Disusun Oleh :
i
2020/2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua karena atas limpahan
berkah dan hidayahnya kami kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul KONSEP DIRI MANUSIA
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN kami
yaitu Rully Andika, Ns., MAN. yang telah membimbing kami, dan kepada teman-
teman semua yang memberikan dukungannya kepada kami.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dalam
hal pembuatan, penyusunan ataupun materi yang disajikan belum lengkap. untuk itu
kami harapkan kritik dan saran yang dapat mendorong kami untuk menyempurnakan
makalah selanjutnya.
Sekian dan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................2
D. Manfaat........................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................................4
iii
BAB III..................................................................................................................................29
PENUTUP.............................................................................................................................29
A. Kesimpulan................................................................................................................29
B. Saran..........................................................................................................................29
Daftar Pustaka........................................................................................................................30
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda dalam proses
kehidupannya, mulai dari lahir hingga mencapai titik kedewasaannya. Sehingga di
dalam diri setiap individu terdapat berbagai macam cara identifikasi serta
perubahan melalui proses yang berbeda pula dan diharapkan menuju arah yang
lebih baik. Di dalamnya terdapat hubungan timbal balik antara satu individu
dengan individu lainnya dan dari identifikasi tersebut didapatkan pola tingkah laku
dari hasil pemikiran yang panjang.
Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi
manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Kita mulai
membentuk konsep diri saat usia muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis
ketika banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep diri.
Konsep diri adalah citra subyektif dari diri dan pencampuran yang kompleks
dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri
dikembangkan melalui proses yang sangat kompleks yang melibatkan banyak
variable. Keempat komponen konsep diri adalah identitas, citra tubuh, harga diri
dan peran.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan
aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan
untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan
dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu
pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
1
Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama
lain. Klien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat
meningkatka konsep diri. Tetapi sebaliknya, klien yang memiliki persepsi diri
yang negatif akan menimbulkan keputusasaan.
Maka disini kami akan memaparkan tentang konsep diri dalam keperawatan
yang nantinya akan dibutuhkan oleh kita selaku askep. Didalamnya terkandung
komponen-komponen konsep diri, faktor pengaruh konsep diri, dan proses
keperawatan dalam konsep diri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari konsep diri ?
2. Apa saja dimensi dari konsep diri ?
3. Apa saja komponen dari konsep diri ?
4. Apa saja prinsip-prinsip dari konsep diri ?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi konsep diri ?
6. Bagaimana perkembangan dari konsep diri itu ?
7. Apa saja langkah-langkah untuk mempertahankan konsep diri ?
8. Bagaimana pengaruh perawat dalam konsep diri klien ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari konsep diri.
2. Menjelaskan dimensi konsep diri.
3. Menjelaskan komponen - komponen dari konsep diri.
4. Menjelaskan prinsip – prinsip konsep diri.
5. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi konsep diri.
6. Menjelaskan perkembangan konsep diri.
7. Mengidentifikasi langkah-langkah mempertahankan konsep diri.
8. Mengidentifikasi hambatan dalam membangun konsep diri
9. Menjelaskan pengaruh perawat dalam konsep diri klien.
2
D. Manfaat
1. Mengetahui pengetian konsep diri dan praktis dalam menumbuhkan
konsep diri positif bagi anak-anak.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Diri
Secara umum, Konsep diri berasal dari bahasa inggris yaitu “self concept”
merupakan suatu konsep mengenai diri individu itu sendiri yang meliputi bagaimana
seseorang memandang, memikirkan dan menilai dirinya sehingga tindakan-
tindakannya sesuai dengan konsep tentang dirinya tersebut.
Konsep diri mempunyai banyak pengertian dari beberapa ahli. Berikut merupakan
konsep diri menurut para ahli yang lain:
Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan
tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984),
mendefisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri
keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan,
persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut.
4
motivasinya, kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya,
dan sebagainya.
