Anda di halaman 1dari 48

Makalah

asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah Ca Cervik

Oleh kelompok 6:

1. Rizky Putri Nilamsari


2. Humaira Rahman
3. Muzlimah Nur Fitrah
4. Nurul Sakinah
5. Alik Amanda
6. Wawan Islami

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PROGRAM PROFESI
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT atas segala rahmat dan Karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ‘’ Asuhan Keperawatan pada pasien Ca
Cervik ‘’ tepat pada waktunya. Tak lupa shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan
kita nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan pengikut – pengikutnya
sampai akhir zaman.

Tak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dalam penyusunan makalah ini, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan di masa
yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan perkembangan
ilmu pengetahuan.

Mataram, 26 Agustus 2021

penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar belakang................................................................................................1
B. Rumusan masalah...........................................................................................3
C. Tujuan penulisan............................................................................................3
D. Manfaat penulisan..........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................4

A. Definisi...........................................................................................................4
B. Etiology..........................................................................................................4
C. Tanda dan gejala............................................................................................6
D. Pemeriksaan penunjang/diagnostic................................................................6
E. Penatalaksanaan keperawatan dan medis.......................................................7
F. WOC..............................................................................................................10
G. Asuhan keperawatan Ca Cervik.....................................................................12

BAB III PENUTUP....................................................................................................45

A. Kesimpulan....................................................................................................45
B. Saran...............................................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................46

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks dan merupakan salah satu
penyebab kematian pada wanita. Penyebab dari kanker serviks adalah infeksi Human
Vapiloma Virus (HPV). HPV ditularkan melalui hubungan seksual dan ditemukan pada 95%
kasus kanker serviks.
Data dari WHO (World Health Organization), kanker merupakan penyebab kematian
nomor 2 di dunia. Pada tahun 2012 kematian akibat kanker serviks diperkirakan lebih dari
270.000 setiap tahunnya, lebih dari 85% terjadi di negara berkembang dan jumlah wanita
penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun
terjadi 40 ribu kasus kanker serviks. Kanker serviks merupakan penyakit kanker dengan
prevalensi tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 0,8%.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi kanker di Indonesia adalah
1,4% per 1000 penduduk. Prevalensi kanker tertinggi terdapat di DI Yogyakarta 4,1%, diikuti
Jawa Tengah 2,1%, dan Bali 2%. Salah satu kanker pada perempuan dengan kejadian yang
tertinggi di Indonesia adalah kanker serviks. Capaian deteksi dini kanker leher Rahim/
serviks terbanyak di Kota Yogyakarta (46,83%) dan paling sedikit pada Kabupaten Bantul
(9,03%) dengan rata-rata di DIY 17,71%.
Metode standar untuk deteksi dini kanker pada wanita adalah sitologi (papsmear) untuk
kanker serviks dan mamografi untuk kanker payudara. Namun karena biaya pap smear dan
mamografi senderung mahal dan butuh logistic, belum banyak fasilitas kesehatan khususnya
di negara berkembang yang menyediakan layanan tersebut karena kendala infrastruktur.
Program pemerintah mengenai deteksi dini kanker serviks sudah tercantum didalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 796/MENKES/SK/VII/2010
tentang pedoman teknis pengendalian kanker payudara dan kanker serviks. Program deteksi
dini kanker serviks yang dimaksud dalam peraturan ini yaitu pemeriksaan Inspeksi Visual
Asam Asetat (IVA). Pemerintah menargetkan, pada tahun 2014 pencegahan dan
penanggulangan kanker serviks dapat menjangkau hampir seluruh provinsi. Pada tahun 2014
25% kabupaten/kota dapat melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks dengan sasaran
80% wanita usia subur (WUS) berumur 15-49 tahun telah melakukan deteksi dini kanker
serviks.
Berdasarkan Studi Pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan Bantul, di ketahui
bahwa seluruh Puskesmas di Wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul telah
menyediakan layanan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam asetat (IVA) dan di dapatkan hasil
cakupan wanita usia subur (WUS) di wilayah kerja Dinas Kesehatan Bantul yaitu berusia 15-
49 tahun sebanyak 140.568 WUS dengan jumlah pemeriksaan IVA yaitu 1.476 (1,05%)
WUS. Jumlah kunjungan tertinggi IVA adalah di Puskesmas Bantul I dan jumlah kunjungan
terendah IVA di Puskesmas Banguntapan II.

iv
Kurangnya pengetahuan wanita usia subur tentang kanker serviks dapat berdampak pada
tidak adanya perilaku untuk melakukan pemeriksaan dini dengan tindakan IVA. Dampak
kanker serviks jika tidak segera dilakukan pemeriksaan pada organ reproduksi serviks
beresiko keadaan kesehatannya telah menjadi kritis atau penyakit sudah mencapai pada tahap
stadium lanjut sehingga dapat berunjung pada kematian. Sebagian besar pada penderita
kanker serviks datang berobat sudah pada stadium lanjut. Hal ini dikarenakan kanker serviks
tidak menunjukan gejala yang spesifik pada stadium dini atau bahkan pada tahap prakanker.
Maka hal tersebut tidak heran kalau kanker serviks ini merupakan pembunuh wanita
peringkat kedua setelah kanker payudara. Memang wanita sendiri tidak menyadari bahwa
tubuhnya sedang “dikudeta” oleh sel-sel dalam tubuhnya sendiri.
Berdasarkan teori Lawrence Green (1980) faktor perilaku dibentuk oleh faktor
predisposing, reinforcing dan enabling. Dimana faktor predisposisi yang mempengaruhi
perilaku wanita usia subur untuk melakukan skrining kanker serviks adalah pengetahuan,
sikap, kepercayaan, status perkawinan, usia, dan pendidikan. Perilaku merupakan faktor
terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok,
atau masyarakat. Hal tersebut diperkuat dari penelitian Utami (2013) hasilnya terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku deteksi dini kanker serviks metode
IVA.
Promosi kesehatan merupakan salah satu pencegahan primer yang dapat dilakukan guna
mencegah kanker serviks. Pencegahan primer mengutamakan penguat fleksibilitas dalam
melakukan pencegahan dengan cara mencegah dan mengurangi faktor risiko. Banyak metode
yang dapat dilakukan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada WUS, misalnya melalui
media elektronik dan media cetak
Dari data Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) setiap tahun pengguna
media sosial selalu meningkat 143,26 Juta jiwa dari total populasi penduduk di Indonesia 226
juta orang. Pengguna internet berdasar wilayah tertinggi berada di pulau jawa yaitu 57,70%
dan untuk perangkat mengakses tertinggi yaitu smartphone, dalam penggunaan smartphone
layanan yang tertinggi diakses yaitu chating berupa whatsApp atau pun line. Di era digital
masa kini, akses setiap orang terhadap internet dan media sosial menjadi sangat tinggi.
Pengguna internet melalui smartphone juga meningkat orang indonesia cenderung lebih
sering menggunakan telepon genggam dibandingkan orang lain di dunia. Teknologi telepon
genggam sendiri sangat maju dan inovatif. Teknologi terkini dalam telepon genggam adalah
pada smartphone yang menggabungkan teknologi telepon dan personal computer (PC).
Penggunaan teknologi telepon dalam sebagai strategi edukasi dalam bidang kesehatan sudah
semakin berkembang melalui mHealth. Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan yang mampu
memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) menjadi salah satu kendala dalam
pelayanan kesehatan. Sehingga pemanfaatan mHealth dapat memberikan bantuan kepada
tenaga kesehatan untuk memberikan edukasi pada masyarakat yang memiliki kondisi
geografis yang sulit sehingga yang diberikan mampu memiliki keterjangkauan yang luas.
Pemanfaatan mHealth ini dapat dilakukan melalui layanan mobile instant messaging yaitu

v
melalui whatsapp. WhatsApp merupakan aplikasi yang paling sering digunakan dan dengan
durasi yang paling lama oleh pengguna smartphone.

A. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi Ca Cervik
2. Etiology
3. Tanda dan gejala
4. Pemeriksaan penunjang/diagnostic
5. Penatalaksanaan keperawatan dan medis
6. WOC
7. Asuhan keperawatan Ca Cervik

B. TUJUAN
1. Diharapkan pembaca mampu memahami tentang Ca Cervik
2. Diharapkan pembaca mampu memahami tentang Etiology Ca Cervik
3. Diharapkan pembaca mampu memahami tentang tanda dan gejala Ca Cervik
4. Diharapkan pembaca mampu memahami tentang Pemeriksaanpenunjang/diagnostic Ca
Cervik
5. Diharapkan pembaca mampu memahami tentang Penatalaksanaan keperawatan dan
medis
6. Diharapkan pembaca mampu memahami tentang WOC dari Ca Cervik
7. Diharapkan pembaca mampu memahami tentang pemeriksaan penunjang Ca Cervik
8. Diharapkan pembaca mampu memahami tentang Asuhan keperawatan Ca Cervik

C. MANFAAT
1. pembaca mampu memahami tentang Ca Cervik
2. pembaca mampu memahami tentang Ca Cervik
3. pembaca mampu memahami tentang tanda dan gejala Ca Cervik
4. pembaca mampu memahami tentang Pemeriksaan penunjang/diagnostic Ca Cervik
5. pembaca mampu memahami tentang Penatalaksanaan keperawatan dan medis
6. pembaca mampu memahami tentang WOC dari Ca Cervik
7. pembaca mampu memahami tentang Asuhan keperawatan Ca Cervik

vi
BAB III
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Kanker servik adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat
dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal
disekitasrnya.

B. Etiologi
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat
beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terhadap terjadinya kanker serviks :
1) HPV (human papillomavirus)
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (kondiloma akuminata) yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16,18,45 dan
56.
2) Merokok
Tembakau merusak sistem kekabalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi HPV pada serviks.
3) Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini
4) Berganti-ganti pasangan seksual
5) Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia dibawah 18
tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita
kanker serviks
6) Pemakaian DES (dietilstilbestrol) pada wanita ibu hamil untuk mencegah keguguran
(banyak digunakan pada tahun 1940-1970).
7) Gangguan sistem kekebalan
8) Pemakaian pil KB
9) Infeksi herpes genetalis atau infeksi klamidia menahun
10) Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap smear secara rutin).

STADIUM KANKER SERVIKS MENURUT FIGO 2000

Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma intraepithelial

Stadium 1 Karsinoma masih terbatas diserviks


(penyebaran kekorpus uteri diabaikan)

Stadium 2 Invasi kanker ke stroma yang dapat


didiagnosa secara mikroslopik. Lesi yang
dapat dilihat secara makroskopik walau
dengan invasi yang superficial dikelompokan

vii
pada stadium IB

I A1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak


lebih 3,0 mm dan lebar horizontal lesi tidak
lebih 7 mm

I A2 Ivasi ke stroma lebih dari 3 mm tetapi kurang


5 mm dan perluasan horizontal tidak lebih 7
mm

Stadium 1B Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau


secara mikroskopik lesi lebih luas stadium
IA2

I B1 Lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari


dimensi terbesar

I B2 Lesi yang tampak lebih dari 4 cm dari


diameter terbesar

Stadium II Tumor telah menginvasi diluar uterus, tetapi


belum mengenai dinding panggul atau
sepertiga distal/ bawah vagina

II A Tanpa invasi ke parametrium

II B Sudah menginvasi parametrium

Stadium III Tumor telah meluas kediding panggul dan/


atau menyebabkan hidronefrosis atau tidak
berfungsinya ginjal.

Stadium IV Tumor meluas keluar dari organ reproduksi

IV A Tumor menginvasi kemukosa kandung kemih


atau rectum dan/atau keluar dari rongga
panggul minor

IV B Metastatis jauh penyakit mikroinvasif : invasi


stroma dengan kedalam 3 mm atau kurang
dari membrane basalis epitel tanpa invasi
kerongga pembuluh limfe/darah atau melekat
dengan lesi kanker serviks.

viii
Catatan : pada stadium I A adenokarisnoma masih kontroversi berhubung pengukuran
kedalaman invasi pada endoserviks sukar dan tidak standar.

C. MANIFESTASI KLINIK/TANDA DAN GEJALA

Tanda-tanda dini kanker servik kebanyakan tidak menimbulkan gejala. Akan tetapi dalam
perjalan nya akan menimbulkan gejala seperti :

1) Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan
2) Pendarahan yang terjadi diluar senggama (tingkat II dan III )
3) Pendarahan yang dialami segera setelah seggama (75-80%)
4) Pendarahan spontan saat defekasi
5) Pendarahan spontan pervaginan

Pada tahap lanjut keluhan berupa : (sarwono) :

1) cairan pervaginam yang berbau busuk


2) nyeri panggul
3) nyeri pinggang dan panggul
4) sering berkemih
5) buang air kecil atau buang air besar yang sakit
6) gejala penyakit yang redidif (nyeri pinggang, edema kaki,unilateral dan obstuksi uteter)
7) anemi akibat pendaharan berulang
8) rasa nyari akibat infiltrasi sel tumor keserabut saraf

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
1) sitologi/pap smear
2) schillentest
3) koloskopi
meriksa dengan mengunakan alat dan dibesarkan 10-40 kali
4) kolpomikroskopi
melihat hapusan vagina (pap smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
5) biopsi : dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis kelamin karsinomanya
6) konisasi : konisasi digunakan bila hasil sitologi meragukan
7) pemeriksaan foto paru pari dan CT-scane hanyak dilakukan atas indikasi dari
pemeriksaan klinis atau gejala yang timbul.
8) pemeriksaan lainnya.
a. Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED, golongan darah, masa
peredaran dan masa pembekuan)
b. Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOt dan SGPT.
c. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG. \
d. Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi terhadap obat.

ix
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan
Terapi kanker serviks dilakukan bila diagnosis telah dipastikan secara histologik dan
sudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi
dan pengamanan lanjutan (tim onkologi). Pemilihan pengobatan kanker serviks tergantung
pada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit,usia,keadaan umum penderita, dan rencana
penderita untuk hamil lagi.
Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika
daerah abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada
lesi prekanker bisa berupa kriosurgesi (pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga disebut
diatermi), pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang upnormal tanpa melukai
jaringan yang sehat disekitarnya dan LEEP ( Loop Electrosurgical Excision Procedure) atau
konisasi.

Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan Medis Menurut Tanto (2014) penatalaksanaan medis secara umum
berdasarkan stadium kanker serviks:

Stadium Penatalaksanaan

0 Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal

IA Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal

IB, 1 AI Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi


kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis dilakukan radioterapi
pasca pembedahan

IIB, III, IV Histerektomi transvaginal

IVA, IVB Radioterapi


Radiasi paliatif
Kemoterapi

Menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) pilihan pengobatan yang bisa dilakukan
adalah pembedahan, terapi radiasi (radioterapi), kemoterapi, atau kombinasi metode-metode
tersebut.

x
1) Operasi atau pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker serviks stadium I dan
II.
e. Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy)
Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah bening di panggul.
Pilihan ini dilakukan untuk perempuan denga tumor kecil yang ingin mencoba untuk
hamil di kemudian hari.
f. Histerektomi total
Mengangakat leher rahim dan rahim.
g. Histerektomi radikal
Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar leher rahim, rahim, dan bagian
dari vagina.
h. Saluran telur dan ovarium
Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini disebut salpingo-
ooforektomi.
i. Kelenjar getah bening
Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk melihat apakah mengandung
leher rahim. Jika sel kanker telah histerektomy total dan radikal mencapai kelenjar
getah bening, itu berarti penyakit ini mungkin telah menyebar ke bagian lain dari
tubuh.

2) Radioterapi
Radioterapi adalah salah satu pilihan bagi perempuan yang menderita kanker serviks
dengan stadium berapa pun. Perempuan dengan kanker serviks tahap awal dapat memilih
terapi sebagai pengganti operasi. Hal ini juga dapat digunakan setelah operasi untuk
menghancurkan sel-sel kanker apa pun yang masih di daerah tersebut. Perempuan dengan
kanker yang menyerang bagianbagian selain kenker serviks mungkin perlu diterapi
radiasi dan kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel kanker. Terapi ini mempengaruhi sel-sel di daerah yang diobati. Ada
dua jenis terapi ini :
a. Terapi radiasi eksternal
Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggul atau jaringan lain di
mana kanker telah menyebar. Pengobatan biasanya di berikan di rumah sakit.
Penderita mungkin menerima radiasi eksternal 5 hari seminggu selama beberapa
minggu. Setiap pengobatan hanya memakan waktu beberapa menit.
b. Terapi radiasi internal
Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina. Suatu zat radioaktif di
masukkan ke dalam tagung tersebut. Penderita mungkin harus tinggal di rumah sakit
sementara sumber radioaktif masih beradadi tempatnya (samapai 3 hari).

xi
Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi diberikan dan tubuh
bagian mana yang di terapi.radiasi pada perut dan panggul dapat menyebabkan mual,
muntah, diare, atau masalah eliminasi. Penderita mungkin kehilangan rambut di daerah
genital. Selain itu, kulit penderita di daerah yang dirawat menjadi merah, kering, dan
tender

3) Kemoterapi
Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak tahun 1950-an dan diberikan
sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker yang akan di operasi atau sesudah
operasi untuk membersihkan sisa-sisa sel kanker, kadang dikombinasikan dengan terapi
radiasi tapi kadang juga tidak. Kemoterapi ini biasanya diberikan dalam tablet/pil,
suntikan, atau infus. Jadwal pemberian ada yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan
sekali sebulan. Efek samping yang terjadi terutama tergantung pada jenis obatobatan
yang diberikan dan seberapa banyak.kemoterapi membunuh sel-sel kanker yang tumbuh
cepat, terapi juga dapat membahayakan sel-sel normal yang membelah dengan cepat,
yaitu:
a. Sel darah
Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang sehat, penderita akan lebih
mudah terkena infeksi, mudah memar atau berdarah, dan merasa sangat lemah dan
lelah.
b. Sel-sel pada akar rambut
Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok. Rambut penderita yang hilang akan
tumbuh lagi, tetapi kemungkinan mengalami perubahan warna dan tekstur.
c. Sel yang melapisi saluran pencernaan
Kemoterapi menurunkan nafsu makan, mual-mual dan muntah, diare, atau infeksi
pada mulut dan bibir.

Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa di tangan dan kaki,
masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan, nyeri sendi, atau kaki bengkak.

Menurut Reeder dkk (2013), penatalksanaa pada kanker serviks yaitu:

1) Stadium I
Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan histerktomi atau dengan
radioterapi, karena kanker masih terbatas di daerah serviks.
2) Stadium IB dan IIA
Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan limfadektomi bilateral.
3) Stadium IIB sampai IVB
Pada stadium ini kanker sudah menyebar melewati daerah serviks sampai ke organ
lain. Penanganan yang dilakukan biasanya dengan radioterapi.

xii
F. WOC Kanker Serviks

Nyeri akut Penekanan pada Kanker servik


sel saraf

penatalaksanaan

Pembedahan Radiasi Kemoterapi

Sistem hematologi dan sistem imun

Ggn sumsum Penurunan dan


Penurunan Hb
tulang peningkatan leukosit

Anemia Penurunan Penurunan kekebalan


trombosit tubuh

Lemas dan mudah


lelah Terganggu proses Mudah terkena
pengumpalan darah infeksi

Hambatan
mobilitas fisik Resiko infeksi
Pendarahan, ruam,
dan bercak pada kulit
infeksi

Resiko pendarahan Peningkatan suhu


tubuh

hipertermi

xiii
Sistem integumen

Sistem pencernaan
Rusaknya folikel
rambut
Penigkatan asam Kejang otot
lambung perut
Kerontokan rambut

Nyeri di perut
Mual muntah Gangguan
citra tubuh
Diare
Nafsu makan
berkurang
Dehidrasi berat
Sistem
Ketidakseimbangan reproduksi
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Kekurangan
volume cairan
Terjadi kekeringan
cairan vagina

Disfungsi seksual Perubahan fungsi


tubuh

ansietas

xiv
G. ASUHAN KEPERAWATAN CA CERVIK POST KEMOTERAPI
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi nama/inisial, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, no medical record
(MR) tanggal masuk, tanggal pengkajian
b. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama/Inisial, umur, jenis kelamin,
hubungan keluarga, pekerjaan, alamat.
c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Biasaya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti pendarahan intra
servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air dan berbau (Padila, 2015).
Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual
muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, anemia.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Menurut Diananda (2008) biasanya pasien pada stadium awal tidak merasakan
keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul
keluhan seperti keputihan yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan
hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien
kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual muntah yang
berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu seperti
riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015). Pada
pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya ada riwayat penyakit keputihan
dan riwayat penyakit HIV/AIDS
4) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling mempengaruhi
karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika. Keluraga yang memiliki
riwayat kanker didalam keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada
keluraga yang tidak ada riwayat didalam keluarganya (Diananda, 2008).
5) Riwayat psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta harapan terhadap
pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan suami/keluarga terhadap pasien
dari sumber keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran diri peran dan
identitas. Kaji juga ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan
pasien yang merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain (Reeder, dkk,

xv
2013). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan
cemas dan ketakutan.
6) Riwayat kebiasaan sehari-hari
Biasanya meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, elimenasi, aktivitas pasien
sehari-hari, pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur (Padila, 2015). Pada pasien
kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan tidak nafsu makan,
kelehan, gangguan pola tidur
7) Pemeriksaan fisik, meliputi :
(a) Keadaan umum: biasanya pasien kanker serviks post kemoterapi sadar,lemah
dan tanda-tanda vital normal (120/80 mmHg).
(b) Kepala : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami
rambut rontok, mudah tercabut.
(c) Mata : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami
konjungtiva anemis dan skelera ikterik.
(d) Leher : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada
kelainan
(e) Thoraks: Dada : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak
ada kelainan Jantung : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan
(f) Abdomen : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada
kelainan
(g) Genetalia : Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret berlebihan,
keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi (Brunner & suddarth, 2015). Pada
pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami perdarahan
pervaginam.
(h) Ekstermitas : Biasanya pada pasien kanker serviks yang stadium lanjut
mengalami udema dan nyeri (Brunner & suddarth, 2015).
Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami kesemutan
atau kebas pada tangan dan kaki.
8) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan hematologi Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami anemia karna penurunan Haemoglobin. Nilai normalnya Hemoglobin
wanita (12-16 gr/dl).

2. Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul Menurut NANDA (2015-2017),


kemungkinan masalah yang muncul adalah sebagai berikut :
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penekanan sel syaraf)
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan
c) Ansietas berhubungan dengan status kesehatan menurun
d) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
xvi
e) Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi
f) Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur tubuh
g) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan program pengobatan
h) Resiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia)
i) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
j) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme tubuh

3. Rencana Keperawatan

NO DX TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI (NIC)


KEPERAWATAN HASIL (NOC)

1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri


berhubungan keperawatan, pasien mampu 1) Lakukan pengkajian
dengan agen mengontrol nyeri dengan kriteria nyeri komprehensif yang
cedera biologis hasil : meliputi lokasi,
(penekanan sel (a) Tingkat nyeri karakteristik,
syaraf) 1) Mengenali kapan nyeri onset/durasi, frekuensi,
terjadi kualitas, intensitas atau
2) Menggambarkan faktor beratnya nyeri dan
penyebab faktor pencetus
3) Melaporkan perubahan 2) Observasi adanya
terhadap gejala nyeri pada petunjuk nonverbal
profesional kesehatan mengenai
4) Mengenali apa yang ketidaknyamanan
terkait dengan gejala nyeri terutama pada mereka
5) Melaporkan nyeri yang yang tidak dapat
terkontrol berkomunikasi secara
(b) Pengetahuan: manajemen efektif
nyeri 3) Gunakan strategi
1) Mengetahui faktor komunikasi terapeutik
penyebab 4) Gali pengetahuan dan
2) Mengetahui tanda dan kepercayaan pasien
gejala mengenai nyeri
3) Mengetahi efek samping 5) Gali bersama pasien
terapeutik obat faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau
© Respon pengobatan memperberat nyeri
1) Pasien mengetahui efek 6) Berikan informasi
sampingny mengenai nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa

xvii
2) Tidak ada reaksi alergi lama nyeri akan
3) Tidak ada efek prilaku dirasakan, dan antisipasi
dari pengobatan dari ketidaknyamanan
akibat prosedur
7) Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
8) Ajarkan penggunaan
teknik non farmakologi
(terapi relaksasi)
9) Evaluasi keefektifan dari
tindakan pengontrol
nyeri yang dipakai
selama pengkajian nyeri
dilakukan
10) Dukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri

Pemberian Analgesik

1) Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan keparahan nyeri
sebelum mengobati
pasien
2) Cek perintah pengobatan
meliputi obat, dosis, dan
frekuensi obat analgesik
yang diresepkan
3) Cek adanya riwayat
alergi obat
4) Pilih analgesik atau
kombinasi analgesik
yang sesuai ketika lebih
dari satu diberikan
5) Tentukan pilihan obat
analgesik (narkotik, non
narkotik atau NSAID)
berdasarkan tipe dan

xviii
keparahan nyeri
6) Kolaborasi dengan
dokter apakah obat,
dosis, rute pemberian
atau perubahan interval
dibutuhkan, buat
rekomendasi khusus
berdasarkan prinsip
analgesic
7) Monitor tanda vital
sebelum dan setelah
memberikan analgesik
narkotik pada pemberian
dosis pertama kali atau
jika ditemukan
tandatanda yang tidak
biasanya
8) Berikan analgesik
tambahan dan atau
pengobatan jika
diperlukan untuk
mengingkatkan efek
pengurangan nyeri
9) Lakukan tindakan-
tindakan untuk
menurunkan efek
samping analgesik
(misalnya: konstipasi
dan iritasi lambung)
10) Evaluasi kefektifan
analgesik dengan
interval yang teratur
pada setiap setelah
pemberian khususnya
setelah pemberian
pertama kali, juga
observasi adanya tanda
dan gejala efek samping
(misalnya: depresi
pernafasan, mual dan

xix
muntah, mulut kering
dan konstipasi)
11) Dokumentasikan respon
terhadap analgesik dan
adanya efek samping
12) Evaluasi dan
dokumentasi tingkat
sedasi dari pasien yang
menerima opioid

Manajemen Obat

1) Tentukan obat yang


diperlukan dan kelola
menurut resep dan / atau
protocol
2) Monitor efektifitas cara
pemberian obat yang
sesuai
3) Monitor pasien
mengenai efek
terapeutik obat
4) Monitor tanda dan gejala
toksisitas obat
5) Monitor level serum
darah ( misalnya:
elektrolit, protrombin,
obat-obatan) yang sesuai
6) Monitor interaksi obat
yang non terpeutik
7) Monitor respon terhadap
perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat

Manajemen Energi

1) Kaji status fisiologis


pasien yang
menyebabkan kekelahan
sesuai dengan konteks
usia dan perkembangan

xx
2) Anjurkan pasien untuk
mengungkapkan
perasaan secara verbal
mengenai keterbatasan
yang dialami
3) Tentukan persepsi
pasien atau orang
terdekat dengan pasien
mengenai penyebab
kelelahan
4) Perbaiki defisit status
pisiologis (misalnya,
kemoterapi yang
menyebabkan anemia)
sebagai prioritas
pertama
5) Monitor intake/asupan
nutrisi untuk mengetahui
sumber energi yang
adekuat
6) Monitor waktu dan lama
istirahat pasien
7) Kurangi
ketidaknyamanan fisik
yang dialami pasien
yang bisa
mempengaruhi fungsi
kognitif, pemnatauan
diri dan pengaturan
aktivitas pasien
8) Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
kegiatan rumah yang
bisa dilakukan oles
keluarga dan teman
dirumah untuk
mencegah/mengatasi
kelelahan
9) Instrusikan pasien atau
keluarga mengenali

xxi
tanda dan gejala
kelelahan yang
memerlukan
pengurangan aktivitas
10) Instruksikan pasien atau
keluarga mengenai stres
dan koping intervensi
untuk mengurangi
kelelahan
11) Ajarkan pasien atau
keluarga untuk
menghubungi tenaga
kesehatan jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Gangguan


nutrisi kurang dari keperawatan, nafsu makan pasien Makan
kebutuhan tubuh baik dengan kriteria hasil : 1) Kolaborasi dengan
berhubungan (a) Status nutrisi : asupan tim kesehatan lain
dengan kurang makanan dan cairan untuk
asupan makanan 1) Asupan makanan secara mengembangkan
oral adekuat rencana perawatan
2) Asupan cairan secara oral dengan melibatkan
adekuat pasien dan orang-
3) Asupan cairan IV adekuat orang terdekatnya
4) Asupan nutrisi parenteral dengan tepat
adekuat 2) Kolaborasi dengan
5) Tidak ada mual dan tim dan pasien untuk
muntah mengatur target
(b) Nafsu makan pencapaian berat
1) Peningkatan keinginan badan jika berat
untuk makan badan pasien tidak
2) Peningkatan rangsangan berada dalam
untuk makan rentang normal
3) Intake makanan adekuat 3) Kolaborasi dengan
ahli gizi dalam
menentukan asupan
kalori harian yang

xxii
diperlukan
4) Dorong pasien untuk
mendiskusikan
makanan yang
disukai bersama ahli
gizi
5) Timbang berat badan
pasien
6) Monitor
intake/asupan dan
asupan cairan secara
tepat
7) Monitor asupan
kalori makanan
harian
8) Batasi makanan
sesuai dengan jadwal
9) Observasi pasien
selama dan setelah
pemberian
makan/makanan
ringan untuk
meyakinkan bahwa
asupan makanan
yang cukup tercapai
dan dipertahankan
10) Beri dulungan
misalnya terapi
relaksasi
11) Batasi aktivitas fisik
sesuai kebutuhan
untuk meningkatkan
berat badan
12) Monitor berat badan
pasien sesuai secara
rutin

Manajemen Nutrisi

1) Tentukan status gizi

xxiii
pasien
2) Identifikasi alergi
dan intoleransi
terhadap makanan
3) Atur diit yang
diperlukan (rendah
protein, tinggi
karbohidrat, rendah
natrium)
4) Beri obat-obatan
sebelum makan
seperti antiemeik
5) Anjurkan diit pasien
sesuai kebutuhan
6) Monitor kalori dan
asupan nutrisi

Monitor Nutrisi

1) Timbang berat badan


pasien
2) Identifikasi adanya
penurunan berat
badan
3) Monitor turgor kulit
4) Monitor adanya
mual muntah
5) Identifikasi
perubahan nafsu
makan
6) Monitor pucat pada
konjungtiva
7) Lakukan
kemampuan menelan
8) Tentukan faktor
yang mempengaruhi
nutrisi

xxiv
3 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Kecemasan
berhubungan keperawatan, pasien mampu 1) Gunakan pendekatan
dengan status mengontrol kecemasan dengan yang tenang dan
kesehatan menurun kriteria hasil : meyakinkan
1) Mengurangi penyebab 2) Jelaskan semua
kecemasan prosedur termasuk
2) Menggunakan strategi sensai yang akan
koping yang efektif dirasakan yang
3) Menggunakan teknik mungkin dialami
relaksasi pasien selama
4) Mempertahankan prosedur
hubungan social 3) Berikan informasi
5) Mempertahankan tidur faktual terkait
adekuat diagnosis,
6) Mengendalikan respon perawatan, dan
kecemasan prognosis
4) Dorong keluarga
untuk mendampingi
pasien dengan cara
yang tepat
5) Puji/kuatkan
perilaku yang baik
secara tepat
6) Bantu pasien
mengidentifikasikan
situasi yang memicu
kecemasan

Peningkatan Koping

1) Bantu pasien dalam


mengidentifikasi
tujuan jangka
pendek dan jangka
panjang
2) Berikan penilaian
(kemampuan)
penyesuaian pasien
terhadap perubahan-
perubahan dalam
citra tubuh sesuai

xxv
dengan indikasi
3) Berikan penilaian
mengenai dampak
dari situasi
kehidupan pasien
terhadap peran dan
hubungan
4) Dukung pasien
untuk
mengidentifikasi
deskripsi yang
realistik terhadap
perubahan dalam
peran
5) Berikan penilaian
mengenai
pemahaman pasien
terhadap proses
penyakit
6) Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
strategistrategi
positif untuk
mengatasi
keterbatasan dan
kebutuhan gaya
hidup maupun
perubahan peran

Terapi Relaksasi

1) Gambarkan
rasionalisasi dan
manfaat relaksasi
serta jenis relaksasi
yang tersedia
2) Tentukan apakah
ada intervensi
relaksasi di masa
lalu yang sudah

xxvi
memberikan manfaat
3) Ciptakan lingkungan
yang tenang dan
tanpa distraksi
4) Dorong pasien untuk
mengambil posisi
yang nyaman
5) Minta pasien untuk
rileks dan merasakan
sensasi yang terjadi
6) Tunjukkan dan
praktikkan teknik
relaksasi pada pasien
7) Dorong pengulangan
teknik dan praktik-
praktik tertentu
secara berkala
8) Berikan waktu yang
tidak terganggu

4 Hambatan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi


mobilitas fisik keperawatan, pasien mampu 1) Kaji status fisiologis
berhubungan mempertahankan keseimbangan pasien yang
dengan agens secara mandiri dengan kriteria menyebabkan
farmaseutikal hasil : kekelahan sesuai
1) Keseimbangan gerakan dengan konteks usia
2) Mempertahankan dan perkembangan
keseimbangan ketika 2) Anjurkan pasien
berdiri untuk
3) Mempertahankan mengungkapkan
keseimbangan ketika perasaan secara
berjalan verbal mengenai
keterbatasan yang
dialami
3) Tentukan persepsi
pasien atau orang
terdekat dengan
pasien mengenai
penyebab kelelahan

xxvii
4) Perbaiki defisit
status pisiologis
(misalnya,
kemoterapi yang
menyebabkan
anemia) sebagai
prioritas pertama
5) Monitor
intake/asupan nutrisi
untuk mengetahui
sumber energi yang
adekuat
6) Monitor waktu dan
lama istirahat pasien
7) Kurangi
ketidaknyamanan
fisik yang dialami
pasien yang bisa
mempengaruhi
fungsi kognitif,
pemnatauan diri dan
pengaturan aktivitas
pasien
8) Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
kegiatan rumah
yang bisa dilakukan
oleh keluarga dan
teman dirumah
untuk
mencegah/mengatas
i kelelahan
9) Instrusikan pasien
atau keluarga
mengenali tanda dan
gejala kelelahan
yang memerlukan
pengurangan
aktivitas
10) Instruksikan pasien

xxviii
atau keluarga
mengenai stres dan
koping intervensi
untuk mengurangi
kelelahan
11) Ajarkan pasien atau
keluarga untuk
menghubungi
tenaga kesehatan
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang

Manajemen Lingkungan

1) Ciptakan
lingkungan yang
aman bagi pasien
2) Identifikasi
kebutuhan
keselamatan pasien
berdasarkan fungsi
fisik dan kognitif
serta riwayat
perilaku di masa
lalu
3) Singkirkan benda-
benda berbahayadari
lingkungan
4) Batasi pengunjung

Peningkatan Mekanika
Tubuh

1) Bantu untuk
mendemonstrasikan
posisi tidur yang
tepat
2) Bantu untuk
menghindari duduk
dalam jangka waktu

xxix
yang lama
3) Instruksikan pasien
untuk
menggerakkan kaki
terlebih dahulu
kemudian badan
ketika memulai
berjalan dari posisi
berdiri

5 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi


berhubungan keperawatan, pasien mampu 1) Bersihkan
dengan mengontrol resiko proses infeksi lingkungan dengan
imunosupresi dengan kriteria hasil : baik setelah
1) Mengidentifikasi faktor dilakukan untuk
resiko infeksi setiap pasien
2) Mengenali faktor resiko 2) Batasi jumlah
individu terkait infeksi pengunjung
3) Mengetahui perilaku yang 3) Ajarkan cara cuci
berhubungan dengan tangan bagi tenaga
resiko infeksi kesehatan
4) Mengidentifikasi tanda 4) Anjurkan pasien
dan gejala infeksi mengenai teknik
5) Memonitor perilaku diri mencuci tangan
yang berhubungan dengan dengan tepat
resiko infeksi 5) Anjurkan
6) Memonitor faktor di pengunjung untuk
lingkungan yang mencuci tangan
berhubungan dengan pada saat memasuki
resiko infeksi dan meninggalkan
7) Mencuci tangan ruangan pasien
8) Mempertahankan 6) Gunakan sabun
lingkungan yang bersih antimikroba
7) Cuci tangan
sebelum dan
sesudah kegiatan
perawatan pasien
8) Lakukan tindakan-
tindakan

xxx
pencegahan yang
bersifat universal
9) Pakai sarung tangan
steril dengan tepat
10) Pastikan teknik
perawatan luka
yang tepat
11) Berikan terapi
antibiotik yang
sesuai
12) Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
tanda dan gejala
infeksi
13) Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
bagaimana
menghindari infeksi

Perlindungan Infeksi

1) Monitor adanya
tanda dan gejala
infeksi sistemik
atau lokal
2) Monitor kerentanan
terhadap infeksi
3) Monitor hitung
mutlak granulosit,
WBC, dan hasil-
hasil diferensial
4) Batasi jumlah
pengunjung
5) Berikan perawatan
kulit yang tepat
untuk area (yang
mengalami) edema
6) Tingkatkan asupan
nutrisi yang cukup
7) Anjurkan asupan

xxxi
cairan yang tepat
8) Anjurkan istirahat
9) Ajarkan pasien atau
keluarga mengenai
tanda dan gejala
infeksi dan kapan
harus
melaporkannya
kepada petugas
kesetahan
10) Ajarkan pasien dan
keluarga bagaimana
cara menghindari
infeksi

Manajemen Nutrisi

1) Tentukan status gizi


pasien
2) Identifikasi alergi
dan intoleransi
terhadap makanan
3) Atur diit yang
diperlukan (rendah
protein, tinggi
karbohidrat, rendah
natrium)
4) Beri obat-obatan
sebelum makan
seperti antiemeik
5) Anjurkan diit
pasien sesuai
kebutuhan
6) Monitor kalori dan
asupan nutrisi

Monitor Nutrisi

1) Timbang berat
badan pasien
2) Identifikasi adanya

xxxii
penurunan berat
badan
3) Monitor turgor kulit
4) Monitor adanya
mual muntah
5) Identifikasi
perubahan nafsu
makan
6) onitor pucat pada
konjungtiva
7) Lakukan
kemampuan
menelan
8) Tentukan faktor
yang
mempengaruhi
nutrisi

6 Disfungsi seksual Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Kecemasan


berhubungan keperawatan, status kesehatan 1) Gunakan pendekatan
dengan gangguan baik dengan kriteria hasil : yang tenang dan
struktur tubuh 1) Mengenali realita situasi meyakinkan
kesehatan 2) Nyatakan dengan jelas
2) Melaporkan harga diri harapan terhadap
yang positif perilaku pasien
3) Mempertahankan 3) Jelaskan semua
hubungan prosedur termasuk
4) Menyesuaikan perubahan sensai yang akan
dalam status kesehatan dirasakan yang
5) Mencari informasi tentang mungkin dialami
kesehatan pasien selama prosedur
6) Melaporkan perasaan 4) Berikan informasi
berharga dalam hidup faktual terkait
diagnosis, perawatan,
dan prognosis
5) Dorong keluarga untuk
mendampingi pasien
dengan cara yang tepat

xxxiii
6) Puji/kuatkan perilaku
yang baik secara tepat
7) Bantu pasien
mengidentifikasikan
situasi yang memicu
kecemasan

Peningkatan Peran

1) Bantu pasien untuk


mengidentifikasi peran
yang biasanya dalam
keluarga
2) Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
perubahan peran
khusus yang diperlukan
terkait dengan sakit
3) Dukung pasien untuk
mengidentifikasi
gambaran realistik dari
adanya perubahan
peran
4) Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
strategistrategi positif
unutk memanajemen
perubahanperubahan
peran
5) Fasilitasi diskusi
mengenai bagaimana
adaptasi peran keluarga
untuk dapat
mengkompensasi peran
anggota yang sakit

Peningkatan Harga Diri

1) Monitor pernyataan
pasien mengenai harga
diri

xxxiv
2) Bantu pasien untuk
penerimaan diri
3) Jangan mengkritisi
pasien secara negatif
4) Sampaikan/ungkapkan
kepercayaan diri pasien
dalam mengatasi
situasi
5) Berikan hadiah atau
pujian
6) Fasilitas lingkungan
dan aktivitas-aktivitas
yang akan
meningkatkan harga
diri
7) Monitor tingkat harga
diri dari waktu ke
waktu dengan tepat

7 Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Kecemasan


tubuh berhubungan keperawatan, pasien mampu 1) Gunakan pendekatan
dengan program beradaptasi terhadap disabilitas yang tenang dan
pengobatan fisik dengan kriteria hasil : meyakinkan
1) Menyampaikan secara 2) Nyatakan dengan jelas
lisan kemampuan untuk harapan terhadap
menyesuaikan terhadap perilaku pasien
disabilitas 3) Jelaskan semua
2) Menyampaikan secara prosedur termasuk
lisan penyesuaian sensai yang akan
terhadap disabilitas dirasakan yang
3) Beradaptasi terhadap mungkin dialami
keterbatasan secara pasien selama
fungsional prosedur
4) Mengidentifikasi cara- 4) Berikan informasi
cara untuk beradaptasi faktual terkait
dengan perubahan hidup diagnosis, perawatan,
dan prognosis
5) Dorong keluarga
untuk mendampingi
xxxv
pasien dengan cara
yang tepat
6) Puji/kuatkan perilaku
yang baik secara tepat
7) Bantu pasien
mengidentifikasikan
situasi yang memicu
kecemasan

Peningkatan Citra Tubuh

1) Gunakan bimbingan
antisipatif menyiapkan
perubahan-perubahan
citra tubuh yang
(telah) diprediksikan
2) Bantu pasien untuk
mendiskusikan
perubahanperubahan
(bagian tubuh)
disebabkan adanya
penyakit atau
pembedahan dengan
cara yang tepat
3) Bantu pasien untuk
menentukan
keberlanjutan dari
perubahan-perubahan
aktual dari tubuh atau
tingkat fungsinya
4) Tentukan perubahan
fisik saat ini
berkontribusi pada
citra diri pasien
5) Bantu memisahkan
penampilan fisik dari
perasaan berharga
secara pribadi dengan
cara yang tepat

xxxvi
Peningkatan Harga Diri

1) Monitor pernyataan
pasien mengenai harga
diri
2) Tentukan kepercayaan
diri pasien dalam hal
penilaian diri
3) Bantu pasien
mengidentifikasi
respon positif dari
orang lain
4) Eksplorasi alasan-
alasan untuk
mengkritik diri atau
rasa bersalah
5) Fasilitasi lingkungan
dan aktivitas-aktivitas
yang akan
meningkatkan harga
diri
6) Sampaikan atau
ungkapkan
kepercayaan diri
pasien dalam
mengatasi situasi

8 Risiko pendarahan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Pendarahan


berhubungan keperawatan, pasien mampu 1) Monitor dengan ketat
dengan beradaptasi terhadap respon risiko terjadinya
Koagulopati pengobatan dengan kriteria hasil: pendarahan pada
inheren (a) Koagulasi darah pasien
(trombositopenia) 1) Haemoglobin normal 2) Catat nilai
2) Hematokrit normal haemoglobin dan
3) Tidak ada memar hematokrit sebelum
(b) Pengetahuan: kanker dan sesudah pasien
1) Mengetahui efek kehilangan darah
samping obat sesuai indikasi
2) Mengetahui efek fisik 3) Monitor tanda dan

xxxvii
dari pengobatan gejala pendaran
kanker menetap
3) Mengetahui efek 4) Monitor komponen
samping terhadap koagulasi darah
seksualitas (termasuk protrombin
4) Mengetahui masalah time (PT), partial
perawatan diri selama thromboplastin time
pemulihan (PTT), fibrinogen,
(c) Respon pengobatan degradasi fibrin/split
1) Pasien mengetahui product dan trombosit,
efek sampingnya hitung dengan cara
2) Tidak ada reaksi alergi yang cepat
3) Tidak ada efek prilaku 5) Monitor tanda-tanda
dari pengobatan vital ortostatik,
termasuk tekanan
darah
6) Beri produk-produk
penggantian darah
(misalnya: trombosit
dan plasma beku segar
(FFP)) dengan cara
yang tepat
7) Intruksikan pasien
untuk menghindari
konsumsi aspirin atau
obat-obat
antikoagulan
8) Instruksikan pasien
untuk meningkatkan
makanan yang
mengandung vitamin
K

Manajemen kemoterapi

1) Memonitor efek
samping dan efek
toksik dari
pengobatan
2) Berikan informasi
kepada pasien dan

xxxviii
keluarga tentang efek
obat-obatan
kemoterapi pada sel
kanker/ganas
3) Intruksikan pada
pasien dan keluarga
agar melaporkan
gejala demam,
menggigil,
pendarahan hidung,
memar yang sangat
beasr dan BAB
berdarah
4) Telusuri pengalaman
pasien sebelumnya
sehubungan dengan
mual muntah terkait
kemoterapi
5) Berikan obat-obatan
untuk mengontrol
efek kemoterapi, jika
dibutuhkan (misanya :
obat antiematik untuk
mual dan muantah)
6) Ajarkan pasien teknik
relaksasi dan imagery
yang dapat digunakan
sebelum,selama dan
sesudah terapi dengan
cara yang tepat
7) Monitur status nutrisi
dan berat badan

Manajemen Obat

1) Tentukan obat yang


diperlukan dan kelola
menurut resep dan /
atau protocol
2) Monitor efektifitas
cara pemberian obat

xxxix
yang sesuai
3) Monitor pasien
mengenai efek
terapeutik obat
4) Monitor tanda dan
gejala toksisitas obat
5) Monitor level serum
darah ( misalnya:
elektrolit, protrombin,
obat-obatan) yang
sesuai
6) Monitor interaksi obat
yang non terpeutik
7) Monitor respon
terhadap perubahan
pengobatan dengan
cara yang tepat

9 Kekurangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Diare


volume cairan keperawatan, pasien mampu 1) Evaluasi profil
berhubungan mempertahankan keseimbangan pengobatan terhadap
dengan kehilangan volume cairan dengan kriteria adanya efek samping
cairan aktif hasil : pada gastrointestinal
1) Tekanan darah normal 2) Ajari pasien cara
(120/80 mmHg) penggunaan obat
2) Nadi normal (60-100 antidiare secara tepat
x/menit) 3) Evaluasi kandungan
3) Keseimbnagan intake dan nutrisi dari makanan
output dalam 24 jam yang sudah di
4) Berat badan stabil komsumsi sebelumnya
5) Turgor kulit lembab 4) Monitor tanda dan
6) Kelembaban membran gejala diare
mukosa 5) Amati turgor kulir
7) Hematokrit normal secara berkala
6) Intruksikan diet rendah
serat, tinggi proteindan
tinggi kalori sesuai
kebutuhan

xl
7) Ajari pasien cara
menurunkan stres
sesuai kebutuhan
8) Bantu pasien untuk
melakukan teknik
relaksasi

Manajemen cairan

1) Jaga intake dan output


pasien
2) Monitor status hidrasi
(misalnya : membran
mukosa lemban,
denyut nadi adekuat
dan tekanan darah
ortostatistik)
3) Monitor hasil
laboratorium yang
relevan dengan retensi
cairan (misalnya :
peningkatan BUN,
penurunan hematokrit
dan peningkatan
osmolalitas urine
4) Monitor tanda-tanda
vital
5) Monitor
makanan/cairan yang
dikomsumsi dan
hitung asupan kalori
harian
6) Berikan cairan IV
7) Atur ketersedian
produk darah untuk
transfusi, jika perlu.
8) Persiapan pemberian
produk darah
(misalnya: cek darah
dan mempersiapkan

xli
pemasangan infus)
9) Berikan produk-
produk darah
(misalnya, trombosit
dan plasma yang baru)

Monitor Cairan

1) Tentukan jumlah dan


jenis intake/asupan
cairan serta kebiasaan
eliminasi
2) Tentukan faktor-faktor
yang mungkin
menyebabkan
ketidakseimbangan
cairan (mislanya
kehilangan albumin,
infeksi, muntah dan
diare)
3) Monitor berat badan
4) Monitor asupan dan
pengeluaran
5) Monitor nilai kadar
serum dan elektrolit
urine
6) Monitor kadar serum
albumin dan protein
total
7) Monitor kadar serum
dan osmolalitas urine
8) Monitor tekanan
darah, denyut nadi dan
status pernafsan
9) Monitor tekanan darah
ortostatik dan
perubahan irama
jantung dengan tepat
10) Monitor menbran
mukosa, turgor kulit

xlii
dan respon haus
11) Berikan cairan yang
tepat

1 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Perawatan Demam


0 berhubungan keperawatan, pasien mampu 1) Pantau suhu dan
dengan mempertahankan suhu tubuh tanda-tanda vital
peningkatan laju dalam keadaan normal dengan lainnya
metabolisme kriteria hasil: 2) Monitor warna kulit
(a) Termoregulasi dan suhu
1) Tingkat pernafasan 3) Monitor asupan dan
tidak terganggu keluaran, sadari
2) Melaporkan perubahan kehilangan
kenyamanan setelah cairan yang tak
suhu tubuh turun dirasakan
3) Tidak terjadi 4) Berikan obat atau
perubahan warna kulit cairan IV (misalnya:
4) Tidak ada dehidrasi antipiretik, agen
(b) Status kenyamanan antibakteri dan agen
fisik anti menggigil)
1) Suhu tubuh normal 5) Dorong komsumsi
2) Tidak terganggu intake cairan
makanan 6) Tingkatkan sirkulasi
3) Tidak terganggu intake udara
cairan
Manajemen cairan
4) Tingkat energi tidak
terganggu 1) Jaga intake dan output
(c) Keparahan infeksi pasien
1) Tidak ada kulit 2) Monitor status hidrasi
kemerahan (misalnya : membran
2) Tidak terjadi demam mukosa lemban,
3) Tidak ada terjadi denyut nadi adekuat
kehilangan nafsu dan tekanan darah
makan ortostatistik)
4) Tidak ada peningkatan 3) Monitor hasil
jumlah sel darah putih laboratorium yang
(d) Respon pengobatan relevan dengan retensi
1) Pasien mengetahui cairan (misalnya :

xliii
efek sampingnya peningkatan BUN,
2) Tidak ada reaksi alergi penurunan hematokrit
3) Tidak ada efek prilaku dan peningkatan
dari pengobatan osmolalitas urine)
4) Monitor tanda-tanda
vital
5) Monitor
makanan/cairan yang
dikomsumsi dan
hitung asupan kalori
harian
6) Berikan cairan IV
7) Atur ketersedian
produk darah untuk
transfusi, jika perlu.
8) Persiapan pemberian
produk darah
(misalnya: cek darah
dan mempersiapkan
pemasangan infus)
9) Berikan produk-
produk darah
(misalnya, trombosit
dan plasma yang baru)

Manajemen Obat

1) Tentukan obat yang


diperlukan dan kelola
menurut resep dan /
atau protocol
2) Monitor efektifitas
cara pemberian obat
yang sesuai
3) Monitor pasien
mengenai efek
terapeutik obat
4) Monitor tanda dan
gejala toksisitas obat
5) Monitor level serum
darah ( misalnya:

xliv
elektrolit, protrombin,
obat-obatan) yang
sesuai
6) Monitor interaksi obat
yang non terpeutik
7) Monitor respon
terhadap perubahan
pengobatan dengan
cara yang tepat

Pengaturan Suhu

1) Monitor suhu paling


tidak setiap 2 jam,
sesuai kebutuhan
2) Monitor tekanan
darah, nadi dan
respirasi, sesuai
kebutuhan
3) Monitor suhu dan
warna kulit
4) Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
adekuat

Sumber : Diagnosis Keperawatan,2015-2017, Nursing Outcomes Classification(NOC) (2016) &


Nursing Interventions classification (NIC) (2016)

xlv
4. Implementasi Keperawatan
Implementesi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan disesuaikan (Potter & Perry, 2005). Langkahlangkah yang diperlukan
dalam pelaksanaan adalah sebagai berikut :
a. Mengkaji ulang pasien
Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementesi memberikan mekanisme
bagi perawat untuk menentukan apakah tindakan keperawataan yang diusulkan masih
sesuai.
b. Menelah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada sebelum memulai
perawatan.
Perawat menelah rencana asuhan dan membandingkannya dengan data pengkajian
untuk memvalidasi diagnosa keperawatan yang dinyatakan dan menentukan apakah
intervensi keperawatan yang paling sesuai untuk situasi klinis saat itu. Jika status
pasien telah berubah dan diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan harus
dimodifikasi.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi menurut Potter & Perry (2005) yaitu membandingkan data subjek dan objek
yang dikumpulkan dari pasien, perawat lain, dan keluarga untuk menentukan tingkat
keberhasilan dalam memenuhi hasil yang diharapkan yang ditetapkan selama
perencanaan. Langkah-langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon
pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan pasien kearah tujuan. Tujuan
asuhan keperawatan untuk membantu pasien menyelesaikan masalah kesehatan aktual,
mencegah kekambuhan dari masalah potensial dan mempertahankan status sehat.
Evaluasi terhadap asuhan menetukan apakah tujuan ini telah terlaksana. Aspek lain dari
evaluasi mencakup pengukuran kualitas asuhan keperawatan yang diberikan dalam
lingkungan perawatan kesehatan (Potter & Perry, 2005).

xlvi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kanker serviks merupakan kanker ganas yang berasal dari serviks dan merupakan salah satu
penyebab kematian pada wanita. Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks belum
diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap
terhadap terjadinya kanker serviks salah satunya Human Vapiloma Virus (HPV). HPV
ditularkan melalui hubungan seksual dan ditemukan pada 95% kasus kanker serviks.

Berdasarkan pembahasan asuahan keperawatan pada pasien kanker servik dapat


disimpulkan :
1. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap pengkajian kita bisa mengumpulkan semua data-data dari pasien untuk
menentukan diagnose dari data pasien tersebut.
2. Diagnose keperawatan
Dalam menentukan diagnose keperawatan kita bisa melihat dari data sebelumnya (data
pengkajian) dan sesuaikan data pengkajian tersebut dengan teori diagnose keperawatan
(askep nic-noc dll).
3. Intervensi keperawatan
Dalam merencana tindakan keperawatran kita bisa melihat diagnose pasien agar masalah
yang dialami pasien sesuai dengan tindakan/asuhan yang akan kita lakukan.
4. Implementasi keperawatan
Setelah melakukan intervensi tindakan selanjutnya implementasi, dalam tindakan
keperawatan kita mengkaji ulang pasien, menelah dan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan yang ada sebelum memulai perawatan.
5. Evaluasi
Pada tahap evaluasi kita menentukan tingkat keberhasilan tindakan dalam memenuhi
hasil yang diharapkan yang ditetapkan selama perencanaan.

B. SARAN
Sebagai calon perawat, kita harus mengetahui dan memahami definisi, etiologi, manifestasi
klinis, pohon masalah dan penatalaksanaan pada pasien kanker servik. Perawat harus tau
bagaimana membuat asuhan keperawatan pada pasien kanker servik dari pengkajian –
evaluasi

xlvii
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif & Kusuma, (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis dan
NANDA Nic-Noc. Yogyakarta

Diagnosis Keperawatan,2015-2017, Nursing Outcomes Classification(NOC) (2016) & Nursing


Interventions classification (NIC) (2016)

xlviii

Anda mungkin juga menyukai