Anda di halaman 1dari 15

Tugas Makalah

KEPERAWATAN MATERNITAS

“PENATALAKSANAAN KEJADIAN KEKERASAN

TERHADAP PEREMPUAN”

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

1. ATIKAH R. ARSYAD

2. ANDIKA MOH. SALIM

3. FEBRIANTO IBRAHIM

4. CHIKA EKA P. MOKAIT\

5. ADE IRMA LAIYA

6. FIENCIA D. PAKAYA

7. AGUNG S. UTINA

KELAS B

NERS LANJUTAN JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,

karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang

“penatalaksanaan kejadian kekerasan terhadap perempuan” ini dengan baik meskipun ada

beberapa kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak/Ibu Dosen

pengajar mata kuliah Keperawatan Maternitas yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan

serta pengetahuan kita mengenai pengenalan prakter keselamatan pasien di rumah sakit.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh

dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi

perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada

sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang

yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang

kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di

masa depan.

Gorontalo, Juli 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Manfaat

Bab II : Pembahasan

2.1 kekerasan terhadap perempuan

2.2

2.3 penatalaksanaan kejadian kekerasan terhadap perempuan

2.4

2.5

2.6

Bab III : Penutup

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia mendambakan rasa aman dan terlindungi dari rasa takut terhadap

segala bentuk kekerasan. Namun tak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan sehari-hari

setiap orang tanpa memandang jenis kelamin. Kekerasan sangat sering terjadi di

kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun teman sebaya.

Kekerasan umumnya sering menimpa orang-orang yang tidak berdaya. Maraknya isu

kekerasan yang terjadi terhadap perempuan menjadi suatu momok yang menakutkan bagi

seluruh perempuan khususnya perempuan yang memiliki kesibukan diluar mengurus

pekerjaan rumah meskipun demikian tidak menutup kemungkinan perempuan yang

mengurus pekerjaan rumah juga mengalami hal yang sama.

Kekerasan yang terjadi pada seorang perempuan dikarenakan sistem tata nilai yang

mendudukan perempuan sebagai makhluk yang lemah dan lebih rendah dibandingkan

laki-laki. Masih banyak masyarakat yang memandang perempuan sebagai kaum yang

marginal, dikuasai, dieksploitasi dan diperbudak oleh kaum laki-laki. Kekerasan pada

dasarnya merupakan sebuah realita yang ada dalam masyarakat saat ini, yang menyatakan

kekerasan terhadap perempuan masih terbilang cukup banyak dan sering kali terjadi

kapan pun dan dimana pun. Salah satu bentuk kekerasan yang umum terjadi di

masyarakat khususnya kalangan remaja ialah dating violence/kekerasan dalam pacaran

yang terjadi ketika seseorang secara sengaja menyakiti dan membuat takut pasangannya.

[Women Health (Zahirah, dkk 2018)].

Selain itu, menurut Mars dan Valdez dalam Zahirah, dkk 2018 menjelaskan bahwa

kekerasan dalam pacaran sebagai kekerasan dalam bentuk fisik, seksual dan psikologis

yang dilakukan dalam menjalin hubungan pacaran. Kasus kekerasan seksual di Indonesia
menurut data tahunan 2017 Komnas Perempuan. Komnas Perempuan

mendokumentasikan kasus kekerasan pada perempuan yang terjadi pada tahun 2016.

Hasilnya, terdapat 259.150 jumlah kekerasan pada terhadap perempuan. Sebanyak

245.548 kasus diperoleh dari 358 Pengadilan Agama dan 13.602 kasus yang ditangani

oleh 233 lembaga mitra pengadaan layanan yang tersebar di 34 Provinsi.

Oleh karena berbagai alasan di atas dan penugasan mata kuliah Keperawatan

Maternitas maka kami membuat makalah tentang penatalaksanaan kejadian kekerasan

terhadap perempuan. Makalah kami ini, kami angkat dalam judul “penatalaksanaan

kejadian kekerasan terhadap perempuan”.