Stuart dan Sudeen (1998), konsep diri adalah semua ide, pikiran,
kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri negatif adalah penilaian negatif terhadap diri sendiri dan merasa
tidak mampu mencapai sesuatu yang berharga, sehingga menuntun diri ke arah
kelemahan dan emosional yang dapat menimbulkan keangkuhan serta keegoisan yang
menciptakan suatu penghancuran diri.
5
b. Konsep Diri Positif
Langkah langkah yang perlu di ambil untuk memiliki konsep diri yang
positif:
Tidak mengabaikan pengalaman poisitif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang
pernah di capai, carilah cara dan kesempatan untuk mengembangkan talenta, jangan
terlalu beraharap bahawa diri kita dapat membahagiakan semua orang atau
melakukan segala sesuatu secara sekaligus.
Hargailah diri sendiri dengan melihat kebaikan yang ada dalam diri, sehingga kita
mampu melihat hal baik yang ada dalam diri orang lain secara positif.
Memerangi diri sendiri adalah sesuatu hal yang melelahkan karena merupakan
pertanda bahwa ada permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan
kenyataan diri yang sejati,akibatnya akan timbul kelelahan mental dan rasa prustasi
yang dalam, yang mengakibatkan makin lemahnya konsep diri positif.
6
4. Berpikir positif dan rasional
Identitas diri
Menurut Stuart dan Sundeen (1991), identitas adalah kesadaran akan diri yang
bersumber dari obsesi dan penilaian yang merupakan sistesa dari semua aspek konsep
diri sebagai suatu kesatuan yang utuh
Identitas juga bercermin pada yang lain (the other), yang tidak bisa terlepas dari
pengakuan/pengukuhan orang lain. Identitas manusia selama hidupnya di cerminkan
oleh seperangkat opini orang lain.
Keunikan setiap individu sekaligus adalah kekuatan diri dan kelemahannya, kekuatan
karena dengan memahami keunikan itu kita tidak tergoyahkan oleh penafsiran yang
lain, kelemahannya adalah ketika kita berupaya untuk mengukuhkan identitas
tersebut.
1. Memandang diri berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.
2. Memiliki kemandirian, mengerti dan percaya diri, yang timbul dari
perasaan berharga, berkemampuani suatu kesela dan dapat menguasai diri.
7
3. Mengenal diri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain .
Gambaran diri
Pandangan atau persepsi tentang diri kita sendiri, bukan penilaian orang lain
terhadap dirinya. Sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar
(Stuart dan Sundeen, 1991)
a) Sikap tersebut mencakup: persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk,
fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.setiap perubahan
tubuh akan berpengaruh terhadap kehidupan individu.
b) Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya,menerima reaksi diri
tubuhnya dan menerima stimulus dari orang lain, semakin sadar dirinya
terpisah dari lingkungan “usia remaja, fokus individu terhadap fisik lebih
menonjol”.
Harga diri
8
Berupa penilaian atau evaluasi dirinya terhadap hasil yang didapat baik internal
maupun eksternal yang merupakan proses pencapaian ideal diri. Harga diri terkait
dengan berbagai hal yang berperan vital, di antaranya:
Kualitas emosi
Aktualisasi diri
Kepercayaan diri
Ideal diri
Suatu yang kita harapkan atau harapan individu terhadap dirinya yang akan dinilai
oleh personal lain. Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai
dengan standart pribadi.Stuart dan Sundeen, (1991) yaitu :
4. Kejadian yang terjadi dalam dirinya, serta dapat memilih dan menyesuaikan
diri.
9
5. Faktor yang berpengaruh terhadap ideal diri :
d) Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi tetapi masih lebih
tinggi dari kemampuan sehingga tetap menjadi pendorong dan masih
dapat di capai serta tidak frustasi.
Peran
Merupakan pola sikap, prilaku, posisi dimasyarakat atau fungsi dirinya baik di
lingkungan masyarakat, keluarga, atau komunitas. Peran merupakan pola sikap,
perilaku, nilai dan tujuan yang di harapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di
masyarakat.
