KANKER SERVIKS
Oleh :
Ida Ayu Gde Wahyudevi Dharmika (1802611088)
Pembimbing :
dr. Gede Danu Widarta, M. Kes, Sp.OG
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. I Made Wenata Jembawan, Sp.OG selaku Kepala Bagian/SMF Obstetri dan
Ginekologi RSUD Karangasem.
2. dr. Gede Danu Widarta, M. Kes, Sp.OG selaku pembimbing penulisan laporan
kasus ini
3. dr. I Gede Parwata Yasa, Sp.OG, Dr. dr. Mintareja Teguh, Sp.OG(K),dr. Ni
Wayan Indriani Eka Putri, M.Biomed, Sp.OG dan dr. I Made Purnama
Adimerta, M. Biomed, Sp.OG, selaku staf bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi
RSUD Karangasem.
4. Residen Obstetri dan Ginekologi yang bertugas di RSUD karangasem atas
bimbingan dan saran.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, karena keterbatasan kemampuan, dan pengetahuan yang penulis miliki.
Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para
pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB V......................................................................................................................... 19
SIMPULAN ................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 20
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang
tidak terkendali sehingga terjadinya keganasan. Penyakit kanker, selalu dinamakan
sesuai dengan bagian tubuh dimana kanker tersebut mulai berkembang, bahkan hingga
kanker menyebar ke bagian tubuh lain.(1)
Menurut WHO, kanker serviks merupakan kanker nomor 4 yang paling sering
terjadi pada wanita dengan jumlah sebanyak 530.000 kasus baru pada tahun 2012, dan
7,9% dari seluruh kanker pada wanita di dunia.(4) Sekitar 90% dari 270,000 wanita
meninggal akibat kanker serviks pada negara berpendapatan rendah, dan menengah. Di
Indonesia, kanker serviks menuduki urutan ke-2 dari 10 kanker terbanyak, dengan
insidens sebanyak 12,7%.(2)
Dalam laporan kasus ini, penulis bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara
mendiagnosis pasien dengan kanker serviks, berdasarkan gejala klinis yang muncul,
etiologi, dan juga faktor risiko dari kanker serviks, sehingga pasien mendapatkan
penanganan yang sesuai, untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Menurut WHO, kanker serviks merupakan kanker nomor 4 yang paling sering
terjadi pada wanita dengan jumlah sebanyak 530.000 kasus baru pada tahun 2012, dan
7,9% dari seluruh kanker pada wanita di dunia. Sekitar 90% dari 270,000 wanita
meninggal akibat kanker serviks pada negara berpendapatan rendah, dan menengah.(4)
2.4 Patofisiologi
Kanker serviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks(portio)
dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai Squoma-ColumnarJunction
(SCJ). Histologik antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari porsio dengan
epitel kuboid/silindris pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks kanali
serviks. Pada wanita muda SCJ ini berada diluar ostium uteri eksternum, sedangkan
pada wanita berumur >35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks.(5)
Kanker insitu pada serviks, dimana sel-sel neoplastik pada seluruh lapisan
epitel disebut displasia. Displasia merupakan neoplasia interepithelial serviks (CNI)
Pathogenesis CNI dapat dianggap sebagai suatu spectrum penyakit yang dimulai dari
displasia ringan (CNI 1), displasia sedang (CNI 2), displasia berat dan karsinoma insitu
(CNI 3) untuk kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Beberapa penelitian
menemukan 30-35% CNI mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari CNI 1/CNI
2. Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi progresif
dan mana yang tidak, maka semua tingkat CNI dianggap potensial menjadi ganas
sehingga harus ditatalaksana sebagaimana mestinya.(5,6)
Pada penyakit lanjut keluhan berupa keluar cairan pervaginam yang berbau
busuk, nyeri panggul, nyeri pinggang, dan pinggul, sering berkemih, nyeri saat buang
air kecil atau buang air besar.(2,3)
2.6 Diagnosis
Diagnosis kanker serviks, dapat ditegakkan melalui dari anamnesis,
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.(2)
2.6.1 Anamnesis
Pada stadium lanjut, gejala yang dikeluhkan dapat berkembang menjadi nyeri
pinggang, atau nyeri perut bagian bawah, dan juga nyeri saat buang air besar atau buang
air kecil. Tanyakan juga keluhan lain sesuai lokasi penyebaran penyakit.(7)
1. Vaginal toucher
Pada pemeriksaan vaginal toucher dapat ditemukan :
a. Vagina :fluor, fluksus, dan tanda-tanda penyebaran/infiltrasi pada vagina
b. Porsio :berdungkul, padat, rapuh dengan ukuran bervariasi, eksofitik, atau
endofitik
5
c. Korpus uteri : normal atau lebih besar, jika perlu dilakukan sondase untuk
konfirmasi besar dan arah uterus dan apakah terjadi piometra dan
hematometra
d. Adneksa/parametrium : tanda-tanda penyebaran, teraba kaku/padat, apakah
terjadi tumor
2. Rectal toucher
Menilai penyebaran penyakit kearah dinding pelvis yaitu Cancer Free Space
(CFS) merupakan daerah bebas antara tepi lateral serviks dengan dinding pelvis
Kriteria :
a. CFS 100% : belum ada tanda-tanda penyebaran
b. CFS 25-100% : ada penyebaran, tetapi belum mencapai dinding pelvis
c. CFS 0% : berarti penyebaran sudah mencapai dinding pelvis
3. Pemeriksaan VT dan RT untuk menilai penyebaran ke organ sekitar kolon,
rektum, dan vesika urinaria
Pap smear merupakan metode skrining yang diandalkan, namun tidak selalu
dapat mendeteksi kanker serviks. Pap smear hanya memiliki sensitivitas sebesar 53-
80% untuk mendeteksi lesi kanker dengan stadium tinggi pada sekali tesnya.(3,8) Jika
ditemukannya hasil tes yang abnormal, bisa dilakukan pemeriksaaan biopsi pada
serviks, dan endoserviks.(8)
6
2.7 Stadium
Stadium kanker serviks ditetapkan secara klinis. Stadium klinis menurut FIGO
membutuhkan pemeriksaan pelvik, jaringan serviks (biopsi konisasi untuk stadium IA
dan biopsi jaringan serviks untuk stadium klinik lainnya), foto paru-paru, pielografi
intravena (dapat pula digantikan dengan foto CT-scan). Untuk stadium lanjut
diperlukan pemeriksaan sistoskopi, proktoskopi, dan barium enema.
III A Tumor telah meluas ke sepertiga bawah vagina dan tidak invasi ke
parametrium tidak sampai dinding panggul.
III B Tumor telah meluas ke dinding panggul dan / atau menyebabkan
hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal.
Stadium IV Tumor meluas ke luar dari organ reproduksi.
IV A Tumor menginvasi ke mukosa kandung kemih atau rektum dan /
atau ke luar dari rongga panggul minor.
IV B Metastasis jauh penyakit mikroinvasif: invasi stroma dengan
kedalaman 3mm atau kurang dan membrana basalis epitel tanpa
invasi ke rongga pembuluh limfe/darah atau melekat dengan lesi
kanker serviks.
Catatan : Pada stadium IA adenokarsinoma masih kontroversi berhubungan
pengukuran kedalaman invasi pada endoserviks sukar dan tidak standar.
Karsinoma skuamosa tersusun dari sel skuamosa. WHO membagi sel skuamosa
karsinoma menjadi large cell keratinizing, large cell non-keratinizing, dan small cell
keratinizing. Kebanyakan karsinoma skuamosa bersifat non-keratinizing, sedangkan
yang bersifat keratinizing ditandai dengan adanya mutiara keratin. Berdasarkan sifat
diferensiasinya, karsinoma sel skuamosa dibagi menjadi tiga, yaitu karsinoma
skuamosa berdiferensiasi baik, sedang, dan buruk.
2.8.2 Adenokarsinoma
Tersusun dari dua jenis sel yang berdiferensiasi yaitu sel skuamosa dan sel
glandular. Umumnya mempunyai prognosis yang lebih jelek dari asal selnya oleh
karena mempunyai diferensiasi yang jelek dan tumor ini sering dihubungkan dengan
tingginya angka metastasis ke kelenjar limfe daripada sel aslinya.
2.9 Penatalaksanaan
2.9.2 Penatalaksanaan pada stadium awal (stadium IA-2 hingga IIA) dapat diterapi
1. Operatif
2. Non operatif
Pada stadium awal, penanganan dengan histerektomi radikal dan terapi radiasi
memiliki tingkat harapan hidup dan kekambuhan yang sama.(6)
Pemilihan dari terapi tergantung terhadap usia pasien, dan kemampuan untuk
menjalani operasi, dan tergantung kepada fasilitas radiasi yang ada.
9
Pada lesi yang sudah menginvasi (stadium IIB hingga IV) yang sudah menyebar
ke dinding pelvis, terapi yang diberikan adalah kemoradiasi terapi sebagai pilihan
utama.
