Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2

Asuhan keperawatan ca servik

OLEH :

Melgarani Putri

Dosen Mata Kuliah: Harmawati, S.Kp, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES SYEDZA SAINTIKA

PADANG

TAHUN AJARAN 2019/2010


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat disusun dan selesai tepat pada waktunya.

Makalah ini di buat sebagai tugas mata kuliah “KEPERAWATAN


MEDIKAL BEDAH 2”. Makalah ini diharapkan bisa menjadi tambahan referensi
untuk mahasiswa keperawatan.

Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun khususnya dari dosen
penanggung jawab mata kuliah agar dalam pembuatan makalah berikutnya bisa lebih
sempurna.Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.
Terima kasih dan wassalam

Padang, 26 april 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
C. Manfaat................................................................................................................3

BAB II: PEMBAHASAN

A. Defenisi ca servik.................................................................................................4
B. Klasifikasi ...............................................................................................................4
C. etiologi..................................................................................................................6
D. patofisiologi..........................................................................................................7
E. woc............................................................................................................................9
F. Manifestasi klinis...............................................................................................11
G. pemeriksaan penunjang........................................................................................12
H. Penatalaksanaan ...................................................................................................14
I. Pencegahan.........................................................................................................15
J. komplikasi..........................................................................................................17
K. prognosis.................................................................................................................17

BAB III: ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian .........................................................................................................19
B. Diagnosa ............................................................................................................20
C. Intervensi...............................................................................................................21

BAB IV : PENUTUP

A. KESIMPULAN............................................................................................31
B. SARAN..........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kanker Serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu penyakit yang paling
banyak terjadi bagi wanita. Kanker Serviks sering juga disebut dengan kanker mulut
rahim. Kanker Serviks merupakan penyakit kanker kedua terbanyak yang dialami oleh
wanita di seluruh dunia. Menurut International Agency for Research on Cancer (IARC),
85% dari kasus kanker di dunia, yang berjumlah sekitar 493.000 dengan 273.000
kematian, terjadi di Negara-negara berkembang. Di Indonesia pengidap Ca Cervixadalah
terbanyak diantara pengidap kanker lainnya, bahkan di seluruh dunia adalah nomer kedua
setelah Cina (FK UGM, 2010). Berdasarkan penelitian di Jakarta, Semarang, Jogjakarta,
dan Surabayaternyata kanker leher rahim juga menduduki urutan dengan proporsi 25 – 45
% penderita melebihi kanker payudara yang baru mencapai 10 – 20 %. Menurut
perkiraan Departemen Kesehatan RI adalah 100 per 100.000 penduduk. UntukJakarta
sebanyak 7.000 penderita dan kira-kira seperlimanya adalah penderita kanker leher rahim
(Tara, 2001). Begitu pula data penderitakanker serviks yangdirawat di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan didapat rata-rata 120 orang
penderita kanker serviks yang dirawat perbulan (Laporan Ruangan Rindu B 1 Obgin,
2012).
Kanker serviks adalah tumor ganas yangtumbuh di daerah leher rahim (serviks).
Kanker serviks merupakan keganasan yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Setiap
satu jam perempuan Indonesia meninggal dunia karena kanker dalam tiga dasa warsa
terakhir. Tingginya angka kematian itu akibat terlambatnyapenanganan, sekitar 70%
datang dengan kondisi stadium lanjut. Kanker serviks merupakan kanker tersering pada
wanita dan merupakan penyebab kematian terbanyak nomor 3 di seluruh dunia penyebab
kematian nomor 1 di negara berkembang. Laporan WHO menunjukan kasus kanker
serviks semakin meningkat di seluruh dunia, dimana diperkirakan 10 juta kasus baru
pertahun dan akan meningkat akan menjadi 15 juta kasus pada tahun 2020. Sampai saat
ini, insiden kanker serviks dalam hal morbiditas dan mortalitas belum menunjukan hasil
penurunan yang signifikan. Bukti kuat pendukung kanker serviks disebabkan oleh infeksi
Human Papiloma Virus (HPV), dengan risiko tertinggi Human Papiloma Virus (HPV)
subtipe genital meningkatkan risiko beragam penularan (Suhartono, 2007). Data setiap
tahun sekitar 500.000 perempuan di Indonesia didiagnosis terinfeksi kanker serviks. Dari
jumlah itu, sekitar 270.000 penderita meninggal dunia. Di Indonesia, kanker serviks telah
menjadi pembunuh nomor satu dari keseluruhan kanker. Kanker serviks merupakan
penyakit kanker paling umum 2kedua yang biasa diderita perempuan berusia 20–25
tahun.Di Indonesia, kanker serviks merupakan kasus terbanyak dan hampir 70% -nya
ditemukan dalamkondisi stadium lanjut (≥ stadium IIB). Hal ini karena masih rentannya
pelaksanaan skrining, yaitu ≤ 5%. Padahal, pelaksanaan skrining yang ideal adalah 80%.
Coba kita bandingkan dengan populasi penduduk indonesia tahun 2008 yang berjumlah
230 juta jiwa. Angka 5% adalah angka yang sangat kecil sekali. Padahal wanita yang
beresiko terkena kanker serviks adalah 58 juta wanita pada usia 15–64 tahun dan 10 juta
wanita pada usia 10–14 tahun. Oleh karena itu, tidak mengejutkan jika jumlah kasus baru
kanker serviks mencapai 40–45 wanita perhari dan jumlah kematian yang disebabkan
kanker serviks mencapai 20–25 wanita perhari (Samadi, 2011).