1.2 Rumusan Masalah

a) Bagaimana Pengertian Kekerasan

b) Bagaimana Pengertian Kekerasan Terhadap Perempuan

c) Bagaimana Penatalaksanaan Kekerasan Terhadap Perempuan

1.3 Tujuan

a) Tujuan Umum

Untuk pemenuhan tugas keperawatan Maternitas mengenai penatalaksanaan

kejadian kekerasan terhadap perempuan serta mahasiswa dapat mengetahui dan

mengaplikasikannya.

b) Tujuan Khusus

 Untuk mengetahui Pengertian Kekerasan

 Untuk mengetahui Pengertian Kekerasan Terhadap Perempuan

 Untuk mengetahui Penatalaksanaan Kekerasan Terhadap Perempuan

1.4 Manfaat

a) Untuk Mahasiswa
Makalah ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan tentang

penatalaksanaan kekerasan terhadap perempuan untuk mahasiswa. dan dapat

dijadikan referensi bagi mahasiswa apabila mendapat tugas untuk membuat makalah

tentang Keperawatan Maternitas khususnya penatalaksanaan kekerasan terhadap

perempuan.

b) Untuk Kampus

Makalah ini dapat menjadi tambahan bahan bacaan di perpustakaan. Dan

dapat di gunakan juga sebagai bahan acuan untuk mencari referensi tentang

penatalaksanaan kekerasan terhadap perempuan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengertian Kekerasan

Baso (dalam Zilfiani, dkk. 2018) mengemukakan kekerasan adalah suatu fenomena

sosial yang kompleks, terlebih lagi jika hal itu merupakan kekerasan terhadap perempuan

karena diwarnai oleh unsur relasi antar gender yang berbeda (gender-base violence).

Menurut Murniati (dalam Zilfiani, dkk. 2018), kekerasan adalah perilaku atau perbuatan

yang terjadi dalam relasi antar manusia, baik individu maupun kelompok yang dirasa oleh

salah satu pihak sebagai satu situasi yang membebani, membuat berat, tidak

menyenangkan, tidak bebas.

Kekerasan pada dasarnya adalah sebuah bentuk perilaku, baik verbal maupun non-

verbal, yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang lainnya, sehingga

menyebabkan efek negatif secara fisik, emosional dan psikologis terhadap orang yang

menjadi sasarannya. Galtung (dalam Zilfiani, dkk. 2018) menyebutkan bahwa kekerasan

adalah suatu perlakuan atau situasi yang menyebabkan realitas aktual seseorang ada di

bawah realitas potensialnya.

2.2 Pengertian Kekerasan Terhadap Perempuan

Deklarasi PBB tentang anti kekerasan terhadap perempuan pasal 1, 1983 menyatakan

bahwa Kekerasan terhadap perempuan (KTP) adalah Segala bentuk kekerasan berbasis

jender yang berakibat atau mungkin berakibat, menyakiti secara fisik, seksual, mental

atau penderitaan terhadap perempuan; termasuk ancaman dari tindakan tsb, pemaksaan

atau perampasan semena-mena kebebasan, baik yang terjadi dilingkungan masyarakat

maupun dalam kehidupan pribadi.

(http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/kekerasan.html.).
Violence atau kekerasan yang dihadapi oleh perempuan dapat berupa kekerasan fisik

maupun non fisik. Berbagai kekerasan terhadap perempuan muncul sebagai akibat

perbedaan peran. Kata kekerasan merupakan terjemahan dari kata violence artinya suatu

serangan terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang (BKKBN,

Kemneg PP, dan UNFPA, 2005). Pelaku kekerasan terhadap perempuan dapat bersifat

individual seperti dalam rumah tangga, masyarakat, maupun negara. Salah satu jenis

kekerasan yang dihadapi perempuan bersumber dari anggapan gender yang pada dasarnya

disebabkan oleh kekuasaan. Contoh kekerasan fisik yang dialami oleh perempuan,

misalnya berikut ini :

a. pemerkosaan, termasuk yang terjadi dalam perkawinan

b. pelecehan seksual

c. pemukulan dalam rumah tangga (domestic violence)

d. Kekerasan non-fisik yang terjadi pada perempuan

e. prostitusi/pelacuran dimana seseorang atau sekelompok orang diuntungkan

f. pornografi (tubuh perempuan dijadikan obyek demi keuntungan seseorang);

g. eksploitasi terhadap perempuan

h. Program keluarga berencana yang bertujuan untuk mengendalikan jumlah

penduduk, menjadikan perempuan menjadi target program. Sangat sedikit alat

kontrasepsi yang diperuntukkan bagi laki-laki.

