PUSKESMAS BENAKAT
TAHUN 2017
PUSKESMAS BENAKAT
DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUARA ENIM
Jl. Raya Desa Padang Bindu Kecamatan Benakat
Kabupaten Muara Enim
2018
Profil Kesehatan Puskesmas Benakat 2017
MISI :
Benakat, 2018
Kepala UPTD. Pukesmas Benakat
Hamdani, SKM
NIP. 19690215 199103 1 007
Profil Kesehatan Puskesmas Benakat 2017
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
LATAR BELAKANG ......................................................................................................1
TUJUAN ...........................................................................................................................2
SISTEMATIKA PENULISAN ........................................................................................3
BAB II GAMBARAN UMUM ......................................................................................... 5
LETAK GEOGRAFIS DAN LUAS WILAYAH ............................................................5
KEADAAN KEPENDUDUKAN.....................................................................................7
KEADAAN PEREKONOMIAN .....................................................................................7
KETENAGAAN ...............................................................................................................7
STRUKTUR ORGANISASI ...........................................................................................8
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ................................................................ 10
MORTALITAS / ANGKA KEMATIAN ...................................................................... 10
Angka Kematian bayi (AKB) ...................................................................... 10
Angka Kematian Balita (AKABA) ............................................................... 10
Angka Kematian Ibu (AKI) ......................................................................... 11
MORBIDITAS / ANGKA KESAKITAN ..................................................................... 11
PENYAKIT MENULAR .............................................................................. 12
PENYAKIT TIDAK MENULAR................................................................... 21
STATUS GIZI ................................................................................................................ 22
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN .................................................................... 27
PELAYANAN KESEHATAN ...................................................................................... 27
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1) .......................................................... 27
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) .......................................................... 28
Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang Memiliki
Kompetensi Kebidanan ........................................................................................... 28
Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil ................................... 29
Jumlah Ibu Hamil yang mendapat Tablet Fe1 dan Fe3 ............................. 29
Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi, Anak Balita, dan Ibu Nifas
Menurut Jenis Kelamin ............................................................................................ 29
Cakupan Kunjungan Neonatus.................................................................. 30
Cakupan Kunjungan Bayi .......................................................................... 31
Cakupan Desa “Universal Child Immunization” (UCI) ................................ 31
Persentase Cakupan Imunisasi Bayi ......................................................... 32
Persentase Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif ......................................... 32
Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada anak Usia 6 – 24
Bulan Keluarga Miskin............................................................................................. 32
Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan ...................................... 33
Cakupan Pelayanan Anak Balita dan Jumlah Balita Ditimbang ................. 33
Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat ....................... 33
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, kemampuan hidup dan perilaku sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang ditandai dengan kemampuan
individu untuk hidup produktif secara sosial maupun ekonomi. Untuk
mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan tersebut maka diselenggarakan
upaya-upaya kesehatan dengan pendekatan promosi kesehatan (Promotif),
pencegahan penyakit (Preventif), penyembuhan penyakit (Kuratif) dan
pemeliharaan kesehatan (Rehabilitattif) yang dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan
terpadu. Puskesmas adalah penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan
untuk jenjang tingkat pertama.
Program pemerintah pada bidang kesehatan dilaksanakan secara
berkesinambungan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang diinginkan,
yang sangat perlu diperhatikan dan dikembangkan oleh pemerintah pada setiap
lapisan masyarakat, yang tentunya tepat guna dan berhasil guna pada program
pemerintah untuk mewujudkan rakyat sehat, cerdas dan sumber daya manusia
sehat sehingga tercipta embrio masyarakat yang produktif, bermutu tinggi dan
berkompetensi. Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan telah berkembang
berbagai masalah dan tantangan yang semakin berat dan komples yang tidak
menutup kemungkinan akan terjadi hambatan proses pelayanan kesehatan
secara aktif terhadap masyarakat. Sehubungan dengan itu, Kementerian
Kesehatan telah melakukan penyesuaian, rencana strategis dengan mengacu
kepada Surat keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.
03/160/I/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010 –
2) Tujuan Khusus
Tujuan khusus penyusunan profil kesehatan ini adalah :
a. Menggambarkan situasi kesehatan secara menyeluruh pada setiap
desa di wilayah kerja Puskesmas Benakat.
b. Mengevaluasi program kegiatan yang telah dilaksanakan.
c. Menyediakan data untuk bahan perencanaan lebih lanjut.
SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penyajian Profil Kesehatan Puskesmas Benakat Tahun 2017
adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan.
Bab ini menyajikan tentang pengertian derajat kesehatan masyarakat dan peran
puskesmas, juga tentang latar belakang dan tujuan diterbitkannya Profil
Kesehatan Puskesmas Benakat Tahun 2017 serta sistematika penyajiannya.
BAB II : Gambaran Umum.
Pada bab ini disajikan gambaran umum Puskesmas Benakat yang meliputi
uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya.
BAB III : Situasi Derajat Kesehatan.
Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka
kesakitan dan angka status gizi masayarakat.
