Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN CA GINJAL (KANKER GINJAL)

Disusun untuk memenuhi tugas Profesi Ners Departemen Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :
YAYUK DWI MULYANI (20650221)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO


2021

0
1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Oleh : Yayuk Dwi Mulyani

Judul : Laporan Pendahuluan CA Ginjal (Kanker Ginjal)

Telah disetujui dalam rangka mengikuti Program Profesi Ners Mahasiswa SI


Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Pada tanggal 8-
14 Februari 2021

Ponorogo, 09 Februari 2021

Penyusun

(Yayuk Dwi Mulyani)

Pembimbing Institusi

( )

0
1
LAPORAN PENDAHULUAN CA GINJAL

1. Definisi
Cancer Kidney atau kanker ginjal tersusun dari kata cancer atau kanker yang berarti
istilah awam yang digunakan untuk menyatakan pelbagai bentuk penyakit keganasan dan
kidney atau ginjal yang berarti sepasang organ retroperitoneal yang terletak pada dinding
abdomen posterior dalam region lumbalis, fungsi ginjal berhubungan dengan homeostasis,
dan organ ini memproduksi urine dan untuk mengekskresikan limbah seperti ureum,
mengendalikan keseimbangan elektrolit dan nilai pH. Ginjal juga memproduksi renin serta
eritropoitin yang terlibat dalam metabolism vitamin D. (Cristina Brooker, edisi 31 tahun
2012).
Sebuah tumor ginjal adalah pertumbuhan abnormal dalam ginjal. Istilah “massa”,
“lesi” dan “tumor” sering digunakan secara bergantian. Tumor mungkin jinak (non-
kanker) atau ganas (kanker). Tumor ginjal yang solid bisa jinak, tetapi bisa menjadi kanker
lebih dari 80% seiring berjalannya waktu. (American Urological Association, april 2014).
Carcinoma adalah tumor malignan yang tumbuh di jaringan eptel. Carcinoid
syndrome adalah syndrome klinis yang timbul setelah terjadi pertumbuhan dan
penyebaran tumor karsinoid yang mensekresikan 5-hidroksitripamin 5-HT (yang juga
disebut serotonin). Renal berhubungan dengan ginjal, Renal cortex adalah bagian ginjal
paling luar yang berwarna pucat dan berada dibawah kapsula renis. (kamus keperawatan,
tahun 2012).
2. Klasifikasi
Ginjal yang semakin lama mengalami kegagalan atau gangguan fungsi ginjal, sehingga
tidak mampu lagi bekerja dengan normal, membuat organ ginjal semakin berat dan
akhirnya menjadi kanker ginjal. Stadium kanker ginjal didasarkan pada ukuran tumor,
penyebaran dan luas penyebaran.
Stadium – stadium tersebut adalah :
a. Stadium I : stadium ini merupakan awal dari kanker ginjal. Tumornya berukuran 2,75
inci (7cm) atau tidak lebih besar dari sebuah bola tenis. Sel –sel kanker ditemukan
hanya berada di ginjal.
b. Stadium II : stadium ini merupakan awal dari kanker ginjal namun tumor sudah
berukuran lebih dari 2,75 inci. Sel – sel kanker ditemukan hanya di ginjal.
c. Stadium III : pada stadium ini, tumor tidak meluas diluar ginjal, tetapi sel – sel kanker
telah menyebar melalui sistem getah bening kes suatu simpul getah bening yang

0
1
berdekatan. Tumor juga menyerang kelenjar adrenal atau lapisan-lapisan dari lemak
dan jaringan yang berserabut yang mengelilingi ginjal. Namun, sel – sel kanker masih
belum menyebar diluar jaringan berserabut. Sel-sel kanker ditemukan pada satu simpul
getah bening yang berdekatan.
d. Stadium IV : pada stadium ini, tumor meluas dari luar jaringan berserabut yang
mengelilingi ginjal. Sel-sel kanker ditemukan pada lebih dari satu simpul getah bening
yang bedekatan atau kanker yang telah menyebar ke tempat-tempat lain di dalam tubuh,
seperti paru-paru. Kanker yang kambuh, kondisi ini adalah kanker yang kembali
muncul setelah perawatan bisa muncul kembali di ginjal atau bagian tubuh lainnya
(Kusuma Hardi, 2013).
3. Etiologi
Mengenai etiologinya hanya sedikit yang diketahui merokok mungkin mempunyai peran.
Pada 40% penderita telah ditemukan metastasis pada waktu tumor primer ditemukan.
Lama hidup rata-rata penderita ini 6-12bulan,tanpa penangannan proses lokal ini meluas
dengan bertumbuh terus kedalam jaringan sekelilingnya dan bermetastasis menyebabkan
kematian. Bagian karsinoma sering terdapat disamping bagian – bagian
pseudosarkomatosa diselingi dengan nekrosis dan pendarahan. Penyebab pasti dari kanker
ginjal belum diketahui secara pasti. Ada beberapa faktor resiko diketahui mampu memicu
kejadian kanker ginjal yaitu :
a. Merokok
Perilaku merokok aktif/pasif meningkatkan resiko terkena kanker ginjal (40%). Anak
yang sering menjadi perokok pasif (status paparan) meningkatkan resiko terkena Tumor
Wilms.
b. Obesitas pada wanita
Mungkin juga obesitas pada wanita disebabkan karena pengaruh faktor endokrin,
karena kondisi ini muncul pada saat-sat adanya perubahan hormonal.
c. Hormonal
Peningkatan kadar diethylstilbestrol (berdasarkan uji eksperimen pada hamster)
mempengaruhi timbulnya adenoharsinoma pada ginjal. Dan biasanya kanker ginjal
dimulai setelah usia 40 tahun dan akan memuncak pada usia antara 50 tahun sampai 60
tahun (Prabowo & Pranata, 2014).
4. Faktor Resiko
Faktor resiko yang menyebabkan kanker ginjal menurut (Kusuma Hardi, 2013) :
a. Merokok

