Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

PERAWATAN TRAKEOSTOMI

DISUSUN OLEH:

Dyah Galuh Sandra Pitaloka

(201902030077)

3A

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

TAHUN AJARAN 2020-2021


PERAWATAN TRAKEOSTOMI

A. Definisi
Trakeostomi adalah prosedur pembedahan dengan memasang slang melalui
sebuah lubang ke dalam trakea untuk mengatasi obstruksi jalan nafas bagian atas atau
mempertahankan jalan nafas dengan cara menghisap lendir, atau untuk penggunaan
ventilasi mekanik yang kontinu. Trakeostomi dapat digunakan sementara yaitu jangka
pendek untuk masalah akut, atau jangka panjamg biasanya permanen dan slang dapat
dilepas (Marelli,2008:228).
Trakeostomi dilakukan untuk memintas suatu obstruksi jalan napas atas, untuk
membuang sekresi trakeobronkial, untuk memungkinkan penggunaan ventilasi mekanik
jangka panjang, untuk mencegah asspirasi sekresi oral atau lambung pada pasien yang
tidak sadar atau paralise (dengan menutup trakea dari esofagus), dan untuk mengganti
selang endotrakeal.
B. Pembagian Trakeostomi
Menurut lama penggunaannya, trakeosomi dibagi menjadi penggunaan permanen
dan penggunaan sementara. Sedangkan menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan
letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga.
Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada
trakeostomi darurat dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi elektif
(persiapan sarana cukup) yang dapat dilakukan secara baik (Soetjipto, Mangunkusomu,
2001).
C. Jenis Tindakan Trakeostomi
1. Surgical trakeostomi, yaitu tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di
dalam ruang operasi. Insisi dibuat di antara cincin trakhea kedua dan ketiga sepanjang
4-5 cm.
2. Percutaneous trakeostomi, yaitu tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada
unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang di antara cincin trake satu dan dua
atau tiga. Karena, lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan
lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selainitu, kejadiantimbulnya infeksi juga
jauh lebih kecil.
3. Mini trakeostomi, yaitu pada tipe ini dilakukan insisi pada pertengahan membran
krikotiroid dan trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator
(Bradley, 1997).
D. Jenis Pipa Trakeostomi
1. Cuffed Tubes: selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga
memperkecil risiko aspirasi.
2. Uncuffed Tubes: digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak
mempunyai risiko aspirasi.
3. Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam): dua bagian trakeostomi ini dapat
dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam dapat dibersihkan dan diganyi
untuk mencegah terjadi obstruksi.
4. Silver Negus Tubes: terdiri dari dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi
jangka panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat
sendiri.
5. Fenestrated Tubes: trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah
posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya.
Selain itu, bagian terbuka ini memungkinkan penderita untuk dapat berbicara
(Kenneth, 2004).
E. Indikasi Trakeostomi
1. Menghilangkan obstruksi jalan napas akut atau kronis seperti apnea obstruktif waktu
tidur, trauma perdarahan, tumor, pembengkakan jaringan, infeksi atau luka bakar
(kimiawi atau inhalasi)
2. Akses untuk ventilasi mekanis kontinu, dengan tidak mampu disapih (didefinisikan
secara luas dengan waktu lebih dari 2 minggu ventilasi
3. Mendorong hygiene paru dengan mengakses jalan napas untuk membuang secret
4. Paralisis pita suara (plika vokalis) bilateral
5. Ketidakmampuan melindungi jalan napas sendiri.
F. Kontraindikasi
Infeksi pada tempat pemasangan, dan gangguan pembekuan darah yang tidak
terkontrol, seperti hemofili.
G. Prosedur Perawatan Trakeostomi
a. Persiapan alat
1. Tali pengikat trakeostomi
2. Kom/mangkuk steril, cairan Nacl, Hydrogen Peroksida (H202), spuit 10cc.
3. Stetoskop
4. Suction set
5. Set ganti balut steril
6. 1 pasang handscoen bersih dan 2 pasang handscoen steril
7. Kapas apus (swab), alkohol 70%
8. Nierbeken/bengkok, plester, dan gunting
9. Sikat pembersih
10. Handuk, perlak, dan kantung plastik
11. Tromol kasa, kaca mata pelindung, masker, gaun/ skort (kalau perlu)
b. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan prosedur dan tujuannya kepada klien
