Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER GINJAL / CANCER RENAL (CA. RENAL)

A. PENGERTIAN

Kanker Ginjal adalah kondisi medis yang ditandai dengan kelainan pertumbuhan dari sel-sel kanker pada
ginjal. Biasanya, hanya satu ginjal yang terkena kanker. Kanker ginjal merupakan sebagian besar tumor ginjal
yang solid (padat) dan jenis kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal (adeno
karsinoma renalis / hipernefroma). Kanker Ginjal atau hipernefroma merupakan jenis kanker yang terdapat pada
bagian ginjal atau disebut tubulus renal proksimal. Ginjal juga memproduksi renin serta eritropoitin yang
terlibat dalam metabolism vitamin D. (Cristina Brooker, edisi 31 tahun 2012).

Sebuah tumor ginjal adalah pertumbuhan abnormal dalam ginjal. Istilah “massa”, “lesi” dan “tumor”
sering digunakan secara bergantian. Tumor mungkin jinak (non-kanker) atau ganas (kanker). Tumor ginjal yang
solid bisa jinak, tetapi bisa menjadi kanker lebih dari 80% seiring berjalannya waktu. (American Urological
Association, april 2014) Carcinoma adalah tumor malignan yang tumbuh di jaringan eptel. Carcinoid
syndrome adalah syndrome klinis yang timbul setelah terjadi pertumbuhan dan penyebaran tumor
karsinoid yang mensekresikan 5- hidroksitripamin 5-HT (yang juga disebut serotonin). Renal berhubungan
dengan ginjal, Renal cortex adalah bagian ginjal paling luar yang berwarna pucat dan berada dibawah
kapsula renis. (kamus keperawatan, tahun 2012)

B. ETIOLOGI

Dalam keadaan normal, sel-sel di dalam saluran kemih tumbuh dan membelah secara wajar.Tetapi kadang
sel- sel mulai membelah diluar kendali dan menghasilkan sel-sel barumeskipun tubuh tidak memerlukannya. Hal ini
akan menyebabkan terbentuknya suatu massa yang terdiri jaringan berlebihan, yang dikenal sebagai
tumor. Tidak semua tumor merupakan kanker (keganasan). Tumor yang ganas disebut tumor maligna. Sel-
se ldari tumor ini menyusup dan merusak jaringan disekitarnya. Sel-sel ini juga keluar dari tumor asalnya
dan memasuki aliran darah atau system getah bening, paru-paru, hati, tulang , Pembuluh limfe, Vena
renalis. dan akan terbawa ke bagian tubuh lainnya ( proses ini dikenal sebagai metastase tumor ).

Penyebab mengganasnya sel-sel ginjal tidak diketahui. Namun penelitian telah menemukan factor-faktor
tertentu yang tampaknya meningkatkan risiko terjadinya kanker ginjal. Risiko terjadinya carcinoma sel
ginjal meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Kanker ini paling sering terjadi pad ausia 50-70
tahun. Pria memilikirisiko 2 kali lebih besar dibandingkan wanita.
Faktor – faktor resikonya, yaitu :
1. Merokok. Merokok adalah faktor resiko utama. Para perokok dua kali lebih mungkin menderita kanker
ginjal daripada bukan perokok. Orang yang menyukai rokok cerutu bahkan bisa menderita kanker ginjal
paling parah.
2. Kegemukan / obesitas. Orang yang mengalami kegemukan mempunyai resiko yang lebih tinggi dari mereka yang
tidak kegemukan.
3. Dialysis jangka panjang. Dialysis adalah perawatan untuk orang – orang yang ginjalnya tidak bekerja dengan
baik. Dialysis akan mengeluarkan pembuangan – pembuangan dari darah.
4. Hipertensi. Merupakan faktor resiko yang termasuk pokok.
5. Von Hippel Lindau ( VHL ) syndrome. HVL adalah penyakit yang jarang beredar pada beberapa keluarga
dan disebabkan oleh perubahan dalam gen HVL. Suatu gen HVL yang tidak normal dapat meningkatkan
resiko kanker ginjal, juga menyebabkan kista atau tumor dimata, otak dan bagian – bagian tubuh yang
lainnya. Penderita sindrom ini bisa melakukan tes pemeriksaan terhadap kemungkinan gen VHL yang
tidak normal.
6. Jenis kelamin. Laki – laki dimungkinkan lebih banyak menderita kanker ginjal daripada perempuan. Di AS, sekitar
20.000 laki – laki dan 12.000 perempuan menderita kanker ginjal dalam setiap tahun.
7. Makanan tinggi lemak