0
1
Salah satu zat yang terkandung dalam rokok adalah cadmium, dimana cadmium sendiri
bersifat karsinogenik yang apabila masuk dalam aliran darah akan berikatan dengan
natrium atau garam sehingga konsentrasi darah menjadi meningkat yang berdampak
pada peningkatan kerja ginjal apabila itu terus terjadi dalam waktu yang lama maka
akan menyebabkan gagal ginjal kronik dan cadmium sendiri dapat merangsang
pertumbuhan sel kanker.
b. Obesitas
c. Hipertensi
Hipertensi meningkatan produksi renin oleh apparatus jugstakglomerulus yang memicu
respon angiotensinaldosteron yang meningkatkan reabsorbsi natrium serta air dalam
tubulus renal yang mengakibatkan penurunan laju filtrasi glomerulus apabila hal ini
terjadi dalam waktu yang lama akan mengakibatkan gagal ginjal sebelum akhirnya
semakin parah hingga terjadi perubahan sifat sel normal menjadi sel kanker
d. Lingkungan kerja
Pekerja perapian arang di pabrik baja memiliki resiko tinggi, juga pekerja yang terpapar
oleh asbes
e. Dialysis
>5 tahun pada penderita gagal ginjal kronik
f. Von Hippel-lindau syndrome
Von hippel-lindau syndrome adalah kumpulan beberapa gejala yang disebabkan oleh
kerusakan atau disfungsi VHL (gen pengekang kanker) dalam tubuh sehingga memicu
perubahan sifat sel normal menjadi sel kanker akibat proses yang ada dari dalam tubuh
orang tersebut.
g. Analgesic phenacethin
Phenacetin yang masuk dalam pembuluh darah bersifat kurang dapat dilarutkan
sehingga meningkatkan kinerja ginjal, terhambatnya proses filtrasi menyebabkan
penurunan laju filtrasi glomerus apabila hal ini terjadi dalam waktu yang lama
menimbulkan obstruksi atau kerusakan lumen tubular dalam ginjal memicu pelepasan
zat-zat vasoaktiv intrarenal tubular dalam ginjal memicu pelepasan zat-zat vasoaktiv
intrarenal yang merangsang pertumbuhan sel endotel yang abnormal dan bersifat
merusak
h. Diet
Acrylamide , yaitu substansi yang di kategorikan human carcinogen oleh International
Agency for Research on Cancer (IARC) secara mengejutkan terdeteksi pada kadar yang

0
1
tinggi pada jenis makanan yang di olah dengan cara di goreng dan di bakar. Beberapa
penelitian menunjukkan korelasi antara acrylamide dengan resiko kanker ginjal (Chow,
2010)
i. Genetik
Penyakit ginjal keturunan diketahui terjadi pada beberapa familiar cancer syndrome
yang paling sering dilaporkan adalah sindrom Von Hippel-lindau syndrome (VHL)
(Chow, 2010).
5. Manifestasi Klinis
Adapun Tanda dan gejala kanker ginjal dapat sulit dipahami. Oleh karena itu, pada saat
diagnosis sekitar 30% dari pasien memiliki penyakit lanjutan. Namun ada beberapa tanda
dan gejala pada pasien dengan kanker ginjal, seperti: (American Urological Association,
april 2014)
a. Classic Trias (3 tanda klasik) gejala klasik bahwa pasien mengalami kanker ginjal
yakni:
a) Hematuria (40%)
b) Nyeri pinggang (40%) dan massa panggul (25%)
b. Apabila kanker telah mengalami metastasis maka akan menimbulkan manifestasi klinis
yang berbeda-beda tergantung tempat penyebarannya, seperti:
a) Sesak nafas dan batuk darah bila bermetastasis pada paru
b) Nyeri tulang atau fraktur bila bermetastasis pada tulang
c) Kerusakan neurologis apabila bermetastase di otak
c. Beberapa pasien positive kanker ginjal dapat timbul tanda dan gejala sama seperti pada
pasien dengan sindrom paraneoplastic, antara lain:
a) Berat badan menurun
b) Anoreksia
c) Hipertermi
d) Anemia
e) Hiperkalsemia
f) Peningkatan laju sedimentasi sel darah merah
g) Hipertensi dan disfungsi hati
6. Patofisiologi
Tumor ginjal meskipun memiliki angka yang tidak signifikan dibandingkan kanker
yang lain namun memiliki tingkat prognosa yang buruk jika tidak tertangani dengan baik.
Tumor ini berasal daeri tubulus proksimalis ginjal yang mula-mula berada di dalam

