Anda di halaman 1dari 29

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER PARU-PARU

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III

AISYAH CHAIRAH 2011102411174

GUNAWAN 2011102411160

NOOR HASSANAH 2011102411179

NURUL HIDAYAH 2011102411155

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2021

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas izin dan
kuasaNya makalah dengan judul ”Asuhan Keperawatan Diabetes Insipidus” dapat
diselesaikan.
Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan.
Penyusunan makalah terlaksana dengan baik berkat dukungan dari banyak pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang bersangkutan.
Kesalahan bukan untuk dibiarkan tetapi kesalahan untuk diperbaiki.
Walaupun demikian, dalam makalah ini kami menyadari masih belum sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan tugas
makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi kami dan dapat dijadikan
acuan bagi pembaca terutama bagi ilmu keperawatan.

Samarinda, 19 Februari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................
..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................. 5
C. Tujuan .................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar...................................................................................... 6
1. Pengertian Kanker Paru-Paru....................................................... 6
2. Anatomi dan Fisiologi Kanker Paru-Paru.................................... 6
3. Etiologi Kanker Paru-Paru........................................................... 8
4. Manifestasi Klinis Kanker Paru-Paru........................................... 9
5. Patofisiologi dan WOC Kanker Paru-Paru .................................. 10
6. Pemeriksaan Penunjang Kanker Paru-Paru.................................. 12
7. Penatalaksanaan Kanker Paru-Paru.............................................. 13
8. Komplikasi Kanker Paru-Paru...................................................... 14
B. Asuhan Keperawatan Diabetes Insipidus........................................... 15
1. Pengkajian Keperawatan.............................................................. 15
2. Analisa Keperawatan.................................................................... 19
3. Diagnosa Keperawatan................................................................. 20
4. Intervensi Keperawatan................................................................ 21
5. Implementasi Keperawatan.......................................................... 24

3
6. Evaluasi Keperawatan.................................................................. 25
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................
...........................................................................................................27
B. Saran ....................................................................................................
...........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
28

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Paru-paru merupakan salah satu organ paling vital pada tubuh
manusia yang berfungsi sebagai tempat pertukaran oksigen dan mengeluarkan
CO2 hasil sisa proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh.
Karenanya menjaga kesehatan paru-paru mutlak harus dilakukan oleh setiap
orang. Semakin tercemarnya udara serta berbagai bibit penyakit di udara
dapat menimbulkan berbagai penyakit paru-paru. Salah satunya adalah kanker
paru-paru. Penyakit Kanker Paru-paru tergolong dalam penyakit kanker yang
mematikan, baik bagi pria maupun wanita. Dibandingkan dengan jenis
penyakit kanker lainnya, seperti kanker prostat, kanker usus, dan kanker
payudara, penyakit kanker paru-paru dewasa ini cenderung lebih cepat
meningkat perkembangannya.
Penyakit kanker paru-paru adalah sebuah bentuk perkembangan sel
yang sangat cepat (abnormal) didalam jaringan paru yang disebabkan oleh
perubahan bentuk jaringan sel atau ekspansi dari sel itu sendiri. Jika dibiarkan
pertumbuhan yang abnormal ini dapat menyebar ke organ lain, baik yang
dekat dengan paru maupun yang jauh misalnya tulang, hati, atau otak.
Penyakit kanker paru-paru lebih banyak disebabkan oleh merokok
(87%), sedangkan sisanya disebabkan oleh zat asbes, radiasi, arsen, kromat,
nikel, klorometil eter, gas mustard dan pancaran oven arang bisa
menyebabkan kanker paru-paru, meskipun biasanya hanya terjadi pada
pekerja yang juga merokok.
Di Indonesia kanker paru masih menjadi kanker pembunuh pria
dewasa nomor satu. Berdasarkan data Global Cancer Observatory
(Globocan), sekitar 1,8 juta jiwa di dunia meninggal akibat kanker paru
sepanjang tahun 2018. Sementara di Indonesia, lebih dari 30.023
penduduknya di diagnosis kanker paru, dan 26.095 diantara mereka
meninggal dunia tahun 2018 (Ellyvon, 2018).