1.2. RUMUSAN MASALAH


A. Apa Definisi ca.Serviks ?
B. Apa Etiologi ca.Serviks ?
C. Bagaimana patofisiologi ca.serviks ?
D. Bagaimana tanda dan gejala ca.serviks ?
E. Bagaimana Komplikasi ca.serviks ?
F. Bagaimana pemeriksaan ca.serviks ?
G. Bagaimana Penatalaksanaan ca.serviks ?
H. Bagaimana asuhan keperawatan ca.serviks ?
1.3. TUJUAN
A. Mengetahui definisi ca.serviks
B. Mengetahui etiologi ca.serviks
C. Mengetahui patofisiologi ca.serviks
D. Mengetahui tanda dan gejala ca.serviks
E. Mengetahui Komplikasi ca.serviks
F. Mengetahui pemeriksaan ca.serviks
G. Mengetahui Penatalaksanaan ca.serviks
H. Mengetahui asuhan keperawatan ca.serviks
1.4. MANFAAT
Makalah asuhan keperawatan pada pasien dengan ca.cervik ini bisa bermanfaat bagi
penulis secara pribadi dan juga bermanfaat bagi pembaca secara luas sebagai
pembelajaran

BAB II
KONSEP MEDIK
2.1. DEFINISI
Kanker leher rahim atau yang dikenal dengan kanker servik yaitu keganasan yang
terjadi pada serviks (leher rahim) yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol
ke puncak liang senggama atau vagina (Depkes RI, 2009).
Karsinoma serviks uteri (Ca serviks) adalah tumor ganas pada leher rahim,
merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita.Kanker serviks adalah penyakit
akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan
jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (Lynda, 2010)
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahimatau serviks
yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempelpada puncak vagina.
( Diananda,Rama, 2009 )
Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerang bagian squamosa
columnar junction (SCJ) serviks (Price, Sylvia. 2010)
Kanker servik merupakan kanker pembunuh nomor satu pada wanita di dunia ketiga.
Epidemiologi menunjukkan bahwa kanker ini merupakan penyakit menular seksual (Suharto
2009).

2.2. KLASIFIKASI
Klasifikasi dari Temuan TNM FIGO Bedah – patologis

- Tahapan Kategori
1. TX : tumor primer tidak dapat dinilai
2. T0 : ada bukti tumor primer
3. Tis : Karsinoma in situ ( karsinoma preinvasive )
4. Karsinoma T1 I : serviks terbatas pada serviks ( perluasan mengabaikan untuk
korpus )
5. T1a IA : Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop ; invasi stroma
dengan kedalaman maksimum 5.0 mm diukur dari dasar epitel dan penyebaran
horizontal 7,0 mm atau kurang ; Keterlibatan ruang vaskuler , vena atau limfatik ,
tidak mempengaruhi klasifikasi
6. T1a1 IA1 : Diukur invasi stroma ≤ 3,0 mm secara mendalam dan ≤ 7,0 mm di
spread horisontal
7. T1a2 IA2 :Diukur invasi stroma > 3,0 mm dan ≤ 5.0 mm dengan penyebaran
horisontal ≤ 7,0 mm
8. T1b IB : klinis terlihat lesi terbatas pada serviks atau lesi mikroskopik lebih besar
dari T1a / IA2
9. T1b1 IB1 : lesi klinis terlihat ≤ 4.0 cm dalam dimensi terbesar
10. T1b2 IB2 :klinis terlihat lesi > 4.0 cm dalam dimensi terbesar
11. T2 II : serviks karsinoma Menginvasi luar rahim tetapi tidak untuk dinding panggul
atau menurunkan ketiga vagina
12. T2a IIA : tanpa invasi parametrium
13. T2a1 IIA1 : lesi klinis terlihat ≤ 4.0 cm dalam dimensi terbesar
14. T2a2 IIA2 : klinis terlihat lesi > 4.0 cm dalam dimensi terbesar
15. T2b IIB : Tumor dengan invasi parametrium
16. T3 III : Tumor meluas ke dinding panggul dan / atau melibatkan sepertiga bagian
bawah vagina dan / atau menyebabkan hidronefrosis atau nonfungsional ginjal
17. T3a IIIA : Tumor melibatkan sepertiga bagian bawah vagina , tidak ada ekstensi
untuk dinding panggul
18. T3b IIIB : Tumor meluas ke dinding panggul dan / atau menyebabkan hidronefrosis
atau nonfungsional ginjal
19. T4 IV : Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum dan / atau
melampaui panggul yang benar ( edema bulosa tidak cukup untuk
mengklasifikasikan tumor sebagai T4 )
20. T4a IVA :Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum ( edema bulosa
tidak cukup untuk mengklasifikasikan tumor sebagai T4 )
21. T4b IVB : Tumor melampaui panggul benar

2.3. ETILOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor resiko
dan predisposisi yang menonjol, antara lain:

a. Umur
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual
semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih
terlalu muda.
b. Jumlah kehamilan dan partus
`Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering
partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
c. Jumlah perkawinan.
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
d. Infeksi virus.
Infeksi HPV (Human papiloma virus)yang beresiko tinggi menyebabkan kanker
leher rahim yang ditularkan melalui hubungan seksual (sexually transmitted disease).
Perempuan biasanya terinfeksi virus ini saat usia belasan tahun, sampai tiga puluhan,
walaupun kankernya sendiri baru akan muncul 10-20 tahun sesudahnya. Infeksi virus
HPV yang berisiko tinggi menjadi kanker adalah tipe 16, 18, 45, 56 dimana HPV tipe 16
dan 18 ditemukan pada sekitar 70% kasus. Infeksi HPV tipe ini dapat mengakibatkan
perubahan sel-sel leher rahim menjadi lesi intra-epitel derajat tinggi (high-grade
intraepithelial lesion/ LISDT) yang merupakan lesi. (yatim,faisal,2010)

2.4. PATOFISIOLOGI

Cerviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks (portio) dan
endoserviks kanalisis serviks yang dibuat sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Pada
wanita muda SCJ ini berada diluar OUE, sedang pada wanita berumur >35 th, SCJ berada
didalam kanalis servikalis pada awal perkembangannya kanker serviks tidak memberi tanda-
tanda dan keluhan ada pemeriksaan dengan speculum, tampak parsio yang erosive
(metaplasia skuamosa) yang fisiologik atau patologik. Tumor dapat tumbuh sebagai berikut:

a) Eksofitik, mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa proliferasi yang
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
b) Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
c) Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dan
melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.

Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks epitel
kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel
kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH
vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK,
yaitu SSK (Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru yang menjadi tempat pertemuan
antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. (Rahmawan, 2009).

Daerah di antara kedua SSK (Sel skuamosa karsinoma) ini disebut daerah
transformasi. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel
secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi
ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal dari
agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human papilloma
virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia.
Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat
ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel
skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh.
(Rahmawan, 2009).

Kanker insitu pada servik adalah keadaan dimana sel neoplastik terjadi pada seluruh
lapisan epitel disebut displasia. Displasia merupakan neoplasia servik intraephitelia (CNI).
CNI terbagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I ringan, tingkat II sedang, tingkat III berat.
Tidak ada gejala spesifik untuk kanker servik pendarahan merupakan satu-satunya gejala
yang nyata, tetapi gejala ini hanya ditemukan pada tahap lanjut. Sedang kan tahap awal
tidak. (pince, sylvia A, 2010).
Usia, Jumlah kehamilah partus jumlah
perkawinan, infeksi HPV

Mitosis sel eksoservik &


endoserviks

Hiperterm
Metaplasia skuamosa
i

Demam
Perubahan struktur sel
& fungsi sel-sel normal
termoregulasi

Aktivasi regenerasi pelepasan med.kimiawi


sel meningkat ( prostaglandin )

Sel - sel merangsang hipotalamus


ganas/karsinoma

Invasi Patogen
Kanker

Dilakukan non Menembus sel epitel Dapat menekan Vaskularisasi


pembedahan, kemoterapi jaringan sekitar jaringan

Struma serviks
Mual Muntah Iskemia jaringan Peradangan
endo & ekso
Nekrosis jaringan
Meluas ke
Penurunan berat badan jaringan

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

Pembuluh limfa & Menekan ujung Keputihan, bau


vena saraf simpatik busuk , gatal

Dinding pembuluh Respon nyeri Kurangnya


terdesak pengetahuan tentang
gejala dan penyakit
Perdarahan Defisiensi
Nyeri
spontan Pengetahuan
kronik
Kekurangan Volume Cairan

sumber :

1. Sylvia A. Prince, 2007.

2. Rahmawan, 2009

2.5. MANIFSTASI KLINIS


a. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosisjaringan.
Pada permulaan penyakit yaitu pada stadium praklinik (karsinoma insitu dan mikro
invasif) belum dijumpai gejala-gejala yang spesifik bahkan sering tidak dijumpai gejala.
Awalnya, keluar cairan mukus yang encer, keputihan seperti krem tidak gatal,kemudian
menjadi merah muda lalu kecoklatan dan sangat berbau bahkan sampai dapat tercium
oleh seisi rumah penderita. Bau ini timbul karena ada jaringan nekrosis (Aziz
M.F.,Saifuddin A.B., 2010).
b. Ada perdarahan tidak normal.
Awal stadium invasif, keluhan yang timbul adalah perdarahan di luar siklus haid,
yang dimulai sedikit-sedikit yang makin lama makin banyak atau perdarahan terjadi di
antara 2 masa haid.Perdarahan terjadi akibat terbukanya pembuluh darah disertai dengan
pengeluaran sekret berbau busuk,bila perdarahan berlanjut lama dan semakin sering
akan menyebabkan penderita menjadi sangat anemis dan dan dapat terjadi shock,
dijumpai pada penderita kanker serviks stadium lanjut (Aziz M.F. dan Saifuddin
A.B.2010).
c. Perdarahan yang dialami segera setelah berhubungan ( 75% - 80% ).
Keluhan ini sering dijumpai pada awal stadium invasif, biasanya timbul perdarahan
setelah berhubungan. Hal ini terjadi akibat trauma pada permukaan serviks yang telah
mengalami lesi (Rasjidi Imam, 2010).
d. Nyeri dibagian daerah panggul
Rasa nyeri ini dirasakan di bawah perut bagian bawah sekitar panggul yang biasanya
unilateral yang terasa menjalar ke paha dan ke seluruh panggul. Nyeri
bersifat progresif sering dimulai dengan “Low Back Pain” di daerah lumbal, menjalar ke
pelvis dan tungkai bawah, gangguan miksi dan berat badan semakin lama semakin
menurun khususnya pada penderita stadium lanjut.bila kanker sudah berada pada
stadium 3, maka akan mengalami pembengkakan dibagian tubuh seperti, betis, paha,
tangan dan sebagiannya ( RamaDiananda, 2009 )

2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Pemeriksaan Sitologi Pap Smear
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap smear. Pap smear
merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim. Test ini mendeteksi adanya
perubahan-perubahan sel leher rahim yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan
mengambil cairan pada laher rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan
dengan mikroskop.
Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base cytology) adalah metoda pap smear
yang dimodifikasi yaitu sel usapan serviks dikumpulkan dalam cairan dengan tujuan
untuk menghilangkan kotoran, darah, lendir serta memperbanyak sel serviks yang
dikumpulkan sehingga akan meningkatkan sensitivitas. Pengambilan sampel dilakukan
dengan mengunakan semacam sikat (brush) kemudian sikat dimasukkan ke dalam cairan
dan disentrifuge, sel yang terkumpul diperiksa dengan mikroskop.
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks. Jika
ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan pemeriksaan standar berupa
kolposkopi. Penanganan kanker serviks dilakukan sesuai stadium penyakit dan
gambaran histopatologimnya. Sensitifitas pap smear yang dilakukan setiap tahun
mencapai 90%.
b. Kolposkopi
Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk
mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal.
Dengan kolposkopi akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaaan serviks, kemudian
dilakukan biopsi pada lesi-lesi tersebut.
c. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks. Tes sangat mudah dan
praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan non dokter ginekologi, bidan praktek
dan lain-lain. Prosedur pemeriksaannya sangat sederhana, permukaan serviks/leher
rahim diolesi dengan asam asetat, akan tampak  bercak-bercak  putih pada permukaan
serviks yang tidak normal.
d. Serviksografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa ekstensi 50
mm. Fotografi diambil oleh tenaga kesehatan dan slide (servikogram) dibaca oleh yang
mahir dengan kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika tampak kelainan abnormal,
tidak memuaskan jika SSK tidak tampak seluruhnya dan disebut defek secara teknik jika
servikogram tidak dapat dibaca (faktor kamera atau flash).
Kerusakan (defect) secara teknik pada servikogram kurang dari 3%. Servikografi
dapat dikembangkan sebagai skrining kolposkopi. Kombinasi servikografi dan
kolposkopi dengan sitologi mempunyai sensitivitas masing-masing 83% dan 98%
sedang spesifisitas masing-masing 73% dan 99%. Perbedaan ini tidak bermakna.
Dengan demikian servikografi dapat di-gunakan sebagai metoda yang baik untuk
skrining massal, lebih-lebih di daerah di mana tidak ada seorang spesialis sitologi, maka
kombinasi servikogram dan kolposkopi sangat membantu dalam deteksi kanker serviks.
e. Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan pembesaran 2,5 x dapat
digunakan untuk meningkatkan skrining dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan
kolposkopi dapat segera disarankan bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan
asam asetat. Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negatif palsu
sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%. Samsuddin dkk pada tahun 1994
membandingkan pemeriksaan gineskopi dengan pemeriksaan sitologi pada sejumlah 920
pasien dengan hasil sebagai berikut: Sensitivitas 95,8%; spesifisitas 99,7%; predictive
positive value 88,5%; negative value 99,9%; positif palsu 11,5%; negatif palsu 4,7% dan
akurasi 96,5%. Hasil tersebut memberi peluang digunakannya gineskopi oleh tenaga
paramedis / bidan untuk mendeteksi lesi prakanker bila fasilitas pemeriksaan sitologi
tidak ada.
f. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)
Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur secara kuantitatif
dalam kondisi prakanker maupun kanker. Salah satu PT yang dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya perkembangan kanker serviks adalah CEA (Carcino Embryonic
Antigen) dan HCG (Human Chorionic Gonadotropin). Kadar CEA abnormal adalah > 5
µL/ml, sedangkan kadar HCG abnormal adalah > 5ηg/ml. HCG dalam keadaan normal
disekresikan oleh jaringan plasenta dan mencapai kadar tertinggi pada usia kehamilan 60
hari. Kedua PT ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah dan urine.
g. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi pendarahan yang
terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur kadar hemoglobin, hematokrit,
trombosit dan kecepatan pembekuan darah yang berlangsung dalam sel-sel tubuh.( Dr
RamaDiananda, 2009 )

2.7. PENATALAKSAAN
Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien kanker serviks, tergantung pada
stadiumnya. penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga cara yaitu: histerektomi, radiasi dan
kemoterapi.
Di bawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan
stadium kanker serviks :
a. Stadium 0: konisasi (pengambilan jaringan serviks berbentuk kerucut dengan basis
pada partio, untuk tujuan diagnostik/terapeutik).
b. Stadium IA: simple histerektomi (histerektomi total).
c. Stadium IB dan IIA: histerektomi dan chemoterapi
d. Stadium IV: Radiasi paliatif
2.8. PENCEGAHAN
Kanker stadium dini (karsinoma in situ) sangat susah dideteksi karena belum
menimbulkan gejala yang khas dan spesifik. Kematian pada kasus kanker serviks terjadi
karena sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium lanjut. Atas dasar
itulah, di beberapa negara pemeriksaan sitologi vagina merupakan pemeriksaan rutin yang
dilakukan kepada para ibu hamil, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan biopsi bila
ditemukan hasil yang mencurigakan.

Dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan janin dapat
dipertahankan dan penyakit ini dapat disembuhkan bisa mencapai hampir 100%. Malahan
sebenarnya kanker serviks ini sangat bisa dicegah. Menurut ahli obgyn dari New York
University Medical Centre , dr. Steven R. Goldstein, kuncinya adalah deteksi dini.
Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini adalah bentuk skrining
yang dinamakan Pap Smear, dan skrining ini sangat efektif. Pap smear adalah suatu
pemeriksaan sitologi yang diperkenalkan oleh Dr. GN Papanicolaou pada tahun 1943 untuk
mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah
dikerjakan, cepat dan tidak sakit. Masalahnya, banyak wanita yang tidak mau menjalani
pemeriksaan ini, dan kanker serviks ini biasanya justru timbul pada wanita-wanita yang tidak
pernah memeriksakan diri atau tidak mau melakukan pemeriksaan ini. 50% kasus baru
kanker serviks terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak pernah melakukan pemeriksaan
pap smear. Padahal jika para wanita mau melakukan pemeriksaan ini, maka penyakit ini
suatu hari bisa saja diatasi.
Ada beberapa protokol skrining yang bisa ditetapkan bersama - sama sebagai salah satu
upaya deteksi dini terhadap perkembangan kanker serviks, beberapa di antaranya :

a. Skrining awal
Skrining dilakukan sejak seorang wanita telah melakukan hubungan seksual
(vaginal intercourse) selama kurang lebih tiga tahun dan umurnya tidak kurang dari
21 tahun saat pemeriksaan. Hal ini didasarkan pada karsinoma serviks berasal lebih
banyak dari lesi prekursornya yang berhubungan dengan infeksi HPV onkogenik dari
hubungan seksual yang akan berkembang lesinya setelah 3-5 tahun setelah paparan
pertama dan biasanya sangat jarang pada wanita di bawah usia 19 tahun.
b. Pemeriksaan DNA HPV
Penelitian dalam skala besar mendapatkan bahwa Pap’s smear negatif
disertai DNA HPV yang negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak
hampir 100%. Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur
diatas 30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan waktu.
Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS hanya 31,2% sementara
infeksi ini meningkat sampai 65% pada usia 28 tahun atau lebih muda. Walaupun
infeksi ini sangat sering pada wanita muda yang aktif secara seksual tetapi nantinya
akan mereda seiring dengan waktu. Sehingga, deteksi DNA HPV yang positif yang
ditenukan kemudian lebih dianggap sebagai HPV yang persisten. Apabila ini dialami
pada wanita dengan usia yang lebih tua maka akan terjadi peningkatan risiko kanker
serviks.
c. Skrining dengan Thinrep / liquid-base method
Disarankan untuk wanita di bawah 30 tahun yang berisiko dan dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan setiap 1 - 3 tahun.
d. Skrining dihentikan bila usia mencapai 70 tahun atau telah dilakukan 3 kali
pemeriksaan berturut-turut dengan hasil negatif.

2.9. KOMPLIKASI
a. Pendarahan
Jika kanker menyebar ke usus vagina atau kandung kemih, dapat
menyebabkan kerusakan yang signifikan, mengakibatkan pendarahan. Perdarahan
dapat terjadi pada vagina, rektum (bagian belakang), atau mungkin mengeluarkan
darah ketika buang air kecil.
b. Gagal ginjal
Ginjal menghilangkan bahan limbah dari darah. Limbah dibuang keluar dari
tubuh dalam urin melalui tabung yang disebut ureter. Dalam beberapa kasus kanker
serviks stadium lanjut, tumor kanker (pertumbuhan jaringan abnormal) dapat
menekan ureter, menghalangi aliran urin keluar dari ginjal. Sehingga urin tertampung
dalam ginjal dikenal sebagai hidronefrosis dan dapat menyebabkan ginjal menjadi
bengkak dan rusak.
c. Pembekuan Fistula
Fistula merupakan komplikasi yang jarang terjadi namun menyedihkan yang
terjadi di sekitar 1 dalam 50 kasus kanker serviks stadium lanjut. Fistula adalah
saluran abnormal yang berkembang antara dua bagian tubuh. Dalam kebanyakan
kasus yang melibatkan kanker serviks, fistula berkembang antara kandung kemih dan
vagina. Dan kadang-kadang fistula berkembang antara vagina dan dubur.
2.10. PROGNOSIS
Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respon terhadap
pengobatan, 95 % mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang
menjalani histerektomi dan memiliki risiko tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi
karena lewat deteksi dini, perkembangan kanker seviks dapat diobati dengan radioterapi.
Ada beberapa faktor yang menentukan prognosis dalam angka kejadian kanker
serviks, antara lain :
a. Usia penderita
b. Keadaan umum
c. Tingkat klinis keganasan
d. Ciri - ciri histologik sel kanker
e. Kemampuan tim kesehatan untuk menangani
f. Sarana pengobatan yang tersedia
sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1
Stadium Penyebaran kanker serviks % Harapan Hidup 5
Tahun
0 Karsinoma insitu 100
I Terbatas pada uterus 85
II Menyerang luar uterus tetapi meluas 60
ke dinding pelvis
III Meluas ke dinding pelvis dan atau 33
sepertiga bawah vagina atau
hidronefrosis
IV Menyerang mukosa kandung kemih 7
atau rektum atau meluas keluar pelvis
sebenarnya

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
A. Identitas klien
B. Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri intraservikal disertai dengan keputihan
meyerupai air, berbau, bahkan perdarahan.
1) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan
seperti: perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
2) Riwayat penyakit dahulu
Data yang perlu dikaji adalah :
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi
kandungan, serta adanya tumor.Riwayat keluarga yang menderita kanker.
3) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti
ini atau penyakit menular lain.
4) Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah
dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.Kanker
serviks sering dijumpai padakelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan
erat dengan kualitas dan kuantitasmakanan atau gizi yang dapat mempengaruhi
imunitas tubuh, serta tingkat  personal hygiene terutama kebersihan dari saluran
urogenital.

C. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Klien tampak kelelahan, rambut jarang, tubuh pasien kurus dan tampak
sering ingin mual, kulit pucat disebabkan karena anemia, mata cekung disebabkan
karena kurang tidur, klien tanpak meringis menahan kesakitan, klien mengalami
keputihan, klien juga mengalami pendarahan yang sering
2. Palpasi
Pada palpasi didapati nyeri pada abdomen dan nyeri pada punggung bawah
D. Pemeriksaan diagnostik
1. Mendeteksi kanker serviks dengan Pap Smear
2. Biopsi
3. Konisasi
4. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
5. Mendiagnosis serviks dengan kolposkop
6. Vagina inflammation self test card
7. Schillentest
8. Kolpomikroskopi
9. Gineskopi
E. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Kronik
2. Kekurangan Volume Cairan
3. Ansietas
4. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan tubuh
5. Hipertermi
6. Defisiensi Pengetahuan
.Rencana Asuhan Keperawatan

N Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional


o
1 Domain 12 : Kenyamanan NOC : Manajemen nyeri
Kelas 1: KenyamananFisik - Tingkat Kenyamanan Administrasi analgetik : 1. Intensitas, karakter,
Nyeri Kronik (00133) - Pengendalian nyeri Mandiri waktu terjadinya, durasi
Definisi : - Tingkat nyeri 1. Kaji pengalaman klien faktor yang memperberat
Pengalaman sensorik dan Tujuan : setelah dilakukan ketika berhadapan dengan dan yang mengurangi
emosional yang tidak tindakan keperawatan selama nyeri untuk pertama kali, jika nyeri harus dikaji dan di
menyenangkan yang muncul …x 24 jam klien mampu : memungkinkan lakukan dokumentasikan pada
akibat kerusakan jaringan - Menurunkan level nyeri intervensi untuk menurunkan saat  setelah evaluasi
yang actual atau potensial - Mengontrol nyeri nyeri awal
atau digambarkan dalamhal - Meningkatkan rasa nyaman 2. Anjurkan klien untuk 2. Perhatian mungkin
kerusakan sedemikian rupa Dengan klien mampu : menggambarkan pengalamam memberikan efek
(International Association for  Mengukur nyerinya yang telah lalu mengenai nyeri terhadap perasaan klien
the Study of Pain) ; awitan dengan dan metode yang digunakan untuk melaporkan tentang
yang tiba – tiba atau lambat menggunakan skala untuk menangani nyerinya, nyeri dan penggunaan
dari intensitas ringan hingga nyeri, menetapkan termasuk pengalaman tentang analgetik
berat dengan akhir yang tujuan untuk efek samping, tipe koping 3. Intensitas dari nyeri dan
dapat diantisipasi atau penurunan nyeri yang respon, dan bagaimana ia ketidak nyamanan harus
diprediksi dan berlangsung diharapkan dan mengekspresikan nyeri dikaji dan
>6 bulan. membuat rencana 3. Mendeskripsikan tentang didokumentasikan setelah
kegiatan untuk efek yang merugikan dari prosedur yang
Batasan Karakteristik : mengelola nyerinya nyeri yang tidak tertahankan menyebabkan nyeri
- Hambatan  Mendiskripsikan 4. Anjurkan klien untuk dengan beberapa hal baru
kemampuan tentang rencana melaporkan tentang lokasi, tentang nyeri dan interval
meneruskan aktivitas pengelolaan nyeri intensitas dan kualitas dari dari nyeri
sebelumnya baik farmakologis nyeri ketika sedang 4. Untuk menolong
- Perubahan pola tidur maupun non mengalami nyeri merencanakan perawatan
- skala keluhan ( mis., farmakologis Kolaborasi nyeri, penggunakan obat-
penggunaan skala termasuk mengenali 5. Kolaborasikan dengan tim obatan yang lalu
nyeri ) keuntungan dan pelayan kesehatan, 5. Keluarga dapat

- letih kerugian pengelolaan pasien, dan anggota membedakan bagaimana

- sikap melindungi area nyeri menggunakan keluarga dalam memilih menentukan nacrotis

nyeri obat dan non obat dan menentukan tipe 6. mempercepat dapat

- keluhan nyeri Mendemontrasikan nacrotis yang sesuai membantu proses


kemampuan untuk tenang, 6. Rekomendasikan penyembuhan klien
- iritabilitas
beristirahat penggunaan aspirin dan
- gelisah
 Menerima keadaan nonsteroid antiinflamasi HE
yang sedang dialami obat dalam pemberian 7. Agar keluarga dapat
Faktor Yang Berhubungan
dan mampu nakrotis mengetahui hal
- Ketunadayaan fisik
beraktifitas dengan HE tentang memonitor
kronis
minimal terjadinya 7. Mengajarkan kepada nyeri dan bisa di
- ketunadayaan nyeri pasien dan keluarga aplikasikan di rumah
psikososial kronis dalam memonitor 8. keluarga dapat
intensitas nyeri, kualitas mengetahui cara
dan durasi memonitor respirasi
8. Mengajarkan kepada dan TD agar bisa
pasien dan keluarga diaplikasikan di
dalam memonitor status rumah
respirasi dan tekanan
darah
2 Domain 2: Nutrisi NOC : NIC : Manajemen
Kelas 5: Hidrasi - Keseimbangan elektrolit Manajemen Cairan/Elektrolit Cairan/Elektrolit
Kekurangan volume cairan dan asam basa 1.Kaji penyebab gangguan 1. Sebagai dasar dalam
(00027) - Keseimbangan cairan keseimbangan cairan dan menentukan tindakan
Definisi: Peningkatan retensi - Hidrasi elektrolit yang tepat untuk klien
cairan istonik Tujuan:setelah dilakukan 2.Berikan klien banyak minum dalam memenuhi
Batasan karakteristik: tindakan selama…..x 24 jam 3.Monitor tanda-tanda dehidrasi kebutuhan cairan dan
 Penurunan tekanan darah masalah kekurangan volume 4.Observasi tanda-tanda vital elektrolit.
 Peningkatan suhu tubuh cairan teratasi. 2. Asupan cairan dan

 Penurunan berat badan Kriteria hasil : Terapi Intravena (IV) elektrolit yang cukup

tiba-tiba - Menunjukkan 5.Kolaborasi dengan tim medis akan membantu

 Kelemahan keseimbangan elektrolit dalam pemberian cairan infus mempercepat proses

Faktor yang berhubungan: dan asam basa metabolisme tubuh


 Kehilangan volume Menunjukkan keseimbangan 3. Mengetahui tingkat dan
cairan aktif cairan. dengan kekurangan
cairan elektrolit tubuh
mempermudah dalam
memberi pengobatan
4. Tanda-tanda vital
merupakan parameter
peningkatan respon
fisiologis dari
kekurangan cairan dan
elektrolit

Terapi Intravena (IV)


Tindakan yang terdapat
dalam pemberian infus dapat
membantu mempercepat
kebutuhan cairan dan
elektrolit
3 Domain 9 : Koping/Toleransi NOC: NIC Penurunan Ansietas
stress  Pengendalian diri Penurunan Ansietas 1.ketakutan dapat terjadi
Kelas 2 : Respon Koping terhadap ansietas 1. Evaluasi tingkat ansietas, karena nyeri hebat, penting
Ansietas (00146)  Koping catat verbal dan non verbal pada prosedur diagnostik dan
Definisi : Perasaan tidak pasien. pembedahan.
nyaman atau kekhawatiran Tujuan : Setelah dilakukan 2.dapat meringankan ansietas
yang samar disertai respons asuhan keperawatan selama 2. Jelaskan dan persiapkan terutama ketika pemeriksaan
otonom … x 24 jam, diharapkan untuk tindakan prosedur tersebut melibatkan
kecemasab klien berkurang sebelum dilakukan pembedahan.
Batasan karakteristik :
dengan kriteria hasil: 3.membatasi kelemahan,
 Gelisah
 Melaporkan ansietas 3. Jadwalkan istirahat adekuat menghemat energi dan
 Insomnia dan periode menghentikan meningkatkan kemampuan
menurun sampai tingkat
 Mengekspresikan teratasi tidur. koping.
kekhawatiran karena  Tampak rileks 4.Mengurangi kecemasan
perubahan dalam pola 4. Anjurkan keluarga untuk klien
hidup menemani disamping klien Peningkatan Koping
 Tampak waspada Peningkatan Koping 5.Dengan beradaptasi
5. Bantu pasien beradaptasi disekitar pasien bisa
Faktor Yang Berhubungan :
dengan perepsi merasakan sedikit rileks
 Perubahan dalam status
stressor,perubahan,atau sebelum melakukan operasi
kesehatan
ancaman yang mengambat agar pasien tidak terlalu
 stress
pemenuhan tuntutat dan peran cemas saat diruangan operasi
hidup nanti.

4. Domain 2 : Nutrisi NOC: Mandiri: Mandiri:


Kelas 1 : Makan  Nutritional Status 1. Auskultasi bising usus 1. Bising usus hiperaktif
Ketidak Seimbangan  Nutritional Status : food 2. Catat dan laporkan adanya mencerminkan
Nutrisi Kurang Dari and fluid intake anoreksia, kelemahan umum peningkatan motilitas
Kebutuhan Tubuh (00002)  Nutritional Status : nyeri, nyeri abdomen, lambung yang
Definisi: Asupan nutrisi tidak nutrient intake munculnya mual dan muntah menurunkan atau
cukup untuk memenuhi  Weight control 3. Pantau masukan makanan mengubah fungsi
kebutuhan metabolic. Tujuan: Setelah dilakukan setiap hari dan timbang BB absorbsi
Batasan Karakteristik: tindakan keperawatan selama setiap hari serta laporkan 2. Peningkatan aktivitas
 Kram abdomen ...x24 jam masalah adanya penurunan. adrenergik dapat
 Nyeri abdomen ketidakseimbangan nutrisi 4. Dorong pasien untuk makan menyebabkan gangguan

 Menghindari makan kurang dari kebutuhan tubuh dan meningkatkan jumlah sekresi insulin/terjadi

 Berat badan 20% atau teratasi makan dan juga makanan resisten yang

lebih di bawah berat Kriteria Hasil: kecil, dengan menggunakan mengakibatkan

badan ideal  Adanya peningkatan BB makanan tingginkalori yang hiperglikemia.


sesuai dengan tujuan mudah dicerna 3. Penurunan BB terus
 Kerapuhan kapiler
 BB ideal sesuai dengan 5. Hindari pemberian makanan menerus dalam keadaan
 Kehilangan rambut
TB yang dapat meningkatkan masukan kalori yang
berlebihan
 Mampu mengidentifikasi peristaltik usus (misalnya teh, cukup merupakan
 Bising usus hiperaktif
kebutuhan nutrisi kopi, dan makanan berserat indikasi kegagalan
 Kurang makan
 Tidak ada tanda-tanda lainnya) terhadap terapi antitiroid
 Kurang informasi
malnutrisi Kolaborasi: 4. Membantu menjaga
 Kurang minat pada
 Menunjukkan 6. Konsultasikan dengan ahli gizi pemasukan kalori cukup
makanan
peningkatan fungsi untuk memberikan diet tinggi tinggi untuk
 Penurunan berat badan pengecapan dari kalori, protein, karbohidrat, menambahkan kalori
dengan asupan makanan menelan dan vitamin tetap tinggi pada
adekuat  Tidak terjadi penurunan 7. Berikan obat sesuai indikasi: penggunaan kalori yang
 Kesalahan konsepsi BB yang berarti glukosa, vitamin B kompleks disebabkan oleh adanya
 Kesalahan informasi HE hiper metabolik

 Membrane mukosa pucat 8. Berikan informasi tentang 5. Peningkatan motilitas


kebutuhan nutrisi saluran cerna dapat
 Ketidakmampuan
mengakibatkan diare dan
memakan makanan
gangguan absorbsi nutrisi
 Tonus otot menurun
yang diperlukan
 Mengeluh gangguan
Kolaborasi:
sensasi rasa
6. Menjamin pemasukan
 Mengeluh asupan
zat-zat makanan yang
makanan kurang dari
adekuat
RDA (recommended daily
7. Diberikan untuk
allowance)
memenuhi kalori yang
Faktor yang berhubungan:
diperlukan dan
 Faktor biologis
mencegah atau
 Faktor ekonomi
mengobati hipoglikemia
 Ketidakmampuan untuk
HE
mengabsorpsi nutrien
8. untuk mempertahankan
Ketidakmampuan untuk
nutrisi di dalam tubuh
mencerna makanan
5. Domain 11: NOC: NIC:
Keamanan/perlindungan - Termoregulasi - Terapi demam 1. Kompres hangat dapat
Kelas 6: Termoregulasi - Tanda-tanda vital 1. Berikompres air hangat mengembalikan suhu
Hipertermia (00007) Tujuan:setelahdilakukantinda 2. Monitor intake dan output normal dan
Definisi: kanselama…..x 24 jam suhu 3.  Berikan obat anti piretik. memperlancar sirkulasi.
Peningkatansuhutubuhdiatask tubuh menjadi normal. - Regulasi suhu 2. Untuk mengetahui
isaran normal. Kriteria hasil : 4. Berikan/anjurkanpasienun adanya
BatasanKarakteristik:  Menunjukkan suhu tubuh tukbanyakminum 1500- ketidakseimbangan cairan
 Peningkatansuhutubuhdiat dalam rentang normal 2000 cc/hari tubuh.
askisaran normal (TTV normal). (sesuaitoleransi). 3. Dapat menurunkan
 Kejang 5. Anjurkanpasienuntukmen demam
Faktor yang berhubungan: ggunakanpakaian yang 4. Untuk mengganti cairan
 Anastesia tipis tubuh yang hilang akibat

 Peningkatanlajumetabolis danmudahmenyerapkerin penguapan.

me gat. 5. Memberikan rasa nyaman


- Pemantauan tanda vital dan pakaian yang tipis
6. Observasi tanda-tanda mudah menyerap keringat
vital tiap 3 jam. dan tidak merangsang
peningkatan suhu tubuh.
6. Tanda-tanda vital
merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan
umum pasien.
6. Domain 5: Persepsi/Kognisi Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji apa pasien tahu tentang  1. Untuk mengetahui
Kelas 4:Kognisi keperawatan selama 3×24 tanda-tanda dan gejala normal tentang pemahaman
Defisiensi jam  di harapkan pasien selama kehamilan pasien untuk tindakan
Pengetahuan(00126) memahami pengetahuan 2.Ajarkan tentang apa yang harus selanjutnya
Definisi : tentang penyakitnya dengan dilakukan jika tanda KPD 2. Mencegah terjadinya hal-
Ketiadaan atau defisiensi criteria hasil : muncul kembali hal yang tidak diinginkan
informasi kognitif yang 3.Libatkan keluarga agar terjadi yang bisa
1. Pasien terlihat tidak
berkaitan dengan tpoik memantau kondisi pasien membahayakan ibu-janin
bingung lagi
tertentu. 3. Untuk membantu
2. Pengetahuan Pasien dan
Batasan Karakteristik: merencanakan tindakan
keluarga dapat bertambah
 Perilaku hiperbola berikutnya
 Ketidakakuratan
mengikuti perintah
 Ketidakajuratan
mengikuti test
 Perilaku tidak tepat
 Pengungkapan
masalah
faktor berhubungan :
 Keterbatasan kognitif
 Salah interpretasi
informasi
 Kurang pajanan
 Kurang dapat
mengingat
BAB IV

PENUTUP

1.1. KESIMPULAN

Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada

leher rahim. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks

antara lain sebagai berikut:

- Hubungan Seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda.

- Berganti-ganti pasangan seksual.

- Defisiensi zat gizi

- Sering melahirkan.

- Trauma

- Kronis pada Servik seperti persalinan, infeksi dan iritasi menahun

Adapun gejala yang sering timbul pada stadium lanjut antara lain adalah:

Pendarahan sesudah melakukan hubungan intim.

Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita.

Pendarahan sesudah mati haid (menopause).

Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau atau bercampur darah, nyeri

panggul atau tidak dapat buang air kecil. Akan tetapi kanker serviks juga dapat dicegah dan

diobati. Upaya pencegahan pada kanker serviks antara lain sebagai berikut:

- Kanker serviks dapat dicegah dengan meningkatkan kebersihan kewanitaan

- Penggunaan kondom saat berhubungan seks

- Menghindari merokok

- Menghindari pencucian vagina dengan obat-obatan antiseptik tertentu


- Pemberian vaksin (antigen)

- Pemeriksaan PAP SMEAR adalah cara untuk mendeteksi dini kanker serviks.

Upaya pengobatan pada kanker serviks antara lain sebagai berikut:

- Pemanasan, diathermy atau dengan sinar laser.

- Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya uterus

beserta leher rahimnya.

- Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat

dilakukan secara internal maupun eksternal

1.2. SARAN

Untuk melakukan skrining kanker serviks, jangan sampai menunggu adanya keluhan.

Datanglah ke tempat periksa untuk pemeriksaan PAP SMEAR/IVA.

Jika ditemukan kelainan pra kanker ikutilah pesan petugas/dokter. Apabila perlu

pengobatan, jangan ditunda. Karena pada tahap ini tingkat kesembuhannya hampir 100%.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media Ausculapius

Price, Sylvia. 2010. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2.
Jakarta : EGC

Adiyono W, Amarwati S, Nurkukuh, Suhartono 2007. Hubungan hasil pap Smear Dengan
hasil pemeriksaan kolposkopi pada skrining lesi serviks, Jakarta

Samadi, 2011, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Salemba Medika,Jakarta

Aziz Alimul H. 2010, pengantar kebutuhan dasar manusia, Jakarta

Wilkinson, Judith. M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA,


Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai