Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL NAPAS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Keperawatan Kritis

Dosen pengampu: Ns. Ratnawati, M.Kep.,Sp.Kep.Mat.

Disusun oleh:

Kelompok 1

1. Chintira Illaida (201902030030)


2. Dyah Galuh Sandra P (201902030077)
3. Khairunnisa Nur Kirana (201902030081)

PRODI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gagal Napas”
untuk pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Kritis.

Dalam proses pembuatan makalah ini kami mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing, teman-teman serta orang tua yang telah memberikan dukungan motivasi
maupun secara finansial.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Pekalongan, 20 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................................4
BAB II....................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................5
A. Definisi Gagal Napas........................................................................................................5
B. Etiologi Gagal Napas........................................................................................................5
C. Klasifikasi Gagal Napas....................................................................................................6
D. Patofisiologi Gagal Napas................................................................................................7
E. Manifestasi Klinis Gagal Napas........................................................................................8
F. Penatalaksanaan Gagal Napas........................................................................................8
G. Komplikasi Gagal Napas................................................................................................10
H. Pemeriksaan Penunjang Gagal Napas...........................................................................10
I. Asuhan Keperawatan Gagal Napas...............................................................................11
BAB III.................................................................................................................................15
PENUTUP...............................................................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal nafas adalah masalah yang relatif sering terjadi, yang biasanya
meskipun tidak selalu, merupakan tahap akhir dari penyakit kronik pada
sistem pernapasan. Keadaan ini semakin sering ditemukan sebagai
komplikasi dari trauma akut, septikemia, atau syok.
Gagal nafas seperti halnya kegagalan pada sistem organ lainnya,
dapat dikenali berdasarkan gambaran krinis atau pemeriksaan
laboratorium. Tetapi harus diingat bahwa pada gagal nafas, berhubungan
antara gambaran klinis dengan kelainan dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada kisaran normal adalah tidak langsung.
Gagal nafas akut merupakan penyebab gagal organ yang paling
sering di intensive care unit (ICU) dengan tingkat mortalitas yang tinggi.
Di Skandinavia, tingkat mortalitas dalam waktu 90% pada acute
respiratory distress syndrome (ARDS) adalah 41% dan acute lung injury
(ALI) adalah 42,2%. Gagal nafas akut seringkalu diikuti dengan kegagalan
organ vital lainnya. Kematian disebabkan karena multiple organ
dysfunction syndrome (MODS). Pada ARDS, kematian akibat gagal nafas
ireversibel adalah 10-16%. Sedangkan di Jerman, insiden gagal nafas akut,
ALI, dan ARDS adalah 77,6 – 88,6; 17,9 – 34; dan 12,6 – 28 kasus per
100.000 populasi pertahun dengan tingkat mortalitas 40%.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi gagal napas?
2. Apa saja etiologi gagal napas?
3. Apa saja klasifikasi gagal napas?
4. Bagaimana patofisiologi gagal napas?
5. Apa saja manifestasi klinis gagal napas?
6. Bagaimana penatalaksanaan gagal napas?

3
7. Apa saja komplikasi gagal napas?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang gagal napas?
9. Bagaimana asuhan keperawatan kritis pada pasien gagal napas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi gagal napas.
2. Untuk mengetahui etiologi gagal napas.
3. Untuk mengetahui klasifikai gagal napas.
4. Untuk mengetahui patofisiologi gagal napas.
5. Untuk mnegetahui manifestasi klinis gagal napas.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan gagal napas.
7. Untuk mengetahui komplikasi gagal napas.
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang gagal napas.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kritis pasien gagal napas.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Gagal Napas


Gagal napas adalah suatu kondisi ketika system pernapasan mengalami
pertukaran gas yang tidak adekuat antara oksigen dengan karbondioksida
sehingga terjadi hipoksemia, hiperkapnea (peningkatan konsentrasi
karbondioksida arteri), dan asidosis. Pada saat bernapas, paru-paru
mengambil oksigen, selanjutnya oksigen dibawa oleh darah menuju ke organ-
organ dan kemudian saat bernapas zat karbondioksida dikeluarkan dari tubuh.
Penumpukan karbondioksida di dalam tubuh dapat membahayakan organ-
organ lain yang ada di tubuh. Kegagalan pernapasan seperti halnya kegagalan
pada system organ lainnya, dapat dikenali berdasarkan gambar klinis atau
hasil pemeriksaan laboratorium. Pada kegagalan pernapasan hubungan antara
gambaran klinis dengan kelainan dan hasil pemeriksaan laboratorium bersifat
tidak langsung (Mutaqqin, 2008; Zuliani et al., 2022).