8. Faktor lingkungan seperti terpapar cadmium, pelarut klorin, asbestos.

C. MANIFESTASI KLINIS

Pada stadium dini, kanker ginjal jarang menimbulkan gejala. Pada stadium lanjut, gejala yang
paling banyak ditemukan adalah hematuria ( adanya darah di dalam air kemih). Hematuria bisa diketahui
dari air kemih yang tampak kemerahan atau diketahui melalui analisis air kemih. Nyeri tumpul pada
daerah punggung terjadi sebagai akibat dari tekanan balik yang ditimbulkan oleh kompresi ureter, perluasan
tumor ke daerah perienal atau perdarahan ke dalam jaringan ginjal. Nyeri yang bersifat kolik terjadi jika
bekuan darah atau massa sel tumor bergerak turun melalui ureter.

Tekanan darah tinggi terjadi akibat tidak kuatnya aliran darah ke beberapa bagian atau seluruh
ginjal sehingga memicu dilepaskannya zat kimia pembawa pesan untuk meningkatkan tekanan darah.
Polisitemia sekunder terjadi akibat tingginya kadar hormone eritropoietin, yang merangsang sumsum
tulang untuk meningkatkan pembentukan sel darah merah.

Tanda-tanda lain dari Carsinoma ginjal adalah;


1. Warna urin abnormal ( gelap atau coklat ) karena terdapat darah dalam urin.
2. Kehilangan berat badan lebih dari 5%.
3. Kelelahan

4. Anemia
5. Terdapat massa
6. Tanda metalase
7. Demam

8. Polisitemia, hiperkalsemia
9. Kebanyakan Carsinoma ginjal teridentifikasi secara kebetulan pada saat pemeriksaan diagnostic
abdomen seperti CT-scan.
10. Gejala yang Nampak mungkin berkaitan dengan metastase tumor seperti fraktur patologi pada paha.

4. PATOFISIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya kanker ginjal hingga saat ini idiopatik, namun ada beberapa faktor yang
dapat memicu terjadinya kanker ginjal seperti rokok, faktor keturunan, obesitas, hipertensi, von helper-lindau
syndrome, dialysis >5th pada pasien gagal ginjal kronik, analgesik penasetin. Untuk rokok (kandungan cadmium
dalam rokok) masuk ke dalam tubuh melalui air liur hingga masuk ke dalam pembuluh darah menyebabkan
vasokontriksi arteriol aferen dimana cadmium saling berikatan dengan protein yang mengakibatkan konsentrasi
dalam darah meningkat menyebabkan penurunan LFG (Laju filtrasi glomerulus). Apabila hal ini terjadi
dalam waktu yang lama menimbulkan obstruksi atau kerusakan lumen tubular dalam ginjal memicu pelepasan
zat-zat vasoaktiv intrarenal yang merangsang pertumbuhan sel endotel yang abnormal dan bersifat
merusak.
Jika faktor keturunan dan von helper-lindau syndrome terkait masalah genetic yang menyebabkan tidak
berfungsinya gen pengekang tumor (VHL) sehingga menyebabkan peningkatan HIF yang merangsang
peningkatan angiogenesis dan menghasilkan produksi vascular-endotel growth homon & platelet-derived growth
hormone Peningkatan jumlah platelet dan hormone eritropoetin Meningkatkan pembentukan sel darah
baru dalam tubuh Mengakibatkan produksi sitokin bertambah. Menghasilkan GM-CSF (granulocyte monocyte-
citokinin stimulating hormone). Merangsang pertumbuhan sel endotel yang abnormal dan bersifat
merusak.
Hipertensi disebabkan adanya peningkatan produksi renin oleh apparatus jugstak glomerulus yang
memicu respon angiotensin aldosteron yang meningkatkan reabsorbsi natrium serta air dalam tubulus
renal tekanan pada saat jantung memompa sehingga resistensi pembuluh darah arteri menyebabkan
vasokontriksi pembuluh darah arteri sehinga darah yang masuk ke ginjal berkurang dan menyebabkan
penurunan laju filtrasi glomerulus apabila hal ini terjadi dalam waktu yang lama menimbulkan obstruksi
atau kerusakan lumen tubular dalam ginjal memicu pelepasan zat-zat vasoaktiv intrarenal yang
merangsang pertumbuhan sel endotel yang abnormal dan bersifat merusak.
Phenacetin yang masuk dalam pembuluh darah bersifat kurang dapat dilarutkan sehingga meningkatkan
kinerja ginjal, terhambatnya proses filtrasi menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerus apabila hal ini
terjadi dalam waktu yang lama menimbulkan obstruksi atau kerusakan lumen tubular dalam ginjal memicu
pelepasan zat-
zat vasoaktiv intrarenal tubular dalam ginjal memicu pelepasan zat-zat vasoaktiv intrarenal yang
merangsang pertumbuhan sel endotel yang abnormal dan bersifat merusak.

