Oleh kelompok 6:
Tak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dalam penyusunan makalah ini, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan di masa
yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan perkembangan
ilmu pengetahuan.
penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar belakang................................................................................................1
B. Rumusan masalah...........................................................................................3
C. Tujuan penulisan............................................................................................3
D. Manfaat penulisan..........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................4
A. Definisi...........................................................................................................4
B. Etiology..........................................................................................................4
C. Tanda dan gejala............................................................................................6
D. Pemeriksaan penunjang/diagnostic................................................................6
E. Penatalaksanaan keperawatan dan medis.......................................................7
F. WOC..............................................................................................................10
G. Asuhan keperawatan Ca Cervik.....................................................................12
A. Kesimpulan....................................................................................................45
B. Saran...............................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................46
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks dan merupakan salah satu
penyebab kematian pada wanita. Penyebab dari kanker serviks adalah infeksi Human
Vapiloma Virus (HPV). HPV ditularkan melalui hubungan seksual dan ditemukan pada 95%
kasus kanker serviks.
Data dari WHO (World Health Organization), kanker merupakan penyebab kematian
nomor 2 di dunia. Pada tahun 2012 kematian akibat kanker serviks diperkirakan lebih dari
270.000 setiap tahunnya, lebih dari 85% terjadi di negara berkembang dan jumlah wanita
penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun
terjadi 40 ribu kasus kanker serviks. Kanker serviks merupakan penyakit kanker dengan
prevalensi tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 0,8%.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi kanker di Indonesia adalah
1,4% per 1000 penduduk. Prevalensi kanker tertinggi terdapat di DI Yogyakarta 4,1%, diikuti
Jawa Tengah 2,1%, dan Bali 2%. Salah satu kanker pada perempuan dengan kejadian yang
tertinggi di Indonesia adalah kanker serviks. Capaian deteksi dini kanker leher Rahim/
serviks terbanyak di Kota Yogyakarta (46,83%) dan paling sedikit pada Kabupaten Bantul
(9,03%) dengan rata-rata di DIY 17,71%.
Metode standar untuk deteksi dini kanker pada wanita adalah sitologi (papsmear) untuk
kanker serviks dan mamografi untuk kanker payudara. Namun karena biaya pap smear dan
mamografi senderung mahal dan butuh logistic, belum banyak fasilitas kesehatan khususnya
di negara berkembang yang menyediakan layanan tersebut karena kendala infrastruktur.
Program pemerintah mengenai deteksi dini kanker serviks sudah tercantum didalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 796/MENKES/SK/VII/2010
tentang pedoman teknis pengendalian kanker payudara dan kanker serviks. Program deteksi
dini kanker serviks yang dimaksud dalam peraturan ini yaitu pemeriksaan Inspeksi Visual
Asam Asetat (IVA). Pemerintah menargetkan, pada tahun 2014 pencegahan dan
penanggulangan kanker serviks dapat menjangkau hampir seluruh provinsi. Pada tahun 2014
25% kabupaten/kota dapat melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks dengan sasaran
80% wanita usia subur (WUS) berumur 15-49 tahun telah melakukan deteksi dini kanker
serviks.
Berdasarkan Studi Pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan Bantul, di ketahui
bahwa seluruh Puskesmas di Wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul telah
menyediakan layanan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam asetat (IVA) dan di dapatkan hasil
cakupan wanita usia subur (WUS) di wilayah kerja Dinas Kesehatan Bantul yaitu berusia 15-
49 tahun sebanyak 140.568 WUS dengan jumlah pemeriksaan IVA yaitu 1.476 (1,05%)
WUS. Jumlah kunjungan tertinggi IVA adalah di Puskesmas Bantul I dan jumlah kunjungan
terendah IVA di Puskesmas Banguntapan II.
iv
Kurangnya pengetahuan wanita usia subur tentang kanker serviks dapat berdampak pada
tidak adanya perilaku untuk melakukan pemeriksaan dini dengan tindakan IVA. Dampak
kanker serviks jika tidak segera dilakukan pemeriksaan pada organ reproduksi serviks
beresiko keadaan kesehatannya telah menjadi kritis atau penyakit sudah mencapai pada tahap
stadium lanjut sehingga dapat berunjung pada kematian. Sebagian besar pada penderita
kanker serviks datang berobat sudah pada stadium lanjut. Hal ini dikarenakan kanker serviks
tidak menunjukan gejala yang spesifik pada stadium dini atau bahkan pada tahap prakanker.
Maka hal tersebut tidak heran kalau kanker serviks ini merupakan pembunuh wanita
peringkat kedua setelah kanker payudara. Memang wanita sendiri tidak menyadari bahwa
tubuhnya sedang “dikudeta” oleh sel-sel dalam tubuhnya sendiri.
Berdasarkan teori Lawrence Green (1980) faktor perilaku dibentuk oleh faktor
predisposing, reinforcing dan enabling. Dimana faktor predisposisi yang mempengaruhi
perilaku wanita usia subur untuk melakukan skrining kanker serviks adalah pengetahuan,
sikap, kepercayaan, status perkawinan, usia, dan pendidikan. Perilaku merupakan faktor
terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok,
atau masyarakat. Hal tersebut diperkuat dari penelitian Utami (2013) hasilnya terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku deteksi dini kanker serviks metode
IVA.
Promosi kesehatan merupakan salah satu pencegahan primer yang dapat dilakukan guna
mencegah kanker serviks. Pencegahan primer mengutamakan penguat fleksibilitas dalam
melakukan pencegahan dengan cara mencegah dan mengurangi faktor risiko. Banyak metode
yang dapat dilakukan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada WUS, misalnya melalui
media elektronik dan media cetak
Dari data Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) setiap tahun pengguna
media sosial selalu meningkat 143,26 Juta jiwa dari total populasi penduduk di Indonesia 226
juta orang. Pengguna internet berdasar wilayah tertinggi berada di pulau jawa yaitu 57,70%
dan untuk perangkat mengakses tertinggi yaitu smartphone, dalam penggunaan smartphone
layanan yang tertinggi diakses yaitu chating berupa whatsApp atau pun line. Di era digital
masa kini, akses setiap orang terhadap internet dan media sosial menjadi sangat tinggi.
Pengguna internet melalui smartphone juga meningkat orang indonesia cenderung lebih
sering menggunakan telepon genggam dibandingkan orang lain di dunia. Teknologi telepon
genggam sendiri sangat maju dan inovatif. Teknologi terkini dalam telepon genggam adalah
pada smartphone yang menggabungkan teknologi telepon dan personal computer (PC).
Penggunaan teknologi telepon dalam sebagai strategi edukasi dalam bidang kesehatan sudah
semakin berkembang melalui mHealth. Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan yang mampu
memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) menjadi salah satu kendala dalam
pelayanan kesehatan. Sehingga pemanfaatan mHealth dapat memberikan bantuan kepada
tenaga kesehatan untuk memberikan edukasi pada masyarakat yang memiliki kondisi
geografis yang sulit sehingga yang diberikan mampu memiliki keterjangkauan yang luas.
Pemanfaatan mHealth ini dapat dilakukan melalui layanan mobile instant messaging yaitu
v
melalui whatsapp. WhatsApp merupakan aplikasi yang paling sering digunakan dan dengan
durasi yang paling lama oleh pengguna smartphone.
A. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi Ca Cervik
2. Etiology
3. Tanda dan gejala
4. Pemeriksaan penunjang/diagnostic
5. Penatalaksanaan keperawatan dan medis
6. WOC
7. Asuhan keperawatan Ca Cervik
B. TUJUAN
1. Diharapkan pembaca mampu memahami tentang Ca Cervik
2. Diharapkan pembaca mampu memahami tentang Etiology Ca Cervik
3. Diharapkan pembaca mampu memahami tentang tanda dan gejala Ca Cervik
4. Diharapkan pembaca mampu memahami tentang Pemeriksaanpenunjang/diagnostic Ca
Cervik
5. Diharapkan pembaca mampu memahami tentang Penatalaksanaan keperawatan dan
medis
6. Diharapkan pembaca mampu memahami tentang WOC dari Ca Cervik
7. Diharapkan pembaca mampu memahami tentang pemeriksaan penunjang Ca Cervik
8. Diharapkan pembaca mampu memahami tentang Asuhan keperawatan Ca Cervik
C. MANFAAT
1. pembaca mampu memahami tentang Ca Cervik
2. pembaca mampu memahami tentang Ca Cervik
3. pembaca mampu memahami tentang tanda dan gejala Ca Cervik
4. pembaca mampu memahami tentang Pemeriksaan penunjang/diagnostic Ca Cervik
5. pembaca mampu memahami tentang Penatalaksanaan keperawatan dan medis
6. pembaca mampu memahami tentang WOC dari Ca Cervik
7. pembaca mampu memahami tentang Asuhan keperawatan Ca Cervik
vi
BAB III
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Kanker servik adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat
dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal
disekitasrnya.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat
beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terhadap terjadinya kanker serviks :
1) HPV (human papillomavirus)
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (kondiloma akuminata) yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16,18,45 dan
56.
2) Merokok
Tembakau merusak sistem kekabalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi HPV pada serviks.
3) Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini
4) Berganti-ganti pasangan seksual
5) Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia dibawah 18
tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita
kanker serviks
6) Pemakaian DES (dietilstilbestrol) pada wanita ibu hamil untuk mencegah keguguran
(banyak digunakan pada tahun 1940-1970).
7) Gangguan sistem kekebalan
8) Pemakaian pil KB
9) Infeksi herpes genetalis atau infeksi klamidia menahun
10) Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap smear secara rutin).
vii
pada stadium IB
viii
Catatan : pada stadium I A adenokarisnoma masih kontroversi berhubung pengukuran
kedalaman invasi pada endoserviks sukar dan tidak standar.
Tanda-tanda dini kanker servik kebanyakan tidak menimbulkan gejala. Akan tetapi dalam
perjalan nya akan menimbulkan gejala seperti :
1) Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan
2) Pendarahan yang terjadi diluar senggama (tingkat II dan III )
3) Pendarahan yang dialami segera setelah seggama (75-80%)
4) Pendarahan spontan saat defekasi
5) Pendarahan spontan pervaginan
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
1) sitologi/pap smear
2) schillentest
3) koloskopi
meriksa dengan mengunakan alat dan dibesarkan 10-40 kali
4) kolpomikroskopi
melihat hapusan vagina (pap smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
5) biopsi : dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis kelamin karsinomanya
6) konisasi : konisasi digunakan bila hasil sitologi meragukan
7) pemeriksaan foto paru pari dan CT-scane hanyak dilakukan atas indikasi dari
pemeriksaan klinis atau gejala yang timbul.
8) pemeriksaan lainnya.
a. Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED, golongan darah, masa
peredaran dan masa pembekuan)
b. Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOt dan SGPT.
c. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG. \
d. Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi terhadap obat.
ix
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan
Terapi kanker serviks dilakukan bila diagnosis telah dipastikan secara histologik dan
sudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi
dan pengamanan lanjutan (tim onkologi). Pemilihan pengobatan kanker serviks tergantung
pada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit,usia,keadaan umum penderita, dan rencana
penderita untuk hamil lagi.
Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika
daerah abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada
lesi prekanker bisa berupa kriosurgesi (pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga disebut
diatermi), pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang upnormal tanpa melukai
jaringan yang sehat disekitarnya dan LEEP ( Loop Electrosurgical Excision Procedure) atau
konisasi.
Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan Medis Menurut Tanto (2014) penatalaksanaan medis secara umum
berdasarkan stadium kanker serviks:
Stadium Penatalaksanaan
0 Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
IA Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) pilihan pengobatan yang bisa dilakukan
adalah pembedahan, terapi radiasi (radioterapi), kemoterapi, atau kombinasi metode-metode
tersebut.
x
1) Operasi atau pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker serviks stadium I dan
II.
e. Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy)
Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah bening di panggul.
Pilihan ini dilakukan untuk perempuan denga tumor kecil yang ingin mencoba untuk
hamil di kemudian hari.
f. Histerektomi total
Mengangakat leher rahim dan rahim.
g. Histerektomi radikal
Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar leher rahim, rahim, dan bagian
dari vagina.
h. Saluran telur dan ovarium
Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini disebut salpingo-
ooforektomi.
i. Kelenjar getah bening
Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk melihat apakah mengandung
leher rahim. Jika sel kanker telah histerektomy total dan radikal mencapai kelenjar
getah bening, itu berarti penyakit ini mungkin telah menyebar ke bagian lain dari
tubuh.
2) Radioterapi
Radioterapi adalah salah satu pilihan bagi perempuan yang menderita kanker serviks
dengan stadium berapa pun. Perempuan dengan kanker serviks tahap awal dapat memilih
terapi sebagai pengganti operasi. Hal ini juga dapat digunakan setelah operasi untuk
menghancurkan sel-sel kanker apa pun yang masih di daerah tersebut. Perempuan dengan
kanker yang menyerang bagianbagian selain kenker serviks mungkin perlu diterapi
radiasi dan kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel kanker. Terapi ini mempengaruhi sel-sel di daerah yang diobati. Ada
dua jenis terapi ini :
a. Terapi radiasi eksternal
Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggul atau jaringan lain di
mana kanker telah menyebar. Pengobatan biasanya di berikan di rumah sakit.
Penderita mungkin menerima radiasi eksternal 5 hari seminggu selama beberapa
minggu. Setiap pengobatan hanya memakan waktu beberapa menit.
b. Terapi radiasi internal
Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina. Suatu zat radioaktif di
masukkan ke dalam tagung tersebut. Penderita mungkin harus tinggal di rumah sakit
sementara sumber radioaktif masih beradadi tempatnya (samapai 3 hari).
xi
Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi diberikan dan tubuh
bagian mana yang di terapi.radiasi pada perut dan panggul dapat menyebabkan mual,
muntah, diare, atau masalah eliminasi. Penderita mungkin kehilangan rambut di daerah
genital. Selain itu, kulit penderita di daerah yang dirawat menjadi merah, kering, dan
tender
3) Kemoterapi
Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak tahun 1950-an dan diberikan
sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker yang akan di operasi atau sesudah
operasi untuk membersihkan sisa-sisa sel kanker, kadang dikombinasikan dengan terapi
radiasi tapi kadang juga tidak. Kemoterapi ini biasanya diberikan dalam tablet/pil,
suntikan, atau infus. Jadwal pemberian ada yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan
sekali sebulan. Efek samping yang terjadi terutama tergantung pada jenis obatobatan
yang diberikan dan seberapa banyak.kemoterapi membunuh sel-sel kanker yang tumbuh
cepat, terapi juga dapat membahayakan sel-sel normal yang membelah dengan cepat,
yaitu:
a. Sel darah
Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang sehat, penderita akan lebih
mudah terkena infeksi, mudah memar atau berdarah, dan merasa sangat lemah dan
lelah.
b. Sel-sel pada akar rambut
Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok. Rambut penderita yang hilang akan
tumbuh lagi, tetapi kemungkinan mengalami perubahan warna dan tekstur.
c. Sel yang melapisi saluran pencernaan
Kemoterapi menurunkan nafsu makan, mual-mual dan muntah, diare, atau infeksi
pada mulut dan bibir.
Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa di tangan dan kaki,
masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan, nyeri sendi, atau kaki bengkak.
1) Stadium I
Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan histerktomi atau dengan
radioterapi, karena kanker masih terbatas di daerah serviks.
2) Stadium IB dan IIA
Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan limfadektomi bilateral.
3) Stadium IIB sampai IVB
Pada stadium ini kanker sudah menyebar melewati daerah serviks sampai ke organ
lain. Penanganan yang dilakukan biasanya dengan radioterapi.
xii
F. WOC Kanker Serviks
penatalaksanaan
Hambatan
mobilitas fisik Resiko infeksi
Pendarahan, ruam,
dan bercak pada kulit
infeksi
hipertermi
xiii
Sistem integumen
Sistem pencernaan
Rusaknya folikel
rambut
Penigkatan asam Kejang otot
lambung perut
Kerontokan rambut
Nyeri di perut
Mual muntah Gangguan
citra tubuh
Diare
Nafsu makan
berkurang
Dehidrasi berat
Sistem
Ketidakseimbangan reproduksi
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Kekurangan
volume cairan
Terjadi kekeringan
cairan vagina
ansietas
xiv
G. ASUHAN KEPERAWATAN CA CERVIK POST KEMOTERAPI
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi nama/inisial, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, no medical record
(MR) tanggal masuk, tanggal pengkajian
b. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama/Inisial, umur, jenis kelamin,
hubungan keluarga, pekerjaan, alamat.
c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Biasaya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti pendarahan intra
servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air dan berbau (Padila, 2015).
Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual
muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, anemia.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Menurut Diananda (2008) biasanya pasien pada stadium awal tidak merasakan
keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul
keluhan seperti keputihan yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan
hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien
kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual muntah yang
berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu seperti
riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015). Pada
pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya ada riwayat penyakit keputihan
dan riwayat penyakit HIV/AIDS
4) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling mempengaruhi
karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika. Keluraga yang memiliki
riwayat kanker didalam keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada
keluraga yang tidak ada riwayat didalam keluarganya (Diananda, 2008).
5) Riwayat psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta harapan terhadap
pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan suami/keluarga terhadap pasien
dari sumber keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran diri peran dan
identitas. Kaji juga ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan
pasien yang merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain (Reeder, dkk,
xv
2013). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan
cemas dan ketakutan.
6) Riwayat kebiasaan sehari-hari
Biasanya meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, elimenasi, aktivitas pasien
sehari-hari, pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur (Padila, 2015). Pada pasien
kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan tidak nafsu makan,
kelehan, gangguan pola tidur
7) Pemeriksaan fisik, meliputi :
(a) Keadaan umum: biasanya pasien kanker serviks post kemoterapi sadar,lemah
dan tanda-tanda vital normal (120/80 mmHg).
(b) Kepala : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami
rambut rontok, mudah tercabut.
(c) Mata : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami
konjungtiva anemis dan skelera ikterik.
(d) Leher : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada
kelainan
(e) Thoraks: Dada : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak
ada kelainan Jantung : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan
(f) Abdomen : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada
kelainan
(g) Genetalia : Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret berlebihan,
keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi (Brunner & suddarth, 2015). Pada
pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami perdarahan
pervaginam.
(h) Ekstermitas : Biasanya pada pasien kanker serviks yang stadium lanjut
mengalami udema dan nyeri (Brunner & suddarth, 2015).
Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami kesemutan
atau kebas pada tangan dan kaki.
8) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan hematologi Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami anemia karna penurunan Haemoglobin. Nilai normalnya Hemoglobin
wanita (12-16 gr/dl).
3. Rencana Keperawatan
xvii
2) Tidak ada reaksi alergi lama nyeri akan
3) Tidak ada efek prilaku dirasakan, dan antisipasi
dari pengobatan dari ketidaknyamanan
akibat prosedur
7) Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
8) Ajarkan penggunaan
teknik non farmakologi
(terapi relaksasi)
9) Evaluasi keefektifan dari
tindakan pengontrol
nyeri yang dipakai
selama pengkajian nyeri
dilakukan
10) Dukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri
Pemberian Analgesik
1) Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan keparahan nyeri
sebelum mengobati
pasien
2) Cek perintah pengobatan
meliputi obat, dosis, dan
frekuensi obat analgesik
yang diresepkan
3) Cek adanya riwayat
alergi obat
4) Pilih analgesik atau
kombinasi analgesik
yang sesuai ketika lebih
dari satu diberikan
5) Tentukan pilihan obat
analgesik (narkotik, non
narkotik atau NSAID)
berdasarkan tipe dan
xviii
keparahan nyeri
6) Kolaborasi dengan
dokter apakah obat,
dosis, rute pemberian
atau perubahan interval
dibutuhkan, buat
rekomendasi khusus
berdasarkan prinsip
analgesic
7) Monitor tanda vital
sebelum dan setelah
memberikan analgesik
narkotik pada pemberian
dosis pertama kali atau
jika ditemukan
tandatanda yang tidak
biasanya
8) Berikan analgesik
tambahan dan atau
pengobatan jika
diperlukan untuk
mengingkatkan efek
pengurangan nyeri
9) Lakukan tindakan-
tindakan untuk
menurunkan efek
samping analgesik
(misalnya: konstipasi
dan iritasi lambung)
10) Evaluasi kefektifan
analgesik dengan
interval yang teratur
pada setiap setelah
pemberian khususnya
setelah pemberian
pertama kali, juga
observasi adanya tanda
dan gejala efek samping
(misalnya: depresi
pernafasan, mual dan
xix
muntah, mulut kering
dan konstipasi)
11) Dokumentasikan respon
terhadap analgesik dan
adanya efek samping
12) Evaluasi dan
dokumentasi tingkat
sedasi dari pasien yang
menerima opioid
Manajemen Obat
Manajemen Energi
xx
2) Anjurkan pasien untuk
mengungkapkan
perasaan secara verbal
mengenai keterbatasan
yang dialami
3) Tentukan persepsi
pasien atau orang
terdekat dengan pasien
mengenai penyebab
kelelahan
4) Perbaiki defisit status
pisiologis (misalnya,
kemoterapi yang
menyebabkan anemia)
sebagai prioritas
pertama
5) Monitor intake/asupan
nutrisi untuk mengetahui
sumber energi yang
adekuat
6) Monitor waktu dan lama
istirahat pasien
7) Kurangi
ketidaknyamanan fisik
yang dialami pasien
yang bisa
mempengaruhi fungsi
kognitif, pemnatauan
diri dan pengaturan
aktivitas pasien
8) Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
kegiatan rumah yang
bisa dilakukan oles
keluarga dan teman
dirumah untuk
mencegah/mengatasi
kelelahan
9) Instrusikan pasien atau
keluarga mengenali
xxi
tanda dan gejala
kelelahan yang
memerlukan
pengurangan aktivitas
10) Instruksikan pasien atau
keluarga mengenai stres
dan koping intervensi
untuk mengurangi
kelelahan
11) Ajarkan pasien atau
keluarga untuk
menghubungi tenaga
kesehatan jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
xxii
diperlukan
4) Dorong pasien untuk
mendiskusikan
makanan yang
disukai bersama ahli
gizi
5) Timbang berat badan
pasien
6) Monitor
intake/asupan dan
asupan cairan secara
tepat
7) Monitor asupan
kalori makanan
harian
8) Batasi makanan
sesuai dengan jadwal
9) Observasi pasien
selama dan setelah
pemberian
makan/makanan
ringan untuk
meyakinkan bahwa
asupan makanan
yang cukup tercapai
dan dipertahankan
10) Beri dulungan
misalnya terapi
relaksasi
11) Batasi aktivitas fisik
sesuai kebutuhan
untuk meningkatkan
berat badan
12) Monitor berat badan
pasien sesuai secara
rutin
Manajemen Nutrisi
xxiii
pasien
2) Identifikasi alergi
dan intoleransi
terhadap makanan
3) Atur diit yang
diperlukan (rendah
protein, tinggi
karbohidrat, rendah
natrium)
4) Beri obat-obatan
sebelum makan
seperti antiemeik
5) Anjurkan diit pasien
sesuai kebutuhan
6) Monitor kalori dan
asupan nutrisi
Monitor Nutrisi
xxiv
3 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Kecemasan
berhubungan keperawatan, pasien mampu 1) Gunakan pendekatan
dengan status mengontrol kecemasan dengan yang tenang dan
kesehatan menurun kriteria hasil : meyakinkan
1) Mengurangi penyebab 2) Jelaskan semua
kecemasan prosedur termasuk
2) Menggunakan strategi sensai yang akan
koping yang efektif dirasakan yang
3) Menggunakan teknik mungkin dialami
relaksasi pasien selama
4) Mempertahankan prosedur
hubungan social 3) Berikan informasi
5) Mempertahankan tidur faktual terkait
adekuat diagnosis,
6) Mengendalikan respon perawatan, dan
kecemasan prognosis
4) Dorong keluarga
untuk mendampingi
pasien dengan cara
yang tepat
5) Puji/kuatkan
perilaku yang baik
secara tepat
6) Bantu pasien
mengidentifikasikan
situasi yang memicu
kecemasan
Peningkatan Koping
xxv
dengan indikasi
3) Berikan penilaian
mengenai dampak
dari situasi
kehidupan pasien
terhadap peran dan
hubungan
4) Dukung pasien
untuk
mengidentifikasi
deskripsi yang
realistik terhadap
perubahan dalam
peran
5) Berikan penilaian
mengenai
pemahaman pasien
terhadap proses
penyakit
6) Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
strategistrategi
positif untuk
mengatasi
keterbatasan dan
kebutuhan gaya
hidup maupun
perubahan peran
Terapi Relaksasi
1) Gambarkan
rasionalisasi dan
manfaat relaksasi
serta jenis relaksasi
yang tersedia
2) Tentukan apakah
ada intervensi
relaksasi di masa
lalu yang sudah
xxvi
memberikan manfaat
3) Ciptakan lingkungan
yang tenang dan
tanpa distraksi
4) Dorong pasien untuk
mengambil posisi
yang nyaman
5) Minta pasien untuk
rileks dan merasakan
sensasi yang terjadi
6) Tunjukkan dan
praktikkan teknik
relaksasi pada pasien
7) Dorong pengulangan
teknik dan praktik-
praktik tertentu
secara berkala
8) Berikan waktu yang
tidak terganggu
xxvii
4) Perbaiki defisit
status pisiologis
(misalnya,
kemoterapi yang
menyebabkan
anemia) sebagai
prioritas pertama
5) Monitor
intake/asupan nutrisi
untuk mengetahui
sumber energi yang
adekuat
6) Monitor waktu dan
lama istirahat pasien
7) Kurangi
ketidaknyamanan
fisik yang dialami
pasien yang bisa
mempengaruhi
fungsi kognitif,
pemnatauan diri dan
pengaturan aktivitas
pasien
8) Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
kegiatan rumah
yang bisa dilakukan
oleh keluarga dan
teman dirumah
untuk
mencegah/mengatas
i kelelahan
9) Instrusikan pasien
atau keluarga
mengenali tanda dan
gejala kelelahan
yang memerlukan
pengurangan
aktivitas
10) Instruksikan pasien
xxviii
atau keluarga
mengenai stres dan
koping intervensi
untuk mengurangi
kelelahan
11) Ajarkan pasien atau
keluarga untuk
menghubungi
tenaga kesehatan
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
Manajemen Lingkungan
1) Ciptakan
lingkungan yang
aman bagi pasien
2) Identifikasi
kebutuhan
keselamatan pasien
berdasarkan fungsi
fisik dan kognitif
serta riwayat
perilaku di masa
lalu
3) Singkirkan benda-
benda berbahayadari
lingkungan
4) Batasi pengunjung
Peningkatan Mekanika
Tubuh
1) Bantu untuk
mendemonstrasikan
posisi tidur yang
tepat
2) Bantu untuk
menghindari duduk
dalam jangka waktu
xxix
yang lama
3) Instruksikan pasien
untuk
menggerakkan kaki
terlebih dahulu
kemudian badan
ketika memulai
berjalan dari posisi
berdiri
xxx
pencegahan yang
bersifat universal
9) Pakai sarung tangan
steril dengan tepat
10) Pastikan teknik
perawatan luka
yang tepat
11) Berikan terapi
antibiotik yang
sesuai
12) Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
tanda dan gejala
infeksi
13) Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
bagaimana
menghindari infeksi
Perlindungan Infeksi
1) Monitor adanya
tanda dan gejala
infeksi sistemik
atau lokal
2) Monitor kerentanan
terhadap infeksi
3) Monitor hitung
mutlak granulosit,
WBC, dan hasil-
hasil diferensial
4) Batasi jumlah
pengunjung
5) Berikan perawatan
kulit yang tepat
untuk area (yang
mengalami) edema
6) Tingkatkan asupan
nutrisi yang cukup
7) Anjurkan asupan
xxxi
cairan yang tepat
8) Anjurkan istirahat
9) Ajarkan pasien atau
keluarga mengenai
tanda dan gejala
infeksi dan kapan
harus
melaporkannya
kepada petugas
kesetahan
10) Ajarkan pasien dan
keluarga bagaimana
cara menghindari
infeksi
Manajemen Nutrisi
Monitor Nutrisi
1) Timbang berat
badan pasien
2) Identifikasi adanya
xxxii
penurunan berat
badan
3) Monitor turgor kulit
4) Monitor adanya
mual muntah
5) Identifikasi
perubahan nafsu
makan
6) onitor pucat pada
konjungtiva
7) Lakukan
kemampuan
menelan
8) Tentukan faktor
yang
mempengaruhi
nutrisi
xxxiii
6) Puji/kuatkan perilaku
yang baik secara tepat
7) Bantu pasien
mengidentifikasikan
situasi yang memicu
kecemasan
Peningkatan Peran
1) Monitor pernyataan
pasien mengenai harga
diri
xxxiv
2) Bantu pasien untuk
penerimaan diri
3) Jangan mengkritisi
pasien secara negatif
4) Sampaikan/ungkapkan
kepercayaan diri pasien
dalam mengatasi
situasi
5) Berikan hadiah atau
pujian
6) Fasilitas lingkungan
dan aktivitas-aktivitas
yang akan
meningkatkan harga
diri
7) Monitor tingkat harga
diri dari waktu ke
waktu dengan tepat
1) Gunakan bimbingan
antisipatif menyiapkan
perubahan-perubahan
citra tubuh yang
(telah) diprediksikan
2) Bantu pasien untuk
mendiskusikan
perubahanperubahan
(bagian tubuh)
disebabkan adanya
penyakit atau
pembedahan dengan
cara yang tepat
3) Bantu pasien untuk
menentukan
keberlanjutan dari
perubahan-perubahan
aktual dari tubuh atau
tingkat fungsinya
4) Tentukan perubahan
fisik saat ini
berkontribusi pada
citra diri pasien
5) Bantu memisahkan
penampilan fisik dari
perasaan berharga
secara pribadi dengan
cara yang tepat
xxxvi
Peningkatan Harga Diri
1) Monitor pernyataan
pasien mengenai harga
diri
2) Tentukan kepercayaan
diri pasien dalam hal
penilaian diri
3) Bantu pasien
mengidentifikasi
respon positif dari
orang lain
4) Eksplorasi alasan-
alasan untuk
mengkritik diri atau
rasa bersalah
5) Fasilitasi lingkungan
dan aktivitas-aktivitas
yang akan
meningkatkan harga
diri
6) Sampaikan atau
ungkapkan
kepercayaan diri
pasien dalam
mengatasi situasi
xxxvii
dari pengobatan gejala pendaran
kanker menetap
3) Mengetahui efek 4) Monitor komponen
samping terhadap koagulasi darah
seksualitas (termasuk protrombin
4) Mengetahui masalah time (PT), partial
perawatan diri selama thromboplastin time
pemulihan (PTT), fibrinogen,
(c) Respon pengobatan degradasi fibrin/split
1) Pasien mengetahui product dan trombosit,
efek sampingnya hitung dengan cara
2) Tidak ada reaksi alergi yang cepat
3) Tidak ada efek prilaku 5) Monitor tanda-tanda
dari pengobatan vital ortostatik,
termasuk tekanan
darah
6) Beri produk-produk
penggantian darah
(misalnya: trombosit
dan plasma beku segar
(FFP)) dengan cara
yang tepat
7) Intruksikan pasien
untuk menghindari
konsumsi aspirin atau
obat-obat
antikoagulan
8) Instruksikan pasien
untuk meningkatkan
makanan yang
mengandung vitamin
K
Manajemen kemoterapi
1) Memonitor efek
samping dan efek
toksik dari
pengobatan
2) Berikan informasi
kepada pasien dan
xxxviii
keluarga tentang efek
obat-obatan
kemoterapi pada sel
kanker/ganas
3) Intruksikan pada
pasien dan keluarga
agar melaporkan
gejala demam,
menggigil,
pendarahan hidung,
memar yang sangat
beasr dan BAB
berdarah
4) Telusuri pengalaman
pasien sebelumnya
sehubungan dengan
mual muntah terkait
kemoterapi
5) Berikan obat-obatan
untuk mengontrol
efek kemoterapi, jika
dibutuhkan (misanya :
obat antiematik untuk
mual dan muantah)
6) Ajarkan pasien teknik
relaksasi dan imagery
yang dapat digunakan
sebelum,selama dan
sesudah terapi dengan
cara yang tepat
7) Monitur status nutrisi
dan berat badan
Manajemen Obat
xxxix
yang sesuai
3) Monitor pasien
mengenai efek
terapeutik obat
4) Monitor tanda dan
gejala toksisitas obat
5) Monitor level serum
darah ( misalnya:
elektrolit, protrombin,
obat-obatan) yang
sesuai
6) Monitor interaksi obat
yang non terpeutik
7) Monitor respon
terhadap perubahan
pengobatan dengan
cara yang tepat
xl
7) Ajari pasien cara
menurunkan stres
sesuai kebutuhan
8) Bantu pasien untuk
melakukan teknik
relaksasi
Manajemen cairan
xli
pemasangan infus)
9) Berikan produk-
produk darah
(misalnya, trombosit
dan plasma yang baru)
Monitor Cairan
xlii
dan respon haus
11) Berikan cairan yang
tepat
xliii
efek sampingnya peningkatan BUN,
2) Tidak ada reaksi alergi penurunan hematokrit
3) Tidak ada efek prilaku dan peningkatan
dari pengobatan osmolalitas urine)
4) Monitor tanda-tanda
vital
5) Monitor
makanan/cairan yang
dikomsumsi dan
hitung asupan kalori
harian
6) Berikan cairan IV
7) Atur ketersedian
produk darah untuk
transfusi, jika perlu.
8) Persiapan pemberian
produk darah
(misalnya: cek darah
dan mempersiapkan
pemasangan infus)
9) Berikan produk-
produk darah
(misalnya, trombosit
dan plasma yang baru)
Manajemen Obat
xliv
elektrolit, protrombin,
obat-obatan) yang
sesuai
6) Monitor interaksi obat
yang non terpeutik
7) Monitor respon
terhadap perubahan
pengobatan dengan
cara yang tepat
Pengaturan Suhu
xlv
4. Implementasi Keperawatan
Implementesi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan disesuaikan (Potter & Perry, 2005). Langkahlangkah yang diperlukan
dalam pelaksanaan adalah sebagai berikut :
a. Mengkaji ulang pasien
Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementesi memberikan mekanisme
bagi perawat untuk menentukan apakah tindakan keperawataan yang diusulkan masih
sesuai.
b. Menelah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada sebelum memulai
perawatan.
Perawat menelah rencana asuhan dan membandingkannya dengan data pengkajian
untuk memvalidasi diagnosa keperawatan yang dinyatakan dan menentukan apakah
intervensi keperawatan yang paling sesuai untuk situasi klinis saat itu. Jika status
pasien telah berubah dan diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan harus
dimodifikasi.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi menurut Potter & Perry (2005) yaitu membandingkan data subjek dan objek
yang dikumpulkan dari pasien, perawat lain, dan keluarga untuk menentukan tingkat
keberhasilan dalam memenuhi hasil yang diharapkan yang ditetapkan selama
perencanaan. Langkah-langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon
pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan pasien kearah tujuan. Tujuan
asuhan keperawatan untuk membantu pasien menyelesaikan masalah kesehatan aktual,
mencegah kekambuhan dari masalah potensial dan mempertahankan status sehat.
Evaluasi terhadap asuhan menetukan apakah tujuan ini telah terlaksana. Aspek lain dari
evaluasi mencakup pengukuran kualitas asuhan keperawatan yang diberikan dalam
lingkungan perawatan kesehatan (Potter & Perry, 2005).
xlvi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kanker serviks merupakan kanker ganas yang berasal dari serviks dan merupakan salah satu
penyebab kematian pada wanita. Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks belum
diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap
terhadap terjadinya kanker serviks salah satunya Human Vapiloma Virus (HPV). HPV
ditularkan melalui hubungan seksual dan ditemukan pada 95% kasus kanker serviks.
B. SARAN
Sebagai calon perawat, kita harus mengetahui dan memahami definisi, etiologi, manifestasi
klinis, pohon masalah dan penatalaksanaan pada pasien kanker servik. Perawat harus tau
bagaimana membuat asuhan keperawatan pada pasien kanker servik dari pengkajian –
evaluasi
xlvii
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif & Kusuma, (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis dan
NANDA Nic-Noc. Yogyakarta
xlviii