SOSIOLOGI HUKUM
Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sosiologi Hukum
Disusun Oleh:
Fakultas Hukum
Yogyakarta
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya, sehingga makalah yang
berjudul “Pernikahan Beda Agama Menurut Perspektif Islam” dapat terselesaikan. Harapan
kami, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca
untuk kedepannya dapat memperbaiki maupun menambah isi makalah ini menjadi lebih baik
lagi. Dan saya juga berterimakasih kepada Bapak E Zainal Abidin H. S.H., S.U., M.H. selaku
dosen mata kuliah sosiologi hukum Universitas Islam Indonesia yang telah memberikan tugas ini
kepada saya.
Keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin di dalam makalah ini masih
banyak terdapat kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca, demi kesempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Partriarkhal adalah suatu struktur komunitas di mana kaum lelaki yang memegang
kekuasaan, dipandang sebagai struktur yang memperlemah perempuan, yang terlihat dalam
kebijakan pemerintah maupun dalam perilaku masyarakat. Partriarkhal menjadi kondisi
yang tidak bisa diingkari dalam masyarakat Indonesia dan di negara-negara lain juga.
Fenomena yang sedang menjadi perhatian besar orang-orang seluruh dunia saat ini adalah
kekerasan terhadap perempuan yang pelakunya tak jarang datang dari kaum lelaki.
Kekerasan terhadap perempuan merupakan ancaman yang terus menerus terjadi bagi
perempuan di manapun di dunia jika dilihat dari kenyataan yang selama ini terjadi.
Masyarakat menganggap bahwa kedudukan perempuan di sebagian dunia tidak sejajar
dengan kedudukan laki-laki, terlebih lagi rasa takut kaum perempuan terhadap kejahatan
(fear of crime) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan apa yang dirasakan kaum pria.
Serangan-serangan seksual terhadap perempuan muncul sejalan dengan meningkatnya
kekerasan di masyarakat dan sama-sama berakar pada kegagalan sistem politik, ekonomi dan
sosial untuk mengelola konflik. Perempuan mengalami kekerasan dalam bentuk yang lebih
kompleks. Hal ini berkaitan dengan posisi perempuan yang serba dinomorduakan. Kekerasan
terhadap perempuan merupakan bagian integral dari fenomena kekerasan secara umum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tindak kekerasan terhadap perempuan?
2. Bagaimana bentuk bentuk tindak kekersan terhadap perempuan?
3. Apa penyebab terjadinya tindakan kekerasan terahdap perempuan?
4. Bagaimana upaya pencegahan terhadap tindak kekerasan perempuan?
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan beberapa pengertian tentang kekerasan menurut para ahli maka dapat
disimpulkan bahwa kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu bentuk tindakan yang
menyakiti atau membuat penderitaan terhadap perempuan secara fisik, seksual, psikologi
yang mengakibatkan trauma terhadap perempuan atau korban.
B. Bentuk-bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan
Berdasaran ruang lingkup dan agen pelakunya, seperti dalam Deklarasi Penghapusan
Kekerasan terhadap Perempuan Pasal 2, kekerasan terhadap perempuan mencakup, tetap
tidak terbatas pada:
1. Kekerasan fisik, seksual dan psikologis yang terjadi di keluarga, termasuk pemukulan,
penganiayaan, seksual anak perempuan dalam keluarga, perkosaan dalam perkawinan,
pemotongan kelamin perempuan, dan praktek-praktek tradisional lainnya yang
menyengsarakan perempuan, kekerasan yang dilakukan bukan merupakan pasangan
hidup dan kekerasan yang terkait dengan eksplotasi.
2. Kekerasan, seksual dan psikologis yang terjadi dalam komunitas berupa perkosaan,
penganiyaan seksual, pelecehan dan intimidasi seksual di tempat kerja, institusi
pendidikan, tempat umum dan lainnya, perdagangan perempuan dan pelacur paksa.
3. Kekerasan, sesksual dan psikologis yang dilaksanakan atau dibiarkan terjadinya oleh
Negara, dimanapun kekerasan tersebut terjadi.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tindak kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu isu yang tidak bisa dianggap
sebagai isu terbelakang. Karena disadari atau tidak, perilaku ini telah menjadi isu global.
Sebagai suatu bentuk kejahatan, tindakan kekerasan terhadap perempuan agaknya tidak akan
pernah hilang dari muka bumi ini, sebagaimana pula tindak-tindak kejahatan lainnya.
Namun, bukan berarti tindakan kekerasan ini tidak dapat dikurangi. Untuk mencapai hal ini,
selain upaya yuridis yang diusulkan, semuanya kembali berpulang pada warga masyarakat
sendiri. Tanpa adanya partisipasi publik, maka tidak akan pernah ada perubahan. Untuk dapat
mengubah sikap dan perilaku masyarakat ini maka peran pembuat kebijakan akan sangat
menentukan, baik mereka yang berasal dari tingkat yang paling tinggi sampai yang paling
rendah. Selain itu, upaya pendidikan dan pemberdayaan masyarakat serta perempuan sendiri
perlu untuk menangani masalah-masalah yang terjadi dalam komunitas mereka sendiri