Disusun oleh:
Najla Putriyanisa
G1A1218083
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“Gambaran Permasalahan Gizi Kurang di Puskesmas Kebun Kopi Kota Jambi
Tahun 2018”, disusun sebagai salah satu tugas dalam menjalankan Kepaniteraan
Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Kebun Kopi
Kota Jambi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan......................................................................................3
1.3 Manfaat Penelitian...................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................4
2.1 Konsep Dasar Gizi Kurang......................................................................4
2.1.1 Definisi Gizi Kurang......................................................................4
2.1.2 Deteksi Pertumbuhan Anak Berdasarkan Ukuran Antropometri .......4
2.1.3 Epidemiologi..................................................................................5
2.1.4 Pencegahan Gizi Kurang Pada Balita..........................................12
2.2 Status Gizi Balita...................................................................................14
2.2.1 Definisi Status Gizi Anak.............................................................14
2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Gizi Balita...........................15
2.2.3 Status Gizi Berdasarkan Antropometri........................................15
2.3 Indeks Antropometri.............................................................................17
2.3.1 Berat Badan Menurut Umur (BB/U)...............................................17
2.3.2 Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U).............................................18
2.3.3 Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)................................19
2.4 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan.............................................19
5
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak berdasarkan Indeks...23
Tabel 4.1 Tenaga Kerja Kesehatan Puskesmas Kebun Kopi Tahun 2018..........28
Tabel 4.2 Data Kunjungan Puskesmas Kebun Kopi Tahun 2018......................29
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Kopi
Berdasarkan Jenis Kelamin................................................................29
Tabel 4.4 Rekapitulasi Cakupan Kegiatan Utama dan Pengembangan Puskesmas
Kebun Kopi Tahun 2018..................................................................33
Tabel 4.5 Rekapitulasi Cakupan Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.................33
Tabel 4.6 Laporan bulanan (LB3) tahun 2018 ..................................................34
6
DAFTAR GAMBAR
7
BAB I
PENDAHULUAN
8
Keadaan overweight dan obesitas jangka panjang dapat meningkatkan risiko
penyakit degeneratif. 2,3
Kasus Gizi Kurangpada anak dapat dijadikan prediktor rendahnya kualitas
sumber daya manusia suatu negara. Keadaan Gizi Kurangmenyebabkan buruknya
kemampuan kognitif, rendahnya produktivitas, serta meningkatnya risiko penyakit
mengakibatkan kerugian jangka panjang bagi ekonomi Indonesia. 3
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kebun Kopi. Wilayah kerja
Puskesmas Kebun Kopi masih menghadapi berbagai masalah terkait kesehatan
anak. Menurut Profil Kesehatan Kota Jambi tahun 2018, kasus Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) dan Gizi kurang pada balita di Kota Jambi tahun 2018juga
terdapat di wilayah kerja Puskesmas Kebun Kopi. Selama tahun 2018, dilaporkan
sebanyak 44 kasus BBLR dan 21 kasus gizi kurang. Kasus diare dan pneumonia
pada balita juga tinggi di wilayah kerja Puskesmas Andalas. serta dilaporkan
sebanyak 649 kasus diare dan 386 kasus pneumonia pada balita selama tahun
2016. Jumlah tersebut menempati peringkat paling tinggi ketiga jumlah kasus
diare dan pneumonia pada balita di Kota Jambi pada tahun 2016. Persentase bayi
yang diberi ASI eksklusif pada tahun 2016 juga rendah di Kelurahan pasir putih
yaitu sebesar 57,12%..10
1.2 Tujuan
9
d. Menentukan alternatif–alternatif pemecahan masalah dalam menyikapi
Gizi Kurang di Puskesmas Kebun Kopi tahun 2018
e. Merencanakan usulan kegiatan pemecahan masalah dalam pelaksanaan
program gizi terutama pada kasus Gizi Kurang.
f. Untuk melakukan monitoring dan evaluasi mengenai pelaksanaan program
gizi meliputi penimbangan bayi dan balita dalam pelaksanaan pelayanan
Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kebun Kopi tahun 2018.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3 Epidemiologi
Gambar 2.1 Kecenderungan Prevalensi Status Gizi TB/U <-2 SD Menurut Provinsi,
Indonesia 2007, 2010, dan 2013
Sumber : Riskesdas, 2013
12
Prevalensi pendek secara nasional pada anak usia 5 – 12 tahun adalah
30,7% dengan sangat pendek sebesar 12,3% dan pendek sebesar 18,4%. Terdapat
15 provinsi di Indonesia dengan prevalensi sangat pendek diatas prevalensi
nasional (12,3%) dan Sumatera Utara termasuk salah satu dari provinsi tersebut
dengan prevalensi pendek dan sangat pendek diatas 37%.1
Gambar 2.2Prevalensi Pendek Anak Umur 5–12 Tahun Menurut Provinsi, Indonesia 2013
Sumber : Riskesdas, 2013
13
Gambar 2.3 Prevalensi Pendek Remaja Umur 16–18 Tahun Menurut Provinsi, Indonesia
2013Sumber : Riskesdas, 2013
Gambar 2.4 Proporsi Wanita Usia Subur Risiko KEK Menurut Umur di Indonesia Tahun
2007 dan 2013 Sumber : Riskesdas, 2013
Dilihat dari asupan makanan, ibu hamil pada umumnya defisit energi dan
protein. Hasil dari Survei Nasional Konsumsi Makanan Individu (SKMI) tahun
2104 menunjukkan sebagian besar ibu hamil (kota dan desa) maupun menurut
14
sosial ekonomi (kuintil 1-5) bermasalah untuk asupan makanan, baik energi dan
protein (Gambar 5).1
Gambar 2.5 Proporsi Ibu Hamil Defisit Energi dan Protein menurut Karakteristik Tahun
2013: Riskesdas, 2013
15
Gambar 2.6 Proporsi Berat Badan Lahir dan Panjang Badan Lahir di Indonesia Tahun
2010 : Riskesdas, 2013
Gambar 2.7 Proporsi Anak dengan Berat Badan Lahir <2500 gram dan Panjang Badan
Lahir <48 cm di Indonesia Tahun 2013 : Riskesdas, 2013
16
Gambar 2.8 Gambaran proses mulai menyusui Tahun 2013 : Riskesdas, 2013
Data SKMI 2014 juga menunjukkan asupan anak > 6 bulan cenderung
mengonsumsi 95% dari kelompok serealia (karbohidrat), sangat kurang dari
kelompok protein, buah, dan sayur.
Tabel 2.2 Asupan Makanan Bayi dan Anak 0-35 bulan pada tahun 2014
Dari uraian di atas, tidak heran jika angka stunting di Indonesia tidak
berubah dan cenderung meningkat. Terjadi gagal tumbuh (growth faltering) mulai
bayi berusia 2 bulan, dampak dari calon ibu hamil (remaja putri) yang sudah
bermasalah, dilanjutkan dengan ibu hamil yang juga bermasalah.1,4
Hal ini sangat terkait oleh banyak faktor, utamanya secara kronis karena
asupan gizi yang tidak memadai dan kemungkinan rentan terhadap infeksi,
sehingga sering sakit. Secara kumulatif,kejadian gagal tumbuh anak Indonesia
pada tahun 2013 dan jika dibandingkan antara anak stunting dan anak normal, ada
perbedaan tinggi badan yang cukup mencolok.1
18
Gambar 2.11 Kejadian Gagal Tumbuh, dan Perbedaan tinggi Badan antara anak
stunting dan anak normal di indonesia tahun 2013. sumber : Riset Kesehatan Dasar, 2013
19
dan sehat dalam jumlah yang cukup, berolah raga dengan teratur untuk
menjaga kebugaran badan, hindarilah minuman beralkohol, makanlah
makanan yang dimasak dan/atau dihidangkan dengan bersih dan tidak
tecemar, dan bacalah selalu label pada kemasan makanan.
c. Memberikan penjelasan mengenai cara penanganan gizi kurang atau gizi
buruk dengan perubahan sikap dan perilaku anggota keluarga. Bukan saja
makanan yang harus diperhatikan, tetapi lingkungan sekitar juga harus
diperhatikan untuk mencegah penyakit infeksi yang dapat menyebabkan
nafsu makan berkurang.
d. Usahakan mengikuti program kesehatan yang ada setiap bulan di
puskesmas atau di puskesmas pembantu desa.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini untuk orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat
progesifitas penyakit, menghindarkan komplikasi, dam mengurangi
ketidakmampuan, yaitu :
a. Deteksi dini sekiranya penderita atau anggota keluarga yang lain terjangkit
penyakit yang disebabkan oleh kurangnya gizi dalam jangka waktu yang
panjang. Misalnya, melakukan penimbangan berat badan.
b. Mendapatkan pengobatan sedini mungkin. Pengobatan yang awal dan
tepat dapat mengurangi morbiditas dan meningkatkan produktivitas semua
anggota keluarga.
3. Pencegahan tersier
Upaya pencegahan ini terus diupayakan selama orang yang menderita
belum meninggal dunia, yaitu:
a. Apabila penderita mengalami sakit lain, sebaiknya secepatnya dilakukan
pemeriksaan dan pengobatan.
b. Rehabilitasi sosial diberikan kepada penderita dan anggota keluarga. Bagi
penderita ditumbuhkembalikan kepercayaan dirinya agar bisa bergaul dengan
yang lain.
20
2.2 Status Gizi Balita
Tabel 2.3 kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan
indeks
23
Gizi lebih >2 SD
TB/U 0-60 bulan Sangat pendek <-3 SD
Pendek -3 SD s/d <-2
Normal -2 SD s/d 2 SD
Tinggi >2 SD
BB/TB 0-60 bulan Kurus -3 SD s/d <-2 SD
Normal -2 SD s/d 2 SD
Gemuk >2 SD
IMT/U 0-60 bulan Sangat kurus <-3 SD
Kurus -3 SD s/d <-2 SD
Normal -2 SD s/d 2 SD
Gemuk >2 SD
IMT/U 5-18 tahun Sangat Kurus <-3 SD
Kurus -3 SD s/d <-2 SD
Normal -2 SD s/d 1 SD
Gemuk >1 SD s/d 2 SD
Obesitas >2 SD
Sumber kemenkes 2011
24
c) Berat badan dapat berfluktuasi
d) Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil
e) Dapat mendeteksi kegemukan.
25
Berat badan mempunyai hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan kecepatan
tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi
saat ini/sekarang.
Kelebihan indeks berat badan menurut tinggi badan :
a) Tidak memerlukan data umur
b) Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, atau kurus)
Kelemahan indeks berat badan menurut tinggi badan :
a) Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut cukup tinggi atau
kelebihan tinggi badan menurut umurnya
b) Sering mengalami kesulitan pengukuran tinggi badan
c) Membutuhkan dua macam alat ukur
d) Pengukuran relatif lama
e) Membutuhkan dua orang melakukannya
f) Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran terutama
oleh kelompok non-profesional
26
untuk memenuhi kebutuhan gizi pada semua orang yang sehat. AKG
mencerminkan asupan rata-rata sehari yang harus dikonsumsi oleh populasi.Tabel
Tabel 2.4 : Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
BAB III
a. Data Primer
27
Penulis melakukan wawancara pada petugas kesehatan bagian Gizi
Puskesmas Kebun kopi, guna memperoleh data dan informasi mengenai
permasalahan yang ada di pelayanan kesehatan. Daftar pertanyaan
terlampir.
b. Data Sekunder
Penulismengumpulkan data yang diperoleh
daripetugaskesehatanbagianGizi.Data yangdiambil adalah pencatatan data
umum status gizi anak pada tahun 2018.
3.3 Pengolahan Data
BAB IV
HASIL KEGIATAN PUSKESMAS
29
Usila. Di wilayah kerja puskesmas kebun kopi terdapat satu rumah sakit umum
beberapa praktek swasta dokter, dan 6 tempat praktek bidan.
Puskesmas Kebun Kopi berdiri tahun 1988 dengan nama Puskesmas
Inpres/1988. Puskesmas Kebun Kopi dengan puskesmas Pakuan Baru merupakan
puskesmas yang berada dikecamatan Jambi Selatan. Keberadaannya sebenarnya
kurang strategis karena letaknya di pinggiran wilayah kerja Puskesmas dan
berbatasan langsung dengan puskesmas Kebun Handil Kelurahan Handil Jaya
Kecamatan Jelutung, sehingga penduduk diujung wilayah kerja puskesmas kebun
kopi berobat ke puskesmas lain yang dekat dengan tempat tinggal mereka.
Pada tanggal 1 April Tahun 2016 puskesmas ada pemekaran menjadi dua
wilayah kerja yaitu kelurahan Thehok dan kelurahan pasir putih dibawah naungan
puskesmas Kebun Kopi. Puskesmas Kebun Kopi diklasifikasikan sebagai
puskesmas rawat jalan dengan membawahi 3 puskesmas pembantu dan 1
Poskesdes.
Tabel 4.1 Tenaga Kerja Kesehatan Puskesmas Kebun Kopi Tahun 2018
No JENIS KETENAGAAN
30
1 Kepala Puskesmas 1
2 Kepala Tata Usaha 1
3 Dokter Umum 2
4 Dokter Gigi 1
5 Perawat 6
6 SKM 1
7 Bidan 16
8 Kesling 1
9 Gizi 1
10 Ahli Laboratorium Medik -
11 Tenaga teknik biomedika lain 2
12 Keterapian Fisik 2
13 Keteknisian Medis 1
14 Tenaga Teknis Kefarmasian 15
15 Apoteker 3
16 Pejabat Struktural 2
17 Tenaga Pendidik -
18 Tenaga dukungan manajemen/dan tenaga lainnya -
JUMLAH 54
31
Tabel 4.3Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Kopi
Berdasarkan
Jenis Kelamin Tahun 2018
2. Lalu, berapa jumlah Posyandu yang ada di wilayah Kerja Puskesmas Kebun
32
Kopi?
“.....totalnya ada 23 posyandu. 13 Posyandu di kelurahan Thehok dan 10
posyandu di kelurahan Pasir Putih...”
4.Selain itu, apakah ada permasalahan lain yang mempengaruhi cakupan Gizi
dan permasalahn stunting di Puskesmas Kebun Kopi?
”..... mungkin peran dari keluarga yang tidak mendukung misalnya karena
ekonomi sehingga tidak dapat memenuhi gizi seimbang,serta adanya anak yang
mengalami penyakit penyerta,kurang nya kesadaran orang tua mengenai
kesehatan anak nya,dan juga kendala tempat yang jauh seperti pasir putih
sehingga menyebabkan orang tua yang mempunyai anak gizi kurang susah untuk
menjangkau fasilitas kesehatan. “
“ ... saya tahu, tentang 4 sehat 5 sempurna yang sering orang-orang sampaikan,
tapi saya tidak begitu paham bagaimana penerapannya.”
34
2. Apakah anak ibu Asi Eksklusif dan pernah dijelaskan mengenai Asi Eksklusif ?
“..Tidak , anak saya juga saya berikan susu formula karena dulu produksi Asi
saya sedikit. Tidak, karena saya tau dari info di tv dan dari keluarga ..”
4.Apakah menurut ibu anak ibu merupakan anak dengan Gizi seimbang ?
“..sepertinya saya ragu akan hal itu, karena saya memberikan makanan kepada
anak saya bermacam macam setiap hari, asalkan anak saya mau makan, soal
nya dia susah sekali untuk makan, suka rewel kalau saya suapin makanan, dan
dia paling suka makanan ciki di warung, dibandingkan dengan sayur yang setiap
hari saya masak sendiri tanpa micin..”
5.Apakah pernah ada sosialisasi tentang Gizi dari puskesmas kebun kopi di daerah
ibu ini ?
“..belum pernah, karena disetiap posyandu saya hanya memeriksakan anak saya,
dan diberikan makanan setelah itu saya pulang, dan setau saya tidak pernah ada
sosialisasi tentang Gizi seimbang...”
6.Apakah anak ibu suka makan sayur, buah dan daging sapi/ayam?
“...Anak saya tidak begitu suka sayur, buah pun kadang jarang, kalau daging
sapi dia kurang suka, dia lebih suka ayam..”
“....Kadang saya berikan ketika dia mau saja, atau ketika dia lapar karena dia
paling susah makan, makanya saya kasih susu formula..”
35
4.4 Perolehan Data Sekunder
4.4.1 Laporan Evaluasi Kinerja Puskesmas Tahun 2018
Tabel 4.4 Rekapitulasi Cakupan Kegiatan Utama dan Pengembangan
PuskesmasKebun Kopi Tahun 2018.
36
4.4.2 Laporan bulanan (LB3) tahun 2018
Tabel 4.6 Laporan bulanan (LB3) tahun 2018
37
BAB V
MASALAH KESEHATAN
39
1. 9 dari 15 ibu tidak memahami tentang Gizi seimbang pada wawancaradi
ruang imunisasi Puskesmas Kebun Kopi, Posyandu Dahlia 8, dan
Posyandu Dahlia 4 yang dilakukan pada tanggal 8 Juli – 15 Juli 2019
2. Terdapat 172 balita dengan status Gizi kurang dari bulan Januari-
Desember 2018 di wilayah kerja Puskesmas Kebun Kopi Kota Jambi
3. Pada bulan Januari 2019 didapatkan 3 balita di Kelurahan Thehokdengan
status Gizi kurang
4. Pada bulan Februari 2019 didapatkan 3 balita di Kelurahan Thehokdan 3
balita di Kelurahan Pasir Putih dengan status Gizi kurang
Keterangan:
B : Bobot
40
N : Nilai
BN : Bobot x Nilai
Bobot ditentukan 2-5
Nilai ditentukan 1-10
Keterangan :
M = Magnitude : Besarnya Masalah
S = Severity : Beratnya kerugian yang timbul
V = Vulnerability : Ketersediaannya teknologi
CP= Community & Political Concern : Perhatian masyarakat dan politisi
41
Nilai 4 = Hubungan erat
Nilai 5 = Hubungan sangat erat
Penjumlahan nilai : M x S x V x CP
ibu datang
ke
Datang ke puskesmas pengontrolan
Posyandu Status Gizi
42 informasi dan
Penyuluhan edukasi
gizi oleh ibu mendapat
kader penjelasan menegenai
Gizi seimbang
Tidak
Ya
43
5. Tidak ada kelompok pendukung Gizi
c. Material/sarana
1. Iklan mengenai Gizi dan Stunting tidak ada
2. Jumlah leaflet mengenai Gizi dan Stunting yang terbatas diPuskesmas
d. Lingkungan
1. Kurangnya dukungan keluarga terhadap pemberian Gizi seimbang
2. Promosi menarik Gizi seimbang
Material / Manusia
Bahan ibu tidak
mendapatkan
penyuluhan
Petugas Kesehatan
Ibu tidak mengetahui ibu tidak tentang gizi
Pengetahuan kurang
tentang 6.
Gizi memberikan Gizi
ibu kurang
Seimbang seimbang ibu rendah
infromasi
7.
Kurangnya penyuluhan dan
8.
leaflet tentang Gizi anak tidak
diberikan Asi
9. Penyuluhan jarang
Eksklusif
ibu jarang ke dilakukan
Informasi posyandu
Kader Gizi kurang aktif
10.
Minim
Media informasi tidak Kurangnya Pengetahuan
variatif 11. tentangGizi Seimbang
Kejadian gizi
kurang tahun
2018 sebanyak
Anak tidak Asi Anak diberikan susu formula
172 balita dan
eksklusif dan jajanan ringan
9 balita pada
Promosi Gizi lebih bulan januari-
menarik ibu tidak mengerti februari 2019
Anak
diberikan susu
Penyuluhan dilakukan formula
Anak diberi sekedarnya saja
makanan selain
ASI
44
ibu tidak memperhatikan
makanan anaknya
Penyuluhan Petugas Kesehatan
Kurangnya dukungan Kurang Komunikatif
keluarga
12.
Lingkunga Proses
13. n
46
Pada hasil wawancara didapatkan dukungan keluarga terhadap
pelaksanaan Gizi seimbang yang rendah. Hal tersebut mengakibatkan ibu
sering tidak memberikan makanan yang bergizi
.
47
BAB VI
PEMECAHAN MASALAH, PRIORITAS, DAN USULAN
KEGIATAN
UNTUK PEMECAHAN MASALAH
Mengubah
Membentuk
metode
NO Bobot kelompok
penyuluhan
Kriteria pendukung
. GIZI
N BN N B
49
N
1. Mengubah metode 5 8 40 9 45
penyuluhan
2. Penyuluhan lebih 4 6 24 4 16
menarik
3. Mudah dalam 3 7 21 6 9
pelaksanannya
4. Membuat kelompok 2 5 10 5 10
pendukung GIZI
Jumlah 95 80
Keterangan :
B : Bobot Bobot ditentukan 2-5
N : Nilai Nilai ditentukan 1-10
BN : Bobot x Nilai
Dari hasil tabel MCUA di atas diperoleh urutan prioritas cara
pemecahanmasalah pada makalah ini adalah mengubah metode penyuluhan
dimulai darimengubah penyuluhan bentuk kelompok menjadi bentuk perorangan,
danmengubah metode penyuluhan dari bentuk yang hanya berbicara
menjadipenyuluhan memakai leaflet, atau memakai powerpoint.
50
Komitmen yang dibentuk bersama-sama dengan kader
Menjalankan evaluasi paska posyandu
Evaluasi dan Pemantauan terhadap setiap posyandu oleh
masingmasingpenanggung jawab dari puskesmas.
6.3.4 Cara Pemecahan Setelah Antisipasi Kemungkinan Faktor Penghambat
Pengawasan oleh Kepala Puskesmas
Melakukan evaluasi setelah melakukan pelatihan
Mengajak dan melakukan diskusi terbuka dengan para lintas
programberkaitan dengan pelatihan kader untuk Gizi seimbang
51
4 Melakukan Meningkatkan Lokasi: Kepala Dana Meningkatnya
kegiatan pengetahuan Ibu dan Lokasi : Puskesmas Puskesmas BOK pengetahuan
penyuluhan busui tentang Anak Kopi dan posyandu dan busui tentang
kepada ibu pentingnya Penanggung pentingnya GIZI
GIZI Waktu: jawab seimbang.
seimbang Segera dan program Gizi
diselesaikan pada
minggu ke2
52
tentang ASIEkslusif.
5 Melakukan kegiatan Kegiatan penyuluhan Terlaksana Kegiatan Terlaksana
penyuluhan kepada berjalan lancar sesuai 100%
masyarakat tentang jadwal belum/telah
pentingnya ASI dilaksanakan
Ekslusif pada bayi 0-6 dan
bulan. meningkatnya
pengetahuan
keluarga
tentang ASIEkslusif.
6.6.2 Evaluasi
Kegiatan ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan yang telah
dilaksanakan dapat memecahkan masalah. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan
cara:
a. Membandingkan hasil sebelum intervensi dan sesudah intervensi.
b. Menggunakan Format Evaluasi yang telah disediakan:
53
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis penulis menyimpulkan bahwa :
1. Pelaksanaan sosialisasi tentang Gizi seimbang belum berjalan maksimal
2. Masalah yang di prioritaskan dalam pencapaian pemberian Gizi seimbang
di Puskesmas Kebun Kopi tahun 2018 adalah pelaksanaan sosialisasi
belum berjalan maksimal.
3. Faktor-faktor penyebab masalah yang dominan dalam pencapaian Gizi
seimbang di Puskesmas Kebun Kopi tahun 2018 adalah kurangnya
partisipasi pada posyandu dan tidak ada kelompok pendukung Gizi.
4. Alternatif pemecahan masalah berdasarkan penyebab masalah adalah
mengubah metode penyuluhandan membuat kelompok peduli Gizi di
setiap posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kebun Kopi
5. Alternatif pemecahan masalah terpilih berdasarkan penyebab masalah
adalah kurangnya partisipasi ibu yaitu dengan mengubah metode
54
penyuluhan dimulai dari mengubah penyuluhan bentuk kelompok menjadi
bentuk perorangan, dan mengubah metode penyuluhan dari bentuk yang
hanya berbicara menjadi penyuluhan memakai leaflet, atau memakai
powerpoint. Serta melakukan penyuluhan pentingnya Gizi seimbang pada
keluarga.
6. Rencana usulan kegiatan adalah melakukan penyuluhan tentang Gizi
seimbang dengan metode yang berbeda.
7. Monitoring dan evaluasi kegiatan pada alternatif pemecahan prioritas
masalah disusun menggunakan tabel monitoring dan evaluasi. Dikatakan
berhasil jika kegiatan terlaksana
7.2 Saran
1. Saran untuk Puskesmas
a. Petugas diharapkan terus memberikan penyuluhan tentang Gizi
seimbang dengan metode-metode yang menarik.
b. Petugas diharapkan juga memberikan penyuluhan ke keluarga tentang
pentingnya Gizi seimbang serta peran keluarga dalam mendukung ibu
memberikan Gizi seimbang kepada anaknya.
c. Sebaiknya semua petugas puskesmas mendapat pembinaan tentang
pentingnya Gizi seimbang dan pencatatan laporannya agar konseling
dan pencatatan pelaporan pemberian Gizidapat berjalan baik.
d. Sebaiknya Puskesmas bekerjasama dengan lintas sektoral untuk
membuat kelompok pendukung Gizi.
55
DAFTAR PUSTAKA
1. Riskesdas 2018. Prevalensi Gizi di Indonesia.
2. Direktorat Gizi Masyarakat, 2016. Buku saku Pemantaun Status Gizi dan
Indikator Kerja Gizi Tahun 2015. Kemenkes Ri. Jakarta.
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Jakarta
4. Kemendesa PDTT. 2017. Buku Saku Desa Dalam Penanggulangan
Stunting. Jakarta : Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi.
5. WHO. Child Growth Standar- malnutrition among children in poor area.
Public Health Nurt 2014; 12:8
6. UNICEF.2012.Programming Guid. infant and young child nutrition. 2012
Lancet Series
7. Setiawati, Mexitalia, Budihartini R. Hubungan Tingkat Pengetahuan
tentang Pemberian GIZI seimbangdengan Praktek . 2003.Fakultas
Kedokteran Undip.
56
8. Anisa, P. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Gizi
kurang pada Balita Usia 25-60 Bulan. Undip 2012
9. Hoddinott, J. et al, 2013. Adult Consequences of Growth Failure in Early
Childhood, Am J Clin Nutr: 1170-1178
10. Perera, Priyanta J, et al. Actual Exclusive Nutrition Living inGampaha
District Sri Lanka 2012. A Prospective Observasional Study.License
Biomed Control Ltd.
11. Oche, Mo, AS Umar, Ahmed. Knowledge and practices of exclusive
Nutrition in Kware, Nigeria. 2011. Afr Health Sci.
12. UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, dan juga UU Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan.
13. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan terkait dengan
ketahanan pangan tingkat keluarga
14. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia,. Jakarta: P.T. RajaGrafindo
Persada.Gizi dan kesehatan masarakat 2007.
15. Widodo, Yekti. Cakupan Pemberian GIZI seimbang : Akurasi
danInterpretasi Data Survei dan Laporan Program Gizi Indonesia. 2011.
Vol34 (2): hal. 101-108.
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1995/MENKES/XII/2010. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi
Anak. Kemenkes RI. Jakarta.
17. Puskesmas Kebun Kopi Kota Jambi. Profil Puskesmas Kebun Kopi
KotaJambi; 2014.
18. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia,. Jakarta: P.T. RajaGrafindo
Persada.Gizi dan kesehatan masarakat 2007.
19. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Direktorat Bina Kesehatan Anak,
Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta.2006
57
20. Almatsier, S.. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta. 2002
Lampiran 1
Daftar Pertanyaan Wawancara
Lampiran 2
59
60