PATWAY
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. CT – Scan.

2. Ultrasound. Alat ultrasoud bekerja dengan menggunakan gelombang – gelombang suara yang tidak dapat
didengar oleh orang. Gelombang – gelombang suara memantul balik dari ginjal, dan komputer
menggunakan gema – gema untuk menciptakan gambar yang disebut sonogram.

3. Biopsy. Biopsy adalah pengangkatan jaringan untuk mencari sel – sel kanker.

4. Urografi intravena

5. USG
6. MRI bisa memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor

7. RPG
8. Arteriografi
9. Pemeriksaan Fisik

Periksa tanda – tanda kesehatan umum dan mengujinya untuk demam dan tekanan darah tinggi. Raba
perut dan pinggang untuk memastikan adanya gejala tumor.

10. Tes urin.

11. Tes darah. Laboratorium memeriksa darah untuk melihat seberapa baik ginjal berfungsi. Laboratorium
memeriksa tingkat dari beberapa senyawa, seperti creatinine. Tingginya creatinine akan mengakibatkan ginjal
tidak bekerja secara normal.

12. Intravenous Pyelogram ( IVP ). Pemberian zat warna suatu vena di lengan dengan cara disuntikkan. Zat
warna berjalan melalui tubuh dan berkumpul di ginjal. Zat warna itu lalu terlihat pada sinar X. Lalu zat
warna itu akan bergerak melalui ginjal menuju kantung kemih.

H. KLASIFIKASI

Ginjal yang semakin lama mengalami kegagalan atau gangguan fungsi ginjal, sehingga tidak
mampu lagi bekerja dengan normal, membuat organ ginjal semakin berat dan akhirnya menjadi kanker ginjal.
Stadium kanker ginjal didasarkan pada ukuran tumor, penyebaran dan luas penyebaran. Stadium – stadium
tersebut adalah :

1. Stadium I.
Stadium ini merupakan awal dari kanker ginjal. Tumornya berukuran 2,75 inci ( 7 cm ) atau tidak lebih
besar dari sebuah bola tenis. Sel – sel kanker ditemukan hanya berada di ginjal.
2. Stadium II.
Stadium ini merupakan awal dari kanker ginjal namun tumor sudah berukuran lebih dari 2,75 inci. Sel – sel
kanker ditemukan hanya di ginjal.

3. Stadium III.
Pada stadium ini, tumor tidak meluas diluar ginjal, tetapi sel – sel kanker telah menyebar melalui sistem
getah bening ke suatu simpul getah bening yang berdekatan. Tumor juga menyerang kelenjar adrenal atau
lapisan – lapisan dari lemak dan jaringan yang berserabut yang mengelilingi ginjal. Namun, sel – sel kanker
masih belum menyebar diluar jaringan berserabut. Sel – sel kanker ditemukan pada satu simpul getah bening
yang berdekatan atau menyebar dari ginjal ke suatu pembuluh darah besar yang berdekatan. Sel – sel
kanker juga ditemukan pada simpul getah bening yang berdekatan.
4. Stadium IV.
Pada stadium ini, tumor meluas dari luar jaringan berserabut yang mengelilingi ginjal. Sel – sel kanker
ditemukan pada lebih dari satu simpul getah bening yang berdekatan atau kanker yang telah menyebar ke
tempat – tempat lain di dalam tubuh, seperti paru – paru.
5. Kanker yang kambuh.
Kondisi ini adalah kanker yang kembali muncul setelah perawatan bisa muncul kembali di ginjal atau bagian
tubuh lainnya.