BAB IV : Situasi Upaya Kesehatan.
Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan
rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan
kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan
kefarmasian dan alat kesehatan.
BAB V : Situasi Sumber Daya Kesehatan.
Pada bab ini dijelaskan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan,
pembiayaan dan sumber daya kesehatan lainnya.
BAB VI : Kesimpulan.
Bab ini disi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah
lebih lanjut dari Profil Kesehatan Puskesmas Benakat Tahun 2017. Selain
keberhasilan pencapaian bab ini juga mengemukakan hal yang dianggap masih
kurang dalam rangka pembangunan kesehatan di masa mendatang.
Lampiran.
Bagian ini berisi tabel resume / angka pencapaian Puskesmas Benakat dan 81
tabel data kesehatan dan data yang terkait .
BAB II
GAMBARAN UMUM
LETAK GEOGRAFIS DAN LUAS WILAYAH
Puskesmas Benakat adalah Puskesmas Pengembangan dari Puskesmas
Gunung Megang. Puskesmas Benakat mulai berdiri sejak Maret 2016, secara
pelayanan sudah berdiri sendiri tetapi secara administrasi tertentu masih
menginduk pada Puskesmas Benakat. Puskesmas Benakat yang berjarak ±
40km dari Ibukota Kabupaten Muara Enim yang terletak di Kecamatan Benakat
dengan Luas Wilayah yaitu 50.885 km² yang dibatasi :
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Gunung Megang
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Ujan Mas
Sebelah Timur : berbatasan dengan kecamatan Talang Ubi
Sebelah Barat : berbatasan dengan Puskesmas Gunung Megang.
JUMLAH
LUAS
JUMLAH
NO DESA WILAYAH JUMLAH
DUSUN PENDUDUK/Km2
(Km2) PENDUDUK
KEADAAN KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk wilayah Kerja Puskesmas Benakat yang meliputi
Kecamatan Benakat Tahun 2017 berjumlah 10.556 jiwa, dengan kepadatan
penduduk 4,65 jiwa/km² dan dengan jumlah kepala keluarga 2.270 keluarga.
Mata pencaharian masyarakat sebagian besar petani/ kebun.
Gambar . 2.2.
75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5-9
0-4
0 100 200 300 400 500 600 700
Perempuan Laki-Laki
KETENAGAAN
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan, Puskesmas Benakat dipimpin
oleh seorang Kepala UPTD yang dijabat oleh Hamdani, SKM. dibantu oleh 1
orang Ka. TU, 1 orang dokter umum, 1 perawat gigi, 2 orang bidan, 2 orang
perawat, 6 orang bidan bidan desa, 1 orang tenaga tehnis.
STRUKTUR ORGANISASI
Struktur Organisasi Puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas
masing – masing. Struktur Puskesmas Benakat adalah sebagai berikut :
a. Kepala Puskesmas
b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Melingkupi Kepegawaian, Keuangan dan Perencanaan.
c. Koordinator Pelayanan Kesehatan Masyarakat ( UKM ), terdiri dari :
1). Petugas Pelayanan Kesehatan Wajib, meliputi :
a). Petugas Pelayanan Promosi Kesehatan
b). Petugas Pelayanan Kesehatan Lingkungan
c). Petugas Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Menular dan Penyakit tidak menular.
d). Petugas Pelayanan KIA dan KB
e). Petugas Pelayanan Perbaikan Gizi Masyarakat.
2). Petugas Pelayanan Kesehatan Pengembangan, meliputi :
a). Petugas Pelayanan Keperawatan Kesehatan
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal merupakan
salah satu tujuan pembangunan kesehatan. Untuk mengukur derajat kesehatan
penduduk secara keseluruhan, Organisasi kesehatan Dunia menyarankan
digunakannya beberapa indikator, yaitu :
MORTALITAS / ANGKA KEMATIAN
Kejadian kematian dalam suatu kelompok dapat mencerminkan kondisi
kesehatan masyarakatnya. Keberhasilan pelayanan kesehatan dan berbagai
program pembangunan kesehatan lainnya juga dapat diukur tingkat kematian
yang ada. Hal tersebut dijabarkan dalam penjelasan berikut :
Angka Kematian bayi (AKB)
Menurut BPS yang dimaksud angka ini adalah jumlah kematian pada
umur 0 -4 tahun selama periode 1 tahun per 1.000 balita pada pertengahan tahun
tertentu. Angka ini merupakan refleksi faktor lingkungan yang mempengaruhi
kematian balita seperti gizi, sanitasi penyakit menular dan kecelakaan.
Berdasarkan kondisi saat ini dan yang diharapkan kematian balita pada saat ini
adalah 8/1000 balita sedangkan yang diharapkan 5/1000 balita (sumber data
Dinkes Prov. Sumatera Selatan ).
Tidak ada kejadian kematian bayi selama tahun 2017 ,sedangkan jumlah
kelahiran hidup tahun 2017, sebanyak 202 orang.
Angka Kematian Balita (AKABA)
Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru
lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari).