2. Membantu klien mengatur posisi yang nyaman (supine atau semifowler)
3. Membentangkan handuk didada klien
4. Menjaga kebutuhan privacy klien
5. Mendekatkan alat pada tempat yang mudah dijangkau
6. Menutup sampiran
7. Mencuci tangan dan memakai handscoen bersih
8. Membuka set peralatan dan bungkus alat-alat yang dibutuhkan untuk pembersihan
trakeostomi.
a) Meletakkan perlak paling bawah
b) Mengatur mangkuk steril kedua dekat, jangan menyentuh bagian dalam
mangkuk
c) Tuangkan 50 ml hidrogen peroksida ke mangkuk, jangan sampai menetes ke
perlak
d) Membuka sikat steril dan letakkan disebelah mangkuk yang berisi hidrgen
peroksida
e) Membuka sikat steril dan letakkan disebelah mangkuk yang berisi hidrogen
peroksida
f) Membuka bungkusan kasa, tuangkan hidrogen peroksida diatas kasa pertama,
dan normal salin pada kasa kedua, sedangkan kasa ketiga dibiarkan kering.
g) Jika trakeostomi menggunakan kanule dalam sekali pakai ( disposible), buka
bungkusnya sehingga dapat dengan mudah diambil. Pertahankan sterilisasi
kanule dalam
h) Menentukan panjang tali pengikat trakeostomi yang diperlukan dengan
menggandakan lingkar leher dan menambah 5 cm dan gntung tali pada
panjang tersebut.
9. Melakukan prosedur penghisapan. Pastikan telah mengguanakan skort, kaca mata
pelindung, dan handscoen steril
10. Melepaskan handscoen yang sudah basah dan kenakan handscoen steril yang baru.
Pertahankan agar tangan dominan tetap steril sepanjang prosedur dilakukan
11. Membersihkan kanule dalam
12. Mengganti kanule dalam sekali pakai ( disposible inner-canule)
a) Buka dan lepaskan kanul dalam dengan menggunakan tangan yang tidak
dominan dengan hati-hati
b) Lakukan teknik penghisapan dengan teknik steril (jika diperlukan)
c) Mengeluarkan kanul dalam baru steril dari bungkusnya dan siramkan normal
salin steril pada kanul baru tersebut. biarkan normla salin menetes dari kanul
dalam.
d) Memasang kanul dalam dengan hati-hati dan cermat dan kunci kembali agar
tetap pada tempatnya
e) Menghubungkan kembali klien dengan sumber oksigen
13. Membersihkan dalam tak disposible
a) Lepaskan kanule dalam menggunakan tangan tidak dominan dan masukkan
kanule tersebut ke dalam mangkuk berisi hidrogen peroksida
b) Membersihkan kanule dalam dengan menggunakan sikat (tangan dominan
memegang sikat dan tangan yang tidak dominan memegang kanul).
c) Memegang kanula diatas mangkuk yang berisi hidrogen peroksida dan
tuangkan normal saline pada kanula sampai semua bagian kanula terbilas
dengan baik. Biarkan normal saline menetes dari kanule dalam.
d) Memasang kembali kanule dalam dan kunci
e) Hubungkan kembali klien ke sumber oksigen
14. Membersihkan bagian luar/sekitar kanula dan kulit sekitarnya dengan
menggunakan hidrogen peroksida, lalu bilas dengan Nacl dan keringkan dengan
kasa.
15. Mengganti tali pengikat trakeostomi:
a) Membiarkan tali yang lama tetap pada tempatnya sementara memasang tali
yang baru
b) Menyisipkan tali yang baru pada salah satu sisi faceplate. Melingkarkan kedua
ujung bebasnya mengelilingi bagian belakang leher klien ke sisi lainnya
faceplate dan ikat dengan kuat tetapi tidak ketat. Gunting tali trakeostomi yang
lama.
16. Memasang kasa mengelilingi kanul luar dibawah tali pengikat dan faceplate.
Periksa kembali untuk memastikan bahwa tali pengikat tidak terlalu ketat tetapi
pipa trakeostomi tertahan dengan aman pada tempatnya.
17. Mengempiskan dan mengembangkan balon (cuff) pipa trakeostomi:
a) memakai hanscoen
b) jika terdapat klem pada pipa cuff lepaskan klemnya dan sambungkan dengan
spuit
c) meminta klien menghirup nafas dalam (biasanya 5cc). Amati kesulitan
bernafas
18. Mengatur kembali posisi klien, memasang pengaman tempat tidur dan atur
kembali ketinggian tempat tidur.
19. Rapikan peralatan
20. Melepaskan handscoen dan mencuci tangan.
c. Dokumentasi
1. Form lembar catatan perkembangan terintegrasi
2. Form observasi tanda-tanda vital
DAFTAR PUSTAKA

Megawati, M., & Hidayat, F. R. (2015). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe II dengan Post Trakeostomi Terhadap Pemberian Preoksigen
untuk Suction dalam Pencapaian Saturasi Oksigen di Ruang Intensive Care Unit
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2015.

Laring, A. K. K., & Trakeastomi, P. MATA KULIAH SISTEM RESPIRASI.

Anda mungkin juga menyukai