Stadium I Tumor terbatas pada parenkim ginjal


Stadium II Tumor menjalar kejaringan perinefrik tetapi tidak menembus fasia
Gerota
Stadium III III A Tumor menembus fasia gerota dan masuk ke V
renalis III B Kelenjar limfe regional
III C Pembuluh darah local

Stadium IV IVA Dalam organ, selain adrenal


IV B Metatase jauh

Gambar.1.3 stadium kanker ginjal


I. PENATALAKSANAAN
1. Operasi

Operasi adalah perawatan yang paling umum untuk kanker ginjal. Perawatan jenis ini merupakan
suatu tipe dari terapi lokal yang dilakukan dengan merawat kanker ginjal dan area yang dekat pada tumor.
Operasi untuk mengangkat ginjal disebut nephrectomy. Adapun tipe operasi pengangkatan ginjal ini
tergantung pada stadium dari tumor yaitu :

a. Radical nephrectomy. Ahli bedah mengangkat seluruh ginjal bersama kelenjar


adrenal dan beberapa jaringan disekitar ginjal. Beberapa simpul getah bening di area itu juga
diangkat.

b. Simple nephrectomy. Ahli bedah hanya mengangkat ginjal. Biasanya tindakan ini dilakukan pada
penderita kanker ginjal stadium I.

c. Partial nephrectomy. Ahli bedah hanya mengangkat bagian dari ginjal yang mengandung tumor.
Operasi ini dilakukan ketika seseorang itu hanya mempunyai satu ginjal, ketika kanker sudah
memengaruhi kedua ginjal, maupun penderita yang ukuran tumor ginjalnya kurang dari 4 cm
atau ¾ inci.

Efek samping dari operasi adalah lamanya waktu untuk sembuh. Lama waktu yang diperlukan
untuk kesembuhan pun berbeda untuk setiap orang. Pasien sering tidak nyaman selama beberapa hari
pertama meskipun telah menggunakan obat penghilang nyeri.
2. Arterial embolization

Arterial embolization adalah tipe terapi lokal yang menyusutkan tumor dan dilakukan sebelum
tindakan operasi. Tujuannya adalah agar operasi dapat berjalan lebih mudah. Ketika operasi tidak mungkin
dilakukan, maka embolization digunakan untuk membantu menghilangkan gejala – gejala kanker ginjal. Cara ini
dilakukan dengan memasukkan tabung yang sempit ke dalam suatu pembuluh darah di kaki. Tabung
dialirkan keatas hingga ke pembuluh darah besar utama atau arteri ginjal yang menyediakan darah pada
ginjal. Lalu disuntikkan suatu senyawa ke pembuluh darah untuk menghalangi aliran darah ke dalam
ginjal. Setelah arterial embolization penderita biasanya merasakan nyeri punggung atau mengalami
demam. Efek – efek lainnya mual dan muntah. Namun masalah – masalah ini bisa segera menghilang.

3. Terapi radiasi

Terapi radiasi ( radioterapi ) adalah tipe lain dari tipe lokal yang yang menggunakan sinar bertenaga
tinggi untuk membunuh sel – sel kanker, serta memengaruhi sel – sel kanker di area yang dirawat. Pasien
mendapatkan perawatan di rumah sakit atau klinik dalam lima hari setiap minggu selama beberapa
minggu. Efek samping dari terapi radiasi tergantung pada jumlah radiasi yang diberikan dan bagian tubuh
yang dirawat. Pasien bisa menjadi sangat lelah selama terapi radiasi, terutama pada minggu – minggu pertama
perawatan. Terapi radiasi pada ginjal
dan area – area yang berdekatan memungkinkan terjadinya mual, muntah, diare atau tidak nyaman ketika
BAK. Selain itu juga menyebabkan kekurangan jumlah sel darah putih sehat yang sebenarnya membantu
melindungi tubuh terhadap infeksi. Efek lainnya kulit diarea yang dirawat akan memerah, kering dan
peka.

