CANCER PARU
PEMBIMBING :
Ns. Dally Rahman, M.Kep, Sp.Kep.MB
DISUSUSN OLEH :
1. Irwadi 1921312007
2. Murhayeni 1921312018
3. Devi 1921312014
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, karena kami masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan makalah mengenai “Asuhan Keperawatan Pada Pasein Dengan Cancer
Paru-Paru)”. Makalah ini ditulis sebagai tugas kelompok untuk mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah Lanjut I. Makalah ini kami persembahkan kepada:
Bapak Dally Rahman, M. Kep., Ns.Sp.Kep.M.B
Serta teman – teman yang telah mendukung terselesaikannya makalah ini.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam mengerjakan makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai pada
waktunya. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini
memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik, saran,
petunjuk, pengarahan, dan bimbingan dari berbagai pihak.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua dan dapat memberikan informasi bagi
pembaca. Aamiin
Kelompok III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2
BAB I ............................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ................................................................................................... 4
B. Tujuan ................................................................................................................ 5
BAB II ........................................................................................................................... 6
TINJAUAN TEORITIS ................................................................................................ 6
A. Definisi ............................................................................................................... 6
B. Anatomi Kanker Paru ......................................................................................... 7
C. Etiologi ............................................................................................................... 8
D. Manifestasi Klinik .............................................................................................. 9
E. Klasifikasi ........................................................................................................ 10
F. Woc .................................................................................................................. 11
G. Komplikasi Kanker Paru ................................................................................. 12
H. Diagnosis .......................................................................................................... 13
I. Penaalaksanaan ................................................................................................ 15
J. Teori Keperawatan Dengan Pendekatan Model Adaptasi Roy ........................ 16
K. Sistem Model Adaptasi sister Calista Roy ....................................................... 18
L. Penerapan Teori Adaptasi Roy pada Sistem Respirasi .................................... 19
BAB III ....................................................................................................................... 30
TINJAUAN KASUS ................................................................................................... 30
A. Pengkajian ........................................................................................................ 30
B. Analisa Data ..................................................................................................... 38
C. Diagnosa Keperawatan..................................................................................... 40
D. Intervensi Keperawatan (Nursing Care Plan) .................................................. 41
BAB IV ....................................................................................................................... 46
PENUTUP ................................................................................................................... 46
A. Simpulan .......................................................................................................... 46
B. Saran ................................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 48
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem respirasi merupakan salah satu sistem didalam tubuh yang fungsinya
sangat vital, dimana fungsi utama sistem pernafasan adalah melakukan proses
pertukaran gas. Dalam proses pertukaran ini udara memasuki tubuh pada saat
inspirasi, kemudian udara pernafasan tersebut berjalan disepanjang traktus
respiratorius melalui pertukaran antara oksigen dan karbondioksida ditingkat
jaringan dan akhirnya karbondioksida dihembuskan keluar pada saat ekspirasi
(Kowalak, 2011).
Dengan demikian gangguan yang terjadi pada sistem pernafasan secara
klinis dapat juga melibatkan organ tubuh diluar sistem pernafasan. Permasalah
yang terjadi pada sistem pernafasan cukup beragam, sesuai dengan kelainan pada
organ yang terkena. Beberapa ahli menggolongkan gangguan pada sistem
perafasan meliputi infeksi paru, penyakit paru interstitial, penyakit pada gangguan
sirkulasi paru, penyakit pada pengaturan pernafasan, neoplastik, mediastinum,
penyakit paru kritis, trauma toraks, dan penyakit paru kongenital (Rab,2012).
Dalam makalah ini penulis memfokuskan pengelolaan pada pasien dengan
kanker jenis adenokarsinoma. Kanker jenis adenokarsinoma ini merupakan jenis
kanker terbanyak diantara jenis lainnya diagnosis kanker paru adenokarsinoma
yaitu sebanyak 151 (90.4%) dibandingkan dengan jenis lain yaitu jenis karsinoma
sel skuamosa 11 (6,6%), karsinoma sel besar 4 (22,5%) dan jenis adenoskuamosa
1 (0,5%) (Syahruddin, 2012).
