Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

KANKER SERVIKS

Dosen Pengampu: Winda Nurmayani., Ners., MPH.

Disusun oleh:
Kelompok 6
1. Aprizal (005STYC20)
2. Fikri Arjiman Sani (016STYC20)
3. Lilis Sopiana (026STYC20)
4. Nur Hikmah (037STYC20)
5. Tomi (047STYC20)
6. Yulinda Rahayu (053STYC20)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH

TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM SETUDI S1

KEPERAWATAN MATARAM

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita nikmat dan karunia-Nya
sehingga kita semua dapat menjalankan aktivitas kita sehari-hari, khususnya saya yang dengan
karunia-Nya lah, kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Makalah
kanker serviks” tepat pada waktunya.

Saya menyadari bahwa selesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan serta bantuan,
baik berupa moral maupun material dari semua pihak terkait. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, saya mengucapkan terima kasih banyak kepad Dosen yang telah memberikan
tugas.

Kami sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan ketidak sempurnaan kami, baik dari segi penulisan maupun ketajaman analisis
permasalahan di dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan guna kesempurnaan dalam penulisan makalah pada masa yang akan datang. Dan
akhirnya saya mengucapkan terimakasih atas keadilan bapak/ibu/saudara untuk membaca
makalah saya. Serta mohon maaf atas segala kekurangannya. Terdorong oleh rasa ingin tahu,
kemauan, kerja sama dan kerja keras, saya serahkan seluruh upaya demi mewujudkan keinginan
ini.

Mataram 1, juni 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN...............................................................................3
I. KONSEP DASAR CA SERVIKS...............................................................3
A. Defenisi Ca Serviks.....................................................................3
B. Etiologi Ca Serviks......................................................................3
C. Pathway.....................................................................................10
D. Tanda dan Gejala Ca Serviks.....................................................11
E. Pemeriksaan Penunjang Ca Serviks...........................................12
F. Penatalaksanaan Ca Serviks............................................................14
G. Pencegahan dan penanganan Ca Serviks.........................................15
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN CA SERVIKS..........................................................................18
A. Pengkajian............................................................................................18
B. Diagnosa Keperawatan........................................................................22
C. Intervensi Keperawatan.......................................................................22
D. Implementasi Keperawatan..................................................................26
E. Evaluasi Keperawatan..........................................................................27
BAB III : KESIMPULAN..............................................................................28
A. Kesimpulan............................................................................28
B. Saran......................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................29

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker Serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu penyakit yang paling
banyak terjadi bagi wanita. Kanker Serviks sering juga disebut dengan kanker mulut
rahim. Kanker Serviks merupakan penyakit kanker kedua terbanyak yang dialami oleh
wanita di seluruh dunia. Menurut International Agency for Research on Cancer
(IARC), 85 % dari kasus kanker di dunia, yang berjumlah sekitar 493.000dengan
273.000 kematian terjadi di negara-negara berkembang. Di Indonesia pengidap ca serviks
adalah terbanyak diantara pengidap kanker lainnya bahkan di seluruh dunia adalah nomer
kedua setelah Cina (FK UGM,2010) Berdasarkan penelitian di
Jakarta,Semarang,Jogjakarta dan Surabaya ternyata kanker leher rahim juga menduduki
urutan dengan proporsi 25-45% & penderita melebihi kanker payudara yang baru
mencapai 10-20%. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI adalah 100 per 1000
penduduk. Untuk Jakarta sebanyak ,7000 penderita dan kira-kira seperlimanya adalah
penderita kanker leher rahim (tara,2001). Begitu pula data penderita kanker serviks
yangdirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM). Medan
didapat rata-rata 120 orang penderita kanker serviks yang dirawat perbulan (Laporan
Ruangan Rindu B1Obgin,2012).
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah leher rahim (serviks).
Kanker serviks merupakan keganasan yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Setiap
satu jam perempuan Indonesia meninggal dunia karena kanker dalam tiga dasa warsa
terakhir. tingginya angka kematian itu akibat terlambatnya penanganan sekitar 70%
datang dengan kondisi stadium lanjut. Kanker serviks merupakan kanker tersering pada
wanita dan merupakan penyebab kematian terbanyak nomor 3 di seluruh dunia penyebab
kematian nomor 4 di negara berkembang. Laporan WHO menunjukan kasus kanker
serviks semakin meningkat di seluruh dunia, dimana diperkirakan 10 juta kasus baru
pertahun dan akan meningkat akan menjadi 15 juta kasus pada tahun 2020. Sampai
saat ini, insiden kanker serviks dalam hal morbiditas dan mortalitas belum menunjukan
hasil penurunan yang signifikan. 5ukti kuat pendukung kanker serviks disebabkan oleh
infeksi Human Papiloma Virus (HPV) dengan risiko tertinggi Human Papiloma Virus