4
Kanker paru biasanya tidak dapat di obati dan penyembuhan hanya
mungkin dilakukan dengan jalan pembedahan, di mana sekitar 13% dari klien
yang menjalani pembedahan mampu bertahan selama 5 tahun. Metastasis
penyakit biasanya muncul dan hanya 16% klien yang penyebaran penyakitnya
dapat dilokalisasi pada saat diagnosis. Dikarenakan terjadinya metastasis,
penatalaksanaan kanker paru sering kali hanya berupa tindakan paliatif
(mengatasi gejala) di bandingkan dengan kuratif (penyembuhan). Di
perkirakan 87% dari kanker paru terjadi akibat merokok. Oleh karena itu
pencegahan yang paling baik adalah ”jangan memulai untuk merokok”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kanker paru-paru ?
2. Apa anatomi dan Fisiologi kanker paru-paru ?
3. Bagaimana etiologi kanker paru-paru ?
4. Bagaimana manifestasi Klinis kanker paru-paru ?
5. Bagaimana patofisiologi dan WOC kanker paru-paru ?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang kanker paru-paru ?
7. Bagaimana penatalaksanaan kanker paru-paru ?
8. Bagaimana komplikasi kanker paru-paru ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien kanker paru-paru ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian kanker paru-paru
2. Untuk mengetahui anatomi dan Fisiologi kanker paru-paru
3. Untuk mengetahui etiologi kanker paru-paru
4. Untuk mengetahui manifestasi Klinis kanker paru-paru
5. Untuk mengetahui patofisiologi dan WOC kanker paru-paru
6. Untuk mengetahui pemeriksaan Penunjang kanker paru-paru
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker paru-paru
8. Untuk mengetahui komplikasi kanker paru-paru
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien kanker paru-paru

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali
dalam jaringan paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen
lingkungan, terutama asap rokok (Suryo, 2010).
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup
keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) Dalam pengertian klinik
yang dimaksud dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang
berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus = bronchogenic
carcinoma).
Menurut World Health Organization(WHO), kanker paru-paru
merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada
pria maupun wanita. Sebagaian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel
di dalam paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh
lain yang menyebar ke paru-paru (Suryo, 2010). Karsinoma bronkogenik
atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi primer. Kebanyakan
tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah bersifat epithelial dan
berasal dari mukosa percabangan bronkhus (Muttaqin, 2008).

2. Anatomi dan Fisiologi Paru-Paru


Paru merupakan organ yang elastis dan terletak di dalam rongga
dada bagian atas, bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan bagian
bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru terdiri dari dua
bagian yang dipisahkan oleh mediastinum yang berisi jantung dan
pembuluh darah. Paru kanan mempunyai tiga lobus yang dipisahkan oleh
fissura obliqus dan horizontal, sedangkan paru kiri hanya mempunyai dua
lobus yang dipisahkan oleh fissura obliqus. Setiap lobus paru memiliki
bronkus lobusnya masing-masing. Paru kanan mempunyai sepuluh segmen
paru, sedangkan paru kiri mempunyai sembilan segmen (Syaifuddin,

6
2011).
Paru diselubungi oleh lapisan yang mengandung kolagen dan
jaringan elastis, dikenal sebagai pleura visceralis. Sedangkan lapisan yang
menyelubungi rongga dada dikenal sebagai pleura parietalis. Di antara
kedua pleura terdapat cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan
kedua permukaan pleura bergerak selama bernafas dan untuk mencegah
pemisahan thoraks dan paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah
dari tekanan atmosfer, sehingga mencegah terjadinya kolaps paru. Selain
itu rongga pleura juga berfungsi menyelubungi struktur yang melewati
hilus keluar masuk dari paru. Paru dipersarafi oleh pleksus pulmonalis
yang terletak di pangkal tiap paru. Pleksus pulmonalis terdiri dari serabut
simpatis (dari truncus simpaticus) dan serabut parasimpatis (dari arteri
vagus). Serabut eferen dari pleksus ini mempersarafi otot-otot bronkus dan
serabut aferen diterima dari membran mukosa bronkioli dan alveoli
(National Cancer Institute, 2015).
Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam
keadaan normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding
dada sehingga paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada.
Tekanan pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah
tekanan atmosfer. Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas
antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida.
Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan
tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang tapi pernafasan harus tetap
dapat memelihara kandungan oksigen dan karbon dioksida tersebut.
Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan
atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen
bagi jaringan (Guyton, 2007).

7
3. Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari
kanker paru belum diketahui, tapi merokok dan paparan atau inhalasi
berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor
resiko utama. Beberapa faktor risiko penyebab terjadinya kanker paru
adalah (Stopler, 2010):
a. Merokok
Rokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari
seluruh kasus. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh
usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari,
lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok.
b. Perokok pasif
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang
tidak merokok, tetapi mengisap asap rokok dari orang lain, risiko
menderita kanker paru meningkat dua kali.
c. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat
kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan.
d. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen,
kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat
menyebabkan kanker paru. Risiko kanker paru di antara pekerja yang
menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat
umum.
e. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko
lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik
molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-
gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan

8
berkembangnya kanker paru.
f. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik
juga dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru
obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena
kanker paru.
g. Metastase dari organ lain
Kanker paru yang merupakan metastase dari organ lain adalah kanker
paru sekunder. Paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker yang
ganas. Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien
menderita penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru,
sel kanker terus berkembang dan bisa mematikan sel imunologi.
Artinya, sel kanker bersifat imortal dan bisa menghancurkan sel yang
sehat supaya tidak berfungsi. Paru- paru itu adalah end organ bagi sel
kanker atau tempat berakhirnya sel kanker, yang sebelumnya dapat
menyebar di area payudara, ovarium, usus, dan lain- lain.

4. Manifestasi Klinis
Tabel 2.1 Manifestasi klinis Manifestasi klinis Ca Paru sesuai
dengan lokasinya
Adenokarsinoma Karsinoma Sel Karsinoma Sel kecil Karsinoma Sel
Dan Bronkoalveolar Skuamosa besar

Tanda dan Gejala Tanda dan Gejala Tanda dan Gejala Tanda dan Gejala
Nafas dangkal Batuk SIADH Batuk
Batuk Dyspnea Sindrom berkepanjangan
Penurunan nafsu Nyeri dada chusing Nyeri dada saat
makan Atelektasis Hiperkalsemia menghirup
Trosseau Pneumonia Batuk Suara serak
Syndrome postobstruktif Stridor Sesak napas
Mengi Nafas dangkal
Hemoptisis Sesak nafas
Anemia

Sumber: Tan, 2017

9
5. Patofisiologi dan WOC
Dari etiologi yang menyebabkan kanker paru ada 2 jenis yaitu
primer dan sekunder. Primer yaitu berasal dari merokok, asap pabrik, zat
karsinogen, dll dan sekunder berasal dari metastase organ lain, Etiologi
primer menyerang percabangan segmen/sub bronkus menyebabkan cilia
hilang. Fungsi dari cilia ini adalah menggerakkan lendir yang akan
menangkap kotoran kecil agar keluar dari paru-paru. Jika silia hilang maka
akan terjadi deskuamasi sehingga timbul pengendapan karsinogen. Dengan
adanya pengendapan karsinogen maka akan menimbulkan ulserasi
bronkus dan menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia yang
selanjutnya akan menyebabkan kanker Paru (Nurarif & Kusuma, 2015).
kanker paru ada beberapa jenis yaitu karsinoma sel skuamosa,
adenokarsinoma, karsinoma sel bronkoalveolar, dan karsinoma sel besar.
Setiap lokasi memiliki tanda dan gejala khas masing masing. Pada
karsinoma sel skuamosa, karsinoma bronkus akan menjadi berkembang
sehingga batuk akan lebih sering terjadi yang akan menimbulkan iritasi,
ulserasi, dan pneumonia yang selanjutnya akan menimbulkan himoptosis.
Pada adenokarsinoma akan menyebabkan meningkatnya produksi mukus
yang dapat mengakibatkan penyumbatan jalan nafas. Sedangkan pada
karsinoma sel bronkoalveolar sel akan membesar dan cepat sekali
bermetastase sehingga menimbulkan obstruksi bronkus dengan gejala
dispnea ringan. Pada karsinoma sel besar akan terjadi penyebaran
neoplastik ke mediastinum sehingga timbul area pleuritik dan
menyebabkan nyeri akut.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke
struktur–struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka (Nurarif & Kusuma, 2015). Sedangkan
pada Ca paru sekunder, paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker
yang ganas. Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah
pasien menderita penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ

10
paru, sel kanker terus berkembang dan bisa mematikan sel imunologi.
Artinya, sel kanker bersifat imortal dan bisa menghancurkan sel yang
sehat supaya tidak berfungsi. Paru-paru itu adalah end organ bagi sel
kanker atau tempat berakhirnya sel kanker, yang sebelumnya dapat
menyebar di aera payudara, ovarium, usus, dan lain-lain (Stopler, 2010).

Pathway Ca Paru

Merokok Polusi Udara Paparan Zat Genetik Penyakit Paru

Bahan karsinogen mengendap

Metaplasia, hiperplasia

Menyumbat jalan napas Kanker Paru

Sesak napas Pola napas tidak efektif Karsinoma sel besar

Malas makan Anemis Penyebaran


neoplastic

Defisit Nutrisi Kelelahan


Area pleuritik

Intoleransi
Aktifitas Nyeri Akut

(Sumber : (WOC) dengan menggunakan Standar Diagnosa


Keperawatan Indonesia dalam (PPNI,2017).

11
6. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah (Purba dan
Wibisono, 2015):
a. Radiologi
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama
dipergunakan untuk mendiagnosa kanker paru. Kanker paru memiliki
gambaran radiologi yang bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menentukan keganasan tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar
getah bening, dan metastasis ke organ lain.
b. Sitologi
Merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai
diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan
dilakukan dengan mempelajari sel pada jaringan. Pemeriksaan sitologi
dapat menunjukkan gambaran perubahan sel, baik pada stadium
prakanker maupun kanker. Pemeriksaan sputum adalah salah satu
teknik pemeriksaan yang dipakai untuk mendapatkan bahan sitologik.
c. Bronkoskopi
Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan
indikasi untuk bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber
optik, perubahan mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat berupa
nodul atau gumpalan daging. Bronkoskopi akan lebih mudah
dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya
di perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskop.
d. Biopsi Transtorakal
Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk
mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak di perifer.
e. Torakoskopi
Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna
pemeriksaan histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah
pemeriksaan dengan alat torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada

12
ke dalam rongga dada untuk melihat dan mengambil sebagian jaringan
7. Penatalaksanaan
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017,
manajemen penatalaksanaan pada penyakit kanker paru dibagi berdasarkan
klasifikasinya. Pada kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil
(KPKBSK), terdiri dari berbagai jenis, antara lain adalah karsinoma sel
skuamosa (KSS), adenokarsinoma, karsinoma bukan sel kecil (KBSK)
penatalaksanaannya tergantung pada stadium penyakit, tampilan umum
penderita, komorbiditas, tujuan pengobatan, dan cost-effectiveness.
Modalitas penanganan yang tersedia adalah bedah, radiasi, dan
kemoterapi. Penatalaksanaan kanker paru karsinoma bukan sel kecil antara
lain:
a. Bedah
Terapi utama untuk sebagian besar KPBSK, terutama stadium I-II dan
stadium IIIA yang masih dapat direseksi setelah kemoterapi
neoadjuvan. Jenis pembedahan yang dapat dilakukan adalah lobektomi,
segmentektomi dan reseksi sublobaris. Pasien dengan kardiovaskular
atau kapasitas paru yang lebih rendah, pembedahan segmentektomi dan
reseksi sublobaris paru dilakukan.
b. Radioterapi
Radioterapi dalam tatalaksana kanker paru Bukan Sel Kecil (KPKBSK)
dapat berperan di semua stadium KPKBSK sebagai terapi kuratif
definitif, kuratif neoajuvan atau ajuvan maupun paliatif. Radioterapi
dapat diberikan pada stadium I yang menolak dilakukan operasi setelah
evaluasi bedah thoraks dan pada stadium lokal lanjut (Stadium II dan
III) konkuren dengan kemoterapi. Pada pasien Stadium IIIA resektabel,
kemoterapi pre operasi dan radiasi pasca operasi merupakan pilihan.
Pada pasien Stadium IV, radioterapi diberikan sebagai paliatif atau
pencegahan gejala (nyeri, perdarahan, obstruksi).

13
c. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvant pada
stadium dini, atau sebagai adjuvant pasca pembedahan. Terapi adjuvant
dapat diberikan pada KPKBSK stadium IIA, IIB dan IIIA. Pada
KPKBSK stadium lanjut, kemoterapi dapat diberikan dengan tujuan
pengobatan jika tampilan umum pasien baik. Kemoterapi adalah
sebagai terapi paliatif pada pasien dengan stadium lanjut.

8. Komplikasi
a. Efusi pleura
Hal ini dapat menyebabkan cairan menumpuk di ruangan yang
mengelilinggi paru-paru di rongga dada ruangan pleura.
b. Metastase pada tulang pinggang/tulang punggung
Ini sering menyebar (bermetasis) ke area lain tubuh, biasanya
berlawanan dengan paru-paru,seperti tulamg otak, hati dan kelenjer
adrenal.kanker yang meluas dapat menyebabkan rasa sakit, sakit kepala,
mual atau tanda tanda dan gejala lain bergantungan pada organ yang
terkena
c. Sesak nafas
Orang dengan kanker paru dapat mengalami sesak napas jika kanker
berkembang untuk menutup saluran udara yang utama.
d. Batuk darah
Penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan di saluran napas,yang
dapat membuat anda batuk (Hemnoptisis).
e. Nyeri
Kanker paru-paru yang dapat meluas ke lapisan Kanker paru- paru atau
bagian lain dari tubuh dapat menyebabkan rasa sakit.

14
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sitematis dalam
mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan
ditunjukan pada respon klien terhadap masalah kesehatan yang
berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia (Nursalam 2001).
a. Pengkajian
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah,
pendidikan terakhir, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan,
TB/BB, alamat
b. Identitas penanggung jawab
Nama, umur, hubungan keluarga, pekerjaan
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Umumnya keluhan yang dialami meliputi batuk produktif, dahak
bersifat mukoid atau purulen, batuk berdahak, malaise, demam,
anoreksia, berat badan menurun, suara serak, sesak napas pada
penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru yang makin luas, serta
mengalami nyeri dada yang dapat bersifat lokal atau pleuritik.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya memiliki riwayat terpapar asap rokok, industri asbes,
uranium, kromat, arsen (insektisida), besi dan oksida besi, serta
mengkonsumsi bahan pengawet.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ditemukan adanya riwayat keluarga yang pernah menderita
penyakit Kanker.

15
d. Kebutuhan dasar
1) Makanan dan cairan
Biasanya mengalami kehilangan nafsu makan, mual/muntah,
kesulitan menelan mengakibatkan kurangnya nafsu makanan, kurus
karena terjadi penurunan berat badan dan mengalami rasa haus.
2) Eliminasi
Biasanya ditemukan adanya diare, serta mengalami peningkatan
frekuensi dan jumlah urine.
3) Hygiene/ pemeliharaan kesehatan
Biasanya memiliki kebiasaan merokok atau sering terpapar oleh
asap rokok, mengkonsumsi bahan pengawet, terjadi penurunan
toleransi dalam melakukan aktivitas personal hygiene.
4) Aktivitas/ istirahat
Biasanya ditemukan adanya kesulitan beraktivitas, mudah lelah,
susah untuk beristirahat, mengalami nyeri, sesak, kelesuan serta
insomnia.
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien Ca paru menurut Wijaya (2013):
1) Inspeksi
Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang
diperiksa melalui pengamatan.cahaya yang adekuat diperlukan
2) Keadaan umum: biasanya ditemukan keadaan umum lemah, sesak
yang disertai dengan nyeri dada
3) Tingkat kesadaran : biasanya mengalami penurunan kesadaran
4) TTV
RR : biasanya mengalami takipnea
N : biasanya mengalami takhikardi
S : biasanya mengalami hipertermi jika ada infeksi
TD : biasanya bisa hipotensi dan hipertensi

16
5) Riwayat pengkajian nyeri
P : Provokatus paliatif: Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang
bisa memperberat ? apa yang bisa mengurangi ?
Q :Quality-quantity: Bagaimana gejala dirasakan, sejauh mana gejala
dirasakan
R : Region – radiasi: Dimana gejala dirasakan ? apakah menyebar?
S : Skala – severity: Seberapah tingkat keparahan dirasakan? Pada
skala berapah ?
T :Time: Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala
dirasakan? tiba-tiba atau bertahap ? seberapa lama gejala
dirasakan?
6) Kepala dan leher : Peningkatan tekanan vena jugularis, devisiasi
trakea.
7) Mata : biasanya ditemukan adanya pucat pada konjungtiva sebagai
akibat anemia atau gangguan nutrisi.
8) Kulit : biasanya ditemukan adanya pucat atau sianosis sentral atau
perifer, yang dapat dilihat pada bibir atau ujung jari/ dasar kuku
menandakan penurunan perfusi perifer.
9) Jari dan kuku : biasanya ditemukan adanya sianosis, clubbing finger
10) Muka, hidung dan rongga mulut : biasanya ditemukan adanya
pucat atau sianosis bibir/ mukosa menandakan penurunan perfusi,
ketidakmampuan menelan dan suara serak.
11) Vena leher : biasanya ditemukan adanya distensi atau bendungan
12) Thorak
a) Paru-paru
Biasanya ditemukan adanya pernapasan takipnea, napas
dangkal, penggunaan otot aksesori pernapasan, batuk kering/
nyaring/ non produktif atau mungkin batuk terus menerus
dengan atau tanpa sputum, terjadi peningkatan fremitus,
krekels inspirasi atau ekspirasi. Terdengar wheezing, stridor

17
karena adanya obstruksi jalan nafas.
b) Jantung
Biasanya ditemukan adanya frekuensi jantung mungkin
meningkat/ takikardia, bunyi gerakan perikardial (pericardial
effusion).
13) Abdomen
Biasanya ditemukan adanya bising usus meningkat atau menurun.
14) Sistem urogenital
Biasanya adanya peningkatan frekuensi atau jumlah urine.
15) Sistem muskuluskeletal
Biasanyaditemukan adanya penurunan kekuatan otot.
16) Sistem persarafan
Biasanya ditemukan adanya perubahan status mental.
f. Data Psikologis
Biasanya terjadi kegelisahan, pernyataan yang diulang ulang, perasaan
tidak berdaya, putus asa, emosi yang labil serta kesulitan
berkonsentrasi.
g. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan non invasif
a) Sinar X (PA dan lateral), tomografi dada: menggambarkan
bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan masa udara
pada bagian hilus, efusi pleura, dll.
b) Pemeriksaan sitologi: mengkaji tahapan karsinoma
c) Mediastinoskopi: digunakan untuk per tahapan karsinoma
d) Scan Radioisotop: digunakan pada paru, hati, otak ,tulang dan
organ lain untuk bukti metastasis.
e) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA: dilakukan untuk mengkaji
kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi pasca operasi.
2) Pemeriksaan invasif
a) Bronkoskopi dan biopsi dan penyikatan mukosa bronkus serta
pengambilan bilasan bronkus yang kemudian diperika secara

18
patologianatomik.
b) Biopsi transtorakal dengan bimbingan USG atau CT Scan.
c) Biopsi dapat dilakukan pada nodus skalen, nodus limfe hilus,
dll.
d) Tes kulit, jumlah absolut limfosit untuk mengevaluasi
kompetensi imun pada kanker paru

2) Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. Data Subjektif : Agen pencedera Nyeri akut


 Mengeluh nyeri fisiologis.

Data Obyektif:
 Tampak meringis
 Bersikap protektif (posisi
menghindari nyeri)
 Gelisah
 Frekuensi nadi meningkat
 Sulit tidur
 Pola nafas berubah
 Nafsu makan berubah
 Menarik diri
 Diaforesis

2. Data Subyektif : Hambatan upaya Pola nafas tidak efektif


 Dispnea napas

Data Obyektif :
 Menggunakan otot bantu
pernapasan
 Fase ekspirasi memanjang
 Pernapasan cuping hidung
 Pola nafas abnormal

19
3. Data Subyektif : Kelemahan Intoleransi aktivitas
 Mengeluh lelah
 Dispnea saat/setelah
aktivitas
 Merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas
 Merasa lelah
Data Objektif :
 tekanan darah berubah
>20% dari kondisi istirahat
 sianosis
 frekuensi jantung meningkat
>20% dari kondisi istirahat
4. Data Subjektif : Faktor psikologis Defisit nutrisi
 Nafsu makan menurun (stres, keengganan
 Mual dan muntah untuk makan)

Data Obyektif :
 Berat badan menurun
dibawah rentang ideal
 Klien tampak lemas
 Terlihat kurus
 Terlihat muntah setelah
makan
 Peristaltik usus meningkat
 Membran mukosa pucat

3) Diagnosa Keperawatan Berdasarkan SDKI


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan klien mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif
(posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
dibuktikan dengan klien dispnea, menggunakan otot bantu pernapasan,
ekspirasi memanjang, pernapasan cuping hidung.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (stres, keengganan
untuk makan) dibuktikan dengan nafsu makan menurun, cepat kenyang
setelah makan dan berat badan menurun di bawah rentang ideal.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan
mengeluh lelah, dispnea saat/setelah aktivitas, merasa lelah.

20
4) Intervensi keperawatan
No SDKI Tujuan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Nyeri Akut Setelah SLKI : Tingkat SIKI : Manajemen Nyeri
b.d agen dilakukan Nyeri (L.08066) ( I.08238)
pencedera asuhan
fisiologis keperawata  Keluhan nyeri Observasi :
dibuktikan Dalam menurun 1. Identifikasi lokasi,
dengan klien waktu 3 x  Meringis karakteristik, durasi,
mengeluh 24 jam, menurun frekuensi, kualitas,
nyeri, tampak diharapkan  Sikap protektif intensitas nyeri
meringis, Kekurangan menurun 2. Identifikasi skala nyeri
bersikap volume  Gelisah 3. Identifikasi respons
protektif cairan menurun nyeri non verbal
(posisi menurun  Kesulitan tidur 4. Identifikasi faktor yang
menghindari menurun memperberat dan
nyeri),  Diaforesis memperingan nyeri
gelisah, menurun 5. Monitor efek samping
frekuensi penggunaan analgetik
 Anoreksia
nadi
menurun
meningkat Teraupetik :
 Frekuensi nadi
1. Berikan teknik non
membaik
farmakologis untuk
 Tekanan darah mengurangi rasa nyeri
membaik 2. Kontrol lingkungan
 Pola tidur yang memperberat rasa
membaik nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur

Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaboasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

21
2. Pola nafas Setelah SLKI : Pola nafas SIKI : Manajemen jalan
tidak efektif dilakukan (L.01004) napas
b.d hambatan asuhan Observasi :
upaya napas keperawata  Dispnea 1. Monitor pola napas
dibuktikan Dalam menurun (frekuensi, kedalaman,
dengan klien waktu 2 x  Penggunaan usaha napas)
dispnea, , 24 jam, otot bantu 2. Monitor bunyi nafas
menggunaka diharapkan napas menurun tambahan
n otot bantu eliminasi  Pemanjangan 3. Monitor jumlah
pernapasan, urine fase ekspirasi sputum
ekspirasi teratasi dan menurun
memanjang, kembali  Pernapasan teraupetik :
pernapasan membaik cuping hidung 1. Posisikan semi fowler
cuping menurun atau fowler
hidung  Frekuensi 2. Berikan minum hangat
napas 3. Lakukan fisioterapi
membaik dada, jika perlu .

Edukasi :
1. Ajarkan teknik batuk
efektis

3. Defisit nutrisi Setelah SLKI : Toleransi SIKI : Manajemen Energi


b.d dengan diberikan Aktivitas (L.05178)
faktor asuhan ( L.05047)
psikologis keperawata Observasi :
(stres, n selama 3  Kemudahan 1. Identifikasi gangguan
keengganan x 24 jam, melakukan fungsi tubuh yang
untuk makan) diharapkan aktivitas sehari- mengakibatkan
dibuktikan pola tidur hari meningkat kelelahan
dengan nafsu pasien  Keluhan lelah 2. Monitor kelelahan fisik
makan membaik menurun dan emosional
menurun,  Dispnea saat 3. Monitor pola dan jam
cepat aktivitas tidur
kenyang menurun 4. Monitor lokasi dan
setelah  Dispnea setelah ketidaknyamanan
makan dan aktivitas selama melakukan
berat badan menurun aktivitas
menurun di  Sianosis
bawah menurun Teraupetik :
rentang ideal  Perasaan lemah 1. Sediakan lingkungan
menurun nyaman dan rendah
stimulus (mis. Cahaya,
 Frekuensi nadi
suara dan kunjungan)
membaik
2. Lakukan latihan
 Tekanan darah
rentang gerak

22
membaik pasif/aktif
 Saturasi oksigen 3. Berikan aktivitas
membaik distraksi yang
 Frekuensi napas menenagkan
membaik 4. Fasilitasi duduk disisi
 EKG Iskemia tempat tidur, jika tidak
membaik dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
3. Ajarkan strategi oping
untuk mengurangi
kelelahan

4. Intoleransi Setelah SLKI : Status SIKI : Manajemen Nutrisi


diberikan Nutrisi (L.03030)
Aktivitas b.d
asuhan Observasi :
kelemahan keperawata  Porsi makanan 1. Identifikasi status
n selama 3 yang dihabiskan nutrisi
dibuktikan
x 24 jam, meningkat 2. Identifikasi makanan
dengan diharapkan  Pengetahuan yang disukai
pengetahua tentang pilihan 3. Identifikasi kebutuhan
mengeluh
n Pasien makanan yang kalori dan jenis nutrien
lelah, dispnea meningkat tepat meningkat 4. Monitor asupan
 Pengetahuan makanan
saat/setelah
tentang pilihan 5. Monitor berat badan
aktivitas, minuman yang
merasa lelah. tepat meningkat Teraupetik :
 Pengetahuan 2. Lakukan oral hygiene
tentang standar sebelum makan, jika
asupan nutrisi perlu
yang tepat 3. Sajikan makanan
meningkat secara menarik dan
 Berat badan suhu yang sesuai
membaik 4. Berilah makanan tinggi
 Indek massa serat untuk mencegah
tubuh membaik konstipasi
5. Berikan makanan
 Frekuensi
tinggi kalori dan dan
membaik
tinggi protein
membaik
6. Berilah suplemen
 Nafsu makan
makanan, jika perlu

23
membaik ii.
 Bising usus Edukasi :
membaik 1. Ajarkan diet yang
diprogramkan
iii.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi unntuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika
perlu.

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam
(Potter & Perry, 2011).
Komponen tahap implementasi :
1. Tindakan keperawatan mandiri
2. Tindakan keperawatan kolaboratif
3. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan.
2. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil
menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari
tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap
tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan,
dan evaluasi itu sendiri). Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai
dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Mubarak,dkk.,2011).
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam

24
Wardani, 2013):
S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif.
A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data
sesuai dengan kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi
untuk membuat keputusan dalam memberikan asuhan keperawatan.
(Nurhayati, 2011).
Ada tiga alternative dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu :
a. Masalah teratasi
Masalah teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan tingkah laku
dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan.
b. Masalah sebagian teratasi
Masalah sebagian teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan dan
perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan.
c. Masalah belum teratasi
Masalah belum teratasi, jika pasien sama sekali tindak menunjukkan
perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul
masalah yang baru.

25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada
wanita maupun pria, yang sering kali di sebabkan oleh merokok. Setiap tipe
timbul pada tempat atau tipe jaringan yang khusus, menyebabkan manifestasi
klinis yang berbeda, dan perbedaan dalam kecendrungan metastasis dan
prognosis.
Karena tidak ada penyembuhan dari kanker, penekanan utama adalah
pada pencegahan misalnya dengan berhenti merokok karena perokok
mempunyai peluang 10 kali lebih besar untuk mengalami kanker paru di

26
bandingkan bukan perokok, dan menghindari lingkungan polusi. Pengobatan
pilihan dari kanker paru adalah tindakan bedah pengangkatan tumor.
Sayangnya, sepertiga dari individu tidak dapat dioperasi ketika mereka
pertama kali didiagnosa.
Asuhan keperawatan pascaoperasi klien setelah bedah toraks berpusat
pada peningkatan ventilasi dan reekspansi paru dengan mempertahankan
jalan nafas yang bersih, pemeliharaan sistem drainage tertutup, meningkatkan
rasa nyaman dengan peredaran nyeri, meningkatkan masukan nutrisi, dan
pemantauan insisi terhadap perdarahan dan emfisema subkutan.

B. Saran
1. Dalam menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Kanker Paru
diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat.
2. Informasi atau pendidkan kesehatan berguna untuk klien dengan kanker
paru misalnya mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok,
memperhatikan lingkungan kerja terkait dengan polusinya. Dukungan
psikologik sangat berguna untuk klien.

DAFTAR PUSTAKA

Ellyvon. (2018). Kenali Kanker Paru dari Gejala dan Pengobatan.

Guyton, A. C. dan John, E. Hall. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
11. Editor: Irawati Setiawan. Jakarta : EGC.

Muttaqin Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.

National Cancer Institute. (2015). Small cell Lung Cancer.

27
Nurarif, A. H., dan Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus. Jogjakarta:
Mediaction.

Potter, P., dan Perry, A. (2014). Fundamentals of Nursing (7th ed.). Philadelphia:
Elsevier Ltd.

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta


Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Purba dan Wibisono. (2015). Pola Klinis Kanker Paru di RSUP dr. Kariadi
Semarang Periode Juli 2014

Stoppler, M. C. (2010). Lung Cancer.

Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan.


Yogyakarta: B First

Syaifuddin, (2011). Anatomi Fisiologi : Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk


Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC

Tan. (2017). Non - Small Cell Lung Cancer Clinical Presantion.

28

Anda mungkin juga menyukai