4. Terapi biologis

Terapi biologis adalah suatu tipe dari terapi sistematis atau terapi yang menggunakan senyawa –
senyawa yang berjalan melalui aliran darah, mencapai dan memengaruhi sel – sel di seluruh tubuh.
Terapi biologis menggunakan kemampuan alamiah tubuh atau sistem imun untuk melawan kanker. Terapi
biologis mungkin menyebabkan gejala – gejala seperti flu, kedinginan, demam, nyeri – nyeri otot,
kelemahan, kehilangan nafsu makan, mual, muntah dan diare. Pasien – pasien juga mungkin memperoleh
suatu ruam kulit atau skin rash. Persoalan – persoalan ini dapat menjadi parah, namun mereka menghilang
setelah perawatan dihentikan.

5. Kemoterapi

Kemoterapi adalah tipe dari terapi sistemis dengan menggunakan obat – obatan. Obat – obatan
anti kanker memasuki aliran darah dan mengalir ke seluruh tubuh. Meskipun berguna untuk kanker –
kanker yang lain, obat – obatan tersebut telah menunjukkan penggunaan yang teratas terhadap kanker.
Efek samping dari kemoterapi tergantung pada obat – obatan spesifik dan jumlah yang diterima. Pada
umumnya, obat – obatan anti kanker memengaruhi sel – sel yang membelah secara cepat, terutama sel – sel
darah. Sel – sel ini melawan infeksi, membantu darah untuk menggumpal atau membantu, dan membawa
oksigen ke seluruh tubuh. Ketika obat – obat memengaruhi sel – sel darah, pasien lebih mudah mendapat
infeksi, memar berdarah, juga merasa sangat lemah dan lelah.

Kemoterapi dapat menyebabkan kerontokan rambut. Rambut tumbuh kembali, namun adakalanya rambut
yang baru memiliki warna dan tekstur yang agak berbeda. Kemoterapi dapat menyebabkan nafsu makan
yang buruk, mual, muntah, diare, atau luka – luka mulut dan bibir. Namun, efek – efek samping ini dapat
dikontrol dengan menggunakan obat – obatan.

6. Nutrisi

Pasien perlu makan dengan baik selama terapi kanker. kecukupan kalori dibutuhkan untuk menjaga
berat badan dan protein untuk mempertahankan kekuatan. Nutrisi bisa membuat penderita kanker merasa
lebih baik dan mempunyai lebih banyak energi. Masalahnya pasien kanker sering kali sulit untuk makan karena
tidak merasa nyaman atau lelah.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

2. Riwayat penyakit sekarang


Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak
nafsu makan, mual ,muntah dan diare. Badan panas hanya satu hari pertama sakit.
3. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum
b. Berat badan
c. Pengkajian Head To Toe

d. TTV
e. Kaji pola nutrisi
f. Adanya nyeri tekan pada bagian abdomen
g. Periksa adanya benjolan pada perut.

h. Adanya perdarahan per uretra

4. Pengkajian Perpolaa.
a. Pola nutrisi dan metabolic :

Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena
adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami
infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi
yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena
uremia.

b. Pola eliminasi :

Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada glumerulus menyebakan sisa-sisa
metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang
tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria sampaianuria ,proteinuri, hematuria.
c. Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya
hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan tekanan darah
mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan darah sudah normal selama 1 minggu.
Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba
,auskultasi terdengar rales
dan krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan
pembesaran jantung (Dispnea, ortopnea dan pasien terlihat lemah) anemia dan hipertensi yang juga
disebabkan oleh spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal jantung.
Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena hipertensi dengan gejala penglihatan kabur,
pusing, muntah, dan kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak mengetahui penyebab
dan penanganan penyakit ini.
d. Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia. keletihan,
kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus Kognitif & perseptual : Peningkatan ureum
darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi
ensefalopatihi pertensi. Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan bila ada infeksi karena
inumnitas yang menurun.
e. Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan perawatan yang lama.
Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semulaf.

f. Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman– temannya karena jauh dan lingkungan perawatann yang baru serta
kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.
g. Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan labolatorium tidak banyak membantu, hanya dapat ditemukan laju endap darah yang
meninggi dan kadang kadang ditemukan hematuria. Bila kedua kelainan labolatorium ini ditemukan, maka
prognosis diagnosa buruk Pada foto polos abdomen akan tampak masa jaringan lunak dan jarang
ditemukan klsifikasi didalamnya.Pemeriksaan pielografi intravena dapat memperlihatkan gambaran distori,
penekanan dan pemanjangan susunan pelvis dan kalises. Dari pemeriksaan renoarteriogram didapatkan
gambaran arteri yang memasuki masa tumor. Foto thoraks dibuat untuk mencari metastasi kedalam
paru-paru.

B. DIAGNOSA

KEPERAWATAN Masalah

Keperawatan

1. Devisit volume cairan


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3. Nyeri

Pioritas Masalah Keperawatan


1. Nyeri

2. Devisit volume cairan


3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri b/d agen cidera biologis.

2. Devisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif.


3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil intervensi
keperawatan
1. Nyeri b/d agen NOC : NIC : Manajemen nyeri
cidera biologis 1. Tingkat nyeri 1. Lakukan pengkajian
(kerusakan ginjal) setelah dilakukan tindakan nyeri secara

DS: keperawatan selama 2x24 komprehensif termasuk

Klien mengeluh jam nyeri klien menghilang lokasi, karakteristik,

nyeri dibagian dengan indikator : durasi, frekuensi, kualitas

piggang dan factor presipitasi

a. Mampu 2. Observasi reaksi


DO: mengontrol nyeri ( nonverbal dari

-. TD:140/100 tahu penyebab ketidaknyamanan

- RR: 30/mnt nyeri, mampu 3. Evaluasi

- T: 38 C menggunakan pengalaman nyeri

tehnik masa lampau

nonfarmakologi 4. Evaluasi bersama pasien

untuk mengurangi dan tim kesehatan

nyeri, mencari lain tentang ketidak

bantuan) (1-4 ) efektifan control nyeri

b. Melaporkan bahwa masa lampau

nyeri berkurang 5. Kontrol lingkungan yang

dengan dapat mempengaruhi

menggunakan nyeri seperti suhu

manajemen nyeri ruangan, pencahayaan

( 1-4) dan kebisingan

c. Mampu mengenali 6. Kurangi factor

nyeri (skala, presipitasi nyeri


intensitas, frekuensi 7. Pilih dan lakukan
dan tanda nyeri) penanganan nyeri
(farmakologi, non
( 1-4 ) farmakologi dan inter
d. Menyatakan rasa personal)
nyaman setelah 8. Kaji tipe dan sumber
nyeri berkurang nyeri untuk menentukan
( 1-4 ) intervensi
e. Tanda vital dalam 9. Ajarkan tentang
rentang normal ( teknik non
1- 4 ) farmakologi
Indikator : 10. Berikan analgetik
a. Tidak menujukan untuk mengurangi
kriteria hasil nyeri
b. Jarang 11. Evaluasi keefektifan
menujukan control nyeri
kriteria hasil 12. Tingkatkan istirahat
c. Kadang menujukan 13. Kolaborasikan dengan

kriteria hasil dokter jika ada

d. Sering menujukan keluhan dan tindakan

kriteria hasil nyeri tidak berhasil

e. Selalu menujukan
kriteria hasil
2. Kekurangan volume NOC: NIC :

cairan b/d Keseimbangan cairan Manajemen cairan

kehilangan cairan A. Pertahankan catatan

aktif. setelah dilakukan tindakan intake dan output

DS: keperawatan selama 2x24 yang akurat.