Peran dalam kehidupan dijalani dengan kadar dan konsekuensinyan, peran yang baik
adalah peran yang tak menyalahi aturan yang benar, memenuhi kebutuhan dan
sinkron dengan ideal diri. Peran sosial, merupakan hubungan antara satu individu
dengan individu lainnya, terkait dengan etnik, budaya dan agama, karena pada
dasarnya masing-masing diri memiliki berbagai identitas diri yang berbeda (multiple
selfes).
10
1. Bila anak hidup dalam suasana penuh dengan kritik, dia belajar untuk
menyalahkan orang lain.
2. Bila anak hidup dalam suasana penuh kekerasan, di belajar untuk
berkelahi.
3. Bila anak hidup dalam suasana penuh olok-olok, dia belajar untuk menjadi
seorang pemalu.
4. Bila anak hidup dalam suasana memalukan, dia belajar untuk selalu
merasa bersalah.
5. Bila anak hidup di dalam suasana yang penuh dengan toleransi,dia belajar
untuk menjadi seorang penyabar.
6. Bila anak hidup dalam suasana penuh dukungan, dia belajar untuk menjadi
seorang yang percaya diri.
7. Bila anak hidup dalam suasana penuh pujian dan penghargaan, dia belajar
untuk menghargai orang lain.
8. Bila anak hidup dalam suasana kejujuran, dia belajar untuk menghargai
orang lain.
Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan
mempengaruhi konsep dirinya.
11
Budaya
Dimana pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya,
kelompoknya dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa
anak lebih dekat pada lingkungannya.
Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian
pula sebaliknya.
Stresor
Stresor menantang kapasitas adaptif seseorang. Selye (1956) menyatakan bahwa stres
adalah kehilangan dan kerusakan normal dari kehidupan, bukan hasil spesifik
tindakan seseorang atau respon khas terhadap sesuatu. Proses normal dari
kematangan dan perkembangan itu sendiri adalah stresor.
12
dunia di luar dirinya dan mulai belajar merespon orangtlain. Bisa dikatakan bahwa
konsep diri fisik muncul lebih dahulu dibandingkan konsep diri psikologis.
1. Bayi
Apa yang pertama kali dibutuhkan seorang bayi adalah pemberi perawatan primer
dan hubungan dengan pemberi perawatan tersebut. Bayi menumbuhkan rasa percaya
dari konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh
orang tua atau orang lain. Penyapihan, kontak dengan orang lain, dan penggalian
lingkungan memperkuat kewaspadaan diri. Tanpa stimulasi yang adekuat dari
kemampuan motorik dan penginderaan, perkembangan citra tubuh dan konsep diri
mengalami kerusakan. Pengalaman pertama bayi dengan tubuh mereka yang sangat
ditentukan oleh kasih sayang dan sikap ibu adalah dasar untuk perkembangan citra
tubuh.
2. Todler
Anak usia bermain belajar untuk mengoordinasi gerakan dan meniru orang lain.
Mereka belajar mengontrol tubuh mereka melalui keterampilan locomotion, toilet
training, berbicara dan sosialisasi.
3. Usia prasekolah
13
Pada masa ini seorang anak memiliki inisiatif, mengenali jenis kelamin,
meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan sensitive
terhadap umpan balik keluarga. Anak-anak belajar menghargai apa yang orang tua
mereka hargai. Penghargaan dari anggota keluarga menjadi penghargaan diri.
Kaluarga sangat penting untuk pembentukan konsep diri anak dan masukan negatif
pada masa ini akan menciptakan penurunan harga diri dimana orang tersebut sebagai
orang dewasa akan bekerja keras untuk mengatasinya.
Menurut Bee ( 1981 ) mengungkapkan bahwa pada masa ini seorang anak
menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan lingkungan sosial selain
keluarga mulai mempengaruhi pandangan dan juga penilaian individu terhadap
dirinya. Tahap ini oleh Allport ( Sarason, 1972 ) disebut dengan tahapperkembangan
diri sebagai pelaku. Individu mulai belajar untuk bisa mengatasi berbagai macam
masalah secara rasional.
Dengan anak memasuki usia sekolah, pertumbuhan menjadi cepat dan lebih banyak
didapatkan keterampilan motorik, sosial dan intelektual. Tubuh anak berubah, dan
identitas seksual menguat, rentan perhatian meningkat dan aktivitas membaca
memungkinkan ekspansi konsep diri melalui imajinasi ke dalam peran, perilaku dan
tempat lain. Konsep diri dan citra tubuh dapat berubah pada saat ini karena anak terus
berubah secara fisik, emosional, mental dan sosial.
5. Masa remaja
14
memilih pekerjaan yang akan digeluti seara rasioanal ( Allport dalam Sarason, 1972 :
39 ).
Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial. Sepanjang maturasi
seksual, perasaan, peran, dan nilai baru harus diintegrasikan ke dalam diri.
Pertumbuhan yang cepat yang diperhatikan oleh remaja dan orang lain adalah faktor
penting dalam penerimaan dan perbaikan citra tubuh.
Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat dengan pembentukan
identitas. Pengamanan dini mempunyai efek penting. Pengalaman yang positif pada
masa kanan-kanak memberdayakan remaja untuk merasa baik tentang diri mereka.
Pengalaman negatif sebagai anak dapat mengakibatkan konsep diri yang buruk.
Mereka mengumpulkan berbagai peran perilaku sejalan dengan mereka menetapkan
rasa identitas.
Pada masa dewasa muda perubahan kognitif, sosial dan perilaku terus terjadi
sepanjang hidup. Dewasa muda adalah periode untuk memilih. Adalah periode untuk
menetapakan tanggung jawab, mencapai kestabilan dalam pekerjaan dan mulai
melakukan hubungan erat. Dalam masa ini konsep diri dan citra tubuh menjadi relatif
stabil.
Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi sosial, penghargaan dan penerimaan
diberikan untuk penampilan normal dan perilaku yang sesuai berdasarkan standar
sosial. Konsep diri secara konstan terus berkembang dan dapat diidentifikasi dalam
nilai, sikap, dan perasaan tentang diri.
15
7. Usia dewasa tengah
Usia dewasa tengah terjadi perubahan fisik seperti penumpukan lemak, kebotakan,
rambut memutih dan varises. Tahap perkembangan ini terjadi sebagai akibat
perubahan dalam produksi hormonal dan sering penurunan dalam aktivitas
mempengarui citra tubuh yang selanjutnya dapat mengganggu konsep diri.
Tahun usia tengah sering merupakan waktu untuk mengevaluasi kembali pengalaman
hidup dan mendefinisikan kembali tentang diri dalam peran dan nilai hidup. Orang
usia dewasa tengah yang manerima usia mereka dan tidak mempunyai keinginan
untuk kembali pada masa-masa muda menunjukkan konsep diri yang sehat.
8. Lansia
Parubahan pada lansia tampak sebagai penurunan bertahap struktur dan fungsi.
Terjadi penurunan kekuatan otot dan tonus otot.
Konsep diri selama masa lansia dipengaruhi oleh pengalaman sepanjang hidup. Masa
lansia adalah waktu dimana orang bercermin pada hidup mereka, meninjau kembali
keberhasilan dan
kekecewaan dan dengan demikian menciptakan rasa kesatuan dari makna tentang diri
makna tentang diri mereka dan dunia membentu generasi yang lebih muda dalam cara
yang positif sering lansia mengembangkan perasaan telah meninggalkan warisan.
Perjalanan untuk pencarian identitas diri bukan merupakan proses langsung jadi,
melainkan sebuah proses yang berkesinambungan. Konsep diri yang berupa totalitas
persepsi, pengharapan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri terbentuk
berdasarkan proses belajar tentang nilai, sikap, peran, dan identitas yang berlangsung
seiring tugas perkembangan yang dikembangkan dalam konsep diri.