0
1
kortex, dan kemudian menembus kapsul ginjal. Beberapa jenis tumor ini disertai dengan
pseudokapsul yang terdiri atas perenkim ginjal yang tertekan oleh jaringan tumor dan
jaringan fibrosa. Tidak jarang ditemukan kista-kista yang berasal dari tumor yang
mengalami nekrosis dan diresorbsi. Fasia gerota merupakan barier yang menahan
penyebaran tumor ke organ sekitarnya. Pada irisan tampak berwarna kuning sampai
oranye sedangkan pada gambaran histopologik terdapat berbagai jenis clear cell, granular,
sarkomatoid, papiler dan berbentuk campuran. (Prabowo & Pranata, 2014).
Merokok, obesitas pada wanita, diet lemak tinggi dan kolesterol mengakibatkan
toksik pada vaskular yang mengakibatkan elastisitas vaskuler turun yang menyebabkan
hiposirkulasi. Hiperlipidemia pada wanita obesitas mengakibatkan kompresi vaskuler juga
mengakibatkan laju sirkulasi menurun. Diet tinggi lemak dan kolesterol mengakibatkan
pasien memiliki resiko atherosklerosis. Hiposirkulasi dan atherosklerosis menyebabkan
hipoksia pada organ ginjal yang menyebabkan inflamasi sel sehingga sel akan mengalami
metaplasia/hiperplasia sel yang berpotensi menjadi kanker ginjal. Ca ginjal mengakibatkan
hipervaskularisasi sel ganas yang meningkatkan tekanan intravaskuler yang
mengakibatkan urine yang keluar bercampur darah (hematuria) yang mengakibatakan
nyeri akut (Nurarif & Kusuma, 2015).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
PIV biasanya dikerjakan atas indikasi adanya hematuria, tetapi jika diduga ada massa
pada ginjal, pemeriksaan dilanjutkan dengan CT scan atau MRI. Dalam hal ini USG
hanya dapat menerangkan bahwa ada massa solid atau kistik. CT scan merupakan
merupakan pemeriksaan pencitraan yang dipilih pada karsinoma ginjal. Pemeriksaan ini
mempunyai akurasi yang cukup tinggi dalam mengetahui adanya penyebaran tumor
pada vena renalis, vena cava, ekstensi perirenal, dan metastasis pada kelenjar limfe
retroperitonereal. MRI dapat mengungkapankan adanya invasi tumor pada vena renalis
dan vena cava tanpa membutuhkan kontras, tetapi kelemahanya adalah kurang sensitifi
mengenali lesi solid yang berukuran kurang dari 3 cm.
a) IVP (Intrevenous Pyelograf) Memperlihatkan ketidakserasian tepi-tepi ginjal dan
memberi gambaran adanya dugaan tumor ginjal. Tumor kecil pada parenkin tidak
akan jelas, tapi bisa diperjelas dengan CT scan.
b) CT-Scan, untuk membuat diferensiasi carcinoma sel-sel ginjal dan kista renal
c) Angiografi Untuk diferensiasi kista dengan tumor

0
1
b. Pemeriksaan penunjang akan membantu menegakkan diagnosa medis kanker ginjal
antara lain: (Nurarif & Kusuma, 2015)
a) Ultrason abdominan : terdapat masa pada perut (retrperitoneal) sebelah atas.
b) CT scan : dapat memberikan gamabaran pembesaran ginjal dan sekaligus
menunjukan pembesaran kelenjar regional atau infiltrasi tumor ke jaringan
sekitarnya.
c) Foto toraks : karena tingginya insiden metastase tumor ke paru-paru,maka setiap
pasien dengan Tumor Wilms harus di lakukan pemeriksaan foto toraks.
d) Pemeriksaan darah dan urine : untuk menilai fungsi ginjal dan hati
e) Biopsi : dilakukan untuk mengambil contoh jaringan dan pemeriksaan mikroskopik.
Biospi tumor ini intuk mengevaluasi sel dan diagnosis.
f) MRI Perut
g) CBC,BUN,dan Kreatinin
h) PIV dan nefroktom
i) Urinalis : untuk mengetahui kandungan sedimentasi dan partikel pada
urine(darah, gula,protein dan bakteri)
j) Darah lengkap : pemeriksaan dasar untuk melakukan status hemodinamik dalam
darah
k) Angiography : menggunakan zat kontras akan menggambarkan secara jelas imaging
dari kanker sampai pada vaskuler di ginjal
l) X-Ray Thoraks : pemeriksaan ini untuk mengetahui metastase tumor ke paru-
paru.klien dengan tumor ginjal sangat rentan untuk ke paru karena sirkulasi yang
bersifat sistemik.
8. Penatalaksanaan
a. Medis
a) Nefroktomi radikal Dengan cara transabdominal, thoraco abdominal atau
retreperitoneal. Yang pertama merupakan yang paling sering dipilih agarmenjamin
arteri dan vena renal tetap aman dan sebagai pencegahan penyebaran sel kanker
ganas.
b) Terapi radiasi, hormonal atau kemoterapi Stelah bedah tumor maligna diteruskan
dengan sensitifitas radiografi, biasanya pasien mendapatkan serangkaian terapi sinar
X. untuk pengobatan ini tidak perlu hospitalisasi. Radiasi juga dilakukan untuk
metastase sebagai pengobatan paliatif bagi mereka yang tidak mungkin bisa dibedah.
Kemotherapi belum memperlihatkan mutu pada pengobatan carcinoma sel-sel

0
1
kanker. Angka pasien yang bisa tertolong setelah pengobatan tergantung pada
gawatnya metastase. Angka pulih kembali setelah 10 tahun sangat rendah, terutama
karena kebanyakan otrang tidak berobat pada tingkat tinggi dan menunggu sampai
penyakit sudah sangat lanjut.
c) Imunotherapi mungkin bermanfaat,transplantasi sel induk alogeneik mungkin
diindikasikan jika tidak ada respons terhadap imunoterapi
d) Embolisasi arteri renalis Dilakukan untuk menyumbat aliran darah kedalam tumor
sehingga akan membunuh sel-sel tumor
e) Terapi biologi Interleukin-2 (IL-2), yaitu suatu protein yang mengatur pertumbuhan
sel. Cara ini dapat dilakukan secara tunggal atau dalam bentuk kombinasi biasa
dengan sel-sel pembuluh yang diaktifkan oleh limfokin (LAK: Limfokines Activated
Kliller Cells)
b. Non-Medis
a) Terapi Ablasi
Untuk kasus di mana kanker ginjal tidak dapat dioperasi, terdapat pilihan alternatif
untuk menghancurkan tumor seperti:
• Cryoablation: Membunuh sel kanker dengan cara membekukannya dengan
jarum yang dialirkan gas dingin.
• Ablasi dengan radiofrekuensi (radiofrequency ablation): Membunuh sel
kanker dengan cara memanaskan atau membakar sel kanker dengan arus
listrik yang dialirkan melalui jarum.
b) Terapi Target (Targeted therapy)
Terapi ini menargetkan sel kanker yang mempunyai karakter khusus. Dengan
demikian diharapkan terapi dapat tepat sasaran membunuh hanya sel kanker tanpa
merusak sel sehat. Contoh terapi ini adalah sorafenib dan sunitinib. Pilihan terapi
lain adalah radioterapi serta imunoterapi. Imunoterapi seperti nivolumab adalah
terapi yang relatif baru yang memanfaatkan kekebalan tubuh untuk menyerang sel
kanker.
c) Kemoterapi
Pada pasien dengan riwayat kanker atau tumor yang berulang pasti mempunyai
riwayat kemoterapi, pemeriksaan radiologi, biopsy, pembedahan untuk
pengangkatan jaringan kanker atau tumor atau riwayat radiasi. Dan pada pasien

0
1
dengan kanker ginjal yang disertai hipertensi pasti mempunyai riwayat terapi obat
anti-hipertensi, beta-blocker, anti-diuretik, anti adrenal yang harus dikonsumsi rutin.
9. Komplikasi
a. Komplikasi biopsi ginjal antara lain hematoma hematuria makroskopik,fistula
arteriovena, infeksi dan pembedah.
b. Perdarahan hematoma parirenal ditandai dengan penurunan Hb. Hematuria
makroskopik dengan hematoma parirenal terjadi 2%, dan hanya 1% membutuhkan
transfusi darah. Hematuria yang berat dapat menyebabkan kolik. Bila hematuria
berlanjut perlu angiografi untuk tindak lanjut embolisasi.
c. Fistula arteriovena. Sering tidak ada keluhan dan ditemukan secara radiologi. Frekuensi
sekitar 10% bila diperiksa secara arteriografi atau doppler berwarna. Kebanyakan kasus
akan sembuh spontan. Fistula arteriovena yang menetap, dapat menyebabkan
hematuria, hipertensi dan gangguan fungsi ginjal. Dalam situasi demikian embolisasi
perlu dilakukan.
d. Komplikasi lain,walaupun sangat jarang, biopsi ginjal dapat menyebabkan fistula
peritoneal/kalises,hematotorak,perforasi kolon atau page kidney dimana terjadi
tamponade ginjal
e. Kematian karena biopsi sangat jarang dan biasanya disebabkan perdarahan. (Black &
Hwaks, 2014).

0
1
Pathway
Faktor Resiko:
Pertumbuhan sel-sel baru pada ginjal
Merokok
Obesitas
Hipertensi
Lingkungan
Pertumbuhan sel endotel abnormal dan bersifat
Dialysis
Idiopatik merusak
VonHippel-lindau
syndrome
RENAL CELL KARSINOMA Diet
(KANKER GINJAL) Anelgesic phenachetin
Genetik

Masuk aliran getah


Pertumbuhan sel kanker Inflamasi Pengeluaran bening
dalam ginjal (peradangan) zat pirogen
Pada Paru-Paru Pada Hati Pada Tulang

Pengeluaran Hipertermi
Pembesaran massa/tumor
pada ginjal mediator nyeri
Adanya massa Massa Kadar hormon
eritroprotein meningkat
Nyeri di persepsikan
Penekanan pada
Penurunan ekspansi
pembuluh darah paru Hepatomegali Polisitemia sekunder
Nyeri Akut
Pecahnya pembuluh
darah Anemia Sesak nafas Mual, muntah, Kompensasi berupa
anoreksia, BB hiperventilasi
menurun
Hb menurun Penurunan suplai O2
Nyeri dada
ke jaringan Peningkatan RR,
Hematuria
Peningkatan
Keletihan Gangguan pola Defisit Resiko
Perfusi Perifer frekuensi nafas
tidur Nutrisi Hipovole
Tidak Efektif mia
Gangguan Intoleransi
Eliminasi Urin aktivitas

Pola Nafas
Tidak Efektif

0
1
RENAL CELL KARSINOMA
(KANKER GINJAL)