Kanker paru adalah penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel
ganas di paru-paru. Kondisi ini merupakan salah satu jenis kanker yang paling
banyak terjadi di Indonesia. Data GLOBOCAN menyebutkan angka kejadian
kanker paru tahun 2018 sebesar 19,4 persen per 100 ribu penduduk. Rata-rata
kematian akibat kanker paru sekitar 10,9 per 100.000 penduduk.
Sebagai keperawatan medikal bedah kekhususan sistem respirasi
diharapkan mampu mengaplikasikan kelimuannya dalam menerapkan peran dan
fungsinya sebagai seorang motivator, leader, edukator serta innovator dalam
pengembangan pelayanan keperawatan profesional terhadap pengelolaan gangguan
sistem respirasi. Dalam makalah ini penulis menggunakan pendekatan teori model
keperawatan Sister Callista Roy sebagai landasan dalam menerapkan pemberian
asuhan keperawatan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada pasien,
pada kasus kelolaan. Teori adaptasi ini menggunakan penanganan stimulus
terhadap perubahan perilaku fisik serta psikologis yang membantu pasien menjadi
lebih adaptif menghadapi perubahan yang terjadi. Penerapan teori ini dapat
diberikan pada setiap pasien dengan kasus sistem respirasi baik yang mengalami
komplikasi ataupun tidak.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui dan mampu menerapkan asuhan keperawatan Roy
pada pasien dengan Kanker Paru.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep adaftasi roy
2. Melakukan pengajian asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
medis kanker paru.
3. Melakukan analisis diagnose terhadap kasus kanker paru paru
4. Melakukan pelaksanaan intervensi keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Kanker paru merupakan suatu transformasi ganas dan ekspansi dari jaringan
paru, dan merupakan kanker paling mematikan dari seluruh jenis kanker didunia,
menyebabkan 1,2 juta kematian (Black & hawks, 2014). Kanker paru dalam arti
luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal
dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru).
dimana pertumbuhan sel-sel abnormal yang cenderung menginvasi jaringan di
sekitarnya pertumbuhan sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam jaringan paru
dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap rokok dan
menyebar ke tempat-tempat jauh, terjadi karena profilerasi sel tak terkontrol. (IPD,
2001; Elizabeth, 2008)
Kanker akan menjadi masalah besar dalam kesehatan dimasa depan, salah
satunya adalah kanker paru jika dikaitkan dengan kebiasaan atau gaya hidup yaitu
merokok (Jemal, Siegal, Murray, 2006). Korelasi antara perokok dengan risiko
kanker paru terlihat pada data RS Persahabatan tahun 2004 – 2006 yaitu 83,4%
pasien kanker paru laki-laki dan 43,4% pasien perempuan adalah perokok
(Syahruddin E, 2006). Korelasi antara estimasi pasien baru dan kaitannya dengan
rokok juga terlihat pada data tahunan Jemal dkk, memperlihat kanker paru
mempunyai prognosis yang buruk dibandingkan dengan kanker jenis lain karena
rendahnya angka tahan hidup dan menjadikan kanker paru sebagai penyebab utama
kematian dalam kelompok kematian akibat kanker (Jemal at al, 2006).
B. Anatomi Kanker Paru
C. Etiologi
Sampai dengan saat ini penyebab pasti dari tumor paru belum diketahui.
Namun ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya kanker paru yaitu :
1. Rokok merupakan faktor resiko utama.
Lamanya seseorang terpapar terhadap rokok maka semakin tinggi risiko
untuk terkena kanker paru. Terdapat cukup fakta untuk menghubungkan rokok
dengan kejadian kanker paru, terutama karsinoma bronkogenik jenis
epidermoid dan jenis kecil. Resiko kanker paru masih saja lebih tinggi daripada
orang yang tidak merokok.