1
(HPV) subtipe genital meningkatkan risiko beragam penularan (Suhartono,2007).
Data setiap tahun sekitar 500.000 perempuan di Indonesia didiagnosis terinfeksi
kanker serviks. Dari jumlah itusekitar 270.000 penderita meninggal dunia. Di
Indonesia, kanker serviks telah menjadi pembunuh nomor satu dari keseluruhan
kanker. Kanker serviks merupakan penyakit kanker paling umum kedua yang biasa
diderita perempuan berusia 20-25 tahun. Di Indonesia kanker serviks merupakan
kasus terbanyak dan hampir 70%-nya ditemukan dalam kondisi stadium lanjut (>
stadium IIB). Hal ini karena masih rentannya pelaksanaan skrining yaitu <5%.
Padahal pelaksanaan skrining yang ideal adalah 80%. Coba kita bandingkan dengan
populasi penduduk indonesia tahun 2008 yang berjumlah 203 juta jiwa. Angka 5%
adalah angka yang sangat kecil sekali. Padahal wanita yang beresiko terkena kanker
serviks adalah 58 juta wanita pada usia 15-64 tahun dan 10 juta wanita pada usia 10-
14 tahun. Oleh karena itu tidak mengejutkan jika jumlah kasus baru kanker serviks
mencapai 40-45 wanita perhari dan jumlah kematian yang disebabkan kanker serviks
mencapai 20-25 wanita perhari (Samadi,2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi ca.serviks?
2. Apa etiologi ca.serviks?
3. Bagaimana tanda dan gejala ca.serviks?
4. Bagaimana pemeriksaan ca.serviks?
5. Bagaimana penatalaksanaan ca.serviks?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi ca.serviks.
2. Mengetahui etiologi ca.serviks.
3. Mengetahui tanda dan gejala ca.serviks.
4. Mengetahui pemeriksaan penunjang ca.serviks.
5. Megetahui penatalaksanaan ca serviks.

2
BAB II
PEMBAHASAN

I. KONSEP DASAR KANKER SERVIKS


A. Definisi Ca Serviks
Kanker leher rahim atau yang dikenal dengan kanker servik yaitu keganasan yang
terjadi pada serviks (leher rahim) yang merupakan bagian terendah dari rahim yang
menonjol ke puncak liang senggama atau vagina (Depkes RI,2009).

Karsinoma serviks uteri (Ca serviks) adalah tumor ganas pada leher rahim,
merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita. Kanker serviks adalah
penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya
pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya
(Lynda,2010)

Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahimatau serviks
yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempelpada puncak vagina
(Diananda, Rahma,2009)

Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerang bagian squamosa


columnar junction (SCJ) serviks (Price, Sylvia,2010). Kanker servik merupakan kanker
pembunuh nomor satu pada wanita di dunia ketiga. Cpidemiologi menunjukkan bahwa
kanker ini merupakan penyakit menular seksual (Suharto,2009).

B. Etiologi Ca Serviks
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor resiko
dan predisposisi yang menonjol antara lain:

1. Umur
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual
semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih
terlalu muda.
3
2. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering
partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.

3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.

4. Infeksi virus
Infeksi (HPV) Human papiloma virus yang beresiko tinggi menyebabkan kanker leher
rahim yang ditularkan melalui hubungan seksual (sexually transmitted disease).
Perempuan biasanya terinfeksi virus ini saat usia belasan tahun, sampai tiga puluhan,
walaupun kankernya sendiri baru akan muncul 10-20 tahun sesudahnya. Infeksi virus
HPV yang berisiko tinggi menjadi kanker adalah tipe 16,18,45,56 dimana HPV tipe 16
18 ditemukan pada sekitar 70% kasus. Infeksi HPV tipe ini dapat
mengakibatkan perubahan sel-sel leher rahim menjadi lesi intra-epitel derajat tinggi
(high-grade intraepithelial lesion/lLISDT), yang merupakan lesi (Yatim, faisal,2010).
5. Merokok
Beberapa peneitian menunjukan hubungan yang kuat antara merokok dengan kanker
serviks, bahkan setelah dikontrol dengan variabel konfounding sepert pola hubungan
seksual. Penemuan lain memperlihatkan ditemukannya nikotin pada cairan serviks
wanita perokok, bahan ini bersifat sebaai kokassnoen dan bersama-sma dengan
kasinoge yang telah ada selanjutnya mendorong pertumbuhan ke arah kanker.
6. Kontrasepsi oral
Penelitian secara perspektif yang dilakukan oleh Vessey dkk tahun 1983
(Schiffman,1996) mendapatkan bahwa peningkatan insiden kanker serviks
dipengaruhi oleh lama pemakaian kontrasepsi oral. Penelitian tersebut juga
mendapatkan bahwa semua kejadian kanker serviks invasive terdapat pada pengguna
kontrasepsi oral. Penelitian lain mendapatkan bahwa insiden kanker setelah 10 tahun
pemakaian 4 kali lebih tinggi daripada bukan pengguna kontrasepsi oral. Namun
4
penelitian serupa yang dilakukan oleh peritz dkk menyimpulkan bahwa aktifitas
seksual merupak an confounding yang erat kaitannya dengan hal tersebut.
WHO mereview berbagai peneltian yang menghubungkan penggunaan kontrasepsi
oral dengan risko terjadinya kanker serviks, menyimpulkan bahwa sulit untuk
menginterpretasikan hubungan tersebut mengingat bahwa lama penggunaan
kontraseps oral berinteraksi dengan factor lain khususnya pola kebiasaan seksual
dalam mempengaruhi resiko kanker servik. Selain itu, adanya kemungkinan bahwa
wanita yang menggunakan kontrasepsi oral lain lebih sering melakukan pemeri ksaan
smera serviks, sehingga displasia dan karsinoma in situ nampak lebih frekuen pada
kelompok tersebut. Diperlukan kehati -hatian dalam menginterpretasikan asosiasi
antara lama penggunaan kontrasepsi oral dengan resiko kanker serviks karena adanya
bias dan faktor confounding.
7. Kemiskinan
Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan yang kuat antara
kejadian kanker serviks dengan tingkat social ekonomi yang rendah. Hal ini juga di
perkuat oleh penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih prevalen pada
wanita dengan tingkat pendidkan dan pendapatan rendah. Faktor defisiensi nutrisi,
multilaritas dan kebersihan genitalia juga dduga berhubungan dengan masalah
tersebut.
8. Defisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat gizi tertentu seperti
betakaroten dan vitamin A serta asam folat, berhubungan dengan peningkatan resiko
terhadap displasia ringan dan sedang. Namun sampai saat ini tdak ada indikasi bahwa
perbaikan defisensi gizi tersebut akan menurunkan resiko.
C. Patofisiologi
Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel, berubah
menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker serviks setelah 10 tahun atau lebih.
Secara histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang melalui beberapa stadium