Tindakan Kemoterapi Tindakan Pembedahan

Rambut rontok Pre-Operasi Post-Operasi

Gangguan Citra Insisi pembedahan post op


Tubuh Rencana pembedahan

Kurang terpapar Kerusakan jaringanPost de entre


informasi neuro

Resiko Infeksi
Defisit Hilangnya pengaruh
Ansietas
Pengetahuan anestesi

Timbulnya respon
sensori: nyeri

Nyeri Akut

Gangguan
mobilitas fisik

0
1
Konsep Asuhan Keperawatan CA Ginjal

1. Pengkajian (Anamnesa)
a. Identitas Klien
Identitas klien berisikan nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
status, penanggung jawab klien dan data demografi penanggung jawab klien.
b. Keluhan Utama
Keluhan urine bercampur darah, disertai nyeri pinggang kanan/kiri, nyeri saat berkemih
dan terasa seret.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien dengan diagnose kanker ginjal biyasanya tidak nampak gejala yang
signifikan sebelum masuk stadium 4 kecuali pada pasien yang melakukan check rutin
sehingga pasien tidak mengetahui dan menghiraukannya karena dikira pegal-pegal atau
nyeri sendi (encok) yang tidak membahayakan, sampai akhirnya pasien mengalami
nyeri pinggang yang tidak bisa ditahannya lagi ataupun adanya darah dalam urin saat
berkemih barulah pasien datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk meminta
bantuan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada pasien dengan kanker ginjal biyasanya mempunyai garis keturunan dengan
hipertensi atau bahkan menderita penyakit kanker.
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Terkadang pada pasien dengan von help-lyndau syndrome kemungkinan menderita
kanker ginjal namun pada pasien dengan kanker ginjal biyasanya disertai hypertensi,
obesitas, gagal ginjal kronik yang mengharuskan dialisa selama lebih dari 5th terakhir
bahkan pernah mempunyai riwayat operasi atau pernah menderita penyakit kanker
sebelumnya.
f. Riwayat Sehari-hari
a) Nutrisi
Saat sakit: penurunan nafsu dan porsi makan, anoreksia, mual muntah.
b) Istirahat dan tidur
Saat sakit: mudah lelah saat aktivitas dan mengalami gangguan tidur karena nyeri.
c) Eliminasi
Saat sakit: nyeri saat berkemih, adanya darah dalam urin saat berkemih.

0
1
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Pasien tampak lemah
b. Kesadaran
Composmentis
GCS: 4-5-6
c. TTV
TD : Tekanan darah normal
Nadi : meningkat (>100x/menit)
Suhu : meningkat/hipertermi (>37,5°C)
RR : meningkat (>22x/menit)
d. Antropometri
Mengalami penurunan berat badan
e. Head To Toe
a) Kepala
Inspeksi
: bentuk mesochepal, Rambut kurang bersih, warna hitam mudah
rontok.
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
b) Wajah
Inspeksi : wajah tampak pucat
c) Mata
Inpeksi
: konjungtiva tampak anemis, scklera putih, tidak mengalami gangguan
penglihatan.
Palpasi : tidak ada edema, tidak terdapat nyeri tekan
d) Hidung
Inspeksi : tampak pernafasan cuping hidung.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur
e) Telinga
Inpeksi : simetris, tidak tampak serumen, tidak ada gangguan pendengaran
f) Leher
Inspeksi : tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening, tidak tampak
pembesaran kelenjar tiroid.
g) Dada
• Jantung

0
1
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 5 sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi: BJ I dan BJ II, tidak terdapat suara abnormal
• Paru
Inspeksi : tampak penggunaan otot bantu nafas, nafas dalam dan dangkal.
Palpasi
: taktil fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi
: sonor pada setiap lapang paru
Auskultasi: tidak ada bunyi nafas tambahan
h) Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, warna kulit sama dengan bagian tubuh lainnya.
Auskultasi : bising usus 5-30x/menit
Palpasi : teraba massa di abdomen daerah ginjal yang terkena, teraba adanya
retensi urine, nyeri tekan pada bagian ginjal yang sakit.
Perkusi : pekak/dullness
i) Ekstremitas
Inspeksi : Tidak ada oedema, terpasang infus RL 12 tetes/menit pada tangan
kiri, tidak ada lesi, kedua tangan dingin karena cemas
Palpasi : tidak ada fraktur, tidak ada nyeri tekan, CRT<3 detik
3. Diagnosa Keperawatan
Pre-Operasi
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas: penurunan
ekspansi paru
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis: inflamasi
c. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih
d. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
f. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
g. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit: inflamasi
h. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur: nyeri
i. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi mengenai tindakan
kemoterapi dan pembedahan
j. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
k. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan/pengobatan: kemoterapi

0
1
l. Resiko hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif: muntah

Post Operasi

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik: pembedahan


b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
c. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif: insisi pembedahan
4. Intervensi Keperawatan

0
1
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Pola nafas tidak Pola Napas Pemantauan Respirasi
efektif dengan berhubungan
upaya Observasi:
hambatan Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen
nafas: Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
Monitor adanya sumbatan jalan nafas Terapeutik
penurunanekspansi Atur Interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
paru pasien Edukasi
D.0005 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam inspirasi Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat membaik . Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Kriteria Hasil: Terapi Oksigen
Pengertian :
Observasi:
Inspirasi dan/atau ekspirisasi yang tidak memberikan Cukup
Menurun ventilasi adekuat
Sedang Cukup Meningkat Monitor kecepatan aliran oksigen
Menurun Meningkat
1 Dipsnea
1 2 3 4 5
2 Penggunaan otot bantu napas

Monitor posisi alat terapi oksigen
123 4 5 
Monitor tanda-tanda hipoventilasi Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oks
Sedang
MemburukCukup Cukup Membaik Membaik 
Terapeutik:
Memburuk Frekuensi napas
3
1 2 3 4 5 Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika
4 Kedalaman napas perlu
1 Pertahankan kepatenan jalan napas
2 3 4 5
Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
Ajarkan keluarga cara menggunakan O2 di rumah Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen

0
1
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria HasilIntervensi
NyeriAkut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
berhubungandengan agen pencedera fisiologis: inflamasi Observasi:
D.0077 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respons nyeri non verbal
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
diharapkan tingkat nyeri menurun Kriteria Hasil: Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
MemburukCukupSedangCukupMembaik Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Pengertian :
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik:
Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Memburuk Membaik Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
1 Frekuensi nadi Fasilitasi istirahat dan tidur
kerusakan jaringan 1 2 3 4 5 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
aktual atau fungsional, 2 Pola nafas Edukasi
dengan onset mendadak 1 2 3 4 5 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
atau lambat dan Jelaskan strategi meredakan nyeri
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Ajarkan teknik nonfarmakologis untukmengurangi rasa nyeri
berintensitas ringan Meningkat Menurun
hingga berat yang 3 Keluhan nyeri
berlangsung kurang dari 1 2 3 4 5
3 bulan.
4 Meringis
1 2 3 4 5
5 Gelisah
1 2 3 4 5
6 Kesulitan tidur
1 2 3 4 5 Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

0
1
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Eliminasi Urin Eliminasi Urin Manajemen Eliminasi Urin
berhubungandengan Observasi:
penurunankapasitas kandung kemih Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urin
D.0040 Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urin
Monitor eliminasi urin Terapeutik:
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
Catat waktu-waktu haluaran berkemih
pengosongan kandung kemih yang lengkap membaik Kriteria Hasil:
Batasi asupan cairan, jika perlu
Pengertian : Ambil sampel urin tengah Edukasi
Disfungsi Eliminasi Urin Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
Menurun Meningkat Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urin
1Sensasi berkemih Anjurkan minum yang cukup
123 4 5
SedangMeningkatCukup Cukup Menurun Menurun
Meningkat Desakan berkemih
3
1 2 3 4 5 Kolaborasi
4 Distensi kandung kemih ▪ Kolaborasi pemberian obat suppositoria, jika perlu
1 2 3 4 5
5 Disuris
1 2 3 4 5

0
1
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
KeperawatanTujuan & Kriteria Hasil Perfusi Perifer Tidak Perfusi Perifer Intervensi
Efektifberhubungan Perawatan Sirkulasi
Observasi:
Periksa sirkulasi perifer
dengan penurunan Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
konsentrasi hemoglobin Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada
D.0009
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan ekstremitas
perfusi perifer meningkat Terapeutik
Kriteria Hasil: Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di
Pengertian : area keterbatasan perfusi
Penurunan sirkulasi darah pada levelMeningkat
kapiler yang dapatCukup
mengganggu metabolisme
Sedang tubuh
Cukup Menurun Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
Meningkat Menurun Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang cedera
1 Warna kulit pucat Lakukan pencegahan infeksi
1 2 3 4 5 Lakukan hidrasi Edukasi
Edema perifer 1 Anjurkan berhenti merokok
2 Anjurkan berolahraga rutin
Kelemahan otot
2 3 4 5 Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan penurun kolestrol, ji
3 Anjurkan untuk melakukan perawatan kulit yang tepat
MemburukCukup Sedang CukupMembaik Anjurkan program diet untukmemperbaiki sirkulasi
Memburuk Pengisian kapiler Membaik Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan
4
12345
5Akral
1 2 3 4 5
6 Turgor Kulit
1
2 3 4 5

0
1
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan & Kriteria HasilIntervensi
Intoleransiaktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
berhubungan dengan
kelemahan Observasi:

Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang


D.0056 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
diharapkan toleransi aktivitas meningkat. mengakibatkan kelelahan
 Monitor pola dan jam tidur
Monitor kelelahan fisik dan emosional Edukasi
Pengertian : Kriteria Hasil:

Ketidakcukupan energi Menurun CukupSedang Cukup Meningkat


untuk melakukan aktivitas sehari-hari Anjurkan tirah baring
Menurun Meningkat
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap Terapeutik:
1 Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari

Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
1 2 3 4 5
 latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif Berikan aktivitas distraksi yang menenang
Lakukan

Kolaborasi
2 Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah 
12345

MeningkatCukupSedang Cukup Menurun


Meningkat Menurun Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

3Keluhan lelah

12345
4 Dispnea saat aktivitas

1 2 3 4 5

0
1
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan Observasi:
peningkatan ▪ Identifikasi status nutrisi
kebutuhan ▪ Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
metabolisme ▪ Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
D.0019 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam status ▪ Monitor asupan makanan
nutrisi terpenuhi. ▪ Monitor berat badan
Pengertian : Kriteria Hasil: Terapeutik:
Asupan nutrisi tidak Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat ▪ Lakukan oral hygiene sebelum makan , Jika perlu
cukup untuk Menurun Meningkat ▪ Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
memenuhi kebutuhan 1 Porsi makanan yang dihabiskan sesuai
metabolisme. 1 2 3 4 5 ▪ Hentikan pemberian makanan melalui selang
2 Berat Badan atau IMT nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
1 2 3 4 5
▪ Anjurkan posisi duduk, jika mampu
3 Frekuensi makan
▪ Ajarkan diet yang diprogramkan
1 2 3 4 5 Kolaborasi
4 Nafsu makan ▪ Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
1 2 3 4 5 kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
5 Perasaan cepat kenyang Promosi Berat Badan
1 2 3 4 5 Observasi
▪ Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
▪ Monitor adanya mual dan muntah
Terapeutik
▪ Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien
▪ Berikan pujian kepada pasien untukpeningkatan yang
dicapai
Edukasi
▪ Jelaskan jenis makanan yg bergizi tinggi, terjangkau

0
1
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Hipertermia Termoregulasi Manajemen Hipertermia
berhubungan proses inflamasi
dengan Observasi:
D.0130 penyakit: Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan ink

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam diharapkan Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit Monitor haluaran urine
suhu tubuh tetap berada pada rentang normal Monitor komplikasi akibat hipertermia
Pengertian : Kriteria Hasil:
Suhu tubuh meningkat di atas rentang Meningkat
normal tubuh Cukup Sedang Cukup Menurun Terapeutik:
Meningkat Menurun Sediakan lingkungan yang dingin
1Menggigil Longgarkan atau lepaskan pakaian
1 2 3 4 5 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Memburuk Cukup Memburuk Sedang Cukup Membaik Membaik Berikan cairan oral
Hindari pemberian antipiretik atau asprin
Berikan oksigen, jika perlu
3 Suhu tubuh
1 Edukasi
2 3 4 5
Suhu kulit Anjurkan tirah baring Kolaborasi
4 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
1
2 3 4 5

0
1
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Pola Tidur Pola tidur berhubungan dengan Dukungan Tidur
kurang kontrol tidur: nyeri Observasi:
Identifikasi pola aktivitas dan tidur
Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis. kopi, teh, alkohol, makana
D.0055 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi Terapeutik:
diharapkan pola tidur membaik Kriteria Hasil:
Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)
Pengertian : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor eksternal
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
1 Keluhan sulit tidur
1 2 3 4 5
2 Keluhan sering terjaga  Batasi waktu tidur siang, jika perlu
1 2 3 4 5  Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur Tetapkan jadwal tidur rutin
3Keluhan tidak puas tidur 
12345 
Lakukan prosedur untuk meningkatkan
4 Keluhan pola tidur berubah kenyamanan (mis. pijat, pengaturan posisi, terapi
123 4 5 akupresur)
5 Keluhan istirahat tidak cukup Sesuaikan
 jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang siklus tidu
12345 Edukasi
Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit

Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur


Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur REM
Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis. psikologis
Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya

0
1
Diagnosa
Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Rsisiko Hipovolemia
Status Cairan Manajemen Hipovolemia
berhubungan dengan
Observasi:
kehilangan cairan
▪ Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis. frekuensi
secara aktif: muntah
nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
D.0034 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
diharapkan status cairan membaik menurun, membran mukosa, kering, volume urin
Pengertian : Kriteria Hasil: menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
Berisiko mengalami Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat ▪ Monitor intake dan output cairan
penurunan volume Menurun Meningkat Terapeutik
▪ Hitung kebutuhan cairan
cairan intravaskuler, 1 Kekuatan nadi ▪ Berikan posisi modified trendelenburg
interstisiel, dan/atau 1 2 3 4 5 ▪ Berikan asupan cairan oral
intraseluler 2 Turgor kulit Edukasi
1 2 3 4 5 ▪ Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
3 Output urine ▪ Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
1 2 3 4 4 Kolaborasi
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun ▪ Kolaborasi pemberian cairan IV isotons (mis.
Meningkat Menurun Nacl, RL)
3 Dyspnea  Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.
1 2 3 4 5 glukosa 2,5%, Nacl 0,4%)
4 Edema perifer  Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin,
1 2 3 4 5 plasmanate)
Memburuk Cukup sedang Cukup membaik  Kolaborasi pemberian produk darah
memburuk membaik
5 Frekuensi nadi
1 2 3 4 5
6 Tekanan darah
1 2 3 4 5
7 Membrane mukosa
1 2 3 4 5
8 Jugular venous pressure (JVP)
1 2 3 4 5

0
1
Kadar Hb
1 2 3 4 5
Kadar Ht 1
2 3 4 5

0
1
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria HasilIntervensi
Ansietasberhubungan Tingkat AnsietasReduksi Ansietas
dengan kurang terpaparObservasi:
informasimengenai Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
kemoterapidan Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
pembedahan Monitor tanda-tanda ansietas
D.0080Terapeutik:
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
diharapkan tingkat ansietas menurun Kriteria Hasil:  Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan
Pengertian : kepercayaan
Kondisi emosi dan pengalaman subjektifMemburuk
individu terhadapCukup
objek yang tidak jelas danCukup
spesifik akibat  yang
antisipasi bahaya Temani pasien untukindividu
memungkinkan mengurangi kecemasan,
melakukan jikauntuk
tindakan memungkinkan
menghadapi ancaman
Sedang Menurun Pahami situasi yang membuat ansietas
Memburuk Menurun  Dengarkan dengan penuh perhatian
1 Konsentrasi  Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan Motivasi mengidentifikasi situasi yan
1 2 3 4 5 
Pola tidur 1 
2
Meningkat
2 3 4 5
Cukup Meningkat Sedang Cukup Menurun Menurun Edukasi

Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
3 Perilaku gelisah dialami
1 
Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
2 3 4 5
Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi k
4Verbalisasi kebingungan Latih
 teknik relaksasi
12345 
5Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
1 2 3 4 5
6 Perilaku tegang
1 2 3 4 5

0
1
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Defisit Pengetahuan Tingkat Pengetahuan dengan Edukasi Kesehatan
terpapar
berhubungan kurang informasi Observasi:
D.0111 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku perilaku
Terapeutik:
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Sediaakan materi dan media pendidikan kesehatan
diharapkan tingkat pengetahuan membaik Kriteria Hasil: Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Pengertian : Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu Cukup 
Menurun Cukup Sedang Meningkat
Menurun Meningkat
1 Perilaku sesuai anjuran
1 2 3 4 5
2Kemampuan menjelaskan pengetahuan suatu topic
Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
12 3 4 5 kesehatan
MeningkatCukup Sedang Cukup Menurun Menurun  Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk m
Meningkat 
3Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi
12345
Persepsi yang keliru terhadap masalah
12345
Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat

1 2 3 4 5
6 Perilaku
1
2 3 4 5

0
1
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan
Citra Citra Tubuh Promosi Citra Tubuh
Tubuhberhubungan Observasi:
denganefek Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
tindakan/pengobatan:
Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
kemoterapi
Edukasi
D.0083 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Jelaskan pada keluarga tentang perawatan perubahan
diharapkan citra tubuh meningkat. Kriteria Hasil: citra tubuh
Pengertian : Perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi fisik individu Anjurkan menggunakan alat bantu (mis.wig,kosmetik)
Anjurkan mengikuti kelompok pendukung
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun Latih fungsi tubuh yang dimiliki Terapeutik:
Meningkat Menurun Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
1 Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap
1 2 3 4 5
2Verbalisasi kekhawatiran pada reaksi orang lain
1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Memburuk Sedang Cukup Membaik Membaik

3 Melihat bagian tubuh


1 2 3 4 5 harga diri
4 Menyentuh bagian tubuh  Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh
1 2 3 4 5 secara realistis

0
1
Post Op

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan


Tujuan & Kriteria HasilIntervensi
Nyeri Akut berhubungan Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera fisik: pembedahan Observasi:
D.0077 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Identifikasi respons nyeri non verbal
Pengertian : Pengalaman sensorikdiharapkan tingkat
atau emosional nyeri menurun Kriteria Hasil:
yang Identifikasi faktor yang memperberat dan
berkaitan dengan memperingan nyeri
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
Identifikasi kurang
pengetahuan dari 3 bulan.
dan keyakinan tentang nyeri
MemburukCukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Frekuensi nadi Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik:
1
1 2 3 4 5
2 Pola nafas 1
Meningkat
2 3 4 5
 Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
Cukup Meningkat Sedang Cukup Menurun Menurun
rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3 Keluhan nyeri 
 Fasilitasi istirahat dan tidur
1 2 3 4 5  Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
4 Meringis pemilihan strategi meredakan nyeri
1 2 3 4 5 Edukasi
5 Gelisah ▪ Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
1 2 3 4 5 ▪ Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untukmengurangi
6 Kesulitan tidur
1 rasa nyeri
2 3 4 5
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

0
1
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria HasilIntervensi
GangguanMobilitas Mobilitas Fisik Dukungan mobilisasi
Fisikberhubungan dengan nyeri Observasi:
D.0054 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
diharapkan mobilitas fisik meningkat Kriteria Hasil: Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi Terapeutik:
Pengertian : Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari suatu atau lebih ekstremitas
Menurun Cukup secara mandiri
Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
1 Pergerakan ekstremitas
 Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
1 2 3 4 5 
Kekuatan otot Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
2
1 2 3 4 5 Edukasi
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun ▪ Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Meningkat Menurun ▪ Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3 Nyeri ▪ Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
1 2 3 4 5 (mis. Duduk di tempat tidur)
4 Kaku sendi
1 2 3 4 5
5 Gerakan terbatas
1 2 3 4 5
6 Kelemahan fisik
1 2 3 4 5

0
1
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Pencegahan infeksi Observasi:
Risiko berhubungan Tingkat Infeksi Monitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik Terapeutik
Infeksi
dengan
efek prosedur invasif:
insisi pembedahan
D.0142 Batasi jumlah pengunjung
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam glukosa
derajat infeksi menurun. Kriteria Hasil: Berikan perawatan kulit pada daerah edema
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontakdengan pasien dan lingkungan pasien
Pengertian : Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
Berisiko mengalami peningkatan terserang oganisme patogenik
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun Edukasi
Meningkat Menurun Jelaskan tanda dan gejala infeksi
1 Demam Ajarkan cara memeriksa luka
1 2 3 4 5 Anjurkan meningkatkan asupan cairan Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, Jika perlu
2 Kemerahan
1 2 3 4 5
3 Nyeri
1 2 3 4 5
4 Bengkak
1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
5Kadar sel darah putih
12 3 4 5

0
1
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto. (2014). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan


Pada Pasien Kanker Ginjal Di Ruang Rawat Bedah Gedung A RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta. Karya Tulis Ilmiah tidak dipublikasikan.
Aspirani, Y. Reny. (2015). Buku Ajar Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan, Aplikasi NANDA NIC dan NOC. Jakarta: Trans Info Media.
Black, M. Joyce. (2014). Keperawatan Medikal Bedah, Ed. 8. Singapore: Elseveir. Diakses
pada 18 Oktober 2018 NHS. https://
cancer/treatment/Diakses pada 8 Februari 2021.

Dwi Adnyani, Ni Made. (2018). Diagnosis dan Tata Laksana Pasien Karsinoma Sel Renal. Jurnal Penyakit Dalam Udayana (Udayana J
Kusuma Hardi dan Nurain Huda Amin. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC.

MayoClinic. https:// treatment/drc-20352669

Melisa Monoarfa, Tjandra. (2016). Profil Penderita Karsinoma Sel Ginjal (Renal Cell Carsinoma) Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou M

NCCN. https://Diaksespada 18

Oktober 2018
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action.

Prabowo, E., & Pranata, A. E. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Smeltzer, C. Susan. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Ed: 12. Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI

0
1

Anda mungkin juga menyukai