Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

KANKER SERVIKS

Oleh :
Ida Ayu Gde Wahyudevi Dharmika (1802611088)

Pembimbing :
dr. Gede Danu Widarta, M. Kes, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DEPARTMEN/KSM OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGASEM
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya lah laporan kasus ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan
kasus dengan judul “Kanker Serviks” ini dibuat dalam rangka mengikuti Kepaniteraan
Klinik Madya di Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Udayana
di RSUD Karangasem.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. I Made Wenata Jembawan, Sp.OG selaku Kepala Bagian/SMF Obstetri dan
Ginekologi RSUD Karangasem.
2. dr. Gede Danu Widarta, M. Kes, Sp.OG selaku pembimbing penulisan laporan
kasus ini
3. dr. I Gede Parwata Yasa, Sp.OG, Dr. dr. Mintareja Teguh, Sp.OG(K),dr. Ni
Wayan Indriani Eka Putri, M.Biomed, Sp.OG dan dr. I Made Purnama
Adimerta, M. Biomed, Sp.OG, selaku staf bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi
RSUD Karangasem.
4. Residen Obstetri dan Ginekologi yang bertugas di RSUD karangasem atas
bimbingan dan saran.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, karena keterbatasan kemampuan, dan pengetahuan yang penulis miliki.
Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para
pembaca.

Amlapura, 5 Agustus 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
BAB II ........................................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 2
2.1 Definisi ............................................................................................................ 2
2.2 Epidemiologi ................................................................................................... 2
2.3 Etiologi dan Faktor Risiko .............................................................................. 2
2.4 Patofisiologi .................................................................................................... 3
2.5 Manifestasi Klinis ........................................................................................... 3
2.6 Diagnosis......................................................................................................... 4
2.7 Stadium ........................................................................................................... 6
2.8 Klasifikasi Histologi ....................................................................................... 7
2.9 Penatalaksanaan .............................................................................................. 8
2.10 Prognosis ......................................................................................................... 9
2.11 Rute Penyebaran ........................................................................................... 10
BAB III ....................................................................................................................... 11
LAPORAN KASUS .................................................................................................... 11
3.1 Identitas Pasien ............................................................................................. 11
3.2 Anamnesis ..................................................................................................... 11
3.3 Pemeriksaan Fisik ......................................................................................... 13
3.4 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................ 14
3.5 Diagnosis....................................................................................................... 16
3.6 Penatalaksanaan ............................................................................................ 16
BAB IV ....................................................................................................................... 17
PEMBAHASAN ......................................................................................................... 17

ii
BAB V......................................................................................................................... 19
SIMPULAN ................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 20

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang
tidak terkendali sehingga terjadinya keganasan. Penyakit kanker, selalu dinamakan
sesuai dengan bagian tubuh dimana kanker tersebut mulai berkembang, bahkan hingga
kanker menyebar ke bagian tubuh lain.(1)

Ketika kanker tersebut berkembang pada serviks, kanker tersebut dinamakan


kanker serviks. Kanker serviks merupakan penyakit keganasan yang berasal dari
serviks. Serviks merupakan sepertiga bagian dari bawah uterus, berbentuk silindris,
menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum. (2) Adapun
penyebab dari kanker serviks yang diketahui adalah virus HPV (Human Papilloma
Virus) sub tipe onkogenik, terutama sub tipe 16, dan 18.(3)

Menurut WHO, kanker serviks merupakan kanker nomor 4 yang paling sering
terjadi pada wanita dengan jumlah sebanyak 530.000 kasus baru pada tahun 2012, dan
7,9% dari seluruh kanker pada wanita di dunia.(4) Sekitar 90% dari 270,000 wanita
meninggal akibat kanker serviks pada negara berpendapatan rendah, dan menengah. Di
Indonesia, kanker serviks menuduki urutan ke-2 dari 10 kanker terbanyak, dengan
insidens sebanyak 12,7%.(2)

Kejadian kanker serviks akan sangat mempengaruhi hidup dari penderitanya,


dan keluarganya. Oleh sebab itu, peningkatan upaya penanganan kanker serviks,
terutama dalam bidang pencegahan, dan deteksi dini sangat diperlukan oleh setiap
pihak yang terlibat.

Dalam laporan kasus ini, penulis bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara
mendiagnosis pasien dengan kanker serviks, berdasarkan gejala klinis yang muncul,
etiologi, dan juga faktor risiko dari kanker serviks, sehingga pasien mendapatkan
penanganan yang sesuai, untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks


merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan
berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.(2)

2.2 Epidemiologi

Menurut WHO, kanker serviks merupakan kanker nomor 4 yang paling sering
terjadi pada wanita dengan jumlah sebanyak 530.000 kasus baru pada tahun 2012, dan
7,9% dari seluruh kanker pada wanita di dunia. Sekitar 90% dari 270,000 wanita
meninggal akibat kanker serviks pada negara berpendapatan rendah, dan menengah.(4)

Berdasarkan GLOBOCAN 2012 kanker serviks menduduki urutan ke-7 secara


global dalam segi angka kejadian (urutan ke urutan ke- 6 di negara kurang berkembang)
dan urutan ke-8 sebagai penyebab kematian (menyumbangkan 3,2% mortalitas, sama
dengan angka mortalitas akibat leukemia). Kanker serviks menduduki urutan tertinggi
di negara berkembang, dan urutan ke 10 pada negara maju atau urutan ke 5 secara
global. Di Indonesia kanker serviks menduduki urutan kedua dari 10 kanker terbanyak
berdasar data dari Patologi Anatomi tahun 2010 dengan insidens sebesar 12,7%.(2)

2.3 Etiologi dan Faktor Risiko


Kanker serviks disebabkan oleh infeksi oleh virus papilloma humanis (HPV)
khususnya tipe 16, 18, 31, dan 45. Adapun faktor risiko yang berhubungan dengan
kanker serviks adalah aktivitas seksual pada usia muda (<16 tahun), hubungan seksual
dengan multipartner, penyakit menular seksual, menderita HIV, merokok, mempunyai
anak banyak, sosial ekonomi rendah, pemakaian pil KB (dengan HPV negatif atau
positif, dan gangguan imunitas.(2,3)
3

2.4 Patofisiologi
Kanker serviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks(portio)
dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai Squoma-ColumnarJunction
(SCJ). Histologik antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari porsio dengan
epitel kuboid/silindris pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks kanali
serviks. Pada wanita muda SCJ ini berada diluar ostium uteri eksternum, sedangkan
pada wanita berumur >35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks.(5)

Kanker insitu pada serviks, dimana sel-sel neoplastik pada seluruh lapisan
epitel disebut displasia. Displasia merupakan neoplasia interepithelial serviks (CNI)
Pathogenesis CNI dapat dianggap sebagai suatu spectrum penyakit yang dimulai dari
displasia ringan (CNI 1), displasia sedang (CNI 2), displasia berat dan karsinoma insitu
(CNI 3) untuk kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Beberapa penelitian
menemukan 30-35% CNI mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari CNI 1/CNI
2. Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi progresif
dan mana yang tidak, maka semua tingkat CNI dianggap potensial menjadi ganas
sehingga harus ditatalaksana sebagaimana mestinya.(5,6)

NORMAL CNI1 CNI2 CNI 3 KANKER

Gambar 2.1 Perjalanan penyakit kanker serviks

2.5 Manifestasi Klinis


Tanda dini kanker serviks mungkin tidak menimbulkan gejala. Tanda-tanda
dini yang tidak spesifik seperti sekret vagina yang agak berlebihan dan kadang-kadang
disertai dengan bercak pendarahan. Gejala umum yang sering terjadi berupa
pendarahan pervaginam (pasca senggama, pendarahan di luar haid) dan keputihan.(3)
4

Pada penyakit lanjut keluhan berupa keluar cairan pervaginam yang berbau
busuk, nyeri panggul, nyeri pinggang, dan pinggul, sering berkemih, nyeri saat buang
air kecil atau buang air besar.(2,3)

2.6 Diagnosis
Diagnosis kanker serviks, dapat ditegakkan melalui dari anamnesis,
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.(2)

2.6.1 Anamnesis

Anamnesis untuk mengetahui keluhan utama yang muncul pada riwayat


penyakit sekarang. Ditemukannya gejala yang umumnya muncul pada kanker serviks
seperti pendarahan (pasca senggama, pendarahan di luar haid) dan keputihan pada
kanker serviks yang invasif.

Pada stadium lanjut, gejala yang dikeluhkan dapat berkembang menjadi nyeri
pinggang, atau nyeri perut bagian bawah, dan juga nyeri saat buang air besar atau buang
air kecil. Tanyakan juga keluhan lain sesuai lokasi penyebaran penyakit.(7)

2.6.1 Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksan fisik generalis, dapat ditemukan :(7)

1. Pembesaran kelenjar limfe supra klavikula dan inguinal


2. Pembesaran liver, ascites, dan atau lain-lain sesuai dengan organ yang terkena

Pemeriksaan ginekologi dilakukan vaginal toucher, dan rectal toucher

1. Vaginal toucher
Pada pemeriksaan vaginal toucher dapat ditemukan :
a. Vagina :fluor, fluksus, dan tanda-tanda penyebaran/infiltrasi pada vagina
b. Porsio :berdungkul, padat, rapuh dengan ukuran bervariasi, eksofitik, atau
endofitik
5

c. Korpus uteri : normal atau lebih besar, jika perlu dilakukan sondase untuk
konfirmasi besar dan arah uterus dan apakah terjadi piometra dan
hematometra
d. Adneksa/parametrium : tanda-tanda penyebaran, teraba kaku/padat, apakah
terjadi tumor
2. Rectal toucher
Menilai penyebaran penyakit kearah dinding pelvis yaitu Cancer Free Space
(CFS) merupakan daerah bebas antara tepi lateral serviks dengan dinding pelvis
Kriteria :
a. CFS 100% : belum ada tanda-tanda penyebaran
b. CFS 25-100% : ada penyebaran, tetapi belum mencapai dinding pelvis
c. CFS 0% : berarti penyebaran sudah mencapai dinding pelvis
3. Pemeriksaan VT dan RT untuk menilai penyebaran ke organ sekitar kolon,
rektum, dan vesika urinaria

2.6.2 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan histologis dari biopsi serviks merupakan gold standard untuk


menegakkan diagnosis kanker serviks.(8)Pemeriksaan penunjang lain yang dapat
dilakukan seperti kolposkopi, sistoskopi, retroskopi, USG, foto paru-paru, pielografi
intravena atau CT-scan merupakan pemeriksaan penunjang untuk melihat perluasan
penyakit, serta menyingkirkan adanya obstruksi ureter.(2,3)

Pemeriksaan laboratorium klinik berupa pemeriksaan darah tepi, tes fungsi


ginjal, dan tes fungsi hati diperlukan untuk mengevaluasi fungsi organ serta
menentukan jenis pengobatan yang akan diberikan.(3)

Pap smear merupakan metode skrining yang diandalkan, namun tidak selalu
dapat mendeteksi kanker serviks. Pap smear hanya memiliki sensitivitas sebesar 53-
80% untuk mendeteksi lesi kanker dengan stadium tinggi pada sekali tesnya.(3,8) Jika
ditemukannya hasil tes yang abnormal, bisa dilakukan pemeriksaaan biopsi pada
serviks, dan endoserviks.(8)
6

2.7 Stadium

Stadium kanker serviks ditetapkan secara klinis. Stadium klinis menurut FIGO
membutuhkan pemeriksaan pelvik, jaringan serviks (biopsi konisasi untuk stadium IA
dan biopsi jaringan serviks untuk stadium klinik lainnya), foto paru-paru, pielografi
intravena (dapat pula digantikan dengan foto CT-scan). Untuk stadium lanjut
diperlukan pemeriksaan sistoskopi, proktoskopi, dan barium enema.

Tabel 2.1. Stadium kanker serviks menurut FIGO 2009(2)

Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma intrapitelial.


Stadium I Karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke korpus uteri
diabaikan).
Stadium IA Invasi kanker ke stroma hanya dapat didiagnosis secara
mikroskopok walau dengan invasi yang superfisial
dikelompokkan pada stadium IB.
I A1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih 3,0 mm dan lebar
horizontal lesi tidak lebih 7mm.
I A2 Invasi ke stroma lebih dari 3mm tapi kurang dari 5 mm dan
perluasan horizontal tidak lebih dari 7mm.
Stadium IB Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara mikroskopik
lesi lebih luas dari stadium I A2.
I B1 Lesi yang tampak tidak lebih dari 4cm dari dimensi terbesar
I B2 Lesi yang tampak lebih dari 4 cm dari diameter terbesar.
Stadium II Tumor telah menginvasi di luar uterus, tetapi belum mengenai
dinding panggul atau sepertiga distal/bawah vagina.
II A Tanpa invasi ke parametrium.
II B Sudah menginvasi parametrium.
Stadium III Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau mengenai
sepertiga bawah vagina dan/atau menyebabkan hidronefrosis atau
tidak berfungsinya ginjal.
7

III A Tumor telah meluas ke sepertiga bawah vagina dan tidak invasi ke
parametrium tidak sampai dinding panggul.
III B Tumor telah meluas ke dinding panggul dan / atau menyebabkan
hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal.
Stadium IV Tumor meluas ke luar dari organ reproduksi.
IV A Tumor menginvasi ke mukosa kandung kemih atau rektum dan /
atau ke luar dari rongga panggul minor.
IV B Metastasis jauh penyakit mikroinvasif: invasi stroma dengan
kedalaman 3mm atau kurang dan membrana basalis epitel tanpa
invasi ke rongga pembuluh limfe/darah atau melekat dengan lesi
kanker serviks.
Catatan : Pada stadium IA adenokarsinoma masih kontroversi berhubungan
pengukuran kedalaman invasi pada endoserviks sukar dan tidak standar.

2.8 Klasifikasi Histologi


Kanker serviks dapat dibagi menjadi tiga jenis secara histologi antara lain
karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma, dan adenoskuamosa karsinoma. Karsinoma
sel skuamosa dikatakan memiliki prognosis lebih baik dari tipe yang lainnya.(8)

2.8.1 Karsinoma skuamosa

Karsinoma skuamosa tersusun dari sel skuamosa. WHO membagi sel skuamosa
karsinoma menjadi large cell keratinizing, large cell non-keratinizing, dan small cell
keratinizing. Kebanyakan karsinoma skuamosa bersifat non-keratinizing, sedangkan
yang bersifat keratinizing ditandai dengan adanya mutiara keratin. Berdasarkan sifat
diferensiasinya, karsinoma sel skuamosa dibagi menjadi tiga, yaitu karsinoma
skuamosa berdiferensiasi baik, sedang, dan buruk.

2.8.2 Adenokarsinoma

Adenokarsinoma berasal dari kelenjar endoserviks. Sekitar 70% tumor ini


menunjukan gambaran jenis sel endoservikal. Secara histologi tumor ini mengalami
diferensiasi dari baik sampai buruk.
8

2.8.3 Adenoskuamosa karsinoma

Tersusun dari dua jenis sel yang berdiferensiasi yaitu sel skuamosa dan sel
glandular. Umumnya mempunyai prognosis yang lebih jelek dari asal selnya oleh
karena mempunyai diferensiasi yang jelek dan tumor ini sering dihubungkan dengan
tingginya angka metastasis ke kelenjar limfe daripada sel aslinya.

2.9 Penatalaksanaan

2.9.1 Penatalaksanaan kanker serviks preinvasif dan mikroinvasif

Pada kasus karsinoma preinvasif (stadium 0) dan karsinoma mikroinvasif


(Stadium IA-1), penatalaksanaan standard yang dilakukan adalah histerektomi.
Konisasi dilakukan jika pasien ingin mempertahankan fertilitas.(6)

2.9.2 Penatalaksanaan pada stadium awal (stadium IA-2 hingga IIA) dapat diterapi

1. Operatif

Dilakukan histerektomi radikal dengan limfadenektomi pelvik. Ajuvan


radioterapi (RT) atau kemoradiasi bila terdapat faktor risiko yaitu metastasis
Kelenjar betah bening (KGB), metastasis parametrium, batas sayatan tidak
bebas tumor, deep stromal invasion, LVSI, dan faktor risiko lainnya.(2)

2. Non operatif

Dengan dilakukan terapi radiasi (EBRT dan brakiterapi)

Kemoradiasi (Radiasi: EBRT dengan kemoterapi konkuren dan brakiterapi).(2)

Pada stadium awal, penanganan dengan histerektomi radikal dan terapi radiasi
memiliki tingkat harapan hidup dan kekambuhan yang sama.(6)

Pemilihan dari terapi tergantung terhadap usia pasien, dan kemampuan untuk
menjalani operasi, dan tergantung kepada fasilitas radiasi yang ada.
9

2.9.3 Penatalaksanaan pada stadium lanjut

Pada lesi yang sudah menginvasi (stadium IIB hingga IV) yang sudah menyebar
ke dinding pelvis, terapi yang diberikan adalah kemoradiasi terapi sebagai pilihan
utama.