5
displasia (ringan, sedang dan berat) menjadi karsinoma insitu dan akhirnya invasif.
Berdasarkan karsinogenesis umum, proses perubahan menjadi kanker diakibatkan oleh
adanya mutasi gen pengendali siklus sel. Gen pengendali tersebut adalah onkogen, tumor
supresor gene, dan repair genes. Onkogen dan tumor supresor gen mempunyai efek yang
berlawanan dalam karsinogenesis, dimana onkogen memperantarai timbulnya
transformasi maligna, sedangkan tumor supresor gen akan menghambat perkembangan
tumor yang diatur oleh gen yang terlibat dalam pertumbuhan sel. Meskipun kanker
invasive berkembang melalui perubahan intraepitel, tidak semua perubahan ini progres
menjadi invasif. Lesi preinvasif akan mengalami regresi secara spontan sebanyak 3 -35%.
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi.
Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 —
7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3
— 20 tahun (TIM FK<I, 1992). Proses perkembangan kanker serviks berlangsung
lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif.
Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya
akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksivirus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 — 10 tahun perkembangan tersebut
menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan
adanya proses keganasan.
Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau
dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks,
parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus
DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu
oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat
diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga
terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998). Berbagai jenis protein
diekspresikan oleh HPV yang pada dasarnya merupakan pendukung siklus hidup alami
virus tersebut. Protein tersebut adalah E1, E2, E4, E5, E6, dan E7 yang merupakan

6
segmen open reading frame (ORF).

Gambar 1. Lokasi Kanker Leher Rahim

Gambar 2. Progresivitas Kanker Serviks

7
Gambar 3. Perbandingan Gambaran Serviks yang Normal dan Abnormal

Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah : a)
ke arah fornices dan dinding vagina, b) ke arah korpus uterus, dan c) ke arah parametrium
dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum rektovaginal dan kandung kemih.
Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel tumor dapat
menyebar ke kelenjar iliak luar dan kelenjar iliak dalam (hipogastrika). Penyebaran
melalui pe mbuluh darah (bloodborne metastasis) tidak lazim. Karsinoma serviks
umumnya terbatas pada daerah panggul saja. Tergantung dari kondisi immunologik tubuh
penderita KIS akan berkembang menjadi mikro invasif dengan menembus membrana
basalis dengan kedalaman invasi <1mm dan sel tumor masih belum terlihat dalam
pembuluh limfa atau darah. Jika sel tumor sudah terdapat >1mm dari membrana basalis,
atau <1mm tetapi sudah tampak dalam pembuluh limfa atau darah, maka prosesnya sudah
invasif. Tumor mungkin sudah menginfiltrasi stroma serviks, akan tetapi secara klinis
belum tampak sebagai karsinoma. Tumor yang demikian disebut sebagai ganas praklinik
(tingkat IB-occult). Sesudah tumor menjadi invasif, penyebaran secara limfogen melalui
kelenjar limfa regional dan secara perkontinuitatum (menjalar) menuju fornices vagina,
korpus uterus, rektum, dan kandung kemih, yang pada tingkat akhir (terminal stage)
dapat menimbulkan fistula rektum atau kandung kemih. Penyebaran limfogen ke
parametrium akan menuju kelenjar limfa regional melalui ligamentum latum, kelenjar-
8
kelenjar iliak, obturator, hipogastrika, prasakral, praaorta, dan seterusnya secara teoritis
dapat lanjut melalui trunkus limfatikus di kanan dan vena subklavia di kiri mencapai
paru-paru, hati, ginjal, tulang dan otak.
Biasanya penderita sudah meninggal lebih dahulu disebabkan karena perdarahan-
perdarahan yang eksesif dan gagal ginjal menahun akibat uremia oleh karena obstruksi
ureter di tempat ureter masuk ke dalam kandung kencing.

Penyebaran karsinoma serviks terjadi melalui 3 jalan yaitu perkontinuitatum ke


dalam vagina, septum rektovaginal dan dasar kandung kemih. Penyebaran secara
limfogen terjadi terutama paraservikal dalam parametrium dan stasiun-stasiun kelenjar di
pelvis minor, baru kemudian mengenai kelenjar paraaortae terkena dan baru terjadi
penyebaran hematogen (hepar, tulang).

Secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah:

1. fornices dan dinding vagina


2. korpus uteri
3. parametrium dan dalam tingkatan lebih lanjut menginfiltrasi septum rektovagina
dan kandung kemih.
Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar kelenjar limfe regional
melalui ligamentum latum, kelenjar iliaka, obturator, hipogastrika, parasakral, paraaorta,
dan seterusnya ke trunkus limfatik di kanan dan vena subklvia di kiri mencapai paru, hati,
ginjal, tulang serta otak.

9
D. Patway

10
E. Tanda Dan Gejala Ca Serviks
Infeksi HPV dan kanker serviks pada tahap awal berlangsung tanpa gejala. Bila
kanker sudah mengalami progresivitas atau stadium lanjut, maka gejalanya dapat berupa:
1. Keputihan: makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh, terkadang
bercampur darah.
2. Perdarahan kontak setelah sanggama merupakan gejala serviks 75-80%.
3. Perdarahan Spontan : perdarahana yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah
dan semakin lama semakin sering terjadi.
4. Perdarahan pada wanita usia menopause
5. Anemia
6. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang menyebabkan
obstruksi total
7. Perdarahan vagina tidak normal
a. Perdarahan di antara periode regular menstruasi
b. Periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya
c. Perdarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan panggul
d. Periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya
e. Perdarahan pada wanita pada usia menopause
8. Nyeri
a. Rasa sakit saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri
di daerah sekitar panggul
b. Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi
pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan sebagainya.

Menurut Ricci (2009) tersangka kanker serviks stadium lanjut antara lain pasien
dengan:

1. Nyeri panggul
2. Nyeri punggung
11
3. Nyeri kaki
4. Penurunan berat badan
5. Anoreksia
6. Kelemahan dan kelelahan
7. Patah tulang
F. Pemeriksaan Penunjang Ca Serviks
Kanker serviks merupakan salah satu faktor kanker yang dapat disembuhkan bila
terdeksi pada tahap awal. Dengan demikian, deteksi dini kanker serviks sangat
diperlukkan. Menurut Arumaniez (2010), ada beberaoa tes yang dapat dilakukan untuk
pada deteksi dini kanker serviks, yaitu sebagai berikut:
1. Pap Smear.
Tes Papinicolou smear atau disebut tes pap smear merupakan pemeiksaan sitiologi
untuk sel di area serviks wanita untuk memeriksa tanda-tanda perubahan pada sel. Tes
Pap dapat mendeteksi displasia serviks atau kanker serviks.
Pedoman:
a. Umur 21-30 tahun: tes ini dilakukan pada wanita yang berusia 21 tahun ke atas
sampai usia 30 tahunanan, menggunakan metode kaca slide, atau yang telah
melakuakan hubungan badan secara aktif dianjurkan untuk memeriksa diri.
Menurut Okirina (2014) aturan umumnya adalah tes ini dilakaukan pertama kali 3
tahun, lalu anjuran melakukan pap semar 1 tahun sekali kini telah dikoreksi
menjadi 2 tahun sekali untuk efektivitas.
b. Umur 30-70 tahun: setiap 2-3 tahun jika 3 pap smear terkahir normal.
c. Umur di atas 70 tahun: dapat menghentikan jika 3 pap smear normal terakhir atau
tidak ada paps dalam 10 tahun terakhir yang abnormal. (American Cancer
Society,2007 dalam Ricci,2009)
Tes ini dilakukan saat tidak sedang dalam proses menstruasi, sebaiknya pada hari ke
10- 20 setelah hari pertama menstruasi sebelumnya. Dua hari sebelum pelaksanaan
tes, pasien tidak diperbolehkan menggunakan obat-obatan vagina, spermisida, krim

12
ataupun jeli, kecuali apabila diinstruksikan oleh dokter. Pasien juga harus
menghindari hubungan seksual 1-2 hari sebelum tes dilaksanakan karena semua jelas.
Setelah tes dilakukan, pasien dapat melakukan aktivitas normalnya kembali.

2. Tes IVA
Tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) adalaah pemeriksaan srinning
alternatif Pap smear karena biaya murah, praktis, sangat mudah untuk dilakuakan
dengan peralatan sederhana dan murah, dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan selain
dokter ginekologi (Goldie, 2001: Singh, 1992: Sankaranarayana, 1998: dikutip dalam
Sinta,2012).
Tes IVA merupakan salah satu deteksi dini kanker serviks dengan menggunakan
asam asetat 3-5% pada inspekulo dan dilihat dengan pengamatan langsung (mata
telanajng) menurut Nugroho (2010). Serviks (epitel) abnormal jika diolesi degan asam
asetat 3-5% akan berwarna putih (epitel putih) (Smart,2010)
3. Biopsi Serviks
Sebuah penyedia layanan kesehatan mengambil sampel jaringan atau biopsi dari
serviks untuk memeriksa kanker serviks atau kondisi lainnya. Biopsi serviks sering
dilakukan selama koloskopi.

4. Koloskopi
Sebuah tes tindak lanjut untuk tes pap abnormal. Serviks dilihat dengan kaca
pembesar yang dikenal sebagai koloskopi dan dapat mengambil biopsi dari setiap
daerah yang tidak terlihat sehat.

5. Biopsi kerucut (come biopsy)


Bipsi serviks di mana irisan berbentuk kerucut jaringan kan dihapus dari serviks
dan diperiksa di bawah mikroskop disebut bipsi kerucut. Biopsi kerucut dilakukan
setelah tes pap abnormal, baik untuk mengidentifikasi dan menghilangakan sel-sel
berbahaya dalam serviks.

