyak Lembaga-lembaga yang masih tutup mata terkait hal ini
mereka akan lebih terlihat jika kasus seperti ini sudah viral di social media.

Daftar Pustaka
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/dialektika DIALEKTIKA: jurnal bahasa, sastra, dan
pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, 6(1), 2019, 36-53

AL RAHMAN, NAUFAL. (2019). PELECEHAN SEKSUAL VERBAL PADA MAHASISWI


BERJILBAB (Studi Tentang Pemaknaan Pengalaman Pelecehan Seksual Verbal Bagi
Mahasiswi Berjilbab di Kota Surabaya) (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

Farisa, Fitria. Chusna. (2019, September 21). Survei KRPA: Perempuan 13 Kali Lebih Rentan
Alami Pelecehan Seksual di Ruang Publik.
Kompas.com. https://nasional.kompas.com/read/2019/11/27/13414591/survei-krpa-
perempuan-13-kali-lebih-rentan-alami-pelecehan-seksual-di-ruang?page=all
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan: (2020) Catatan Tahunan Kekerasan
Terhadap Perempuan 2019.Komnas.perempuan.go.id
Harvard Law School Halt (2021). https://orgs:law.harvard.edu/halt/how-to-avoid-blaming/
https://jurnal.umko.ac.id/index.php/elsa/article/view/221/149

Anda mungkin juga menyukai