1. Kemoradiasi
Tujuan dari kemoradiasi adalah untuk menekan sel kanker dan
mencegah terjadinya metastasis. Terapi kombinasi ini dapat memperpanjang
harapan hidup secara signifikan dibandingkan dengan terapi radiasi tunggal.(6)
Penggunaan radiasi digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi berbasis
cisplatin atau carboplatin.(3,6)

2.9.4 Penatalaksanaan pada kanker serviks dengan berulang

Ketika kanker serviks mengalami kekambuhan, awalnya pasien dilakukan


pembedahan saja, radiasi dapat digunakan untuk mengobati kekambuhan. Ketika
kanker mengalami kekambuhan pada pasien yang telah diterapi dengan radiasi, terapi
dengan operasi eksternasi pelvis.(6)

2.9.5 Terapi Paliatif

Kemoterapi paliatif diberikan untuk mengontrol pendarahan atau untuk


penanganan nyeri. Kemoterapi dengan cisplatin dapat digunakan untuk terapi
paliatif.(6)

2.10 Prognosis

Tingkat harapan hidup pada pasien kanker serviks dalam 5 tahun sesuai dengan
tabel 2.2.

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memprediksi kekambukan adalah


invasi limfo-vaskuler, metastasis ke kelenjar getah bening, kedalaman invasi stroma,
batas sayatan operasi, dan ukuran tumor.(3)
10

Tabel 2.2. Harapan hidup pasien dengan kanker serviks dalam 5 tahun

Stadium Harapan hidup dalam 5 tahun (%)

I 85-90
II 60-75
III 35-45
IV 15-20

2.11 Rute Penyebaran

Perluasan kanker serviks dapat secara langsung, melalui aliran getah bening
sehingga bermetastasis ke kelenjar getah bening bening iliaka interna/eksterna,
obturator, para aorta, ductus thoracicus, sampai ke skalen kiri; penyebaran ke kelenjar
getah bening inguinal melalui ligamentum rotundum. Penyebarannya juga melalui
pembuluh darah/hematogen. (3)
11

BAB III

LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : NLS
Umur : 54 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : BD Tenganan Dauh Tukad Manggis
Bangsa : Indonesia
Status perkawinan : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 4 Agustus 2018
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Pendarahan dari jalan lahir
Keluhan Penyakit Sekarang
Pasien merupakan pasien rujukan dari dokter spesialis kandungan dan
kebidanan, datang ke poliklinik kebidanan RSUD Karangasem dengan keluhan
pendarahan dari jalan lahir. Pendarahan dirasakan sejak 2 minggu sebelum datang ke
poliklinik. Pendarahan dirasakan keluar terus menerus. Pasien mengganti pembalut 2-
3 pembalut per hari, dengan warna darah yang keluar berwarna merah segar, yang
terkadang terisi gumpalan-gumpalan darah. Pendarahan dirasakan banyak keluar ketika
pasien mengalami kelelahan atau saat berganti posisi dari duduk.

Nyeri pada perut pinggang, dan punggung disangkal oleh pasien. Riwayat
mengalami keputihan. Keputihan berwarna bening, dan menyangkal mengalami gatal-
12

gatal pada vagina. Riwayat penurunan berat badan ada, namun pasien tidak tahu berapa
penurunannya. Pasien merasa baju yang digunakan lebih longgar dari yang
sebelumnya.

Riwayat Menstruasi

Pasien mengalami haid pertama kali pada usia 14 tahun dengan siklus teratur
tiap bulannya yaitu setiap 30 hari.Lamanya haid dalam 1 periode yaitu 3 hari dengan
frekuensi mengganti softex 3x perhari (±60ml). Pasien mengatakan tidak ada keluhan
nyeri selama haid. Saat ini pasien telah mengalami menopause sejak 7 tahun lalu, saat
pasien berusia 47 tahun.

Riwayat Perkawinan

Pasien sudah menikah sebanyak 1 kali pada usia 26 tahun dan pernikahannya
telah berlangsung selama 28 tahun.

Riwayat Persalinan

1. 1991/ spt B/ Nakes/ perempuan/ 2600 gram/hidup


2. 1992/ spt B/ Nakes/ laki-laki/ 2700 gram/hidup
3. 1995/ spt B/ Nakes/ laki-laki/ 2600 gram/hidup
4. 1997/ spt B/ Nakes/ laki-laki/ 2500 gram/ hidup
5. 1999/ spt B/ Nakes/perempuan/ 2800 gram/hidup
6. 2007/ spt B/ Nakes/ laki-laki/ 3000 gram/hidup
7. 2009/ spt B/ Nakes/ laki-laki/3200 gram/hidup

Riwayat Kontrasepsi

Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan kontrasepsi

Riwayat Penyakit Terdahulu

Pasien mengatakan tidak pernah mengalami pendarahan sebelumnya. Riwayat


penyakit ginjal, penyakit jantung, diabetes melitus, hipertensi, asma, hepatitis,dan HIV
disangkal oleh pasien.
13

Riwayat Sosial dan Penyakit Keluarga

Pasien adalah ibu rumah tangga, yang sehari-hari mengerjakan pekerjaan


rumah tangga seperti memasak, mencuci, menyapu, serta mengurus keperluan suami,
anak, dan upacara adat. Suami pasien bekerja sebagai pedagang ayam. Pasien tidak
memiliki riwayat merokok, dan mengkonsumsi minuman beralkohol.

Tidak terdapat riwayat penyakit serupa maupun penyakit sistemik seperti


hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, asma, hepatitis, dan HIV dalam
keluarga.

3.3 Pemeriksaan Fisik

3.3.1 Status Present

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : E4V5M6

Tekanan darah : 100/60mmHg

Nadi : 84x.m

Respirasi : 18x/menit

Suhu axilla : 36,3o C

Tinggi badan : 155 cm

Berat Badan : 65 kg

3.3.2 Status General

Mata : Anemia -/-, icterus -/-, isokor +/+, edema palpebral-/-

Leher : Pembesaran KGB (-)

THT : kesan tenang

Thorax : COR : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)


14

Pulmo: Vesikular +/+, rhonki -/-, Wheezing -/-

Hepar : Tidak teraba

Lien : Tidak teraba

R. Inguinal : Pembesaran KGB (-)

Ekstremitas : akral hangat +/+, edema -/-

3.3.3 Status Ginekologis

Abdomen :

Inspeksi : distensi (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : Nyeri tekan (-)

Hepar : tidak teraba

Lien : tidak teraba

Perkusi : Shifting dullnes (-)

VT : Flx (+), Fluor (-), PØ (+) berdungkul, rapuh, mudah berdarah,


infiltrasi 1/3 distal vagina, bulging (-)

RT : CFS 75%

3.4 Pemeriksaan Penunjang

3.4.1 Darah Lengkap (23 Juli 2018)

Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan Remarks


WBC 14.0 10^3/µL 4.80-10.8 Tinggi
NE# 7.97 10^3/µL 2.00-8.70
LY# 2.89 10^3/µL 1.00-4.00
MO# .756 10^3/µL 0.00-.700 Tinggi
15

EO# 2.31 10^3/µL 0.00-400


BA# .111 10^3/µL 0.00-.100 Tinggi
NE% 56.8 % 37.0-72.0
LY% 2.89 % 20.0-50.0
MO% 5.39 % 0.00-14.0
EO% 16.5 % 0.00-6.00 Tinggi
BA% .793 % 0.00-1.00
RBC 3.51 106/µL 3.80-5.20 Rendah
HGB 10.5 g/dL 11.7-15.5 Rendah
HCT 30.1 % 35.0-47.0 Rendah
MCV 85.7 fL 80.0-100.
MCH 29.8 Pg 26.3-31.0
MCHC 34.8 g/dL 31.0-36.0
RDW 11.5 % 11.0-16.0
PLT 286. 103/µL 150.-540

3.4.2Kimia Klinik (23 Juli 2018)


Analisis Hasil Range
Albumin 4.6 g/dL 3.7-5.2
AST 21 U/L 0-21
ALT 19 U/L 0-23
Urea 27 mg/dL 15-40
Kreatinine 0.62mg/dL 0.60-0.90

3.4.3 USG Abdomen (3 Agustus 2018)

Dilakukan USG abdomen atas bawah dengan kesan massa serviks uteri. Hepar,
GB, Pancreas, Lien, Ginjal kanan, kiri, dan buli saat ini tak tampak kelainan.
16

3.4.4 Biopsi serviks (21 Juli 2018)

Gambaran morfologi sesuai untuk squamous cell carcinoma

3.5 Diagnosis
Kanker serviks stadium IIIb
3.6 Penatalaksanaan
3.6.1 Terapi nonfarmakologis
1. Pemasagan tampon vagina 1 buah 2x24 jam
2. Rujuk pasien ke RSUP Sanglah untuk melakukan kemoradioterapi
3.6.1 Terapi farmakologis
1. Asam mefenamat 3x500mg IO
2. Asam traneksamat 3x500mg IO
3. Sulfas Ferosus 1x300 IO
17

BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien merupakan rujukan dari salah satu dokter spesialis kandungan dan
kebidanan dan telah didiagnosis dengan susp. kanker serviks. Pasien sebelumnya
mengeluhkan pendarahan dari jalan lahir. Darah berwarna merah segar keluar sejak 2
minggu sebelum kontrol ke poliklinik kebidanan RSUD Karangasem. Adanya
Pengeluaran flek-flek disangkal oleh pasien. Pasien mengganti pembalut sebanyak tiga
kali sehari selama keluarnya pendarahan. Pasien mengeluhkan terkadang ada
gumpalan-gumpalan darah yang keluar dari jalan lahir. Gumpalan berwarna merah
kecoklatan. Nyeri perut, nyeri pinggang, dan pinggul disangkal oleh pasien. Nyeri saat
BAK dan BAB disangkal oleh pasien.

Pasien sudah mengalami menopause sejak 7 tahun yang lalu. Riwayat


menstruasi sebelumnya, pasien mengaku siklusnya teratur, dengan siklus 28 hari.
Pasien mengaku tidak pernah mengalami nyeri perut ataupun pinggul saat mengalami
menstruasi dulu. Pasien menikah 1 kali saat pasien berusia 26 tahun dan pasien
memiliki 7 orang anak.

Pada pemeriksaan fisik abdomen, tidak ditemukan distensi, tidak ada nyeri
tekan, dan bising usus normal. Pada pemeriksaan Vaginal toucher ditemukan fluksus
(+),ditemukan portio yang berdungkul, rapuh, mudah berdarah, infiltrasi 1/3 distal
vagina, dan tidak ditemukan bulging. Pemeriksaan Rectal toucher didapatkan CFS
sebesar 75%. Dari pemeriksaan penunjang biopsi serviks, ditemukan gambaran
morfologi squamous cell carcinoma. Pemeriksaan USG abdomen atas bawah, kesan
massa serviks uteri. Hepar, GB, Pancreas, Lien, Ginjal kanan, kiri, dan buli saat ini tak
tampak kelainan, Pasien juga melakukan pemeriksaan darah lengkap, dan x-ray thorax.

Diagnosis kerja pada pasien adalah kanker serviks stadium IIIb. Kanker serviks
stadium IIIb merupakan stadium dimana tumor telah meluas ke dinding panggul dan /
18

atau menyebabkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal. Diagnosis dari kanker
serviks ditentukan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan biopsi serviks. Pasien
mengeluh pendarahan pervaginam sejak 2 minggu lalu, dengan volume ±60ml/hari dan
disertai dengan keluarnya gumpalan-gumpalan darah yang merupakan salah satu gejala
dari kanker serviks. Dilihat dari riwayat persalinan, pasien memiliki 7 orang anak,
dimana memiliki banyak anak merupakan salah satu faktor risiko dari kanker serviks.
Dari pemeriksaan VT ditemukan fluksus (+), dengan portio yang berdungkul, rapuh,
mudah berdarah, infiltrasi 1/3 distal vagina, dan tidak ditemukan bulging. Infiltrasi
hingga 1/3 distal vagina menunjukan tumor sudah menginvasi hingga bawah vagina
Pemeriksaan RT didapatkan CFS sebesar 75%, yang artinya adanya penyebaran
namun belum sampai dinding pelvis.

Hal ini didukung dari hasil pemeriksaan biopsi serviks dengan


ditemukankannya gambaran karsinoma skuamosa yang berarti ditemukannya sel
keganasan, namun dari hasil biopsi, tidak diketahui tipe dan diferensiasi dari sel
karsinoma skuamosa. Pemeriksaan USG abdomen atas bawah menunjukan adanya
massa pada serviks uteri Yang menunjukkan terdapat tumor pada serviks.

Penatalaksanaan pasien ini adalah, pasien dilakukan pemasangan tampon 1


buah dalam 24 jam, untuk menghentikan pendarahan yang terjadi, dan pasien di rujuk
ke RSUP Sanglah untuk menjalani kemoradioterapi, dan pasien diberikan Edukasi
mengenai penyakit yang dialami. Pasien disarankan untuk rutin menjalani kemoterapi
untuk menekan sel kanker dan mencegah metastase. Selain itu tujuannya ialah untuk
memperpanjang kualitas hidup pasien, dan diinfokan mengenai efek samping dari
kemoterapi. Keluarga pasien diberikan edukasi, agar selalu mendukung pasien untuk
menjalani kemoterapi.

Pemberian Asam mefenamat 3x500mg IO, sebagai anti nyeri Asam


traneksamat 3x500mg IO sebagai obat untuk menghentikan pendarahan, dan
pemberian Sulfas Ferosus 1x300 IO, sebagai penambah zat besi, dan mencegah
anemia.
19

BAB V
SIMPULAN

Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks, yang sebagian
besar disebabkan oleh virus HPV tipe 16 dan 18. Faktor risiko terjadinya kanker serviks
adalah aktivitas seksual pada usia muda (<16 tahun), hubungan seksual dengan
multipartner, penyakit menular seksual, menderita HIV, merokok, mempunyai anak
banyak, sosial ekonomi rendah, pemakaian pil KB (dengan HPV negatif atau positif,
dan gangguan imunitas Diagnosis kanker serviks dan stadiumnya dapat ditegakkan
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik secara umum dan dengan status ginekologi, dan
pemeriksaan penunjang. Biopsi merupakan pemeriksaan gold standard untuk
menegakkan diagnosis kanker serviks. Selain biopsi dapat juga dilakukan pemeriksaan
radiologi.

Pasien NLS 54 tahun datang dengan keluhan pendarahan pervaginam sejak 2


minggu SMRS. Darah berwarna merah segar dan juga terdapat gumpalan-gumpalan
darah yang keluar bersamaan dengan darah segar.Pasien sudah mengalami menopause
sejak 7 tahun lalu. Pasien dengan riwayat menikah 1 kali dengan usia pernikahan 28
tahun dan memiliki 7 orang anak. Pada pemeriksaan fisik status ginekologi, ditemukan
adanya fluksus (+),ditemukan portio yang berdungkul, rapuh, mudah berdarah,
infiltrasi 1/3 distal vagina, dan tidak ditemukan bulging. Pemeriksaan Rectal toucher
didapatkan CFS sebesar 75%.

Dari pemeriksaan penunjang biopsi serviks, ditemukan gambaran morfologi


squamous cell carcinoma. Pemeriksaan USG abdomen atas bawah, kesan massa
serviks uteri, dan tampak metastase pada hepar dan paraaorta. Diagnosis pada pasien
adalah kanker serviks stadium IIIb. Dan pasien di rujuk ke RSUP Sanglah untuk
menjalani kemoradioterapi.
20

DAFTAR PUSTAKA

1. CDC. CDC - Cervical Cancer [Internet]. Center for Disease Control and
Prevention. 2018 [cited 2018 Aug 6]. Available from:
https://www.cdc.gov/cancer/cervical/
2. Andrijono, Purwoto G, Sekarutami SM, Handjari DR, Primariadewi, Nuhonni
SA, et al. Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks. Kom Penanggulangan
Kanker Nas. 2013;1–30.
3. Anwar M, R. AB, Prabowo P, editors. Ilmu Kandungan. third edit. JAkarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011. 294-299 p.
4. WHO | Cervical cancer. WHO [Internet]. World Health Organization; 2017
[cited 2018 Aug 4]; Available from: http://www.who.int/can cer/preve
ntion/diagnosis-screening/cervical-cancer/en/
5. Ariza Suryapratama S. Karakteristik Penderita Kanker Serviks di RSUP Dr.
Kariadi Semarang Tahun 2010 [Internet]. Semarang; 2012 [cited 2018 Aug 4].
Available from: http://eprints.undip.ac.id/37777/ 1/Satya_A riza_G2A0
08172_Lap.KTI.pdf
6. Callahan TL, Caudhey AB. Blueprints Obstetric & Gynecology. sixth edit.
Shyner S, editor. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins; 2013. 369-378 p.
7. SMF Obstetri dan Ginekologi RSUP Sanglah. Panduan Praktik Klinis SMF
Obstetri & Ginekologi. Denpasar: SMF Obstetri dan Ginekologi RSUP Sanglah;
2015. 224-230 p.
8. Hoffman BL, Schorge JO, Bradshaw KD, Halvorson LM, Schaffer JI, Corton
MM. Williams Gynecology. third edit. United States: McGraw-Hill Education;
2016.

Anda mungkin juga menyukai