6. CT scanner
13
CT Scannner membutuhkan beberapa sinar x dan komputer mencipatakan
gambar detail dari serviks dan struktur lainnya dalam perut dan panggul. CT
scansering digunakan untuk menentukkan pakah kanker serviks telah menyebar dan
jika demikian seberapa jauh.

7. Magnetic resonance imaging (MRI scan)


Sebuah scanner MRI menggunakan magnet bertenaga tinggi dan komputer untuk
membuat gambar resolusi tinggi dari serviks dan struktur lainnya dalam perut dan
panggul. Seperti CT scan, MRI scan dapat digunakan untuk mencari penyebaran
kanaker serviks.

8. Tes DNA HPV


Sel serviks dapat diuji untuk kehadiran DNA dari human papillomavirus (HPV)
melalui tes ini. Tes ini dapat mengidentifikasi pakah tipe HPV yang dapat
menyebabkan kanker serviks yang hadir.

G. Penatalaksanaan Ca Serviks
Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien kanker serviks, tergantung pada
stadiumnya. Penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga cara yaitu: histerektomi, radiasi
dan kemoterapi.
Di bawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan
stadium kanker serviks E:
a. Stadium 0: konisasi (pengambilan jaringan serviks berbentuk kerucut dengan basis
pada parti, untuk tujuan diagnostik/terapeutik)
b. Stadium IA: simple histerektomi (histerektomi total).
c. Stadium IB dan IIA: histerektomi dan chemoterapi. Histerektomi radikal dengan
limpadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe pada aorta (bila terdapat
metastasis dilakukan radioterapi pasca pembedahan)
d. Stadium III-IVB: Radiasi paliatif dan kemoterapi.

14
H. Pencegahan dan penanganan Ca Serviks
Pengendalian kinder serviks dengan pencegahan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
pencegahan prmer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier Strategi kesehatan
masyarakat dalam mencegah kematian karena kanker serviks antara lain adalah dengan
pencegahan primer dan pencegaan sekunder.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh setiap orang
untuk menghindari diri dari faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kanker
serviks. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menekankan perilaku hidup sehat untuk
mengurangi atau menghindari faktor resiko seperti kawin muda, pasangan seksual
ganda dan lain -lain. Selain itu juga pencegahan primer dapat dilakukan dengan
imuisasi HPV pada kelompok masyarakat
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder kanker serviks dilakukan dengan deteksi dini dan skrining
kanker serviks yang bertujuan untuk menemukan kasus -kasus kanker serviks secara
dibni sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Perkembangan
kanker serviks memerlukan waktu yang lama. Dari prainvasif ke invasive
memerlukan waktu sekitar 10 tahun atau lebih. Pemeriksaan sitologi merupakan
metode sederhana dan sensitive untuk mwndeteksi karsinoa pra invasive. Bila diobati
dengan baik, karsinoma pra invasive mempunyai tingkat penyembuhan mendekati
100%. Diagnosa kasus pada fase invasive hanya memiliki tingkat ketahanan sekitar
35%. Program skrining dengan pemeriksaan sitologi diken al dengan Pap mear test
dan telah dilakukan di Negara-negara maju Pencegahan dengan pap mear terbukti
mampu menurunkan tingkat kematian akibat kanker serviks 50 -60% dalamkurun
waktu 20 tahun (WHO,1986).
Selain itu, terdapat juga tiga tingkatan pencegahan dan penanganan kanker serviks, yaitu:
1. Pencegahan Tingkat Pertama
a. Promosi Kesehatan Masyarakat misalnya:

15
1) Kampanye kesadaran masyarakat
2) Program pendidikan kesehatan masyarakat
3) Promosi kesehatan
b. Pencegahan khusus, misalnya:
1) Interfensi sumber keterpaparan
2) Kemopreventif
2. Pencegahan Tingkat Kedua
a. Diagnosis dini, misalnya screening
b. Pengobatan, misalnya:
1) Kemoterapi
2) Bedah

3. Pencegahan Tingkat Ketiga


Rehabilitasi, misalnya perawatan rumah sedangkan penanganan kanker umumnya
ialah secara pendekatan multidiscipline. Hasil pengobatan radioterapi dan operasi
radikal kurang lebih sama, meskipun sebenarnya sukar untuk dibandingkan karena
umumnya yang dioperasi penderita yang masih muda dan umumnya baik.
Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa mencegahnya. Anda dapat
melakukan banyak tindakan pencegahan sebelum terinfeksi HPV dan akhirnya
menderita kanker serviks. Beberapa cara praktis yang dapat Anda lakukan dalam
kehidupan sehari-hari antara lain:
a. Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk
merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karotena,
vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko terkena kanker leher
rahim.
b. Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat
meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
c. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.

16
d. Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah dan
menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
e. Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
f. Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear bahkan
sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
g. Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari Pap
smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
h. Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
i. Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini
dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli. Tujuannya untuk
membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit.

