Dosen Pengajar :
Esrom Kanine, M.Kep, Ns. Sp. Kep. J
Ns. Tinneke A Tololiu, S.Kep, M.Kep
Kelompok 8 :
Michella Gracia Cini Dien
(711430119026)
Melvandy Salehati
(711430119024)
Menjadi tua adalah sebuah proses yang pasti terjadi, bahkan setiap orang ingin
bisa hidup sampai tua, tetapi adanya perubahan struktur dan fungsi tubuh sering
menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupan, termasuk masalah kejiwaan.
Teori Sosial
1. Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada
situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Pokok-
pokok interaksi sosial adalah sebagai berikut (Hardywinoto dan Setiabudi,
1999: 43).
a. Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai
tujuan masingmasing.
b. Dalam upaya tersebut, maka terjadi interaksi sosial yang
memerlukan biaya dan waktu.
c. Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seseorang
memerlukan biaya.
d. Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah
terjadinya kerugian.
e. Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.
2. Teori penarikan diri
Kemiskinan yang diderita lanjut usia dan menurunnya derajat
kesehatan mengakibatkan seseorang lanjut usia secara perlahan menarik
diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas. Pada lanjut
usia sekaligus terjadi kehilangan ganda (triple loss), yaitu sebagai berikut
(Hardywinoto dan Setiabudi, 1999: 45).
a. Kehilangan peran (loss of role).
b. Hambatan kontak sosial (restriction of contact and relationship).
c. Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and
values).
3. Teori aktivitas
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon, dkk. (1972)
yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung pada
bagaimana seseorang lanjut usia merasakan kepuasan dalam melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Adapun
kualitas aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan dengan kuantitas
aktivitas yang dilakukan (Hardywinoto dan Setiabudi, 1999: 46).
4. Teori kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan di dalam siklus
kehidupan lanjut usia, sehingga pengalaman hidup seseorang pada suatu
saat merupakan gambarannya kelak pada saat menjadi lanjut usia. Hal ini
dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata
tak berubah walaupun ia menjadi lanjut usia (Hardywinoto dan Setiabudi,
1999: 47).
5. Teori perkembangan
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami
oleh lanjut usia pada saat muda hingga dewasa. Menurut Havighurst dan
Duval, terdapat tujuh tugas perkembangan selama hidup yang harus
dilaksanakan oleh lanjut usia yaitu sebagai berikut.
a. Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis.
b. Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan.
c. Menemukan makna kehidupan.
d. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
e. Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga.
f. Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia.
g. Menerima dirinya sebagai seorang lanjut usia.
Teori Psikologis
Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang berespons pada tugas
perkembangannya. Pada dasarnya perkembangan seseorang akan terus
berjalan meskipun orang tersebut telah menua.
Perubahan Psikologis
1. Paranoid
Respons perilaku yang ditunjukkan dapat berupa curiga, agresif, atau
menarik diri. Lansia selalu curiga pada orang lain, bahkan curiga pada
televisi. Oleh karena lansia tidak mendengar suara TV, tetapi melihat
gambarnya tersenyum atau tertawa, maka TV dianggap mengejek lansia.
Pembantu dianggap mencuri, karena mengambil gula atau beras untuk
dimasak, padahal instruksi pembantu berasal dari majikan yang tidak
diketahui lansia. Tindakan untuk mengatasi hal ini adalah jangan
mendebat, karena kita dianggap menantang, serta jangan mengiyakan,
karena dianggap kita berteman. Berikan aktivitas sesuai kemampuan
lansia, sehingga lansia tidak sempat memperhatikan apa yang dapat
menimbulkan paranoid.
2. Gangguan tingkah laku
Sifat buruk pada lansia bertambah seiring perubahan fungsi fisik.
Lansia merasa kehilangan harga diri, kehilangan peran, merasa tidak
berguna, tidak berdaya, sepi, pelupa, kurang percaya diri, dan sebagainya.
Akibatnya bertambah sangat banyak sifat buruk setiap adanya penurunan
fungsi fisik. Tindakan untuk mengatasi hal ini adalah berikan kepercayaan
kepada lansia untuk melaksanakan hobi lama sesuai kemampuannya,
sehingga harga diri lansia meningkat dan merasa tetap berguna dalam
masyarakat.
3. Gangguan tidur
Lansia mengalami tidur superfisial, tidak pernah mencapai total bed
sleep, merasa tengen, setiap detik dan jam selalu terdengar, desakan
mimpi buruk, serta bangun lebih cepat dan tidak dapat tidur lagi. Lansia
selalu mengeluh tidak bisa tidur. Padahal jika diamati, kebutuhan tidur
lansia tidak terganggu, hanya pola tidur yang berubah. Hal ini terjadi
karena lansia mengalami tidur superfisial, sehingga tidak pernah merasa
tidur nyenyak. Misalnya, jam 04.00 sudah bangun, lalu aktivitas
beribadah, jalan-jalan, minum kopi atau susu dengan makanan ringan,
selanjutnya mengantuk dan tertidur. Waktunya sarapan bangun,
beraktivitas sebentar, mengantuk lagi, lalu tertidur. Pada siang hari,
setelah makan siang tertidur lagi dan jam 8 malam sudah tertidur. Oleh
karena kebutuhan tidur sudah terpenuhi di pagi dan siang hari, maka jam 3
pagi atau jam 4 pagi sudah bangun dan tidak dapat tidur lagi. Tindakan
untuk mengatasi hal ini adalah membuat lansia tidak tidur siang
(schedulling), sehingga malam dapat tidur lebih lama. Batasi konsumsi
makanan yang membuat mengantuk, serta cegah nonton TV yang
menakutkan atau menegangkan. Obat farmokologi tidak disarankan
kecuali ada indikasi.
4. Keluyuran (wandering)
Hal ini biasanya terjadi akibat bingung dan demensia. Lansia keluar
rumah dan tidak dapat pulang, hilang, berkelana, atau menggelandang.
Sebenarnya ini tidak dikehendaki oleh lansia. Hal tersebut terjadi karena
lansia tidak betah di rumah, tetapi saat keluar tidak tahu jalan untuk
pulang. Tindakan yang dapat dilakukan adalah beri tanda pengenal,
cantumkan nama, nama keluarga, dan nomor telepon, sehingga jika
ditemukan masyarakat dapat menghubungi anggota keluarga. Tingkatkan
aktivitas harian, sehingga lansia tidak ingin keluar rumah. Untuk
penyegaran, dampingi saat keluar rumah (tapi yang sejalur) dan setelah
hafal, boleh jalan sendiri. Pagar di kunci apabila ditinggal oleh
pendamping.
5. Sun downing
Lansia mengalami kecemasan meningkat saat menjelang malam (di
rumah), terus mengeluh, agitasi, gelisah, atau teriak ketakutan. Jika di
panti, hal tersebut dapat memengaruhi lansia yang lain. Keadaan ini
terjadi karena lansia gelisah pada saat malam. Pada zaman dahulu, belum
ada listrik, sehingga saat menjelang malam, kecemasan lansia meningkat.
Oleh karenanya, semua anak dan cucunya dicari dan disuruh pulang,
semua hewan peliharaan harus sudah ada di kandang, serta semua anggota
keluarga harus sudah di dalam rumah. Semua itu terjadi karena
kekhawatiran dengan gelapnya malam. Tindakan yang dapat dilakukan
adalah berikan orientasi realitas, aktivitas menjelang maghrib, dan
penerangan yang cukup.
6. Depresi
Ada banyak jenis depresi yang terjadi pada lansia, di antaranya depresi
terselubung, keluhan fisik menonjol, berkonsultasi dengan banyak dokter
(umum/spesialis), merasa lebih pusing, nyeri, dan sebagainya. Depresi
sering dialami oleh lansia muda wanita karena terjadinya menopause.
Apabila lansia muda wanita tidak siap menghadapi menopause, maka
depresi sangat menonjol akan dialami. Namun, bagi yang siap
menghadapi menopause akan merasa lebih bahagia karena dapat
beribadah sepanjang waktu tanpa harus cuti haid. Pada lansia pria,
penyebab depresi terutama karena sindrom pascakekuasaan (postpower
syndrom). Lansia mulai berkurang penghasilan, teman, dan harga diri.
Tanda yang sering muncul adalah tidur (sleep) meningkat, ketertarikan
(interest) menurun, rasa bersalah (guilty) meningkat, energi (energy)
menurun, konsentrasi (concentration) menurun, nafsu makan (appetite)
menurun, psikomotor (psycomotor) menurun, bunuh diri (suicide)
meningkat—SIGECAPS. Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan
penyebab yang ditemukan. Selain itu, tingkatkan harga diri lansia, serta
yakinkan bahwa lansia masih tetap dihargai dalam keluarga dan tetap
bermanfaat bagi masyarakat.
7. Demensia
Demensia adalah suatu sindrom gejala gangguan fungsi luhur kortikal
yang multipel, seperti daya ingat, daya pikir, daya tangkap, orientasi,
berhitung, berbahasa, dan fungsi nilai sebagai akibat dari gangguan fungsi
otak. Demensia banyak jenisnya yang bergantung pada penyebab dan
gejala yang timbul, di antaranya demensia, multiinfark demensia,
alzheimer, atau bahkan retardasi mental. Tindakan yang dapat dilakukan
adalah berikan aktivitas sesuai kemampuan dan kolaborasi pengobatan
dengan farmakologis.
8. Sindrom pascakekuasaan (postpower syndrom)
Sindrom pascakekuasaan adalah sekumpulan gejala yang timbul setelah
lansia tidak punya; kekuasaan, kedudukan, penghasilan, pekerjaan,
pasangan, teman, dan sebagainya. Beberapa faktor penyebab lansia tidak
siap menghadapi pensiun adalah kepribadian yang kurang matang,
kedudukan sebelumnya terlalu tinggi dan tidak menduduki jabatan lain
setelah pensiun, proses kehilangan terlalu cepat, serta lingkungan tidak
mendukung. Alternatif tindakan yang dapat dilakukan adalah optimalkan
masa persiapan pensiun (MPP) selama 1 tahun, serta gaji penuh tetapi
masih boleh mencari pekerjaan lain untuk menyiapkan alih kerja. Jika
lansia bukan seorang PNS, maka siapkan jaminan sosial hari tua yang
memadai ketika masih muda. Upayakan lingkungan tetap kondusif, seperti
keluarga dan anak tetap menghargai. Usahakan kebiasaan di rumah masih
tetap dilakukan, misalnya makan bersama, mengobrol bersama, dan
sebagainya. Usahakan tetap ada kedudukan di masyarakat, seperti menjadi
ketua yayasan sosial, koperasi, atau takmir masjid. Dengan demikian,
lansia masih akan tetap merasa dihormati dan berguna bagi masyarakat.
2. Keluhan Utama Ny B mengatakan sulit tidur pada malam hari. Sering terbangun
tiba-tiba. Dan saat akhir-akhir ini mengalami sedikit nyeri pada sendi - sendi lutut.
Analisa Data
DO :
- Klien tampak
lelah
- Terkadang
menguap
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Pola tidur b.d faktor menua d.d Klien mengatakan sering terbangun apa
bila tidur malam. Terkadang tidak bisa tidur nyenyak, Klien tampak lelah, Terkadang
menguap
Rencana Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA