Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN KEGANASAN GINJAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB

Oleh :

KELOMPOK 3

SUMARTINI

GINA QUDRATI

AWAN SETIAWAN

JUARTA

SAPTO ARIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGGERANG


FAKULTAS SARJANA KEPERAWATAN
2020/2021
TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Cancer Kidney atau kanker ginjal tersusun dari kata cancer atau kanker yang
berarti istilah awam yang digunakan untuk menyatakan pelbagai bentuk
penyakit keganasan dan kidney atau ginjal yang berarti sepasang organ
retroperitoneal yang terletak pada dinding abdomen posterior dalam region
lumbalis, fungsi ginjal berhubungan dengan homeostasis, dan organ ini
memproduksi urine dan untuk mengekskresikan limbah seperti ureum,
mengendalikan keseimbangan elektrolit dan nilai pH. Ginjal juga
memproduksi renin serta eritropoitin yang terlibat dalam metabolism vitamin
D. (Cristina Brooker, edisi 31 tahun 2012)
Sebuah tumor ginjal adalah pertumbuhan abnormal dalam ginjal. Istilah
“massa”, “lesi” dan “tumor” sering digunakan secara bergantian. Tumor
mungkin jinak (non-kanker) atau ganas (kanker). Tumor ginjal yang solid bisa
jinak, tetapi bisa menjadi kanker lebih dari 80% seiring berjalannya waktu.
(American Urological Association, april 2014)
Carcinoma adalah tumor malignan yang tumbuh di jaringan eptel. Carcinoid
syndrome adalah syndrome klinis yang timbul setelah terjadi pertumbuhan dan
penyebaran tumor karsinoid yang mensekresikan 5-hidroksitripamin 5-HT
(yang juga disebut serotonin). Renal berhubungan dengan ginjal, Renal cortex
adalah bagian ginjal paling luar yang berwarna pucat dan berada dibawah
kapsula renis. (kamus keperawatan, tahun 2012)

2. ETIOLOGI
Penyebab kanker ginjal sampai sekarang masih belum diketahui namun ada
beberapa faktor yang dapat menjadi faktor pencetus, antara lain:

2.1. Rokok
Salah satu zat yang terkandung dalam rokok adalah cadmium, dimana
cadmium sendiri bersifat karsinogenik yang apabila masuk dalam aliran
darah akan berikatan dengan natrium atau garam sehingga konsentrasi
darah menjadi meningkat yang berdampak pada peningkatan kerja ginjal
apabila itu terus terjadi dalam waktu yang lama maka akan menyebabkan
gagal ginjal kronik dan cadmium sendiri dapat merangsang pertumbuhan
sel kanker.
2.2. Von Hippel-lindau syndrome
Von hippel-lindau syndrome adalah kumpulan beberapa gejala yang
disebabkan oleh kerusakan atau disfungsi VHL (gen pengekang kanker)
dalam tubuh sehingga memicu perubahan sifat sel normal menjadi sel
kanker akibat proses yang ada dari dalam tubuh orang tersebut.
2.3. Obesitas.
2.4. Dialysis >5th pada gagal ginjal kronik
Dialysis berperan dalam proses metastases sel kanker.
2.5. Analgesic phenacethin
Phenacetin yang masuk dalam pembuluh darah bersifat kurang dapat
dilarutkan sehingga meningkatkan kinerja ginjal, terhambatnya proses
filtrasi menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerus apabila hal ini
terjadi dalam waktu yang lama menimbulkan obstruksi atau kerusakan
lumen tubular dalam ginjal memicu pelepasan zat-zat vasoaktiv intrarenal
tubular dalam ginjal memicu pelepasan zat-zat vasoaktiv intrarenal yang
merangsang pertumbuhan sel endotel yang abnormal dan bersifat
merusak.
2.6. Hipertensi
Hipertensi meningkatan produksi renin oleh apparatus jugstakglomerulus
yang memicu respon angiotensinaldosteron yang meningkatkan
reabsorbsi natrium serta air dalam tubulus renal yang mengakibatkan
penurunan laju filtrasi glomerulus apabila hal ini terjadi dalam waktu
yang lama akan mengakibatkan gagal ginjal sebelum akhirnya semakin
parah hingga terjadi perubahan sifat sel normal menjadi sel kanker.
2.7. Riwayat penyakit keturunan
Riwayat penyakit keturunan terkait DNA-RNA yakni gen yang berfungsi
membawa informasi genetic yang dimiliki ke dua orang tua yang nantinya
akan diwariskan pada anak atau keturunannya.

3. MANIFESTASI KLINIS
Adapun Tanda dan gejala kanker ginjal dapat sulit dipahami. Oleh karena itu,
pada saat diagnosis sekitar 30% dari pasien memiliki penyakit lanjutan.
Namun ada beberapa tanda dan gejala pada pasien dengan kanker ginjal,
seperti: (American Urological Association, april 2014)
3.1. Classic Triad (3 tanda klasik)
gejala klasik bahwa pasien mengalami kanker ginjal yakni:
3.1.1. hematuria (40%)
3.1.2. nyeri pinggang (40%)
3.1.3. dan massa panggul (25%).
3.2. Apabila kanker telah mengalami metastasis maka akan menimbulkan
manifestasi klinis yang berbeda-beda tergantung tempat penyebarannya,
seperti:
3.2.1. Sesak nafas dan batuk darah bila bermetastasis pada paru.
3.2.2. Nyeri tulang atau fraktur bila bermetastasis pada tulang.
3.2.3. Kerusakan neurologis apabila bermetastase di otak.
3.3. Beberapa pasien positive kanker ginjal dapat timbul tanda dan gejala sama
seperti pada pasien dengan sindrom paraneoplastic, antara lain:
3.3.1. berat badan menurun
3.3.2. anorexia
3.3.3. hypertermi
3.3.4. anemia
3.3.5. hyperkalsemia
3.3.6. peningkatan laju sedimentasi sel darah merah
3.3.7. hipertensi dan disfungsi hati.

4. PATOFISIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya kanker ginjal hingga saat ini idiopatik,
namun ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya kanker ginjal
seperti rokok, faktor keturunan, obesitas, hipertensi, von helper-lindau
syndrome, dialysis >5th pada pasien gagal ginjal kronik, analgesik penasetin.
Untuk rokok (kandungan cadmium dalam rokok) masuk ke dalam
tubuh melalui air liur hingga masuk ke dalam pembuluh darah menyebabkan
vasokontriksi arteriol aferen dimana cadmium sendiri saling berikatan dengan
protein yang mengakibatkan konsentrasi dalam darah meningkat
menyebabkan penurunan LFG (Laju filtrasi glomerulus) apabila hal ini terjadi
dalam waktu yang lama menimbulkan obstruksi atau kerusakan lumen tubular
dalam ginjal memicu pelepasan zat-zat vasoaktiv intrarenal yang merangsang
pertumbuhan sel endotel yang abnormal dan bersifat merusak.
Jika faktor keturunan dan von helper-lindau syndrome terkait
masalah genetic yang menyebabkan tidak berfungsinya gen pengekang tumor
(VHL) sehingga menyebabkan peningkatan HIF yang merangsang
peningkatan angiogenesis dan menghasilkan produksi vascular-endotel growth
homon & platelet-derived growth hormone Peningkatan jumlah platelet dan
hormone eritropoetin Meningkatkan pembentukan sel darah baru dalam tubuh
Mengakibatkan produksi sitokin bertambah Menghasilkan GM-CSF
(granulocyte monocyte-citokinin stimulating hormone) Merangsang
pertumbuhan sel endotel yang abnormal dan bersifat merusak.
Hipertensi disebabkan karena adanya peningkatan produksi renin
oleh apparatus jugstakglomerulus yang memicu respon angiotensinaldosteron
yang meningkatkan reabsorbsi natrium serta air dalam tubulus renal tekanan
pada saat jantung memompa sehingga resistensi pembuluh darah arteri
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah arteri sehinga darah yang masuk
ke ginjal berkurang dan menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus
apabila hal ini terjadi dalam waktu yang lama menimbulkan obstruksi atau
kerusakan lumen tubular dalam ginjal memicu pelepasan zat-zat vasoaktiv
intrarenal yang merangsang pertumbuhan sel endotel yang abnormal dan
bersifat merusak.

Phenacetin yang masuk dalam pembuluh darah bersifat kurang dapat


dilarutkan sehingga meningkatkan kinerja ginjal, terhambatnya proses filtrasi
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerus apabila hal ini terjadi dalam
waktu yang lama menimbulkan obstruksi atau kerusakan lumen tubular dalam
ginjal memicu pelepasan zat-zat vasoaktiv intrarenal tubular dalam ginjal
memicu pelepasan zat-zat vasoaktiv intrarenal yang merangsang pertumbuhan
sel endotel yang abnormal dan bersifat merusak.

5. KLASIFIKASI
Ada beberapa klasifikasi kanker ginjal antara lain:
5.1. Renal adenocarcinoma
Tipe kanker ini adalah kanker yang paling umum dari kanker ginjal yang
terjadi pada orang dewasa.
5.2. Transitional cell carcinoma
Tipe ini mempengaruhi renal pelvis, renal pelvis serupa kanker kanktyng
kemih.
5.3. Nefroblastoma (tumor wilms)
Tipe ini adalah yang paling umum dari kanker ginjal masa anak-anak.
Kanker ini berbeda dengan kanker ginjal orang dewasa dan memerlukan
perawatan yang berbeda pula

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Ketika diduga kanker ginjal dapat dilakukan pemeriksaan:
6.1. Pemeriksaan Radiologi (American Urological Association, april 2014):
6.1.1. USG
6.1.2. CT-Scan
6.1.3. MRI
6.1.4. Sinar-X dada
6.1.5. Nefrogram
6.1.6. Sonogram
6.1.7. Urogram IV.

6.2. Pemeriksaan Laboratorium: (Perawatan Kritis: Seri Panduan Klinis, 2009)


6.2.1. Analisis urin
6.2.2. Pemeriksaan sel darah lengkap
6.2.3. Blood Gas Analysis
6.2.4. Pemeriksaan kimia darah lengkap dan koagulasi darah
6.2.5. Laju endap eritrosit
6.2.6. Kadar human chronic gonadotropin (HCG)
6.2.7. Kadar kortisol
6.2.8. Kadar renin
6.2.9. Kadar hormon adenokortikotropin.

7. PENATALAKSANAAN
Ada beberapa penatalaksanaan yang dapat direfrensikan untuk kanker ginjal
sesuai dengan letak dan ada tidaknya metastase sel kanker, antara lain:
7.1. Kanker yang terbatas pada ginjal
7.1.1. Pengangkatan kanker (nephrectomy)
7.1.1.1.Nefrektomi radikal
Nefrektomi radikal adalah pengangkatan ginjal, kelenjar
adrenal ipsilateral, jaringan sekitar, dan kadang, kelenjar
limfe sekitarnya. Akibat resiko kekambuhan pada ureter,
urektomi juga dapat dilakukan.
7.1.1.2.Nefrektomi parsial
Nefrektomi parsial adalah pengankatan bagian ginjal yang
mengandung sel kanker atau tumor, hal ini dilakukan
apabila seseorang hanya mempunyai satu ginjal ketika
kanker sudah mempengaruhi kedua ginjal maupun
penderita yang ukuran tumor ginjalnya kurang dari 4cm.
7.1.1.3.Nefrektomi simple
Nefrektomi simple adalah pengangkatan ginjal, pada
penderita kanker stadium 1.
7.1.2. Maligna ablation
7.1.3. Arterial Embolization
Arterial embolization adalah tipe terapi local yang menyusutkan
tumor dan dilakukan sebelum tindakan pembedahan atau operasi.
Dengan cara memasukkan tabung sempit ke dalam pembuluh darah
kaki, tabung dialirkan keatas hingga sampai pembuluh darah arteri
utama ginjal yang menyediakan darah pada ginjal kemudian dokter
menyuntikan senyawa pada pembuluh darah untuk menghalangi
aliran darah ke ginjal.
7.2. Thrombus maligna (metastase kanker dalam vena ginjal atau vena cava)
7.2.1. Nephrectomy kemudian thrombus maligna diekstrak.
Nefrektomi dengan thrombus maligna diekstrak adalah operasi
pengangkatan bagian yang berubah menjadi sel kanker, dan
mengeluarkan gumpalan sel kanker yang mengikuti aliran darah
dengan cara kleping sisi kanan dan kiri pembuluh darah yang
terdapat gumpalan sel kanker di dalamnya, kemudian buat sayatan
pada pembuluh darah guna mengeluarkan thrombus keluar tubuh.
7.2.2. Embolisasi (untuk orang yang tidak tahan pembedahan)
Embolisasi adalah terapi local yang menyusutkan tumor dan
dilakukan sebelum tindakan pembedahan atau operasi. Dengan
cara memasukkan tabung sempit ke dalam pembuluh darah kaki,
tabung dialirkan keatas hingga sampai pembuluh darah besar yang
menyediakan darah dalam ginjal kemudian dokter menyuntikan
senyawa pada pembuluh darah untuk menghalangi aliran darah ke
ginjal.
7.3. Metastase kanker ke organ lain dapat dilakukan nephrectomy yang diikuti:
7.3.1. Terapi Biologi
Terapi sistemis atau terapi yang menggunakan senyawa-senyawa
yang berjalan dalam aliran darah, mencapai dan mempengaruhi sel-
sel seluruh tubuh, terapi biologi menggunakan kemampuan
alamiah tubuh atau system imun untuk melawan kanker.
7.3.2. Kemoterapi
Terapi sistematis dengan menggunakan obat-obatan. Obat-obatan
anti kanker memasuki aliran darah dan memasuki seluruh tubuh,

meskipun berguna untuk kanker-kanker yang lain obat-obatan


tersebut telah menunjukan penggunaan yang teratas terhadap
kanker ginjal.

8. KOMPLIKASI
Ada beberapa kecenderungan komplikasi yang mungkin bisa terjadi yakni:
8.1. Thrombus maligna
8.2. Metastase sel kanker
8.2.1. Metastasis kelenjar getah bening regional
Metastase kelenjar getah bening regional adalah penyebaran sel-sel
kanker melalui system getah bening ke suatu simpul getah bening
yang berdekatan.
8.2.2. Metastasis jauh (penyebaran ke organ lain)
8.2.2.1.Paru-paru
Penyebara sel kanker pada paru-paru yang ditemukan lebih
dari satu simpul getah bening yang berdekatan atau kanker
telah menyebar ke tempat dalam tubuh lainnya.
8.2.2.2.Tulang
8.2.2.3.Kelenjar adrenal
Penyebaran sel kanker pada kelenjar adrenal melalui simpul
getah bening dalam jaringan berserabut.
8.2.2.4.Colon
ASUHAN KEPERAWATAN

Pasien yang menjabat sebagai manager perusahaan asing dengan inisial Mr.X datang ke
ruang IGD rumah sakit tepat pukul 07:15 yang diantar anak pertamanya dengan muka
menyeringai, sambil berteriak kesakitan dan memegangi punggung bagian bawahnya. Anak
mr.x mengaku pada pukul 07:00 dia mendengar ayahnya berteriak dari dalam ruangan dan
segera menghampiri, setelah saya sampai dalam ruangan ayah sudah dengan keadaan yang
kesakitan yang seperti yang dilihat sekarang ini. Kemudian saya menyuruh supir
mengantarkan kami ke rumah sakit terdekat sampai akhirnya kami berada di IGD sekarang
ini.

1. DATA DEMOGRAFI
Nama : Mr. X Tgl MRS: 19-8-1998
Umur : 69 th Jam MRS: 07:15
Jenis kelamin : Laki-laki No. MRS: 1907xx
Pekerjaan : Manager perusahaan asing
Suku/ Bangsa : Indonesia
Alamat : Indonesia

2. KELUHAN UTAMA
Nyeri di bagian punggung bawah
P : gerakan memutar
Q : seperti dihantam benda tumpul
R : di bagian punggung
S : skala 4-5
T : saat aktivitas.

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Selama 3 hari ini setelah pulang kerja punggung saya sangat sakit namun saya meminum
anti-nyeri dan sembuh, kemudian tadi pagi waktu saya menunggu meeting dengan iseng
memutar-mutarkan kursi untuk menghilangkan bosan punggung saya teramat sangat sakit

hingga saya minta tolong pada sekretaris untuk mengantar saya ke rumah sakit dan
sekarang di IGD.
4. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU
Pasien telah mengalami nyeri punggung bagian bawah selama 10th sejak umur 59th, pada
bagian lutut selama 2 bulan terakir sakit apabila digerakan.

5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Penyakit keturunan: hipertensi

6. PEMERIKSAAN
Tingkat kesadaran : composmentis
Keadaan umum : penampilan bersih, raut muka menyeringai sambil
memegangi punggungnya.
6.1. Tanda-tanda Vital
TD : 150/ 100 mmHg
Nadi : 105x/ menit
Suhu : 36,5 oC
RR : 20x/ menit
6.2. Pemeriksaan Persistem
Breathing/ B1
cuping hidung (-), otot bantu nafas (-), RR: 20x/ menit teratur, sianosis mukosa bibir
(-), suara paru normal, bunyi nafas vesikuler.
Blood/ B2
CRT: >2dt, HR: 105x/ menit, TD = 150/100 mmHg, sianosis perifer (-), akral dingin.
Brain/ B3
Masih dalam batasan normal
Bladder/ B4
Teraba massa di abdomen, nyeri tekan, intake cairan: 1500ml/ hr, output: 900ml urin/
hr, warna urin kuning pekat, bau amoniak.
Bowel/ B5
Bising usus 6x/menit, BAB: rutin 1x sehari setiap pagi dengan konsistensi lunak
berbentuk, bau khas, pasien mengatakan ada yang mengganjal perut saya.
Bone/ B6
Terjadi keterbatasan gerak di kaki kiri, nyeri tekan di lutut kiri, ROM: , Kekuatan Otot:
,Crepitasi (-), kalor (+), kemerahan (+), inflamasi (+).

6.3. Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan foto radiografi
CT scan foto polos terdapat perkembangan sel yg abnormal dan tidak simestris pada
ginjal.
Pemeriksaan laboratorium
Analisis gas darah ( pH ↑, PCO2 ↓, HCO3 ↓)

6.4. Riwayat terapi : tidak pernah

7. ANALISA DATA
Data Analisa Data Masalah

DS : Adanya pertumbuhan sel Nyeri Kronik


endotel yang abnormal
Pasien mengatakan dan bersifat merusak
punggung belakang saya dalam ginjal
sakit seperti dihantam
balok kayu. Mengakibatkan
DO : peningkatan tekanan
P : gerakan memutar intrarenal
Q : seperti dihantam
benda tumpul Nyeri kronik (yang
R : di bagian punggung dialami lebih dari 6
S : skala 5-6 bulan)
T : saat aktivitas.

DS: Adanya stressor dari luar Hipertensi


Pasien mengatakan yang terlalu besar
banyak pikiran terkait
pekerjaan. Vasokonstriksi pembuluh
DO: darah
TD = 150/100mmHg
HR = 105x/menit Mengakibatkan tekanan
CRT > 2dt darah meningkat

DS : Adanya inflamasi pada Intoleransi Aktivitas


Lutut saya sakit saat sendi lutut
berjalan ataupun
digerakkan selama 2 Mengakibatkan
minggu ini. penurunan fungsi sendi
DO :
Keterbatasan gerak Terjadi keterbatasan
ROM gerak

Intoleransi aktivitas
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
8.1. Nyeri kronis b.d. peningkatan tekanan intrarenal akibat pertumbuhan abnormal sel
endotel ginjal dan bersifat merusak.
8.2. Hipertensi b.d. vasokontriksi pembuluh darah.
8.3. Intoleransi aktivitas b.d. inflamasi sendi lutut, keterbatasan gerak.

9. INTERVENSI
DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN

Nyeri kronis b.d. 1. Observasi TTV  Dengan mengetahui TTV


peningkatan tekanan 2. Kaji skala nyeri kita dapat mengetahui
intrarenal akibat 3. Ajarkan teknik kondisi seseorang secara
pertumbuhan abnormal relaksasi global dan kita dapat
sel endotel ginjal dan 4. Kolaborasi dengan memantau hasil dari
bersifat merusak. dokter dalam tindakan yang kita berikan
pemberian therapi anti-  Dengan mengetahui skala
nyeri nyeri perawat dapat
5. Konsultasikan dengan mengetahui tingkat nyeri
dokter dalam melakukan yang pasien rasakan dan
pemeriksaan radiologi perawat dapat segera
ulang melakukan tindakan
untuk mengurangi rasa
nyeri pada pasien.
 Dengan teknik relaksasi
diharapkan klien lebih
rileks sehingga
mengurangi tekanan
stressor dalam produksi
histamine sehingga nyeri
dapat berkurang
 Dengan pemberian anti-
nyeri dapat mengurangi
rasa sakit yang dialami
klien
 Dengan adanya
pemeriksaan radiologi
ulang kita dapat
mengetahui perkembangan
penyakit sehingga
memberikan acuan
terhadap bagaimana kita
memberikan tindakan
medis, jenis terapi

Hipertensi b.d. 1.Observasi TTV  Dengan mengetahui TTV


vasokonstriksi 2.Observasi CRT 3.Kaji kita dapat mengetahui
pembuluh darah adanya sianosis kondisi dan kita dapat
perifer 4.Konsultasikan memantau hasil dari
dengan tindakan yang kita berikan
dokter dalam  Dengan melakukan CRT
melakukan kita dapat mengetahui
pemeriksaan EKG normalnya sirkulasi darah
5.Konsultasikan dengan  Dengan kita mengkaji
dokter dalam pemberian adanya sianosis perifer
therapi obat
oral penurun tekanan kita dapat mengetahui
darah jangka pendek bahwa perifer
kekurangan oksigen
 Dengan pemeriksaan EKG
kita dapat mengetahui
lebih banyak tentang
keadaan jantungnya
sehingga kita tahu
penyebab terjadinya
peningkatan tekanan darah
dengan begitu dapat
membantu dalam
pemberian terapi
 Dengan pemberian obat
oral penurun tekanan darah
jangka pendek dapat
menstabilkan tekanan
darah sehingga
mengurangi keparahan

Intoleransi aktivtas b.d. 1.Observasi tanda-tanda  Dengan mengetahui TTV


inflamasi sendi lutut, inflamasi kita dapat mengetahui
keterbatasan gerak 2.Kaji kekuatan otot dan kondisi dan kita dapat
ROM memantau hasil dari
3.Informasikan klien tindakan yang kita berikan
untuk bed rest  Dengan mengetahui
4.Kolaborasi dengan kekuatan otot dan ROM
dokter dalam kita dapat mengembalikan
pemberian obat dan memulihkan
kemampuanya untuk
bergerak/dapat
melakukan aktifitas
sehari-hari
 Dengan bedrest untuk
mengontrol aktifitas dan
dapat mempercepat proses
penyembuhan pada pasien
 Dengan melakukan
kolaborasi dapat
memantau kesehatan
dan untuk proses
penyembuhan

10. IMPLEMENTASI
DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN

Nyeri kronis b.d. 1.Melakukanpemeriksaan S:


peningkatan tekanan TTV Klien mengatakan
intrarenal akibat TD: 150/ 100 mmHg punggungnya sudah tidak
pertumbuhan abnormal Nadi: 105x/ menit sakit lagi.
sel endotel ginjal dan Suhu: 36,5 oC RR: O:
bersifat merusak. 20x/ menit Skala nyeri 0-1
2.Mengkaji skala nyeri Ekspresi klien tak lagi
Skala nyeri 4-5 menyeringai
3.Mengajarkan teknik A:
relaksasi, dengan nafas Masalah teratasi
dalam melalui hidung P:
dan keluarkan perlahan Intervensi dihentikan
lewat mulut
4.Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
therapi anti-nyeri

Hipertensi b.d. S:
1. Mengobservasi TTV
vasokonstriksi pembuluh Klien mengatakan pusing
TD : 150/100 mmHg
darah sudah berkurang.
Nadi : 105x/menit
O:
Suhu : 36,5 oC
TD : 120/90 mmHg
RR : 20x/menit
Nadi : 80 x/menit
2. Mengobservasi CRT 2
S : 36,5 oC
detik.
RR : 20x/menit
3. Mengkaji adanya
CRT 2 detik
sianosis pada perifer,
Perifer merah muda
perifer merah muda.
Ekspresi klien tampak
4. Mengkonsultasikan
sumringah.
dengan dokter dalam
A:
melakukan tindakan
Masalah teratasi
pemeriksaan EKG.
P:
5. Kolaborasi dengan
Intervensi dihentikan.
dokter dalam
pemberian therapi obat
oral penurun tekanan
darah jangka pendek.

Intoleransi aktivtas b.d. 1. Mengobservasi tanda- S:


inflamasi sendi lutut, tanda inflamasi. Klien mengatakan sudah
keterbatasan gerak 2. Mengkaji kekuatan dapat beraktifitas seperti
otot dan ROM. biasa.
3. Memberitahu klien O:
untuk bed rest. Klien sudah dapat
melakukan personal
4. Kolaborasi dengan hygine tanpa di bantu
dokter dalam dengan keluarga.
pemberian obat. A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi di hentikan

Anda mungkin juga menyukai