17
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA SERVIKS
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan
keluarga, pekerjaan, alamat.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti pendarahan intra
servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air dan berbau (Padila, 2015).
Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual
muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, anemia
b. Riwayat kesehatan sekarang
Menurut Diananda (2008) biasanya pasien pada stadium awal tidak merasakan
keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul
keluhan seperti keputihan yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan
hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien
kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual muntah yang
berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu seperti
riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS 21 (Ariani, 2015). Pada
pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya ada riwayat penyakit keputihan
dan riwayat penyakit HIV/AIDS.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling mempengaruhi
karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika. Keluraga yang memiliki
18
riwayat kanker didalam keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada
keluraga yang tidak ada riwayat didalam keluarganya (Diananda, 2008).
e. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker serviks yang perlu
diketahui adalah:
1) Keluhan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker serviks tidak
pernah ditemukan sebelumnya menarche dan mengalami atropi pada masa
menopose. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan
diantara siklus haid adalah salah tanda gejala kanker serviks.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks terbanyak pada
wanita yang sering partus, semakin sering partus semakin besar kemungkinan
resiko mendapatkan karsinoma serviks (Aspiani, 2017).
f. Riwayat psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta harapan terhadap
pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan suami/keluarga terhadap pasien
dari sumber keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran diri peran dan
identitas. Kaji juga ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan
pasien yang merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain (Reeder, dkk,
2013). Pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan cemas
dan ketakutan.
g. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Biasanya meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, elimenasi, aktivitas pasien
sehari-hari, pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur (Padila, 2015). Pada pasien
kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan tidak nafsu makan,
kelehan, gangguan pola tidur.
3. Pengkajian Bio-Psiko-Sosio

19
a. Aktivitas dan Istirahat
Gejala :
1) Kelemahan atau keletihan akibat anemia.
2) Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.
3) Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas dan
keringat malam. 25
4) Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan dan tingkat
stress yang tinggi (Mitayani, 2009).
b. Integritas ego
Gejala: faktor stress, menolak diri atau menunda mencari pengobatan, keyakinan
religious atau spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal atau
tidak mempercayai diagnosis dan perasaan putus asa (Mitayani, 2009).
c. Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi, urinalis, misalnya nyeri
(Mitayani, 2009).
d. Makan dan minum Kebiasaan diet yang buruk, misalnya rendah serat, tinggi lemak,
adiktif, bahan pengawet (Mitayani, 2009).
e. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope (Mitayani, 2009).
f. Nyeri dan kenyamanan
Gejala : adanya nyeri dengan derajat bervariasi, misalnya ketidaknyamanan ringan
sampai nyeri hebat sesuai dengan proses penyakit (Mitayani, 2009).
g. Keamanan
Gejala : pemajanan zat kimia toksik, karsinogen. Tanda : demam, ruam kulit,
ulserasi. (Mitayani, 2009). 26
h. Seksualitas
Perubahan pola seksual, keputihan(jumlah, karakteristik, bau), perdarahan sehabis
senggama (Mitayani, 2009).

20
i. Integritas sosial
Ketidaknyamanan dalam bersosialisasi, perasaan malu dengan lingkungan,
perasaan acuh (Mitayani, 2009).
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : compos mentis
c. Vital sign : TD : 140/=0 mmHg R : 20 x/menit N : == x/menit:
36,6o5
d. Kepala : bentuk kepala mesochepal, tidak ada lesi, rambut sedikit motor, warna
rambut hitam pekat, tampak adanya uban pada sebagian rambut, distribusi rambut
tidak merata pada bagian depan
e. Mata : kanan kiri simetris, pupil isokhor diameter 2 mm,conjungtiva
merah muda, sclera putih, reaksi terhadap cahaya baik, tidak memakai kacamata
f. Hidung : bentuk hidung simetris, tidak terdapat adanya sekret, tidak ada polip
g. Telinga : bentuk daun telinga simetris, tidak terdapat adanya serumen,
pendengaran berfungsi baik, dapat merespon dengan baik pertanyaan perawat
h. Mulut : bentuk bibir simetris atas dan bawah, mukosa bibir tampak kering
dan agak pucat
i. Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid
j. Paru-paru:bentuk dada simetris, pengembangan dada kanan kiri sama
P : vocal 8remitus teraba sama
P : sonor di hampir semua bagian paru
A: suara napas vesikuler regular
k. Jantung
I : ictus cordis tidak tampak, tidak ada JVP
P : ictus cordis teraba pada I5S V tapi tidak kuat angkat A: S1 dan S2 reguler, tidak
ada suara tambahan
P : pekak

21
l. genetalia : tidak ada lesi, terdapat discharge darah merah segar dengan
gumpalan gumpalan darah, ganti pembalut kira-kira 3x sehari, tidak terpasang D5.
m. Kulit : warna sawo matang, kering, turgor kulit 1 detik,tidak cyanosis
n. Ekstremitas
Atas : bentuk tangan simetris, jumlah jari lengkap, tidak ada lesi, dapat
digerakkan 8leksi ekstensi, terpasang in8us RL 20 tpm pada tangan kanan sejak 20
Mei 2012
Bawah : dapat digerakan 8leksi ekstensi, tidak terdapat edema
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses desakan pada jaringan
intraservikal
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (terdiagnosa Ca serviks dan kurangnya
pengetahuan tentang Ca serviks dan pengobatannya)
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipovolemi anemia
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan bau busuk
6. Resiko infeksi ditandai dengan perdarahan
C. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan INTERVENSI KEPERAWATAN
keperawatan kriteria hasil (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1 Gangguan rasa Tujuan: Setelah Terapi Relaksasi
nyaman nyeri dilakukan tindakan Observasi:
berhubungan keperawatan 3x24 1. Identifikasi penurunan tingkat
dengan proses jam diharapkan energi, ketidakmampuan
desakan pada status kenyamanan berkonsentrasi, atau gejala lain
jaringan meningkat yang mengganggu kemampuan
intraservikal Kriteria hasil kognitif
1. Keluhan tidak 2. Identifikasi teknik relaksasi yang
nyaman menurun pernah efektif digunakan
2. Gelisah menurun 3. Periksa ketegangan otot, frekuensi
3. Keluhan sulit nadi, tekanan darah, dan suhu
tidur menurun sebelum dan sesudah latihan
22
4. Lelah menurun Terapeutik
5. Postur tubuh 4. Ciptakan lingkungan tenang, dan
meningkat tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
5. Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
6. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi
7. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan,
dan jenis relaksasi yang tersedia
(mis. Musik, meditasi, napas
dalam, relaksasi otot progresif)
8. Anjurkan mengambil posisi yang
nyaman
9. Anjurkan sering mengulangi atau
melatih teknik yang dipilih
2 Ansietas Tujuan: Setelah Reduksi Ansietas
berhubungan dilakukan tindakan Observasi:
dengan krisis keperawatan 3x24 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
situasi jam diharapkan berubah
(terdiagnosa Ca tingkat ansietas 2. Identifikasi kemampuan
serviks dan menurun mengambil keputusan
kurangnya Kriteria hasil 3. Monitor tanda-tanda ansietas
pengetahuan 1. Konsentrasi Terapeutik:
tentang Ca menurun 4. Ciptakan suasana teraupetik untuk
serviks dan 2. Pola tidur menumbuhkan kepercayaan
pengobatannya) menurun 5. Temani pasien untuk mengurangi
3. Perilaku gelisah kecemasan, jika memungkinkan
menurun 6. Pahami situasi yang membuat
4. Verbalisasi ansietas
kebingungan 7. Dengarkan dengan penuh
menurun perhatian
5. Verbalisasi 8. Gunakan pendekatan yang tenang
khawatir akibat dan meyakinkan
kondisi yang 9. Motivasi mengidentifikasi situasi
dihadapi yang memicu kecemasan
menurun Edukasi
6. Perilaku tegang 10. Jelaskan prosedur, termasuk
23
menurun sensasi yang mungkin dialami
11. Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
12. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
13. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
14. Latih teknik relaksasi
3 Defisit nutrisi Tujuan: Setelah Manajemen Nutrisi
berhubungan dilakukan tindakan Observasi:
dengan mual dan keperawatan 3x24 1. Identifikasi status nutrisi
muntah jam status nutrisi 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
terpenuhi. makanan
Kriteria hasil 3. Identifikasi perlunya penggunaan
1. Porsi makanan selang nasogastric
yang dihabiskan 4. Monitor asupan makanan
meningkat 5. Monitor berat badan
2. Berat Badan atau Terapeutik:
IMT meningkat 6. Lakukan oral hygiene sebelum
3. Frekuensi makan makan, Jika perlu
meningkat 7. Sajikan makanan secara menarik
4. Nafsu makan dan suhu yang sesuai
meningkat 8. Hentikan pemberian makanan
5. Perasaan cepat melalui selang nasogastric jika
kenyang asupan oral dapat ditoleransi
meningkat Edukasi
9. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
10. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
11. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan
Promosi Berat Badan
Observasi
12. Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
13. Monitor adanya mual dan muntah
Terapeutik
14. Sediakan makanan yang tepat
sesuai kondisi pasien
24
15. Berikan pujian kepada pasien
untuk peningkatan yang dicapai
Edukasi
16. Jelaskan jenis makanan yg bergizi
tinggi, terjangkau
4 Intoleransi Tujuan: Setelah Manajemen Energi
aktivitas dilakukan tindakan Observasi:
berhubungan keperawatan 3x24 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
dengan jam diharapkan yang mengakibatkan kelelahan
hipovolemi toleransi aktivitas 2. Monitor pola dan jam tidur
anemia meningkat. 3. Monitor kelelahan fisik dan
Kriteria hasil: emosional
1. Kemudahan Edukasi
dalam 4. Anjurkan tirah baring
melakukan 5. Anjurkan melakukan aktivitas
aktivitas sehari- secara bertahap
hari meningkat Terapeutik:
2. Kekuatan tubuh 6. Sediakan lingkungan nyaman dan
bagian atas dan rendah stimulus
bawah 7. Lakukan latihan rentang gerak
meningkat pasif dan/atau aktif
3. Keluhan lelah 8. Berikan aktivitas distraksi yang
menurun menenangkan
4. Dispnea saat 9. Fasilitasi duduk di sisi tempat
aktivitas tidur, jika tidak dapat berpindah
menurun atau berjalan
Kolaborasi
10. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan asupan
makanan
5 Gangguan citra Tujuan: Setelah Promosi Citra Tubuh
tubuh dilakukan tindakan Observasi:
berhubungan keperawatan 3x24 1. Identifikasi harapan citra tubuh
dengan bau jam diharapkan citra berdasarkan tahap perkembangan
busuk tubuh meningkat. 2. Identifikasi perubahan citra tubuh
Kriteria Hasil: yang mengakibatkan isolasi sosial
1. Verbalisasi 3. Monitor frekuensi pernyataan
perasaan negatif kritik terhadap diri sendiri
tentang Edukasi
perubahan tubuh 4. Jelaskan pada keluarga tentang
menurun perawatan perubahan citra tubuh
2. Verbalisasi 5. Anjurkan menggunakan alat bantu
25
kekhawatiran (mis.wig, kosmetik)
pada reaksi 6. Anjurkan mengikuti kelompok
orang lain pendukung
menurun 7. Latih fungsi tubuh yang dimiliki
3. Melihat bagian Terapeutik:
tubuh membaik 8. Diskusikan perubahan tubuh dan
4. Menyentuh fungsinya
bagian tubuh 9. Diskusikan perbedaan penampilan
membaik fisik terhadap harga diri
10. Diskusikan cara mengembangkan
harapan citra tubuh secara realistis
6 Resiko infeksi Tujuan: Setelah Pencegahan infeksi
ditandai dengan dilakukan tindakan Observasi:
perdarahan keperawatan 3x24 1. Monitor tanda gejala infeksi lokal
jam glukosa derajat dan sistemik
infeksi menurun. Terapeutik
Kriteria hasil: 2. Batasi jumlah pengunjung
1. Demam menurun 3. Berikan perawatan kulit pada
2. Kemerahan daerah edema
menurun 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah
3. Bengkak kontak dengan pasien dan
menurun lingkungan pasien
4. Nyeri menurun 5. Pertahankan teknik aseptik pada
5. Kadar sel darah pasien berisiko tinggi
putih membaik Edukasi
6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
7. Ajarkan cara memeriksa luka
8. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian imunisasi,
Jika perlu

D. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan salah satu tahap pelaksanaan dalam proses
keperawatan. Dalam implementasi terdapat susunan dan tatanan pelaksanaan yang akan
mengatur kegiatan pelaksanaan sesuai dengan diagnosa keperawatan dan intervensi
keperawatan yang sudah ditetapkan. Implementasi keperawatan ini juga mengacu pada
kemampuan perawat baik secara praktik maupun intelektual. (Lingga, 2019).
26
Tujuan Impementasi keperawatan adalah melaksanakan hasil dari rencana
keperawatan yang selanjutnya di evaluasi untuk mengetahui kondisi kesehatan Klien
dalam periode yang cepat, mencegah komplikasi, memberikan lingkungan yang nyaman
bagi Klien, membuat Klien merasa puas (Sharfina, 2019).
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai hasil akhir dari semua tindakan keperawatan yang telah diberikan. Tujuan
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan Klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan Klien. Evaluasi keperawatan
dibedakan menjadi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi Formatif adalah hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon
Klien segera pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan. Ditulis pada catatan
perawat. Sedangkan evaluasi sumatif adalah rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi
dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan
perkembangan. Evaluasi dilakukan dengan pendekatan pada SOAP, yaitu:
S: Data subjektif, yaitu data yang diutarakan Klien dan pandangannya terhadap data
tersebut.
O: Data objektif, yaitu data yang didapat dari hasil observasi perawat, termasuk tanda-
tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan penyakit Klien (meliputi data fisiologis,
dan informasi dan pemeriksaan tenaga kesehatan).
A: Analisis, yaitu analisa ataupun kesimpulan dari data subjektif dan data objektif.
P: Perencanaan, yaitu pengembangan rencana segera atau yang akan datang untuk
mencapai status kesehatan Klien yang optimal

27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rendahnya, tingkat pendidikan mempengaruhi rendahnyapengetahuan, serta
memepengaruhi angka kejadian kanker serviks. Seperti dalam penelitian Peckenpaugh
(2008), peningkatan kasus kanker berhubungan pengetahaun yang rendah berhungan
dengan kondisi sosial ekonomi, prubahan demografis dan spikososia. Dari temuan
tersebut maka perlu diinformasikan kepada petugas puskesmas, khusunya layanan
wanita, untuk lebih meningkatakan lagi layanan konseling atau kegiatan untuk
peningkatan pengetahuan melalui penyuluhan kesehatan. Kegiatan dilakuakn mencegah
kejadian kanker serviks dan memotivasi masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.
Penyebarluasan informasi tentang kanker serviks dengan memberikan Pendidikan
kesehatan dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.

1. Kunjungan rumah
2. Diskusi kelompok
3. Kuliah
4. Seminar
5. Pelatihan
6. Menempelkan poster
7. Menempelkan baliho
8. Membagikan leaflet
B. Saran
Berhati-hatilah dengan kanker serviks, lebih baik mencegah daripada mebgobati.
Ternyata tidak mudah menjadi seorang wanita, tetapi bukan berarti sulit untuk
menjalaninya. Penyakit dapat kita hindari dengan selalu berusaha hidup teratur.
Dan jangan lupa untuk melakukan skrenning kanker serviks jangan samapai
menunggu adnya keluhan. Datanglah ke tempat periksa untuk pemeriksaan Pap
smear/IVA. Jika ditemukan kelaianan pra kanker ikutilah pesan petugas/dokter. Apabila
perlu pengobatan, jangan ditunda. Karena pada tahap ini kesembuhannya 100%.

28
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu Sri Dedeh.2015.Asuhan Ibu Dengan Kanker Serviks.Jakarta.Salemba


Medika
Dwi, R. F. (2020). Karya Tulis Ilmiah “Case Review Asuhan Keperawatan
Klien Dengan Ca Serviks’’.
Jannah, S. R. (2019). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Ca. Serviks Diruang Mawar Rumah
Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

29

Anda mungkin juga menyukai