B. Etiologi Gagal Napas


Menurut Roussos and Koutsoukou, 2003; Ernest, 2020 dalam Zuliani et
al., 2022 Gagal napas dapat disebabkan oleh gangguan pulmonal ataupun
ekstrapulmonal yang terdiri dari:
1. Permasalahan pada system saraf pusat yang dapat disebabkan oleh
penggunaan farmakologik, structural, dan gangguan metabolic system
saraf pusat. Hal ini menyebabkan ventilasi menjadi inadekuat, sehingga
dapat terjadi kondisi hipoventilasikronik dan hiperkapnie. Sebagai contoh
penggunaan farmakologik seperti penggunaan sedative dan narkotik yang
berlebihan, tumor atau kelainan vaskuler yang melibatkan batang otak,
serta gangguan metabolic seperti mixedema atau alkalosis metabolic
kronis.
2. Kelainan pada system saraf perifer, otot pernapasan, dan dinding dada
mengakibatkan kesulitan untuk mempertahankan ventilasi menit yang

5
sesuai dalam menghasilkan karbondioksida. Sebagai contoh pada
penyakit Guillian Barre Syndrome, Myasthenia Gravis, distrofi otot,
kyposkoliosis berat, dan obesistas.
3. Obstruksi pada saluran napas atas dan saluran napas bawah merupakan
penyebab utama kondisi akut dan kronis hiperkapnia. Sebagai contoh
gangguan penapasan bagian atas seperti epiglottis akut dan tumor yang
melibatkan trakea. Sementara pada saluran napas bawah seperti PPOK,
asma, dan fibriosis kistik.
4. Kelainan pada alveoli yang disebabkan oleh oedema pulmonal maupun
pneumonia aspirasi, perdarahan pulmo yang luas. Kondisi ini berkaitan
dengan intreapulmonary shunt dan peningkatan kerja napas.

C. Klasifikasi Gagal Napas


Menurut Lamba et al., 2016 dalam Zuliani et al., 2022 secara umum
gagal napas terbagi menjadi dua yaitu:
1. Gagal napas tipe I
Gagal napas tipe I merupakan jenis gagal napas yang paling sering terjadi
dimana PaO2 kurang dari 60 mmHg (Hipoksemia). Gagal napas tipe I
umumnya terjadi dikarenakan kelainan pulmoner, bukan disebabkan oleh
kelainan extrapulmoner.
2. Gagal napas tipe II
Gagal napas tipe II merupakan kondisi dimana PaCO2 lebih dari 50
mmHg dan PaO2 bisa normal ataupun lebih rendah (hiperkapnia). Gagal
napas tipe II dapat terjadi akibat kelainan pada penggerak pernapasan
sentral. gagal napas tipe II merupakan kegagalan tubuh dalam
mengeluarkan CO2.
Menurut Somantri, 2007 gagal napas dibedakan menjadi dua yaitu akut
dan kronis:
1. Gagal napas akut (acute respiratory failure), yaitu kegagalan pernapasan
atau napas terhenti yang ditunjukkan pada pasien dimana struktur dan
fungsi paru pada awalnya normal sebelum adanya timbulnya penyakit.

6
2. Gagal napas kronis (chronic respiratory failure), yaitu kegagalan
pernapasan yang terjadi pada klien dengan penyakit paru kronik seperti
bronchitis kronis, emfisema, dan penyakit paru hitam (penyakit
penambang batubara). Klien dengan gagal napas kronis mengalami
toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnea yang memburuk secara
bertahap.

D. Patofisiologi Gagal Napas


Menurut Lamba et al., 2016; Adler and Janssens, 2019 dalam Zuliani et
al., 2022 mekanisme kegagalan pernapasan secara umum terbagi menjadi:
1. Ketidakseimbangan ventilasi perfusi
Ketidakseimbangan ventilasi perfusi dapat terjadi dikarenakan penurunan
ventilasi ke area paru sedangkan untuk perfusi di area tersebut masih
dalam kondisi normal atau dapat terjadi ketika ada penurunan ventilasi
paru yang cukup besar dibandingkan dengan perfusi. Di awal daaerah
dengan ventilasi rendah dikompensasi oleh daerah dengan ventilasi tinggi.
Hal ini akan mengakibatkan PaCO2 masih dalam rentang normal. Namun
jika terjadi dalam waktu yang lama kompensasi akan gagal karena
ketidakseimbangan yang terjadi semakin berat, sehingga terjadi
peningkatan PaCO2 dan penurunan PaO2.
Ketidakseimbangan ventilasi perfusi merupakan penyebab utama
terjadinya hipoksia pada pasien kritis. Kondisi ini dapat disebabkan
seperti atelectasis, emboli pulmonal, bronkospasme, obstruksi jalan napas,
pneumonia, ARDS, dan hipoksemia.
2. Hipoksemia yang berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi yang disebabkan oleh deficit ventilasi dapat diperbaiki dengan
meningkatkan FiO2. Jika terdapat atelectasis, Peep pressure dapat
meningkatkan PaO2.
3. Hipoventilasi
Penurunan ventilasi diantaranya dapat disebabkan depresi pusat
pernapasan karena onat-obatan.
4. Gangguan difusi

7
Pertukaran gas bergantung pada permukaan alveoli dan aliran darah.
Sejumlah penyakit dapat mempengaruhi kondisi permukaan alveoli
diantaranya oedeme pulmonal, fibrosis pulmonal, dan ARDS.
5. Shunt
Pada kondisi ini, darah terdeoksigenasi melewati alveoli kemudian
bercampur dengan darah yang teroksigenasi yang mengalir melalui
alveoli. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya hipoksemia seperti pada
penyakit oedema pulmonal, pneumonia, dan atelectasis.

E. Manifestasi Klinis Gagal Napas

Pasien gagal napas mungkin akan mengalami peningkatan frekuensi


pernapasan, pernapasan dangkal, penggunaan otot bantu napas, dan
perubahan tingkat kesadaran. Pada pasien PPOK mungkin menunjukkan
peningkatan batuk dan dyspnea.
Tanda dan gejala pasien yang mengalami gagal napas juga dapat
dilihat dari TTV pasien tesebut. Tekanan darah pasien mungkin meningkat
disebabkan oleh hipoksemia atau menurun ketika syok, FJ pasien takikardi,
pernapasan lebih dari 30 kali/menit, suhu pasien normal atau meningkat
dengan adanya proses infeksi, kulit pasien dingin dan kering sampai
diaphoresis, pasien nampak kegelisahan dan deteriorasi status mental. Pada
pulmoner pasien mengalami napas dangkal, penggunaan otot bantu napas,
dan gerakan paradoksikal pada abdomen, krekels, ronkhi, atau mengi pada
saat diauskultasi, dan takipnea yang akan meningkat sampai henti napas
(Stillwell, 2011).

F. Penatalaksanaan Gagal Napas


Penatalaksanaan keperawatan memiliki sejumlah manfaat dalam
meningkatkan status respirasi serta meningkatkan kesembuhan pasien gagal
napas. Tindakan keerawatan yang dapat diberikan meliputi tindakan yang
berisfat mandiri ataupun kolaboratif menurut Morton and Fontaine, 2013
dalam Zuliani et al., 2022 diantaranya:
1. Menjaga dan mempertahankan jalan napas

8
a. Gunakan oropharyngeal ata nasopharyngeal tubes jika terjadi
obstruksi jalan napas bagian atas.
b. Lakukan intubasu trakea jika diperlukan untuk mencegah terjadinya
aspirasi, mempertahankan patensi jalan napas, dan suction.
c. Lakukan tracheobronchial toilet atau pembersihan secret seperti napas
dalam, batuk efektif, dan suction.
2. Oksigenasi
a. Tingkatkan konsentrasi inspirasi oksigen (FiO2) dengan pemberian
oksigen melalui venturi mask atau nasal kanul.
b. Tingkatkan cardiac output, koreksi anemia, dan atasi demam untuk
meningkatkan oksigenasi ke jaringan.
c. Pertimbangkan pemberian continuous positive airway pressure atau
expiratory positive airway pressure melalui nasal atau sungkup pada
pasien yang sadar dan kooperatif.
d. Berikan bantuan ventilasi mekanik pada pasien dengan kasus berat
dan hipoksemia yang progresif.
3. Koreksi gangguan asam basa
a. Koreksi Ph, tingkatkan ventilasi alveolar melalui pemberian bantuan
ventilasi mekanik, jaga dan pertahankan jalan napas agar tetap
adekuat, atasi bronkospasme, control gagal jantung, demam, dan
sepsis.
b. Pertimbangkan pemberian bikarbonat pada asidosis respiratorik atau
asidosis metabolic.
4. Pemberian nutrisi
a. Pemberian makan melalui enteral diutamakan dibandingkan dengan
pemberian makan parenteral dikarenakan untuk memperahankan
integritas usus.
b. Berikan nutrisi tinggi lipid dibandingkan tinggi karbohidrat untuk
membatasi produksi karbondioksida.
5. Pengkajian secara berkala dan respon terhadap nyeri
a. Lakukan pengukuran analisa gas darah.
b. Monitor saturasi oksigen menggunakan pulse oximetry.

9
6. Kaji kebutuhan penggunaan ventilasi mekanik
Kaji secara berkala status respirasi pasien dan kebutuhan penggunaan
ventilasi mekanik.

G. Komplikasi Gagal Napas


Komplikasi yang timbul dari gagal napas akut umumnya disebabkan
oleh gangguan gas darah atau dari terapi itu sendiri. Beberapa komplikasi
yang dapat timbul pada gagal napas menurut Pingleton, 1998; Shebl and
Burns, 2021 dalam Zuliani et al., 2022 diantaranya:
1. Komplikasi paru: emboli pulmonal, pneumothorax, dan ketergantungan
ventilator.
2. Komplikasi kardiovaskuler: aritmia, gagal jamtung, henti jantung, dan
infark miokard akut.
3. Komplikasi neurologis: hipoksia pada otak yang berkepanjangan dapat
menyebabkan kerusakan bahkan kematian pada otak.
4. Renal: gagal ginjal akut dapat terjadi akibat hipoperfusi dan keracunan
obat.
5. Gastrointestinal: stress ulcer, ileus, dan perdarahan.
6. Nutrisi: malnutrisi, diare, dan gangguan elektrolit.
7. Infeksi: sepsis merupakan penyebab utama kematian pada pasien dengan
gagal napas akut.

H. Pemeriksaan Penunjang Gagal Napas


Menurut Stillwell, 2011 pemeriksaan penunjang pasien gagal napas
yaitu dengan melakukan pemeriksaan diagnostic. Temuan diagnostic pada
pasien gagal napas yaitu:
1. GDA suhu kamar: penurunan PaO2 (<60 mmHg), biasanya disertai
peningkatan PaCO2 (>50 mmHg) dan penurunan pH (<7,35).
2. Ketika gagal napas akut terjadi pada pasien PPOK, kadar pH rendah
sampai normal, kadar bikarbonat meningkat, kadar klorida serum
menurun, terjadi eksaserbasi dyspnea yang mendadak, dan gangguan
status mental.

10
I. Asuhan Keperawatan Gagal Napas
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway
a) Peningkatan sekresi pernapasan
b) Bunyi nafas krekels, ronchi dan mengi
2) Breathing
a) Distress prenapasan : pernapasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi
b) Menggunakan otot aksesori pernapasan
c) Kesulitan bernapas : diaphoresis, sianosis
3) Circulation
a) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b) Sakit kepala
c) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental,
mengantuk
d) Papil edema
e) Penurunan haluan urine
f) Kapiler refill
g) Sianosis
b. Pengkajian Sekunder
1) Pemeriksaan Fisik (head to toe)
2) Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran
3) Eliminasi : Kaji haluan urine, diare/konstipasi
2. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukkan
sekret
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan bradipnea
c. Gangguan pertukaran gas b.d edema paru

11
3. Intervensi keperawatan
a. DX : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukkan sekret.
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
jalan nafas pasien bersih/jelas.
2) Kriteria hasil :
a) Suara nafas bersih, tidak ada suara snoring atau suara
tambahan lain
b) Irama dan nafas regular
c) Frekuensi nafas dalam rentang normal
3) Intervensi :
a) Aukultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Rasional : Suara tambahan seperti snoring dan crackles
mengindikasikan penumpukan sekret
b) Informasikan pada keluarga tentang tindakan suction yang
dilakukan pada klien
Rasional : Meminimalkan kecemasan keluarga
c) Berikan O2 melalui ventilator untuk memvasilitasi prosedur
suction
Rasional : Untuk mencegah terjadinya kekurangan oksigen
(hipoksia)
d) Monitor status okseigenasi klien
Rasional : Adanya dispnea menunjukkan peningkatan
kebutuhan oksigen
e) Posisikan klien pada posisi semi fowler
Rasional : Untuk memaksimlkan ventilasi agar O2 masuk
secara optimal
f) Lakukan suction sesuai kebutuhan
Rasional : Untuk mengurangi produksi lendir pada jalan nafas
b. DX : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan bradipnea
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
pernapasan menjadi efektif

12
2) Kriteria hasil :
a) Sesak berkurang atau hilang
b) RR 18-24x/menit
c) Klien menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan
kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/bersih
d) Pernapasan klien normal (16-20x/menit) tanpa ada
penggunaan otot bantu nafas
e) Bunyi nafas normal
f) Pergerakan dinding dada normal
3) Intervensi :
a) Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan pernapasan : dispnea,
penggunaan otot-otot bantu pernapasan
Rasional : Adanya dispnea dan perubahan kedalaman
pernapasan menandakan adanya distress pernapasan
b) Pantau tanda-tanda vital dan gas-gas dalam arteri
Rasional : Perubahan tanda-tanda vital dan nilai gas darah
merupakan indikator ketidakefektifan pernapasan
c) Baringkan pasien dengan posisi semi fowler
Rasional : Posisi semi fowler untuk memaksimalkan ekspansi
dada
d) Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
Rasional : Memaksimalkan nafas dan menurunkan kerja otot
pernapasan
d. DX : Gangguan pertukaran gas b.d edema paru
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu
3x24 jam pertukaran gas membaik
2) Kriteria hasil :
a) Frekuensi nafas 18-20/menit
b) Frekuensi nadi 75-100.menit
c) Warna kulit normal, tidak ada dipnea
d) Dapat mendemonstrasikan batuk efektif
e) Hasil analisa gas darah normal :

13
PH (7,35 - 7,45)
PO2 (80 – 100 mmHg)
PCO2 (35 – 45 mmHg)
3) Intervensi :
a) Pantau status pernapasan tiap 4 jam, hasil GDA, intake dan
output
Rasional : Untuk mengidentifikasi indikasi ke arah kemajuan
atau penyimpangan dan hasil klien
b) Tempatkan klien pada posisi semi fowler
Rasional : Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih
baik
c) Berikan terapi intervena sesuai anjuran
Rasional : Untuk memungkinkan rehidrasi yang cepat dan
dapat mengkaji keadaan vakuler untuk pemberian obat-obat
darurat
d) Berikan oksigen melalui kanula nasal 4 liter/menit selanjutnya
sesuaikan dengan hasil PaO2
Rasional : Pemberian oksigen mengurangi beban otot-otot
pernapasan
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan pengobatan
yang telah tepat serta amati bila ada tanda-tanda toksitas
Rasional : Pengobatan untuk mengembalikan kondisi bronkhus
seperti kondisi sebelumnya

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gagal nafas terjadi apabila pertukaran oksigen terhadap
karbondioksida dalam patu-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi
oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh. Gagal
nafas penyebab terpentimg adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana
terjadi obstruksi jalan nafas atas.
Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernapasan untuk
mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam jumlah
yang dapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan. Gagal nafas ada dua
macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik, dimana masing-
masing mempunyai pengertian yang berbeda.
Indikator gagal nafas frekuensi pernapasan dan kapasitas vital,
frekuensi pernapasan normal ialah 16-20x/menit. Bila lebih dari 20x/menit
tindakan yang dilakukan yaitu memberi bantuan ventilator karena kerja
pernapasan menjadi lebioh tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitas
vital adalah ukuran ventilalsi (normal 10-20 ml/kg).

B. Saran
Setelah penulisan makalah ini, kami mengharapkan mahasiswa
keperawatan mengetahui pengertian, tindakan penanganan awal, serta
mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gagal nafas.

15
DAFTAR PUSTAKA

Mutaqqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Salemba Medika.

Somantri, I. (2007). Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Salemba Medika.

Stillwell, S. B. (2011). Pedoman Keperawatan Kritis (3rd ed.). EGC.

Zuliani, Rajin, M., Indrawati, Damayanti, D., Megasari, A. L., Erwin, T., Limbong, M.,
Oktarina, Y., Irawati, P., Linda, A., Lubbna, S., & Putri, N. R. (2022). Keperawatan
Kritis (A. Karim, Ed.). Yayasan Kita Menulis.

16

Anda mungkin juga menyukai