jam volume cairan dalam B. Monitor status hidrasi


DO : batas normal dengan (kelembaban membran

Kelemahan otot indicator : mukosa, nadi adekuat,

Kulit kering dan tekanan darah

bersisik Kriteria Hasil : ortostatik ), jika

T : 38 C diperlukan
BB : 45 Kg 1. Mempertahankan C. Monitor hasil lAb yang
N : 120 x/mnt urine output sesuai dengan retensi

sesuai dengan usia cairan (osmolalitas urin )

dan BB, BJ urine D. Monitor vital sign

normal, HT E. Monitor masukan

normal(1-4) makanan / cairan

2. Tekanan darah, dan hitung intake

nadi, suhu tubuh kalori harian.

dalam batas F. Kolaborasi pemberian

normal(1-4) cairan IV

3. Tidak ada tanda G. Monitor status nutrisi

tanda dehidrasi, H. Berikan cairan

Elastisitas turgor I. Berikan diuretik

kulit baik, sesuai interuksi.

membran mukosa J. Dorong masukan oral

lembab, tidak ada K. Berikan penggantian


rasa haus yang nesogatrik sesuai
berlebihan(1-4) output
L. Dorong keluarga
Indikator : untuk membantu
1. Tidak menujukan pasien makan
kriteria hasil M. Kolaborasi dokter
2. Jarang jika tanda cairan
menujukan berlebih muncul
kriteria hasil meburuk
3. Kadang menujukan
kriteria hasil
4. Sering menujukan
kriteria hasil
5. Selalu menujukan
kriteria hasil
3. Ketidakseimbangan NOC : NIC :

nutrisi kurang dari Status nutrisi : Asupan nutrisi Manajemen nutrisi

kebutuhan tubuh b/d setelah dilakukan tindakan Kaji adanya alergi makanan
ketidakmampuan keperawatan selama 2x24 a. Anjurkan pasien untuk

meningkatkan intake
Fe
untuk mengabsorpsi jam nutrisi pasien b. Anjurkan pasien untuk
nutrien tercukupi dengan indicator : meningkatkan protein
DS: Kriteria Hasil dan vitamin C
- Klien mengatakan 1. Adanya peningkatan c. Berikan substansi gula
tidak nafsu makan berat badan sesuai d. Yakinkan diet yang
dengan tujuan (1- dimakan mengandung
DO: 4) tinggi serat untuk

Asupan nutrisi 2. Berat badan ideal mencegah konstipasi.


yang tidak adekuat sesuai dengan tinggi e. Berikan makanan
mual, muntah badan(1-5) yang terpilih ( sudah
BB : 45 Kg 3. Mampu dikonsultasikan dengan
mengidentifikasi ahli gizi)
kebutuhan nutrisi(1- f. Ajarkan pasien
4) bagaimana membuat
4. Tidak ada tanda catatan makanan
tanda malnutrisi(1-5) harian.

5. Menunjukkan g. Monitor jumlah nutrisi

peningkatan fungsi dan kandungan

pengecapan dari kalori

menelan(1-4) h. Mendapatkan nutrisi

6. Tidak terjadi yang dibutuhkan

penurunan berat Kontrol nutrisi

badan yang 1. BB pasien dalam


berarti(1-4) batas normal

2. Monitor adanya
Indikator : penurunan berat

a. Tidak menujukan badan

kriteria hasil 3. Monitor tipe dan


b. Jarang jumlah aktivitas yang

menujukan biasa dilakukan

kriteria hasil 4. Monitor interaksi anak


c. Kadang menujukan atau orangtua selama
kriteria hasil makan
d. Sering menujukan 5. Monitor kulit kering
kriteria hasil dan perubahan
pigmentasi
e. Selalu menujukan 6. Monitor mual
kriteria hasil dan muntah

7. Monitor
makanan
kesukaan

8. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan

9. Monitor kalori
dan intake
nuntrisi.

10. Catat adanya edema,


hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral.

11. Kolaborasi dengan


ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi

yang di
DAFTAR PUSTAKA

Black, M. Joyce. 2014. Keperawatan Medikal Bedah, Ed. 8. Singapore:


Elseveir. Aspirani, Y. Reny. 2015. Buku Ajar Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan
Sistem Perkemihan, aplikasi NANDA NIC dan NOC. Jakarta: Trans Info Media.
Smeltzer, C. Susan. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Ed: 12 .

Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai