Anda di halaman 1dari 34

Clinical Report Session

*Program Studi Profesi Dokter /G1A217090/Juni 2019

**Pembimbing/ dr. H. Mohammad Rizal Syafiie, Sp.B KBD

Ileus Obstruksi et causa adhesi

Oleh :

Ayu lestari, S.Ked *

dr. H. Mohammad Rizal Syafiie, Sp.B KBD**

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN BEDAH

RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019

LEMBAR PENGESAHAN

1
Clinical Report Session (CRS)

Ileus Obstruksi et causa Adhesi

Oleh:

Ayu lestari, S.Ked *

dr. H. Mohammad Rizal Syafiie, Sp.B KBD**

Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Bedah

Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Jambi

RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi

2019

Jambi, Juni 2019

Pembimbing,

dr. H. Mohammad Rizal Syafiie, Sp.B KBD

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan referat yang berjudul “Ileus
Obstruksi et causa Adhesi”. Dalam kesempatan ini saya juga mengucapkan terima
kasih kepada dr. Mohammad Rizal Syafie , Sp.B. KGB ,selaku dosen pembimbing
yang memberikan banyak ilmu selama di Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian
Bedah.

Penulis menyadari bahwa laporan referat ini jauh dari sempurna, penulis
juga dalam tahap pembelajaran, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
agar lebih baik kedepannya.

Akhir kata, saya berharap semoga laporan clinical report session (CRS)
ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah informasi dan
pengetahuan kita.

Jambi, Juni 2019

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

Obstruksi usus akut terjadi ketika aliran isi usus terganggu oleh sebab
mekanis. Ini paling sering disebabkan oleh adhesi intra-abdominal, keganasan,
dan herniasi. gejala klinis pada umumnya meliputi mual, nyeri perut kolik, dan
berhentinya flatus dan feses, meskipun keparahan gejala klinis ini bervariasi
berdasarkan tingkat obstruksi anatomi. Distensi abdomen, hingga hipertimpani
pada perkusi, dan bising usus bernada tinggi adalah temuan klasik. Evaluasi
laboratorium harus mencakup hitung darah lengkap. Pencitraan dengan radiografi
abdomen atau CT_scan dapat mengkonfirmasi diagnosis dan membantu dalam
pengambilan keputusan untuk perencanaan terapi. Penatalaksanaan obstruksi yang
tidak rumit termasuk resusitasi cairan intravena dengan koreksi gangguan
metabolisme, pemasangan pipa nasogastrik, dan istirahat usus. Pasien dengan
demam dan leukositosis harus menerima cakupan antibiotik terhadap organisme
gram negatif dan anaerob. Jika terjadi perforasi vaskular, atau kegagalan untuk
menyelesaikan dengan manajemen nonoperatif merupakan indikasi untuk
intervensi bedah.1
Pembentukan adhesi peritoneum adalah konsekuensi umum dari setiap
operasi atauproses inflamasi intra-abdominal (misalnya, penyakit radang panggul
[PID], divertikulitis, bakteri spontan, peritonitis). Diperkirakan adhesi
intraabdomen berkembang pada 90-95% pasien setelah operasi. Pita adhesi timbul
diantara lipatan usus dan luka saat operasi. Adhesi ini dapat meyebabkan
obstruksi usus dengan menyebabkan angulasi akut dan kinking, seringnya adhesi
ini timbul beberapa tahun setelah operasi. Hal ini dikarenakan teknik operasi yang
salah atau terlalu banyak trauma pada usus sewaktu operasi sehingga usus rusak
dan terbentuk jaringan parut yang dapat mengalami penyempitan.2

4
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : ismail
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : pegawai swasta
Alamat :RT 18 Kel. Murni kec. Danau sipin
Agama :Islam
Bangsa :Indonesia
MRS : 12 Juni 2019

2.2 ANAMNESIS

Keluhan Utama
Nyeri perut disertai tidak BAB dan flatus kurang lebih 5 hari sejak masuk
rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang


.Awalnya pasien datang kerumah sakit dikarenakan sulit BAB dan terdapat
benjolan pada anus dan pasien mengeluh keluar darah merah segar setelah
BAB. Namun setelah dirawat diRS selama 5 hari Pasien mengeluh nyyeri
perut disertai tidak bisa buang air besar. Pasien merasakan nyeri diseluruh
perut, nyerinya dirasakan seperti melilit. nyeri perut dirasakan hilang
timbul. Nyeri diperberat setelah pasien makan. Dan berkurang setelah
pasien muntah.Pasien juga mengalami mual () dan muntah apabila
pasien makan. Muntah berisi apa saja yang pasien makan. Pasien
mengalami penurunan nafsu makan. Pasien merasakan perut pasien
semakin terasa keras. BAK dalam batas normal.demam (-) Lemas (+)

5
Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien pernah operasi hernia ± 4 tahun SMRS
- Riwayat Hipertensi : Disangkal
- Riwayat DM : Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami hal serupa. Riwayat
penyakit lainnya dalam keluarga juga disangkal.

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


TANDA VITAL
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Frekuensi Napas : 22 kali/menit
Frekuensi Nadi : 98 kali/menit
Suhu : 36.5 oC

STATUS GENERALIS

Kulit
Warna : Sawo matang Turgor : Baik
Efloresensi : (-)
Pigmentasi : Dalam batas normal
Jar. Parut : (-)
Edema : (-)

6
Kepala
Bentuk kepala : Normocephal
Ekspresi muka : Tampak sakit Berat
Simetris muka : Simetris

Mata
Conjungtiva anemis : (-/-)
Sklera Ikterik : (-/-)
Reflek cahaya : (+/+)

Hidung
Bentuk : Normal
Septum : Deviasi (-)
Sekret : (-)
Perdarahan : (-)

Leher
Kelenjar getah bening : Pembesaran (-)

Thorax
Bentuk : Simetris
 Paru-paru
 Inspeksi : Pernafasan simetris
 Palpasi : Fremitus taktil normal, nyeri tekan (-), krepitasi (-)
 Perkusi : Sonor (+/+)
 Auskultasi : Vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
 Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis teraba 2 jari di ICS V linea
midclavicula sinistra

7
 Perkusi batas jantung
Kanan : ICS III Linea parasternalis dekstra
Kiri : ICS V Linea midklavikularis sinistra
Atas : ICS II Linea parasternalis sinistra
Pinggang jantung : ICS III Linea parasternalis sinistra
 Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
 Inspeksi : Cembung, distensi abdomen (+),darm kontur (+),
darm steifung (+), Bekas operasi didaerah simpisis pubis dan
inguinalis, massa (-),
 Auskultasi : Bising usus meningkat(+), metallic sound (+)
 Palpasi : Nyeri tekan (+)diseluruh lapangan perut,, hepar
dan lien tidak teraba
 Perkusi : hipertimpani (+)
Ekstremitas atas
Gerakan : Dbn
Akral : Hangat, CRT < 2 detik
Extremitas bawah
Gerakan : Dbn
Akral : Hangat, CRT < 2 detik

2.4 STATUS LOKALISATA

Abdomen distensi,darm kontur darm


steifung, nyeri diseluruh lapangan
perut.

8
Pemasangan NGT berisi Feses abdomen cembung, bekas luka operasi

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Darah Rutin (13/06/2019)

Jenis Hasil Normal


Pemeriksaan
WBC 8,96 (4-10,0 10^9/L)
RBC 4,8 (3,5-5,5 10^9/L)
HGB 14,3 (11-16 g/dl)
HCT 42,4 (35-50 %)
PLT 277 (100-300 10^9/L)

GDS : 122 mg/dl


2. Faal Ginjal (13/06/2019)
Parameter Satuan Nilai Normal

Ureum 16 15 - 39 mg/dl

Creatinin 0,8 P= 0,6 – 1,1 mg/dl


3. Pemeriksaan
elektrolit(13/06/2019)

9
Parameter Satuan Nilai Normal

Natrium (Na) 138,64 135 – 148 mmol/L

Kalium (K) 4,96 3,5 – 5,3 mmol/L

Chlorida (Cl) 101,83 98 – 110 mmol/L

Calsium (Ca) 1.09 1,19-1,23 mmol/L

4. Faal Hati (13/06/2019)


Parameter Satuan Nilai Normal

Protein total 7,4 6.4 – 8.4

Albumin 4.5 3,5 – 5,0

Globulin 2,9 3.0 – 3.6

SGOT 22 <40

SGPT 17 <41

5. Faal Hati (17-6-2019)

Parameter Satuan Nilai Normal

Protein total 6,1 6.4 – 8.4

Albumin 3,6 3,5 – 5,0

Globulin 2,5 3.0 – 3.6

2.5 DIAGNOSIS SEMENTARA

 Ileus Obstruksi

2.6 DIAGNOSIS BANDING


 Appendisitis perforasi

10
 Tumor Kolon
2.8 DIAGNOSIS POST OPERASI
 Ileus Obstruksi e.c Adhesi

2.8 PENATALAKSANAAN PRE OPERASI


 IVFD RL 20 tpm
 Inj. Ceftriaxone 1 x 2 gr
 Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
 Inj. Ranitidin 2x25 mg
 Inj. Ondansentron 4mg/2ml
 NGT
 Kateter
 Konsul Spesialis bedah digestif untuk tindakan laparotomy

Telah dilakukan operasi pada 17 Juni 2019

Jam Operasi Dimulai : 12.00 WIB

Jam Operasi Selesai : 14.00 WIB

Diagnosa Pre Op : ileus Obstruksi +hemorrhoid eksterna inkarserata

Diagnosa Post Op : ileus Obstruksi e.c Adhesi+hemorrhoid eksterna inkarserata

+appedisitis

Tindakan : Laparatomi eksplorasi +adhesiolisis+ reseksi anastomosis end


to end + hemorroidektomi

11
2.9 TATAKLAKSANA POST OPERASI
 Inj. Asam traneksamat 3x 500 mg
 Inj Ondansentron 4mg/2ml
 Inj ranitidine 2x25 mg
 Inj Ketorolac 3x50 mg
 Inj Metronidazole3x 500mg
 Inj Cefriaxone 1x2 gr

2.8 PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

12
Follow up pasien
Tangga
Keadaan Klinis Penatalaksanaan
l
17 Juni Keluhan: nyeri diseluruh lapang perut •IVFD RL20 tpm
2019 mual (+), muntah (+) demam (-) •Inj. Ceftriaxone 1 x 2 gr
BAB (-)BAK (+) normal, Flatus (-) •Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
•Inj.Ranitidin 2x25 mg
•Inj.Ondansentron
KU: komposmentis, sakit berat 4mg/2ml
TV : TD : 100/70 mmHg •NGT
N : 82x/menit
•Kateter
RR : 20x/menit
•Konsul Spesialis bedah
t : 36,6°C
digestif untuk tindakan
i: distensi (+), darm kontur (+), darm
laparotomy
Steifung (+),

A: Hiperperistaltik, metallic sound(+)
P: nyeri tekan (+)seluruh lapangan perut
P: hipertimpani

18 Juni Post operasi Laparatomi eksplorasi •Inj. Asam traneksamat 3x


2019 +adhesiolisis+ reseksi anastomosis end 500 mg
to end + hemorroidektomi hari 1
Keluhan: nyeri pada luka operasi •inj Ondansentron 4mg/2ml
mual (+), muntah (-) demam (-) •Inj ranitidine 2x25 mg
BAB (-), Flatus (-)
•Inj Ketorolac 3x50 mg

KU: komposmentis, sakit sedang •Inj Metronidazole3x 500mg


TV : TD : 130/80 mmHg
N : 82x/menit •Inj Cefriaxone 1x2 gr
RR : 22x/menit
t : 36,9°C
NGT :300 cc warna hijau
Drain 200 cc
Kateter : 1500cc
19Juni Post operasi Laparatomi eksplorasi •Inj. Asam traneksamat 3x
2019 +adhesiolisis+ reseksi anastomosis end 500 mg
to end + hemorroidektomi hari 2
•inj Ondansentron 4mg/2ml
Keluhan: nyeri pada bekas operasi
•Inj ranitidine 2x25 mg
mual (+), muntah (-) demam (-)
BAB (-), Flatus (-) •Inj Ketorolac 3x50 mg
Pasien masih puasa
•Inj Metronidazole3x 500mg

KU: komposmentis, sakit sedang •Inj Cefriaxone 1x2 gr

13
TV : TD : 130/70 mmHg
N : 88x/menit
RR : 19x/menit
t : 36,6°C
NGT :100cc
Drain 200 cc
Kateter 1000cc

20 Juni Post operasi Laparatomi eksplorasi •Inj. Asam traneksamat 3x


2019 +adhesiolisis+ reseksi anastomosis end 500 mg
to end + hemorroidektomi hari 3
•inj Ondansentron 4mg/2ml
Keluhan: nyeri hilang timbul
•Inj ranitidine 2x25 mg
mual (-), muntah (-) demam (-)
BAB (-), Flatus (-) •Inj Ketorolac 3x50 mg
Pasien masih puasa
Hasil GP, masih terdapat pus yang •Inj Metronidazole3x 500mg
keluar pada jahitan Inj Cefriaxone 1x2 gr

KU: komposmentis, sakit sedang


TV : TD : 110/70 mmHg
N : 85x/menit
RR : 22x/menit
t : 36,0°C
NGT :-
Drain 200 cc
Kateter 1500 cc

21 Juni Post operasi Laparatomi eksplorasi R/


2019 +adhesiolisis+ reseksi anastomosis end
to end + hemorroidektomi hari 4  IVFD RL 20tts/i
Keluhan: nyeri berukurang  Inj. Kalnex
mual (-), muntah (-) demam (-)  Inj. Ondansentron
BAB (-), Flatus (+), 4mg/2ml
 Inj. Ranitidin 2x25mg
 Inj Cefriaxone 1x2 gr
KU: komposmentis, sakit sedang
TV : TD : 120/80 mmHg
N : 82x/menit
RR : 22x/menit
t : 36,9°C
NGT :-
Drain 100 cc
Kateter : 1000 cc

14
22 Juni Post operasi Laparatomi eksplorasi  IVFD RL 20tts/i
2019 +adhesiolisis+ reseksi anastomosis end  Inj. Kalnex
to end + hemorroidektomi hari 5  Inj. Ondansentron
Keluhan: nyeri berukrang 4mg/2ml
mual (-), muntah (-) demam (-)  Inj. Ranitidin 2x25mg
BAB (-), Flatus (+)peristaltic usus
 Inj Cefriaxone 1x2 gr
(+)
Diet air 10SDM/2jam

KU: komposmentis,
TV : TD : 130/80 mmHg
N : 86x/menit
RR : 22x/menit
t : 36,9°C
NGT :
Drain
Kateter :2000 cc
23 Juni Post operasi Laparatomi eksplorasi  IVFD RL 20tts/i
2019 +adhesiolisis+ reseksi anastomosis end  Inj. Kalnex
to end + hemorroidektomi hari 6  Inj. Ondansentron
4mg/2ml
Keluhan: nyeri berukurang
 Inj. Ranitidin 2x25mg
mual (-), muntah (-) demam (-)
BAB (-), Flatus (+) Inj Cefriaxone 1x2 gr
Diet cair

KU: komposmentis, sakit sedang


TV : TD : 120/70 mmHg
N : 90x/menit
RR : 20x/menit
t : 36,0°C
NGT :dilepas
Drain: dilepas
Katet: dilepas

24 Juni Post operasi Laparatomi eksplorasi  IVFD RL 20tts/i


2019 +adhesiolisis+ reseksi anastomosis end  Inj. Kalnex
to end + hemorroidektomi hari 7  Inj. Ondansentron
4mg/2ml
Keluhan: nyeri pada bekas operasi (-)
 Inj. Ranitidin 2x25mg
mual (-), muntah (-) demam (-)
BAB (-), Flatus (+) Inj Cefriaxone 1x2 gr
Diet cair

15
KU: komposmentis, sakit sedang
TV : TD : 120/80 mmHg
N : 88x/menit
RR : 21x/menit
t : 36,2°C

25 juni Post operasi Laparatomi eksplorasi  IVFD RL 20tts/i


2019 +adhesiolisis+ reseksi anastomosis end  Inj. Kalnex
to end + hemorroidektomi hari 8  Inj. Ondansentron
Keluhan: nyeri (-) 4mg/2ml
mual (-), muntah (-) demam (-)  Inj. Ranitidin 2x25mg
BAB (+), Flatus (+)BAK normal
Pasien diet lunak Inj Cefriaxone 1x2 gr

KU: komposmentis,
TV : TD : 120/80 mmHg
N : 84x/menit
RR : 19x/menit
t : 36,0°C

16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi3
Dalam permulaan perkembangannya, saluran cerna hanya berupa suatu
tabung sederhana dengan beberapa benjolan. Bakal lambung, pada saat ini,
berupa suatu pelebaran kerucut, sedangkan bakal sekum ditandai dengan
pelebaran yang asimetris. Pada usia janin bulan kedua dan ketiga, terjadi suatu
proses yang dapat menimbulkan cacat bawaan pada bayi dikemudian hari..
Usus tumbuh dengan cepat, memperluas diri dan berada dalam tali pusat
(umbilical coelom) serta membentuk umbilical loop. Sewaktu usus menarik
diri masuk kedalam rongga perut, duodenum dan sekum berputar dengan arah
berlawanan jarum jam. Duodenum memutar disorsal arteri dan mesenterika
superior, sedangkan sekum memutar diventralnyasehingga kemudian sekum
terletak difossa iliaka kanan.
Panjang usus halus kurang lebih 6 meter. Terdiri atas duodenum, jejunum
dan ileum..Perbatasan antara jejunum dan ileum tidak jelas dari luar, dinding
jejunum lebih tebal dan lumen ileum lebih sempit. Pada bagian akhir dari
ileum terdapat sebuah katup yang disebut valvulla ileocaecal. Mesenterium
mengandung pembuluhh darah , pembuluh limfe, kelenjar limf dan saraf
otonom. Selain itu terdapat perdarahan kolateral arteri kolika media sebagai
cabang arteri mesenterika inferior. Hubungan kolateral ini terletak dipinggir
kolon transversum dan kolon descendens. Vena mesenterika superior
bergabung dengan vena lienalis dan vena mesenterika inferior membentuk
vena porta.

17
.
Gambar 3.1 Anatomi Usus Halus

Usus besar secara embriologik kolon kanan berasal dari usus tengah ,
sedangkan kolon kiri sampai dengan rectum berasal dari usus belakang.. Usus
besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup
ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati
sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol
aliran kimus dari ileum ke sekumlapisan otor longitudinal membentuk tiga buah
pita disebut tenia, sehingga kolon berlipat-lipat dan berbentuk sakulus yang
disebut haustra. Kolon transversum dan kolon sigmoid terletak intraperitoneal dan
dilengkapi dengan mesenterium.lebih panjang dan lebih besar diameternya dari
pada usus halus. Panjang usus besar mencapai 1,5 m dengan diameter rata-rata 6,5
cm. Semakin mendekati anus diameter semakin mengecil. 4

Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens, dan


sigmoid. Sekum kolon ascenden dan bagian kanan dari kolon transversum
diperdarahi oleh arteri mesenterika superior yaitu arteri ileokolika, arteri kolika
dekstra, dan arteri kolika media. Kolon transversum bagian kiri kolon descenden
dan kolon sigmoid diperdarahi oleh arteri mesenterika inferior.melalui arteri
kolika sinistra, arteri sigmoid, dan arteri hemorroiddalis superior.

3.2 Fisiologi3

Bersama cairan yang masukdengan makanan dan minuman, ludah, cairan


lambung, empedu, secret pancreas, dan cairan usus halusmembentuk cairan
saluran cerna dengan volume 6-8 liter.semua cairan ini akan diserap kembali
sebelum isi usus melewati katup ileosekal sehingga hanya kira-kira setengah liter

18
cairan yang akan diteruskan kekolon. Proses keluar masuknya cairan melalui sel
ini terjadi dengan cara difusi, osmosis, atau dibawah pengaruh tekanan
hidrostatik.

Fungsi usus halus terdiri atas transportasi dan pencernaan makanan, serta absorpsi
cairan, elektrolit dan unsure makanan. Hamper semua bahan makanan diabsorpsi
didalam jejunum kecuali vitamin B12 dan asam empedu yang diserap dalam ileum
terminale.isi usus digerakkan oleh peristaltic yang terdiri atas dua jenis gerakan.
Yaitu segmental dan longitudinal. Gerakan intestinal diatur oleh saraf otonom dan
hormone.
Adapun fungsi usus besar menyerap air, vitamin, dan elektrolit,, eksresi mucus,
serta menyimpan feses, dan kemudian mendorongnya keluar. Dari 700-1000 mL
cairan usus halus yang diterima oleh kolon hanya 150-200mL yang dikeluarkan
sebagai feses setiap harinya.. udara yang tertelan saat makan, minum atau
menelan ludah, oksigen dan co2 nya diserap didiusus. Sedangkan nitrogen dan gas
hasil pencernaan dikeluarkan sebagai platus.pada infeksi usus produksi gas
meningkat dan bila mendapat obstruksi usus gas tertimbun disaluran cerna yang
menimbulkan flatulensi.

3.3 Definisi1,4
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya
obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus
Obstruktif  adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh
sumbatan mekanik sehingga isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal
atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan dalam lumen
usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada
suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.obstruksi
usus juga disebut obstruksi mekanik apabila disebabkan oleh strangulasi,
invaginasi, atau sumbatan didalam lumen usus,adapun ileus dinamik disebabkan
oleh kelebihan dinamik seperti spasme seperti pada peritonitis umum.

19
3.4 Epidemiologi11,3,4
Obstruksi usus kecil (SBO) bertanggung jawab atas sekitar 15% dari pembedahan
operasi untuk perut akut. Di Italia, penyebab SBO paling sering adalah adhesi
(sekitar 60%), hernia (sekitar 20%) dan neoplasma (sekitar15%) .Perbandingan
dengan negara lain menarik. Di AS, paling banyak Penyebab SBO yang sering
adalah sindrom adhesi (50-75%), diikuti oleh stenosis enteritis dan neoplasma
Crohn; Sangat menarik untuk dicatat bahwa hernia tidak ada karena tindakan
pencegahan ekstensif untuk hernia eksternal.Sebaliknya, di negara berkembang,
hernia masih terhitungsekitar 78% dari SBO sebagai konsekuensi dari kurangnya
tindakan pencegahan. Sekitar 80% hingga 90% sumbatan usus terjadi di usus
halus; 10% hingga 20% lainnya terjadi di usus besar. Kanker kolorektal
bertanggung jawab atas 60% hingga 70% dari semua penghalang usus besar,
sementara divertikulitis dan volvulus merupakan mayoritas dari 30% sisanya.
Sebaliknya, obstruksi usus kecil paling sering dikaitkan dengan adhesi, hernia
dinding perut, atau neoplasma di sebagian besar masyarakat Barat yang maju.
Adhesi intra-abdominal terkait dengan operasi perut sebelumnya merupakan 75%
dari kasus obstruksi usus halus. Lebih dari 300.000 pasien diperkirakan menjalani
operasi untuk mengobati obstruksi usus kecil yang diinduksi adhesi di Amerika
Serikat setiap tahun. Analisis tren 20 tahun antara tahun 1988 dan 2007 telah
mendokumentasikan tidak ada penurunan tingkat ini selama ini periode waktu,
menyoroti masalah yang sedang berlangsung.3

20
3.5 Etiologi,4,5,6
Meskipun berbagai macam etiologi untuk kondisi ini ada, lesi yang
menghalangi dapat dikonseptualisasikan sesuai untuk hubungan anatomisnya
dengan dinding usus sebagai:
1. Intraluminal (mis., Benda asing, batu empedu, atau meconium)
2. Intramural (mis., Tumor, inflamasi terkait penyakit Crohn striktur)
3. Ekstrinsik (mis., Adhesi, hernia, atau karsinomatosis)

Penyebab dari obstruksi yaitu:


 Adhesi intestinal : adanya jaringan fibrosa pada usus yang ditemukan
saat lahir (kongenital).Namun jaringan fibrosa ini paling sering terjadi
setelah operasi abdominal. Usus halus yang mengalami perlengketan
akibat jaringan fibrosa ini akan menghalangi jalannya makanan dan
cairan.
 Hernia inkarserata : bila sudah terjadi penjepitan usus, maka dapat
menyebabkan obstruksi usus.
 Tumor (primer, metastasis) : dapat menyebabkan sumbatan terhadap
jalannya makanan dan cairan.
 Divertikulum Meckel

21
 Intussusception (masuknya usus proximal ke bagian distal)
 Volvulus (terpuntirnya usus)
 Striktur yang menyebabkan penyempitan lumen usus
 Askariasis
 Impaksi faeces (faecolith)
 Benda asing.
 Table 28-3
 Small bowel obstruction: common etiologies
 Adhesions
 Neoplasms
 Primary small bowel neoplasms
 Secondary small bowel cancer (e.g., melanoma-derived
 metastasis)
 Local invasion by intra-abdominal malignancy (e.g.,
 desmoid tumors)
 Carcinomatosis
 Hernias
 External (e.g., inguinal and femoral)
 Internal (e.g., following Roux-en-Y gastric bypass
 surgery)
 Crohn’s disease
 Volvulus
 Intussusception
 Radiation-induced stricture
 Postischemic stricture
 Foreign body
 Gallstone ileus
 Diverticulitis
 Meckel’s diverticulum
 Hematoma
 Congenital abnormalities (e.g., webs, duplications, and
 malrotation)

Kira-kira 15% obstruksi usus terjadi di usus besar. Obstruksi dapat


terjadi di setiap bagian kolon tetapi paling sering di sigmoid.Penyebabnya
adalah :

 Karsinoma
 Volvulus
 Kelainan divertikular (Divertikulum Meckel)
 Penyakit Hirschsprung
 Inflamasi

22
 Tumor jinak
 Impaksi fekal.2

3.6Patofisiologi3,4
Pada obstruksi mekanik, usus bagian proksimal mengalami distensi akibat
adanya gas/udara dan air yang berasal dari lambung, usus halus, pankreas, dan
sekresi biliary. Cairan yang terperangkap di dalam usus halus ditarik oleh sirkulasi
darah dan sebagian ke interstisial, dan banyak yang dimuntahkan keluar sehingga
akan memperburuk keadaan pasien akibat kehilangan cairan dan kekurangan
elektrolit. Jika terjadi hipovolemia mungkin akan berakibat fatal.

Obstruksi yang berlangsung lama mungkin akan mempengaruhi pembuluh


darah vena, dan segmen usus yang terpengaruh akan menjadi edema, anoksia dan
iskemia pada jaringan yang terlokalisir, nekrosis, perforasi yang akan mengarah
ke peritonitis, dan kematian. Septikemia mungkin dapat terjadi pada pasien
sebagai akibat dari perkembangbiakan kuman anaerob dan aerob di dalam lumen.
Usus yang terletak di bawah obstruksi mungkin akan mengalami kolaps dan
kosong .

Secara umum, pada obstruksi tingkat tinggi (obstruksi letak tinggi/obstruksi


usus halus), semakin sedikit distensi dan semakin cepat munculnya muntah. Dan
sebaliknya, pada pasien dengan obstruksi letak rendah (obstruksi usus besar),
distensi setinggi pusat abdomen mungkin dapat dijumpai, dan muntah pada
umumnya muncul terakhir sebab diperlukan banyak waktu untuk mengisi semua
lumen usus. Kolik abdomen mungkin merupakan tanda khas dari obstruksi distal.
Hipotensi dan takikardi merupakan tanda dari kekurangan cairan. Dan lemah serta
leukositosis merupakan tanda adanya strangulasi. Pada permulaan, bunyi usus
pada umumnya keras, dan frekuensinya meningkat, sebagai usaha untuk
mengalahkan obstruksi yang terjadi. Jika abdomen menjadi diam, mungkin
menandakan suatu perforasi atau peritonitis dan ini merupakan tanda akhir suatu
obstruksi.

23
Obstrruksi pada kolon akan mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit
berlangsung lambat. Karena kolon merupakan alat penyimpanan feses sehingga
secara relative fungsi kolon sebagai alat penyerap sedikit sekali. Obstruksi kolon
yang berlarut akan menyebabkan distensi yang sangat besar selama katup ileo
sekal tetap utuh,

3.7Klasifikasi3
Klasifikasi obstruksi usus berdasarkan:

 Letak sumbatan
a. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus (dari gaster sampai
ileum terminal)

b. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (dari ileum terminal


sampai anus)

 Sifat sumbatan
a. Simple obstruction : sumbatan tanpa disertai gangguan aliran
darah

b. Strangulated obstruction : sumbatan disertai gangguan aliran


darah sehingga timbul nekrosis, gangren dan perforasi

3.8 Gejala Klinis1,3,4


Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual,
muntah, perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Mual muntah
umumnya terjadi pada obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di bagian distal
maka gejala yang dominan adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila
obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal usus menjadi sangat dilatasi.

Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar
umbilikus  atau bagian epigastrium. Pada pasien dengan suatu obstruksi sederhana
yang tidak melibatkan pembuluh darah, sakit cenderung menjadi kolik yang pada

24
awalnya ringan, tetapi semakin lama semakin meningkat, baik dalam frekuensi
atau derajat kesakitannya. Sakit mungkin akan berlanjut atau hilang timbul.

Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring dengan kehilangan cairan dan
elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi dengan manifestasi klinis takikardi dan
hipotensi postural. Suhu tubuh biasanya normal tetapi kadang – kadang dapat
meningkat. Hipovolemia dan kekurangan elektrolit dapat terjadi dengan cepat
kecuali jika pasien mendapat cairan pengganti melalui pembuluh darah
(intravena). Derajat tingkat dan distribusi distensi abdominal dapat mencerminkan
tingkatan obstruksi. Pada obstruksi letak tinggi, distensi mungkin minimal.
Sebaliknya, distensi pusat abdominal cenderung merupakan tanda untuk obstruksi
letak rendah.

Tidak ada tanda pasti yang membedakan suatu obstruksi dengan


strangulasi dari suatu obstruksi sederhana: bagaimanapun, beberapa keadaan
klinis tertentu seperti tanda sepsis seperti taki kardi, syok septic dan leukositosis.

3.9 Diagnosis1,4,5
Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab
misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia.
Gejala umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit. Selanjutnya
ditemukan meteorismus dan kelebihan cairan di usus, hiperperistaltis berkala
berupa kolik yang disertai mual dan muntah. Kolik tersebut terlihat pada inspeksi
perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasi sewaktu serangan
kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Penderita
tampak gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu dua kali defekasi
tidak ada lagi flatus atau defekasi. Pemeriksaan dengan meraba dinding perut
bertujuan untuk mencari adanya nyeri tumpul dan pembengkakan atau massa yang
abnormal.

25
Gejala permulaan pada obstruksi kolon adalah perubahan kebiasaan buang
air besar terutama berupa obstipasi dan kembung yang kadang disertai kolik pada
perut bagian bawah. Pada inspeksi diperhatikan pembesaran perut yang tidak pada
tempatnya misalnya pembesaran setempat karena peristaltis yang hebat sehingga
terlihat gelombang usus ataupun kontur usus pada dinding perut.

Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi


hemokonsentrasi, leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pada pemeriksaan
radiologis, dengan posisi tegak, terlentang dan lateral dekubitus menunjukkan
gambaran anak tangga dari usus kecil yang mengalami dilatasi dengan air fluid
level. Pemberian kontras akan menunjukkan adanya obstruksi mekanis dan
letaknya. Pada ileus obstruktif letak rendah jangan lupa untuk melakukan
pemeriksaan rektosigmoidoskopi dan kolon (dengan colok dubur dan barium in
loop) untuk mencari penyebabnya. Periksa pula kemungkinan terjadi hernia.

Pada pemeriksaan radiologis dilakukan foto polos abdomen 3 posisi.


Posisi supine (terlentang): tampak herring bone appearance. Posisi setengah
duduk  atau LLD: tampak step ladder  appearance atau cascade. Adanya dilatasi
dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air fluid level” pada foto polos
abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi. Foto polos abdomen
mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus, sedangkan
sensitivitas 84% pada obstruksi kolon.11

26
Obstruksi usus kecil. Telentang radiografi polos (A), yang
menunjukkan loop melebar usus kecil di kuadran kanan atas,

3.10 Komplikasi2,3
Strangulasi menjadi penyebab dari keabanyakan kasus kematian akibat
obstruksi usus. Isi lumen usus merupakan campuran bakteri yang mematikan,
hasil-hasil produksi bakteri, jaringan nekrotik dan darah. Usus yang mengalami
strangulasi mungkin mengalami perforasi dan menggeluarkan materi tersebut ke
dalam rongga peritoneum. Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif
pada sekum yang berakhir dengan perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran
rongga perut dengan akibat peritonitis umum. Tetapi meskipun usus tidak
mengalami perforasi bakteri dapat melintasi usus yang permeabel tersebut dan
masuk ke dalam sirkulasi tubuh melalui cairan getah bening dan mengakibatkan
shock septic.

3.11 Penatalaksanaan1,4,7
Penatalaksanaan obstruksi usus sekarang dengan jelas telah menurunkan
angka morbiditas dan mortalitas. Hal ini terutama disebabkan telah dipahaminya
dengan tepat patogenesis penyakit serta perubahan homeostasis sebagai akibat

27
obstruksi usus. Penatalaksanaan obstruksi usus ini membutuhkan rawat inap. Pada
umumnya penderita mengikuti prosedur penatalaksanaan dalam aturan yang tetap.
A. Persiapan penderita
Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan
diagnosis obstruksi usus secara lengkap dan tepat. Sering dengan
persiapan penderita yang baik, obstruksinya berkurang atau hilang sama
sekali. Persiapan penderita meliputi :
o Dekompressi usus untuk mencegah aspirasi pulmonal bila muntah
da mengurangi distensi abdomen menggunakan NGT yang dimasukkan
dalam perut atau usus
 Pemasangan kateter untuk mengukur urine output
 Koreksi elektrolit dan keseimbangan asam basa
 Atasi dehidrasi dan keseimbangan elektrolit dengan pemberian
cairan intravena
 Awasi tanda-tanda vital dehidrasi dan syok

B. Operatif
Tindakan operatif untuk membebaskan obstruksi dibutuhkan bila
dekompresi dengan NGT tidak memberikan perbaikan atau diduga adanya
kematian jaringan, hernia ikkarserata. Bila telah diputuskan untuk tindakan
operasi, ada 3 hal yang perlu perhatikan :
 Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.
 Bagaimana keadaan/fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat
obstruksinya maupun kondisi sebelum sakit.
 Apakah ada risiko strangulasi.

Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada


obstruksi usus yang ditolong dengan cara operatif pada saat yang tepat,
angka kematiannya adalah 1% pada 24 jam pertama, sedangkan pada
strangulasi angka kematian tersebut 31%.

28
Alogarithm management pada kasus ileus 1

Diet
Pada kasus ileus diet secara umum harus menunggu ileus tidak ada lagi dengan
ditandai adanya bising usus yang sudah kembali normal dan ditandai dengan
adanya flatus pada pasien.

3.12 Prognosis4
Prognosis berhubungan dengan etiologi obstruksi. Mayoritas pasien yang dirawat
secara konservatif untuk obstruksi yang ringan atau perlekatan yang obstruksi
usus tidak mengalami obstruksi kembali di masa depan; kurang dari 20% dari
pasien tersebut akan memiliki keluhan kembali setelah 5 tahun dengan episode
obstruksi usus lain. Tingkat kematian perioperatif terkait dengan operasi untuk
obstruksi usus halus nonstrangulasi kurang dari 5%, dengan sebagian besar

29
kematian terjadi pada pasien usia lanjut . Tingkat kematian terkait dengan operasi
obstruksi strangulasi kisaran mulai dari 8% hingga 25%.

BAB IV
ANALISA KASUS

30
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada bagian perut.Setelah dilakukan
anamnesis lebih lengkap, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka
pasien ini di diagnosis ileus obstruksi.
Diagnosa itu sendiri bisa ditegakkan berdasarkan hasil temuan klinis yang
didapat pada anamnesis pasien, lalu temuan yang ditemukan pada pemeriksaan
fisik serta hasil lain yang mendukung dari pemeriksaan penunjang.

Anamnesis
Berdasarkan anamnesis gejala yang didapatkan pada pasien ini adalah nyeri
pada seluruh lapang perut, nyeri terasa melilit, nyeri hilang timbul dan pasien
mengeluhkan tidak BAB dan tidak flatus 5 hari selama diRumah sakit, sedangkan
BAK (+), nafsu makan menurun, mual (+), muntah (+).
Ini sesuai dengan kepustakaan bahwa ileus obstruksi memiliki gejala tidak
bisa BAB dan flatus, Muntah, dan nyeri kolik

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik status lokalis di regio abdomen terlihat distensi
abdomen, darm kontur, darm steifung.ketika di palpasi terdapat nyeri tekan (+)
pada seluruh bagian perut, pada aukustasi bunyi bising usus meningkat,dan
metallic sound. saat di perkusi terdapat suara hipertimpani di bagian perut.
Ini sesuai kepustakaan bahwa pada pemeriksaan fisik didapatkan perut yang
distensi karena adanya sumbatan, gambaran darm kontur dan darm steifung
karena adanya gerakan peristaltic sebagai upaya melawan hambatan pada usus.
Bunyi usus yang meningkat karena adanya sumbatan. Dan hipertimpani karena
abdomen banyak berisi udara.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

Diagnosa
Diagnosa pada pasien ini adalah ileus obstruksi

31
Tatalaksana
Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan merupakan
satu-satunya pilihan yang baik adalah tindakan bedah. Pada penderita yang
diagnosisnya tidak jelas, sebaiknya dilakukan observasi terlebih dahulu.
Pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografidapat dilakukan bila dalam observasi
masih terdapat keraguan. Penangan pada pasien ini selama observasi yaitu
dipasang NGT, kateter, rehidrasi dengan Ringer Lactat dan pemberian antibiotik.

32
BAB V
KESIMPULAN

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya
obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan.Etiologi
ileus obtruksi adalah adhesi, hernia inkaserata, neoplasma, volvulus, cacing
askaris, radang usus.Gejala yang sering ditemukan pada ileus adalah nyeri kolik,
mual, muntah, perut distensi, obstipasi.Pada pemeriksaan fisik ditemukan
hipotensi, takikardi, adanya distensi abdomen, hiperperistaltik, borborigmus,
methallic sound.Pada pemeriksaan foto polos abdomen ditemukan adanya dilatasi
pada proksimal sumbatan, herring bone appearance, air fluid level.Penanganan
pada ileus adalah koreksi keseimbangan cairan dan menghilangkan obstruksi
dengan laparotomi.Komplikasinya adalah strangulasi, perforasi, shock septic..

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Patrick G. Jackson, MD, and Manish Raiji, MD, Georgetown University Hospital,
Washington, 2015 “Evaluation and Management of IntestinalObstruction”;
American Family Physcian; diakses tanggal 20 Juni 2019.
2. Brian J Daley, MD,MBA”Open aAdhesiolysis”2017; Medscape; diakses 20
Juni 2019
3. Sjamsuhidajat r, De Jong W. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta :
EGC.
4. Brunicardi, F.C., et all, Schwartz’s Principles of Surgery, volume II, 10th
edition, McGraw-Hill, New York, 2015, hal 1146-1151
5. Brian A Nobie, MD “Small Bowel Obstruction”, 2015; Medscape; diakses
tanggal 21 juni 2019
6. Khan AN., Howat J. Small-Bowel Obstruction.
Http://www.yahoo.com/search/cache?/ileus_obstructif/Article:By:eMedicin
e.com; diakses 21 Juni 2019
7. christy Hopkins, MD, MPH “Large Bowell Obstruction” , 2015; Medscape;
diakses tanggal 21 Juni 2019

34

Anda mungkin juga menyukai