16
G. Langkah-langkah Mempertahankan Konsep Diri
Jangan abaikan pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang pernah
dicapai. Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara dan kesempatan
untuk mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa Anda dapat
membahagiakan semua orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus.
2. Hargailah diri sendiri
Tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita selain diri sendiri.
Jikalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, tidak dapat melihat kebaikan yang ada
pada diri sendiri, tidakmampu memandang hal baik dan positif terhadap diri,
bagaimana kita bisa menghargai orang lain dan melihat hal baik yang ada dalam diri
orang lain secara positif. Jikakita tidak bisa menghargai orang lain, bagaimana orang l
ain bisa menghargai diri kita?
3. Jangan memusuhi diri sendiri
Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi dalam diri
sendiri. Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda bahwa
ada permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri sejati
(real self). Akibatnya, akan timbul kelelahan mental dan rasa frustrasi yang dalam
serta makin lemah dan negatif konsep dirinya.
4. Berpikir positif dan rasional
semua itu banyak tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu, baik itu perso
alan maupun terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai
menyesatkan jiwa dan raga.
17
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa langkah membangun konsep diri adalah
:
Potensi yang dimiliki seseorang bisa berkembang atau tidak, itu tergantung pada
pribadi yang bersangkutan dan lingkungan dia berada. Beberapa hambatan yang
sering terjadi dalam pengembangan potensi diri adalah sebagai berikut:
2. Hambatan yang berasal dari individu sendiri; Penghambat yang cukup besar
adalah pada diri sendiri,misalnya sikap berprasangka, tidak memiliki tujuan yang
jelas, keengganan mengenal diri sendiri, ketidak mampuan mengatur diri, pribadi
yang kerdil, kemampuan yang tidak memadai untuk memecahkan masalah,
kreativitas rendah, wibawa rendah, kemampuan pemahaman manajerial lemah,
kemampuan latih rendah dan kemampuan membina tim yang rendah.
18
I. Pengaruh perawat dalam konsep diri klien
Penting artinya bagi perawat untuk mengkaji dan mengklarifikasi hal-hal berikut
mengenai diri mereka :
19
kebutuhan pasien. Perawat bertanggung jawab pengimplementasian untuk
mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling
berat.Contoh cara-cara yang dapat dilakukan yaitu pengaturan diet dan
nutrisi,istirahat dan tidur,olahraga atau latihan teratur,berhenti
merokok,pengaturan berat badan,pengaturan waktu dan lain-lain.
4. Nilai dan harapan pribadi apa yang ditunjukkan dan mempengaruhi klien
20
Client centered atau person centered (Rogers) adalah teknik pendekatan
intervensi yang focus menangani permasalahan masa kini, membantu klien
memperjelas persepsi tentang diri sendiri dengan interpretasi minim dari
terapis, merekam dan menerbitkan verbatim untuk kemudian interaksi
terapiutik diteliti, penelitian ekstensif, membandingkan persepsi klien
terhadap self aktual dan self ideal, menggunakan teknik reflection of feelings
dan terapis sebagai cermin,memberikan gambaran tentang klien, masuk ke
dalam emosi yang diungkapkan klien, klien sampai pada kesadaran dan
menerima diri, adanya perubahan/ perbaikan.
Untuk menciptakan hubungan antara perawat dan pasien diperlukan komunikasi yang
akan mempermudah dalam mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana
tindakan serta kerja sama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Hubungan perawat
dan klien yang terapeutik akan memepermudah proses komunikasi tersebut.
21
SKENARIO
Ny. S, seorang wanita yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga,
berusia 35 tahun,memiliki tinggi badan 155 cm dan berat badan 40 kg
dianiaya oleh majikannnya yang berusia50 tahun dengan cara menyiramkan
air keras pada wajahnya. Kejadian ini disebabkan karenanyonya S lalai dalam
mengerjakan tugasnya saat ia sedang menyetrika baju majikanya
iamembiarkan baju yang ia setrika terbakar dengan alasan mengurus cucu
majikanya yangmenangis , yang kebetulan berada di sana.
Penyiraman yang dilakukan oleh majikanmengakibatkan Ny. S
mengalami cacat pada seluruh wajahnya, yang mengharuskan
iamenjalani operasi plastik untuk mengembalikan kondisi wajahnya seperti
semula. Namun,hasil dari operasi plastik tersebut tidak sepenuhnya berhasil.
Wajah Ny. S tampak lebih burukdari perkiraan sebelumnya. Hal ini membuat
Ny. S merasa terganggu, dan menganggapTuhan tidak adil. Setiap kali ia
melihat kecermin, ia selalu mengeluhkan tentang keadaanya.Ketika di
wawancara Ny. S hanya menunduk sambil berbicara pelan dan mengaku
telahberhenti dan tidak mau bekerja lagi dengan alasan takut masyarakat akan
mencacinya. Selainitu, Ny. S tampak mudah tersinggung dan mudah marah.
1. Pengkajian
Faktor predisposisi
Adanya perasaan malu dan tidak ingin di caci oleh orang lain karena
kerusakan pada
wajah ny. S.
22
Gangguan citra tubuh yang disebabkan oleh tindakan operasi plastik
pada wajah ny. S
tetapi tindakan operasi plastik tersebut tidak berhasil sehingga dapat
menyebabkan
wajah ny. S semakin parah.
Gangguan penampilan peran adalah terhenti fungsi peran ny. S yang
disebabkan tidak
berhasilnya operasi plastik dan ia memutuskan huungan kerja
karena takut
bersosialisasi dengan masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu adanya
ketidakpercayaan pada
lingkungan, bahwa sebenarnya lingkungan mampu menerima keadaan
ny. S.
Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor
dari luar individu
(internal or eksternal sources), yang dibagi lima kategori:
Ketegangan peran, adalah ny. S adalah bagian dari masyarakat tetapi
ia tidak bisa
bersosialisasi dengan masyarakat sehingga ia tidak mampu
menjalankan peranya
sesuai dengan tuntutan yang ada. Artinya nyonya S tidak mau bekerja
dan peranya
sebagai pencari nafkah terganggu.
Peran berlebihan : adanya tuntutan berlebih dari majikan yang
memintanya
23
melakukan dua pekerjaan sekaligus.
Perilaku
Data yang dikumpulkan oleh seorang perawat, hendaknya data perilaku yang
obyektif dandapat diamati. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang
rendah ( Stuart dan Sundeen, 1995 ) yaitu identitas kacau dan depersonalisasi
dapat dilihat sebagai berikut.
Perilaku dengan harga diri yang rendah
Mengkritik diri sendiri berhubungan dengan kondisi fisik yang
mengalami kerusakkan. Produktivitas menurun: ny. S memutuskan
untuk tidak mau untuk bekerja kembali Adanya perasaan mudah
tersinggung dan mudah marah
Pandangan hidup yang pesimis: beranggapan bahwa dengan kondisi
wajah yang kurang baik Ny. S tidak mau bekerja karena takut dicela
oleh masyarakat.
Menarik diri: Ny. S menarik diri dari lingkungan dengan tidak mau
bekerja lagi.
Harga diri rendah Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan yangnegatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan
diri, merasa gagal mencapaikeinginan (lebih baik).Gangguan harga
diri berhubungan dengan perubahan fisik setelah dilakukanya operasi
plastik ketika menghadap cermin ia selalu mengeluhkan tentang
keadaanya.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
b) Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra
tubuh.
24
c) Harga diri rendah berhubungan dengan adanya isolasi sosial
berupa menarik diridari lingkungan.
d) Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri
rendah.
3. Intervensi
A. Jangka Pendek :
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis:
pemakaian obat-obatan, nonton TV
2. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial,
keagamaan, politik
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara: kompetisi olahraga
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara:
(penyalahgunaan obat-obatan)
B. Jangka Panjang :
1. Menutup identitas: terlalu cepat mengadopsi identitas yang
disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan
hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri
2. Identitas negatif: Asumsi yang bertentangan dengan nilai dan
harapan masyarakat
4. Implementasi
Diagnosa keperawatan :
perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah.
Tujuan umum:
Klien dapat menunjukkan peran sesuai dengan tanggungjawabnya.
Tujuan khusus:
25
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2. Dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
3. Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
4. Klien dapt menetapkan (merncankan) kegiatan sesuai yang
dimilki
5. Klien melakukan tindakan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuan.
6. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
Tindakan keperawatan.
26
2. Setiap bertemu klien, hindarkan memberi penilain negative.utamakan
memberikan pujian realistis.
3. Diskusikan kemampuan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
selamam sakit. Misalnya: penampilan klien dalam “self care” latihan dan
ambulasi serta aspek asuhan terkait denga gangguan fisik yang dialami oleh
klien.
4. Diskusikan pada kemampuan yang dapat dilanjutkan pengguanannya setelah
pulang sesuai dengan kondisi pasien
5. Rencanakan bersama oleh aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan: kegiatan mandiri, kegiatan bantuan sebagian, kegiatan yang
membutuhkan bantuan total.
6. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi klien.
7. Beri kesempatan cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan (sering
klien takut melaukannya).
8. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
9. Beri pujian atas keberhasilan klien.
10. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.
11. Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawt klien harga
diri rendah.
12. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
27
5. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan. Tujuan evaluasi
adalah untuk menentukan efektivitas asuhan keperawatan untuk mencegah atau
mengobati respon klien terhadap prosedur kesehatan yang telah diberikan ( Nursalam;
2009).
Pernyataan evaluasi memberikan informasi yang penting tentang pengaruh intervensi
yang direncanakan pada status kesehatan klien.
Langkah-langkah evaluasi adalah:
1. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi
2. Mengumpulkan data baru tentang klien
3. Menafsirkan data baru
4. Membandingkan data baru dengan standar yang berlaku
5. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan
6. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua
ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan
dengan orang lain. Sangatlah penting bagi seorang perawat untuk memahami konsep
diri terlebih dahulu harus menanamkan dalam dirinya sendiri sebelum melayani klien,
sebab keadaan yang dialami klien bisa saja mempengaruhi konsep dirinya, disinilah
peran penting perawat selain memenuhi kebutuhan dasar fisiknya yaitu membantu
klien untuk memulihkan kembali konsep dirinya.
Ada beberapa komponen konsep diri yaitu identitas diri yang merupakan intenal
idividual, citra diri sebagai pandangan atau presepsi, harga diri yang menjadi suatu
tujuan, ideal diri menjadi suatu harapan, dan peran atau posisi di dalam
masyarakat.Untuk membangun konsep diri kita harus belajar menyukai diri sendiri,
mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan interpersonal ke yang lebih
baik, sikap aktif yang positif, dan menjaga keseimbangan hidup.
Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam memahami konsep
diri, kita menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri penuh, dapat beradaptasi
dengan lingkungan, dan mencapai sebuah kebahagiaan dalam hidup.
29
B. Saran
Dalam setiap mengerjakan suatu tugas makalah diperlukan banyak referensi
agar materi yang disajikan lengkap.pada saat akan mempresentasikan materi
perlu banyak belajar agar dapat menguasai materi yang dibawakan.
Daftar Pustaka
Wolf, Weitzel, Fuerst, 1984, Dasar-dasar Ilmu Keperawatan, buku kedua, Gunung
Agung, Jakarta.
Perry, potter, 2010, Fundamental Keperawatan, buku kedua, Elsevier, Jakarta
30