1. Kemoradiasi
Tujuan dari kemoradiasi adalah untuk menekan sel kanker dan
mencegah terjadinya metastasis. Terapi kombinasi ini dapat memperpanjang
harapan hidup secara signifikan dibandingkan dengan terapi radiasi tunggal.(6)
Penggunaan radiasi digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi berbasis
cisplatin atau carboplatin.(3,6)
2.10 Prognosis
Tingkat harapan hidup pada pasien kanker serviks dalam 5 tahun sesuai dengan
tabel 2.2.
Tabel 2.2. Harapan hidup pasien dengan kanker serviks dalam 5 tahun
I 85-90
II 60-75
III 35-45
IV 15-20
Perluasan kanker serviks dapat secara langsung, melalui aliran getah bening
sehingga bermetastasis ke kelenjar getah bening bening iliaka interna/eksterna,
obturator, para aorta, ductus thoracicus, sampai ke skalen kiri; penyebaran ke kelenjar
getah bening inguinal melalui ligamentum rotundum. Penyebarannya juga melalui
pembuluh darah/hematogen. (3)
11
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : NLS
Umur : 54 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : BD Tenganan Dauh Tukad Manggis
Bangsa : Indonesia
Status perkawinan : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 4 Agustus 2018
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Pendarahan dari jalan lahir
Keluhan Penyakit Sekarang
Pasien merupakan pasien rujukan dari dokter spesialis kandungan dan
kebidanan, datang ke poliklinik kebidanan RSUD Karangasem dengan keluhan
pendarahan dari jalan lahir. Pendarahan dirasakan sejak 2 minggu sebelum datang ke
poliklinik. Pendarahan dirasakan keluar terus menerus. Pasien mengganti pembalut 2-
3 pembalut per hari, dengan warna darah yang keluar berwarna merah segar, yang
terkadang terisi gumpalan-gumpalan darah. Pendarahan dirasakan banyak keluar ketika
pasien mengalami kelelahan atau saat berganti posisi dari duduk.
Nyeri pada perut pinggang, dan punggung disangkal oleh pasien. Riwayat
mengalami keputihan. Keputihan berwarna bening, dan menyangkal mengalami gatal-
12
gatal pada vagina. Riwayat penurunan berat badan ada, namun pasien tidak tahu berapa
penurunannya. Pasien merasa baju yang digunakan lebih longgar dari yang
sebelumnya.
Riwayat Menstruasi
Pasien mengalami haid pertama kali pada usia 14 tahun dengan siklus teratur
tiap bulannya yaitu setiap 30 hari.Lamanya haid dalam 1 periode yaitu 3 hari dengan
frekuensi mengganti softex 3x perhari (±60ml). Pasien mengatakan tidak ada keluhan
nyeri selama haid. Saat ini pasien telah mengalami menopause sejak 7 tahun lalu, saat
pasien berusia 47 tahun.
Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah sebanyak 1 kali pada usia 26 tahun dan pernikahannya
telah berlangsung selama 28 tahun.
Riwayat Persalinan
Riwayat Kontrasepsi
Kesadaran : E4V5M6
Nadi : 84x.m
Respirasi : 18x/menit
Berat Badan : 65 kg
Abdomen :
RT : CFS 75%
Dilakukan USG abdomen atas bawah dengan kesan massa serviks uteri. Hepar,
GB, Pancreas, Lien, Ginjal kanan, kiri, dan buli saat ini tak tampak kelainan.
16
3.5 Diagnosis
Kanker serviks stadium IIIb
3.6 Penatalaksanaan
3.6.1 Terapi nonfarmakologis
1. Pemasagan tampon vagina 1 buah 2x24 jam
2. Rujuk pasien ke RSUP Sanglah untuk melakukan kemoradioterapi
3.6.1 Terapi farmakologis
1. Asam mefenamat 3x500mg IO
2. Asam traneksamat 3x500mg IO
3. Sulfas Ferosus 1x300 IO
17
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien merupakan rujukan dari salah satu dokter spesialis kandungan dan
kebidanan dan telah didiagnosis dengan susp. kanker serviks. Pasien sebelumnya
mengeluhkan pendarahan dari jalan lahir. Darah berwarna merah segar keluar sejak 2
minggu sebelum kontrol ke poliklinik kebidanan RSUD Karangasem. Adanya
Pengeluaran flek-flek disangkal oleh pasien. Pasien mengganti pembalut sebanyak tiga
kali sehari selama keluarnya pendarahan. Pasien mengeluhkan terkadang ada
gumpalan-gumpalan darah yang keluar dari jalan lahir. Gumpalan berwarna merah
kecoklatan. Nyeri perut, nyeri pinggang, dan pinggul disangkal oleh pasien. Nyeri saat
BAK dan BAB disangkal oleh pasien.
Pada pemeriksaan fisik abdomen, tidak ditemukan distensi, tidak ada nyeri
tekan, dan bising usus normal. Pada pemeriksaan Vaginal toucher ditemukan fluksus
(+),ditemukan portio yang berdungkul, rapuh, mudah berdarah, infiltrasi 1/3 distal
vagina, dan tidak ditemukan bulging. Pemeriksaan Rectal toucher didapatkan CFS
sebesar 75%. Dari pemeriksaan penunjang biopsi serviks, ditemukan gambaran
morfologi squamous cell carcinoma. Pemeriksaan USG abdomen atas bawah, kesan
massa serviks uteri. Hepar, GB, Pancreas, Lien, Ginjal kanan, kiri, dan buli saat ini tak
tampak kelainan, Pasien juga melakukan pemeriksaan darah lengkap, dan x-ray thorax.
Diagnosis kerja pada pasien adalah kanker serviks stadium IIIb. Kanker serviks
stadium IIIb merupakan stadium dimana tumor telah meluas ke dinding panggul dan /
18
atau menyebabkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal. Diagnosis dari kanker
serviks ditentukan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan biopsi serviks. Pasien
mengeluh pendarahan pervaginam sejak 2 minggu lalu, dengan volume ±60ml/hari dan
disertai dengan keluarnya gumpalan-gumpalan darah yang merupakan salah satu gejala
dari kanker serviks. Dilihat dari riwayat persalinan, pasien memiliki 7 orang anak,
dimana memiliki banyak anak merupakan salah satu faktor risiko dari kanker serviks.
Dari pemeriksaan VT ditemukan fluksus (+), dengan portio yang berdungkul, rapuh,
mudah berdarah, infiltrasi 1/3 distal vagina, dan tidak ditemukan bulging. Infiltrasi
hingga 1/3 distal vagina menunjukan tumor sudah menginvasi hingga bawah vagina
Pemeriksaan RT didapatkan CFS sebesar 75%, yang artinya adanya penyebaran
namun belum sampai dinding pelvis.
BAB V
SIMPULAN
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks, yang sebagian
besar disebabkan oleh virus HPV tipe 16 dan 18. Faktor risiko terjadinya kanker serviks
adalah aktivitas seksual pada usia muda (<16 tahun), hubungan seksual dengan
multipartner, penyakit menular seksual, menderita HIV, merokok, mempunyai anak
banyak, sosial ekonomi rendah, pemakaian pil KB (dengan HPV negatif atau positif,
dan gangguan imunitas Diagnosis kanker serviks dan stadiumnya dapat ditegakkan
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik secara umum dan dengan status ginekologi, dan
pemeriksaan penunjang. Biopsi merupakan pemeriksaan gold standard untuk
menegakkan diagnosis kanker serviks. Selain biopsi dapat juga dilakukan pemeriksaan
radiologi.
DAFTAR PUSTAKA
1. CDC. CDC - Cervical Cancer [Internet]. Center for Disease Control and
Prevention. 2018 [cited 2018 Aug 6]. Available from:
https://www.cdc.gov/cancer/cervical/
2. Andrijono, Purwoto G, Sekarutami SM, Handjari DR, Primariadewi, Nuhonni
SA, et al. Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks. Kom Penanggulangan
Kanker Nas. 2013;1–30.
3. Anwar M, R. AB, Prabowo P, editors. Ilmu Kandungan. third edit. JAkarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011. 294-299 p.
4. WHO | Cervical cancer. WHO [Internet]. World Health Organization; 2017
[cited 2018 Aug 4]; Available from: http://www.who.int/can cer/preve
ntion/diagnosis-screening/cervical-cancer/en/
5. Ariza Suryapratama S. Karakteristik Penderita Kanker Serviks di RSUP Dr.
Kariadi Semarang Tahun 2010 [Internet]. Semarang; 2012 [cited 2018 Aug 4].
Available from: http://eprints.undip.ac.id/37777/ 1/Satya_A riza_G2A0
08172_Lap.KTI.pdf
6. Callahan TL, Caudhey AB. Blueprints Obstetric & Gynecology. sixth edit.
Shyner S, editor. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins; 2013. 369-378 p.
7. SMF Obstetri dan Ginekologi RSUP Sanglah. Panduan Praktik Klinis SMF
Obstetri & Ginekologi. Denpasar: SMF Obstetri dan Ginekologi RSUP Sanglah;
2015. 224-230 p.
8. Hoffman BL, Schorge JO, Bradshaw KD, Halvorson LM, Schaffer JI, Corton
MM. Williams Gynecology. third edit. United States: McGraw-Hill Education;
2016.