Rokok dapat membahayakan perokok dan orang disekitarnya (perokok
pasif). Seperti halnya studi yang dilaporkan dari Jepang dan Skandinavia, yang
menjelaskan bahwa istri, anak dan keluarga yang mempunyai hubungan erat
dengan perokok, mempunyai insiden kanker paru lebih tinggi bila
dibandingkan dengan keluarga yang bukan perokok (Alsagaf dan Mukty,
2006). Korelasi antara perokok dengan resiko kanker paru terlihat pada data di
RS Persahabatan tahun 2004-2006 yaitu 83,4% pasien kanker paru laki-laki dan
43,3% pasien perempuan perokok. (Syahrudin, 2010)
2. Paparan Industri Salah satu bahan indusri yang dapat menyebabkan kanker
paru adalah Asbestosis. Keluhan akan muncul setelah individu terpapar dalam
jangka waktu 15 sampai 20 tahun (Alsagaf dan Mukty, 2006).
3. Predisposisi Penyakit Lain Salah satu penyakit yang dianggap mempengaruhi
terjadinya kanker paru adalah tuberkulosis paru. Hal ini dikaitkan melalui
mekanisme hiperplasia metaplasi. Data dari Aurbach (1979) menyatakan
bahwa 6,9 % dari kasus karsinoma bronkogenik berasal dari jaringan parut.
Dari 1186 karsinoma parut tersebut berasal dari bekas tuberkulosis. Data ini
berasal dari Amerika Serikat dimana insiden tuberkulosis paru hanya 0,015 %
atau 1/20 insiden tuberkulosis di Indonesia (Alsagaf dan Mukty, 2006).
4. Pengaruh Genetik dan Status Imun Tokuhotu tahun 1954 membuktikan bahwa
ada pengaruh keturunan yang terlepas dari paparan lingkungan. Status
imunologis penderita yang dipantau dari respon imun seluler menunjukkan
adanya korelasi antara derajat diferensiasi sel, stadium penyakit, tanggapan
terhadap pengobatan serta prognosis (Alsagaf dan Mukty, 2006)
5. Radon Kadar radon yang tinggi yaitu lebih besar dari 4 pikocuri/L dikaitkan
dengan terjadinya kanker paru (Smeltzer, 2002). Radon merupakan gas yang
tidak berwarna, tidak berbau yang ditemukan dalam tanah dan bebatuan
D. Manifestasi Klinik
Gambaran klinik yang dapat dilihat pada penyakit kanker paru tidak banyak
berbeda dari penyakit paru lainnya, yakni terdiri dari keluhan subyektif dan gejala
obyektif. Gambaran klinis yang dapat dilihat adalah (PDPI, 2003; Price & Wilson
(2006)
1. Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen), Batuk
darah, Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
kering tanpa membentuk sputum , tetapi berkembang sampai titik dimana
dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi
sekunder
2. Hemoptisis, Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor
yang mengalami ulserasi.
3. Sesak napas, Suara serak, Sakit dada, Sulit / sakit menelan, Benjolan di pangkal
leher, Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan
rasa nyeri yang hebat.
4. Gambaran klinis lain yang juga dapat dilihat apabila telah terjadi metastasis
pada organ lain, berupa gejala dan keluhan tidak khas antara lain berat badan
berkurang, nafsu makan hilang, demam hilang timbul, sindrom paraneoplastik,
seperti "Hypertrophic pulmonary osteoartheopathy", trombosis vena, perifer
dan neuropatia.
E. Klasifikasi
Terdapat tiga klasifikasi kanker paru berdasarkan ukuran dan penampakan
dari sel kanker (Black & Hawks, 2014; Price & Wilson, 1996)
1) Kanker paru bukan sel kecil (non small cell lung cancer [NSCLC]) meliputi
karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma. Kanker sel skuamosa bermula
pada bronkus besar dan adenokarsinoma mulai dari alveolus. Sel-sel yang
ganas dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma, cenderung timbul
pada jaringan paru perifer, pertumbuhannya cepat, penyebaran ke tempat yang
jauh juga cepat. Karsinoma Sel Epidermoid (Squamosa) Tipe yang paling
sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus. Karsinoma ini
sering disertai batuk, hemoptosis, pneumonia, pembentukan abses akibat
obstruksidan infeksi sekunder. Sementara itu jenis Adenokarsinoma
mmperlihatkan susunan seluler seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer
segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut
lokal pada paru dan fibrosis intersisial.
2) Karsinoma sel kecil (small cell), disebut juga “ Karsinoma sel gandum” karena
berukuran seperti sel gandum, dimulai dijalan nafas besar dan kemudian
menjadi cukup besar. Karsinoma jenis ini berhubungan dengan onkogen yang
disebut L-myc. Karsinoma jenis ini mengandung granula neurosekretori padat
yang sering kali menyebabkan sindroma endokrin/ paraneoplastik. Awalnya
karsinoma jenis ini lebih sensitive terhadap kemoterapi, tetapi akhirnya akan
memiliki prognosis yang lebih buruk dan seringkali sudah bermetastasis saat
pertama ditemukan. Terletak ditengah percabangan utama bronki. Memiliki
waktu pembelahan paling cepat dan prognosis terburuk diantara karsinoma
yang lain. Tipe ini sangat berkaitan dengan kebiasaan merokok.
3) Kanker paru metastatik adalah bentuk kanker paru lainnya. Tumor payudara,
kolon, prostat, dan kandung kemih biasanya bermetastasis ke paru-paru,
namun semua kanker memiliki kemampuan untuk menyebar ke paru-paru
F. Woc
Etiologi
Pola Hidup Tidak Sehat, Perokok, Industri Asbestosis, Penyakit Lain Seperti
tuberkulosis paru, Genetik dan Status Imun, Kadar radon yang tinggi
Pengendapan kasrinogen
Kanker Paru
B1 B4 B5
B2 B3 B6
Kekurangan Deficit
volume Ketidak
perawatan
cairan seimbangan nutris
diri
kurang dari
kebutuhan tubuh
G. Komplikasi Kanker Paru
1. Rasa Sakit
Nyeri dapat terjadi pada tulang rusuk atau otot dada atau bagian lain tubuh di
mana kanker paru-paru telah menyebar. Kondisi ini biasanya terjadi pada tahap
penyakit yang lebih lanjut.
2. Efusi Pleura
Kanker paru memicu penyumbatan di saluran udara utama, sehingga
menyebabkan penumpukan cairan di sekitar paru-paru (disebut efusi pleura).
Kondisi ini ditandai nyeri saat bernapas, batuk, demam, dan sesak napas.
3. Pneumonia
Jika dibiarkan, efusi pleura berpotensi menekan paru-paru, menurunkan fungsi
paru-paru, dan meningkatkan risiko pneumonia. Gejala pneumonia termasuk
batuk, nyeri dada, dan demam. Jika tidak diobati, kasus pneumonia memiliki
konsekuensi yang mengancam jiwa.
4. Batuk Berdarah
Pengidap kanker paru bisa mengalami hemoptisis (batuk berdarah) akibat
pendarahan di saluran udara. Ciri batuk darah bisa bermacam-macam. Ada
yang berwarna merah muda atau merah terang, tapi ada juga yang memiliki
tekstur berbusa atau bahkan bercampur dengan lendir.
5. Neuropati
Neuropati adalah kelainan yang memengaruhi saraf, terutama di tangan atau
kaki. Kanker paru yang tumbuh di dekat saraf lengan atau bahu berpotensi
menekan saraf, menyebabkan rasa sakit dan kelemahan. Gejalanya berupa mati
rasa, kelemahan, rasa sakit, dan rasa geli.
6. Komplikasi Jantung
Tumor yang tumbuh di dekat jantung bisa menekan atau menyumbat pembuluh
darah dan arteri, sehingga memicu pembengkakan di bagian atas tubuh, seperti
dada, leher, dan wajah. Kondisi ini rentan mengganggu irama jantung normal
dan menyebabkan penumpukan cairan di sekitar jantung. Jika tidak segera
mendapat penanganan, komplikasi ini memicu masalah penglihatan, sakit
kepala, pusing, dan kelelahan.
7. Komplikasi Esofagus
Terjadi ketika kanker tumbuh di dekat kerongkongan. Gejalanya berupa
kesulitan menelan dan nyeri ketika makanan melewati kerongkongan menuju
perut.
8. Penyebaran Kanker ke Bagian Tubuh Lain
Kanker paru-paru bisa menyebar ke bagian lain dari tubuh, khususnya otak,
hati, tulang, dan kelenjar, dikenal sebagai fase metastasis. Gejala yang muncul
berbeda-beda, tergantung pada lokasi penyebarannya.
H. Diagnosis
1. Gambaran Radiologis
Salah satu pemeriksaan penunjang yang mutlak dilakukan adalah
pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk menentukan lokasi
tumor primer dan metastasis, serta penentuan stadium penyakit berdasarkan
system TNM. Pemeriksaan radiologi paru antara lain (PDPI, 2003)
a. Foto toraks PA/lateral, akan dapat dilihat bila masa tumor dengan ukuran
tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang
ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit tumor, dll. Pada foto tumor
juga dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi
perikar dan metastasis intrapulmoner.
b. CT-scan toraks, pemeriksaan ini dapat mendeteksi tumor lebih tepat
dengan ukuran lebih kecil dari 1 cm. Tanda-tanda proses keganasan juga
tergambar secara lebih baik meski tanpa gejala, misalnya terdapat
penekanan terhadap bronkus, tumor intra bronkial, atelektasis, efusi pleura
yang tidak masif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan dinding dada.
Pembesaran KGB (N1 s/d N3) dapat dideteksi serta ketelitiannya
mendeteksi kemungkinan metastasis intrapulmoner.
c. Bone scan, bone survey, USG abdomen dan brain-CT dibutuhkan untuk
menentukan letak kelainan, ukuran tumor dan metastasis.
2. Pemeriksaan khusus
a. Bronkoskopi adalah pemeriksan dengan tujuan diagnostik serta dapat
mengambil jaringan untuk memastikan ada tidaknya sel ganas, ada tidaknya
masa intrabronkus atau perubahan mukosa saluran napas, seperti terlihat
kelainan mukosa tumor misalnya, berbenjol-benjol, hiperemis, atau stinosis
infiltratif, mudah berdarah.
b. Biopsi aspirasi jarum dilakukan apabila biopsi tumor intrabronkial tidak
dapat dilakukan, misalnya karena amat mudah berdarah, atau apabila
mukosa licin berbenjol
c. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA) TBNA di karina, atau trakea 1/1
bawah (2 cincin di atas karina) pada posisi jam 1 bila tumor ada dikanan,
akan memberikan informasi ganda, yakni didapat bahan untuk sitologi dan
informasi metastasis KGB subkarina atau paratrakeal.
d. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB). Jika lesi kecil dan lokasi agak di
perifer serta ada sarana untuk fluoroskopik maka biopsi paru lewat bronkus
(TBLB) harus dilakukan.
e. Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy [TTB]) Jika lesi terletak di
perifer dan ukuran lebih dari 2 cm, TTB dengan bantuan flouroscopic
angiography. Namunjika lesi lebih kecil dari 2 cm dan terletak di sentral
dapat dilakukan TTB dengan tuntunan CT scan.
f. Biopsi jarum halus dapat dilakukan bila terdapat pembesaran KGB
supraklavikula, leher atau aksila atau teraba masa yang dapat terlihat
superfisial.. Punksi dan biopsi pleura harus dilakukan jika ada efusi pleura.
g. Torakoskopi medik untuk melihat massa tumor di bagaian perifer paru,
pleura viseralis, pleura parietal dan mediastinum.
h. Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan murah
untuk pemeriksaan sitologi/histologi.
i. Tumor Marker. Beberapa tes yang dipakai adalah CEA (Carcinoma
Embryonic Antigen), NSE (Neuron Spesifik Enolase), Cyfra 21-1
(Cytokeratin Fragments
j. Uji serologis tumor marker tersebut sampai saat ini dipakai untuk evaluasi
hasil pengobatan tumor paru (Sudoyo, 2007)
I. Penaalaksanaan
1. Penaalaksanaan Medis
Pengobatan kanker paru adalah combined modality therapy (multi-modaliti
terapi), Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada kanker paru adalah :
a. Pembedahan
Prinsip pembedahan adalah sedapat mungkin tumor direseksi
lengkap berikut jaringan KGB intrapulmoner, dengan lobektomi maupun
pneumonektomi. Segmentektomi atau reseksi baji hanya dikerjakan jika
faal paru tidak cukup untuk lobektomi. Tepi sayatan diperiksa dengan
potong beku untuk memastikan bahwa batas sayatan bronkus bebas tumor.
KGB mediastinun diambil dengan diseksi sistematis, serta diperiksa secara
patologi anatomis. Toleransi penderita yang akan dibedah dapat diukur
dengan nilai uji faal paru dan jika tidak memungkin dapat dinilai dari hasil
analisis gas darah (AGD). Syarat untuk reseksi paru adalah: Resiko ringan
untuk Pneumonektomi, bila KVP paru kontralateral baik, VEP1>60%,
Risiko sedang pneumonektomi, bilanKVP paru kontralateral > 35%, VEP1
> 60% (PDPI, 2003)
b. Radioterapi
Radiasi sering merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan
untuk meringankan keluhan penderita, seperti sindroma vena kava
superiror, nyeri tulang akibat invasi tumor ke dinding dada dan metastasis
tumor di tulang atau otak. Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah
: Hb > 10 g%; Trombosit > 100.000/mm3; Leukosit > 3000/dl. Sementara
itu pada radiasi paliatif diberikan pada unfavourable group, yakni : PS < 70;
Penurunan BB > 5% dalam 2 bulan; Fungsi paru buruk (PDPI, 2003)
c. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru. Syarat
utama harus ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan (performance
status) harus lebih dan 60 menurut skala Karnosfky atau 2 menurut skala
WHO. Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan beberapa obat
antikanker dalam kombinasi regimen kemoterapi. Pada keadaan tertentu,
penggunaan 1 jenis obat anti kanker dapat dilakukan (PDPI, 2003).
2. Penatalaksanaan Keperawatan
• Ajarkan utuk tidak banyak beraktifitas
• Mengatur posisi semifowler
• Ajarkan tekni relaksai, Ajarkan batuk efektif
• Memberikan edukasi tentang penyakit yang di alami
• Kolaborasi dengan tim gizi untuk diet pasien
• Edukasi untuk minum obat teratur dan rutin control.
Pandangan Menurut Sister Calista Roy dalam Tomey & Alligood, 2010
menyatakan bahwa asuhan keperawatan yang diberikan menempatkan manusia
sebagai individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dipandang sebagai suatu
“holistic adaptif system” dalam berbagai aspek yang merupakan sebuah kesatuan.
Sistem merupakan suatu kesatuan yang dapat dihubungkan sebagai suatu kesatuan
untuk beberapa tujuan dan mempunyai ketergantungan dari setiap bagian-
bagiannya. Sistem sendiri terdiri dari proses input, ouput, kontrol dan umpan balik.
Untuk memahami konsep model adaptasi Roy, ada 5 asumsi yang dikembangkan
diantaranya adaptasi, keperawatan, manusia sebagai individu, kesehatan dan
lingkungan
1. Adaptasi
Adaptasi merupakan sebuah proses maupun hasil dimana manusia
sebagai individu yang berada dalam suatu kelompok mempunyai kesadaran
yang baik dan pilihan untuk membentuk sebuah sistem uang terintegrasi dengan
lingkungannya dalam mempertahankan dan meningkatkan integritas untuk
berespon adaptif terhadap stimulus yang didapat dari lingkungan.
2. Manusia
Manusia merupakan individu yang unik, holistik dan adaptif terhadap
lingkungan sekitarnya, sehingga manusia didefinisikan sebagai suatu kesatuan
dalam sebuah sistem yang terintegrasi dan memiliki kemapuan berfikir,
bertindak, mengartikan sesuatu serta mampu merasakan perubahan ataupun
melakukan perubahan untuk mencapai satu respon adaptif, dengan kata lain
manusia adalah makluk holistic mencakup bio-psiko-sosial-spiritual yang
mampu berinteraksi dengan lingkungannya (Tomey & Alligood, 2010).
Hal tersebut dapat dikontrol dengan koping yang dimiliki individu
tersebut untuk mempertahankan respon yang adaptif melalui proses yang
dinamakan sebagai subsistem kognator dan regulator. Menurut Roy proses
kognator dan regulator diwujudkan individu menggunakan empat model yang
disebut dengan model adaptasi yaitu fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan
interdepedensi (Roy & Zhan, 2010).
3. Keperawatan
Roy mengatakan bahwa asuhan yang dapat memberikan dan menunjang
kemampuan klien dalam beradaptasi dengan perubahan kondisi kesehatannya,
mampu meningkatkan kualitas hidupnya atau meninggal dengan damai adalah
keperawatan (Roy & Andrew, 1999)
4. Kesehatan
Kesehatan yang dimaksudkan adalah kondisi dimana tidak ada
penyakit. Menurut Roy kemampuan seseorang yang selalu berkembang dan
tumbuh dengan perubahan lingkungan merupakan refleksi dari kondisi sehat
yang sebenarnya dan merupakan kemampuan beradaptasi dengan kebutuhan
fisiologis, konsep diri yang adaptif, peran sosial serta adanya keseimbangan
antara kemandirian juga ketergantungan
5. Lingkungan
Lingkungan merupakan segala kondisi yang ada disekitarnya dan dapat
mempengaruhi perilaku individu mencapai tahap yang adaptif, karena manusia
selalu berinteraksi dengan lingkungannya sehingga respon yang adaptif dapat
mempengaruhi segala perubahan yang terjadi pada individu tersebut (Tomey &
alligood, 2006)
K. Sistem Model Adaptasi sister Calista Roy
Sistem terbuka pada teori Model Adaptasi Roy merupakan suatu kesatuan
yang memandang manusia sebagai individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
sebagai makluk holistic dengan segala bentuk aspek yang dapat menerima input
atau stimulus baik berasal dari dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya.
Adaptasi tersebut ditentukan dari efek didapat dari stimulus fokal, kontekstual dan
residual. Teori ini didasari dari asumsi sebuah filosofi tentang prinsip kemanusiaan
dan kebenaran dengan menggunakan prinsip keilmuan yang berasal dari teori
adaptasi Roy (Roy & Andrew, 1999)
Input Control Effector Output
Feedback
Bagan diatas adalah skema model adaptasi yang digunakan oleh Roy untuk
menggambarkan proses input dimana individu sebagai penerima masukan dengan
stimulus internal maupun eksternal dari dirinya melalui gabungan dari stimulus
fokal, kontekstual dan residual. Selain itu menggambarkan 2 bentuk subsistem
yang saling berhubungan yaitu primer dan sekunder. Subsistem primer adalah
kontrol yang terdiri dari regulator dan kognator, dimana regulator berhubungan
dengan mode adaptasi fisiologis terhadap perubahan lingkunan, sedangkan
kognator berhubungan dengan mode adaptasi konsep diri, fungsi peran dan
interdepedensi sehingga respon yang dihasilkan adalah persepsi terhadap
informasi, penilaian, emosi, pembelajaran, yang semua ini terjadi di dalam otak.
Subsistem sekunder yaitu effektor yang terdiri dari 4 mode adaptasi diantaranya
fungsi fisiologis terkait kebutuhan fisik, konsep diri, fungsi peran dan
interdepedensi. Dengan hasil akhirnya adalah output, yaitu respon adaptif atau mal
adaptif (Tomey & Alligood, 2006).
A. Pengkajian
1. Indentitas
Tn. Z usia 57 tahun (7 juli 1962), No. RM 196602, Kelas Rambun Pamenan
201 Bed 3, pendidikan SMP, Status menikah, agama Islam, alamat SOLOK,
Pengkajian dilakukan tanggal 5-11-2019 Dengan diagnose CA Paru+ PPOK
exaserbasi akut, pekerjaan sebagai buruh bangunan. Pasien datang ke RSUD M.
NATASIR SOSLOK tanggal 3-11-2019 pukul 10.02 WIB dengan keluhan utama
sesak nafas.
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian model adaptif Roy terdapat perilaku pasien yang
bersifat inefektif, diantaranya adalah:
1. Ketidak efektifan pola nafas b.d Keterbatasan Ekspansi Paru Dan Nyeri Saat
Bernafas
2. Nyeri Akut b.d Adanya agen pencedera ( neoplasma)
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd: Proses penyakit
D. Intervensi Keperawatan (Nursing Care Plan)
A. Simpulan
1. Konsep model adaptasi Roy adalah adanya target yang jelas pada setiap
intervensi keperawatan yang akan diberikan pada pasien. Target ini yang akan
menjadi acuan dalam evaluasi keperawatan. Penerapan teori adaptasi menurut
Roy sangat tepat pada pasien dengan gangguan respirasi karena merupakan salah
satu teori yang dinamis dan berfokus pada kemampuan adaptasi pasien dan
termasuk teori yang mudah diaplikasikan, dalam penerapan asuhan Keperawatan.
Roy menegaskan bahwa individu adalah makhluk biopsikososial sebagai satu
kesatuan utuh yang memiliki mekanisme koping terhadap perubahan lingkungan
untuk mencapai kondisi adaptif. Implementasi dilakukan dengan memilih
intervensi dan aktifitas keperawatan yang sesuai dengan adaptasi pasien.
2. Setelah menganalisa kasus terhadap Tn "Z" dengan Kanker Paru di temuka data
– data yaitu ; adnya tarikan dinding dada pada saat bernafas, terdengar ronkhi
sesak nafas RR 29x/menit, nyeri saat narik nafas skala 6, kurang nafsu makan
hanya makanan 3 sendok diet yang di berikan, batuk berdahak, berat badan
menurun
3. Setelah melakukan pengkajian pada Tn "Z" selanjutnya penulis merumuskan
diagnosa keperawatan sebagai berikut ; Ketidak efektifan pola nafas b.d
Keterbatasan Ekspansi Paru Dan Nyeri Saat Bernafas, Nyeri Akut b.d Adanya
agen pencedera ( neoplasma), Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh bd: Proses penyakit.
4. Setelah penulis menegakkan diagnosa, maka selanjutnya penulis menyusun
rencana keperawatan berdasarkan teori yang ada, penulis dalam menyusun
rencana keperawatan berdasarkan teori yang ada dan penulis susun berdasarkan
kondisi dan keadaan pasien sehingga kesenjangan antara teori yang ada dengan
penulis tegakkan
B. Saran
Pembelajaran tentang konsep model adaptasi Roy dalam dunia profesi
terutama bidang keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin
supaya nantinya bisa lebih memahami bahwa individu adalah makhluk
biopsikososial sebagai satu kesatuan utuh yang memiliki mekanisme koping
terhadap perubahan lingkungan untuk mencapai kondisi adaptif.
DAFTAR PUSTAKA
Black, J M., & Hawk, J. H. (2014). Medical surgical nursing: Clinical management for
positive outcomes. (7th Ed). St. Louis: Elseiver.Inc
Jemal A, Siegel R, Murray T. Cancer statistic. Cancer J Clin 2014; 56:106–130. Jusuf
A, Haryanto A, Syahruddin E, Endardjo S, Mudjiantoro S, Sutantio N kanker Paru
Jenis karsinoma Bukan Sel Kecil. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan kanker
paru jenis karsinoma bukan sel kecil di Indonesia., ed. Anwar J, Syahruddin E.
PDPI&POI, Jakarta. 2013.
Kowalak, J. P., Welsh, W., & Mayer, B. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Alih bahasa
dr. Andry Hartono. Jakarta: EGC. Mulhall, A. (1998). Nursing, research, and the
evidence. Evidence Based Nursing, 1(1), 4-6.
Price, S. & Wilson, L.M. (2015). Pathofysiology clinical concepts of disease processes.
St. Louis: Mosby Year Book.Inc
PDPI (2003). Kanker Paru, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Rab, H.T. (2010). “Ilmu penyakit paru”, Jakarta: Trans Info Media. Riset Kesehatan
Dasar (RIKESDAS), 2014
Roy, C., & Andrews, H. A. (1999). The Roy Adaptation Model (Third ed.). New
Jersey: Pearson Education, Inc.
Syahruddin, E., Avissena, D. P., & Nirwan, A. (2012). A retrospective study: Clinical
and diagnostic characteristics in advanced stage of lung cancer patients with
pleural effusion in Persahabatan Hospital 2004–2007. J Respir Indo, 30, 146-51.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G (2005). Brunner & Suddarth’s: Textbook of medical
surgical nursing. Philadelpia: Lippincott.
T. Heather, H. (2018). Diagnosis Kperawatan Nanda 2015 (11th ed.). Jakarta:
mediaction.
Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2010). Nursing theorists and their work. Missouri:
Elsevier Mosby.