2.3 Penatalaksanaan Kekerasan Terhadap Perempuan

Dalam mewujudkan amanat Undang-undang Nomor 23 tentang penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Pemerintah daerah harus memiliki perangkat hukum

yang berbentuk peraturan daerah sesuai dengan hirarki Peraturan Perundang-Undangan

yang berlaku. Dengan diterbitkannya Peraturan Daerah Kota Bontang Nomor 9 Tahun

2012 Tentang Perlindungan Perempuan dan Anak korban tindak kekerasan, maka
pelaksanaan atau penegakan hukum terkait isu kekerasan terhadap perempuan harus

memberikan manfaat atau kegunaan bagi masyarakat. Bentuk-Bentuk pelayanan korban

yang diselenggarakan dalam pasal 19 yakni :

a. Pelayanan kesehatan/medis

b. Pelayanan medicolegal

c. Pelayanan Psikososial

d. Pemberian dukungan moral/mental

e. Pemberian pelayanan dan bantuan hukum

f. Pelayanan Kemandirian ekonomi

Perlindungan kekerasan terhadap perempuan dan anak terbagi atas pencegahan dan

penanganan. Pencegahan dilakukan ketika kekerasan belum terjadi namun berpontensi

untuk terjadi, pencegahan tersebut dilakukan melalui kebijakan, Advokasi, sosialisasi,

KIE dan penegakan hukum. Sementara penanganan dilakukan apabila telah terjadi

kekerasan, penanganan ini dilakukan melalui Pelayanan dengan merujuk pada Standar

Pelayanan Minimal (SPM) dan Pemberdayaan sebagai berikut :

1. Layanan pengaduan

Poin pertama dalam pelayanan bagi penanganan korban kekerasan yakni penanganan

pengaduan. Layanan tersebut dijabarkan melalui alur penanganan pengaduan

sebagaimana yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini


Berdasarkan gambaran sebelumnya dapat dilihat alur penangan pengaduan

dilakukan melalui beberapa tahapan yakni :

a) Melakukan pengaduan baik secara langsung maupun tidak langsung dari korban

atau keluarga ataupun orang yang mendampingi korban

b) Petugas pencatatan laporan menerima dan mengisi formulir pengaduan

c) Petugas penanganan pelayanan pengaduan melakukan analisa kebutuhan korban

dan menginformasikan kepada pelapor

d) Petugas Resos menangani sesuai dengan kebutuhan (Dokter, Terapis, psikolog,

Polwan, Advokat)

e) Manager kasus melaporkan pada sekretaris P2TP2A

f) Sekretaris menerima laporan dan melaporkan ke ketua harian

g) Ketua harian menerima laporan dan melaporkan pada ketua umum dan

memberikan instruksi terkait penanganan

h) Sekretaris menerima instruksi dan menugaskan kepada manager kasus

i) Manajer melakukan rujukan kasus sesuai pelayanan yang dibutuhkan

j) Sekretaris membuat rujukan

Terlihat dari tahapan diatas, maka diketahui bahwa pelayanan pengaduan

bertujuan untuk mengidentifikasi dan menggali informasi tentang penanganan yang

dibutuhkan oleh korban kekerasan, apakah sekedar konseling atau penanganan lebih

lanjut.

2. Pelayanan Rujukan kesehatan

Selanjutkan, setelah tahapan pengaduan dilakukan maka berdasarkan rujukan

kasus sesuai pelayanan yang dibutuhkan, maka pelayanan rujukan kesehatan

dilakukan kepada korban kekerasan dengan tahapan sebagai berikut :

a) Manager kasus/petugas melihat kondisi korban


b) Petugas medis (dokter) memeriksa kondisi korban\

c) Petugas medis (dokter) memberikan informasi mengenai hasil pemeriksaan kepada

manager kasus

d) Petugas medis (dokter) membuat draft surat rujukan untuk korban yang ditangani,

kemudian diajukan kepada sekretaris

e) Sekretaris memeriksa draft rujukan dan meneruskan ke ketua harian untuk

ditandatangani

f) Sekretaris mengirimkan surat rujukan kepada pusat pelayanan kesehatan

3. Pelayanan Rujukan Rehabilitas Sosial

Selain pelayanan rujukan kesehatan, pelayanan rujukan rehabilitas sosial

sebagai upaya memulihkan dan mengembangkan kemampuan sosial korban kekerasan

agar trauma yang dialaminya tidak berdampak pada kehidupan sosialnya dimasa

mendatang. Pelayanan rujukan kesehatan inipun dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut, pertama-tama, Manajer kasus melihat kondisi dari korban, kemudian

membuat draft surat rujukan yang diajukan kepada sekretaris. Sekretaris kemudian

meninjau surat rujukan dan meneruskan ke ketua harian. Setelah ketua

menandatanganinya, surat tersebut kemudian dikembalikan kepada sekretaris untuk

dikirimkan kepada Dinas Sosial sebagai mitra P2TP2A untuk ditindak lanjuti.

4. Pelayanan Bantuan Hukum

Bagi korban yang membutuhkan atau dianggap memerlukan bantuan hukum,

maka ada tahapan yang dilakukan untuk dapat memfasilitasi korban kekerasan

tersebut. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut, pertama manajer kasus merujuk

ke bantuan hukum, kemudian divisi pelayanan bantuan hukum melakukan identifikasi

pelapor dan analisa duduk perkara, selanjuntnya petugas memberikan laporan awal

dan koordinasi ke manager kasus untuk memonitoring/memantau proses selanjutnya.


Dari hasil laporan awal, petugas kemudian menindak lanjuti dengan berkoordinasi

dengan pihak terkait.

5. Pelayanan Bantuan Hukum

Untuk layanan Bantuan pemulangan dilakukan melalui tahapan sebagai

berikut, pertama meminjau laporan dari si pelapor, kemudian menginformasikan

kepada kepala badan untuk ditindak lanjuti, selanjutnya kepala badan memerintahkan

kepada kabid PP untuk mempersiapkan surat tugas penjemputan korban bersama-

sama dengan pendamping dari badan, advoksasi dan kepolisisan. Korban yang telah

dijemput kemudian dititipkan di shelter sebelum pemulangan, setelah waktunya

korban dipulangkan ke daerah asal bagi korban perempuan dewasa, bagi anak-anak

petgas menghubungan yayasan yang menangani kasus anak, ketika telah dilakukan

assesment dan dinyatakan lulus korban akan dibina terlebih dahulu.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perlindungan kekerasan terhadap perempuan dan anak terbagi atas pencegahan dan

penanganan. Pencegahan dilakukan ketika kekerasan belum terjadi namun berpontensi

untuk terjadi, pencegahan tersebut dilakukan melalui kebijakan, Advokasi, sosialisasi,

KIE dan penegakan hukum. Sementara penanganan dilakukan apabila telah terjadi

kekerasan, penanganan ini dilakukan melalui Pelayanan dengan merujuk pada Standar

Pelayanan Minimal (SPM) dan Pemberdayaan berupa penanganan pengaduan,

Rehabilitasi Sosial, Penegakan dan Bantuan hukum, Pemulangan dan Reintegrasi Sosial.

Ada pula Pemberdayaan dilaksanakan melalui program pendidikan. Kesehatan, ekonomi

dan sosial. Dalam penanganan korban, setelah menerima pengaduan dari korban atau

pendamping, maka petugas melakukan assessment terhadap masalah korban, maka

dengan persetujuan korban petugas kemudian merujuk korban ke pelayanan yang sesuai

dengan kebutuhannya mengikuti langkah-langkanya.

3.2 Saran

Terkait dengan kekerasan terhadap perempuan dan anak yang masih tinggi, perlu

adanya pemberlakuan yang tegas law enforcement terkait sejumlah peraturan perundang-

undangan yang ada untuk memberikan efek jera kepada para pelaku kekerasan. Law

enforcement juga harus dibarengi dengan kegiatan penyuluhan/sosialisasi secara masif

kepada masyarakat khususnya tentang bahaya kekerasan yang terjadi di dalam

rumahtangga (KDRT) mengingat dampak yang ditimbulkan akibat tindak kekerasan

terhadap perempuan dan anak tidak hanya pada jangka pendek tetapi juga dalam jangka

panjang yang akan mengancam kualitas sumber daya generasi penerus. Program
peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat juga menjadi salah satu kunci yang dapat

mengurangi tingkat kekerasan terhadap perempuan dan anak, mengingat prevalensi

kekerasan yang lebih tinggi terjadi pada kelompok miskin dibandingkan pada kelompok

kaya.
Daftar Pustaka

Deputi Bidang PHP – Kemen PPPA, UNFPA, P2TP2A DKI Jakarta, Forum Penyedia

Layanan, Yayasan Pulih. PROTOKOL PENANGANAN KASUS KEKERASAN

TERHADAP PEREMPUAN DI MASA PANDEMI COVID-19, 2020

Dini Zulfiani, Indrawati, Oktavianus Kondorura, Meuthia Sahda AF. Jurnal Administrative

Reform, Vol 6, No 3, “Penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak”

September 2018.

https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/view/58

Utami Zahirah Noviani P, Rifdah Arifah K, Cecep, Sahadi Humaedi. Jurnal Penelitian &

Ppm “Mengatasi Dan Mencegah Tindak Kekerasan Seksual Pada Perempuan Dengan

Pelatihan Asertif” April 2018.

Anda mungkin juga menyukai