Balita terdiri dari dua kelompok usia yaitu bayi dan anak balita (berusia 1 sampai
menjelang 5 tahun). Pada tahap ini merupakan bagian yang paling penting dalam
proses tumbuh kembang seorang manusia. Permasalahan kesehatan yang
timbul dalam proses tumbuh kembangnya akan berdampak pada masa
depannya bahkan dapat berakibat fatal yang berujung pada kematian.
AKABA adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun
tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk
kematian bayi).
Selama tahun 2017 tidak ada kasus kematian balita.
Angka Kematian Ibu (AKI)
AKI tidak berbeda halnya dengan AKB, dimana informasi yang disajikan
adalah jumlah kematian ibu dengan penyebab kehamilan, persalinan dan nifas.
Selama tahun 2017 tidak terdapat kematian ibu .
Faktor resiko penyebab kematian maternal disebabkan oleh hipertensi
dalam kehamilan disamping penyebab lain seperti : perdarahan, partus lama dan
infeksi. Faktor eksternal yang menjadi penyebab kematian ibu umumnya
diakibatkan keterlambatan keluarga mengambil keputusan untuk merujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
MORBIDITAS / ANGKA KESAKITAN
Tingkat kesakitan mencerminkan situasi derajat kesehatan masyarakat
yang ada di dalamnya. Data morbiditas yang tercatat selama tahun 2017
menunjukan penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan
disamping meningkatnya masalah penyakit tidak menular. Gambaran mengenai
morbiditas penyakit menular dan tidak menular di wilayah Puskesmas Benakat
disajikan pada pola 10 penyakit terbanyak sebagai berikut :
GAMBAR 3.2
10 PENYAKIT TERBANYAK
L P Total
642
512
446
429
346
322
322
320
290
243
229
222
203
200
177
169
164
158
129
118
96
75
66
54
54
52
42
40
25
15
ISPA R E M A T I KH I P E R T E N S D
I ISPEPSIA D I A R E D E M A N T I T I S A S M AK O N J U N S T I V I KISN F E K S I KARIES
200
150
100
72
50
0
2016 2017
10
5
5
2.5
2 2 2 2
2
1.5
1
1
0.5
0
Padang Bindu Pagar Dewa Betung Rami Pasai Pagar Jati Hidup Baru
Suspek
Tidak ada Kasus baru AIDS di Kecamatan Benakat pada tahun 2017.
Sementara itu, penyakit infeksi menular seksual lainnya selama tahun 2017
tercatat 5 kasus .
3.2.1.4. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas.
Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian
bawah. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14
hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung
sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang
telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan
hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan
dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi
paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA
dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia
dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak
berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan
napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari
sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang
ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin,
semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran
pernapasannya. Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran
pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian
yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian
atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan
masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak
kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan
lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena
meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar
karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau
berlebihannya pemakaian antibiotik.
30
25
20
Target
15 Pencapaian
10
0
Padang Bindu Pagar Dewa Betung Rami Pasai Pagar Jati Hidup Baru
c. Pertusis
Penyakit batuk rejan atau juga dikenal sebagai “Pertusis” biasanya terjadi
pada anak-anak di bawah umur 1 tahun. Sepanjang tahun 2017 tidak
ditemukannya kasus penderita pertusis. Dapat dilihat pada tabel 21.
d. Tetanus Neonatorium dan Non Naonatorum
Sepanjang tahun 2017 tidak ditemukannya kasus penderita Tetanus
Neonatorium dan Non Naonatorum. Dapat dilihat pada tabel 21.
e. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong
berbahaya di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang
menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun.
Sepanjang tahun 2017 tidak ditemukannya kasus penderita Hepatitis B. Dapat
dilihat pada tabel 22.
3.2.1.7. Penyakit Potensial KLB/Wabah
a. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit demam dengue disebabkan oleh virus dengue yang
penyebarannya terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Karena diperantarai oleh kedua serangga tersebut, maka demam
dengue tidak bisa menular dari orang ke orang secara langsung selayaknya
penyakit flu. Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes abopictus banyak berkembang
biak di daerah padat penduduk, misalnya di kota-kota besar beriklim lembap dan
hangat.
Masalah penyakit demam dengue biasanya dialami oleh negara-negara
subtropis dan tropis, termasuk Indonesia. Diperkirakan ada seratus juta kasus
demam dengue yang terjadi pada tiap tahunnya di dunia, bahkan ribuan orang di
antaranya terjangkit dalam waktu singkat akibat wabah penyakit ini.
Sepanjang tahun 2017 tidak ditemukannya kasus penderita DBD.
b. Penyakit Diare
Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan derajat kematian
dan kesakitan yang tinggi di berbagai Negara di dunia terutama Negara
berkembang. The Millenium Development Goals (MDG’s) menargetkan untuk
menurunkan dua per tiga kematian anak dalam periode 1990-2015. Diare
menempati urutan kedua penyebab kematian anak, dan sebagai salah satu
penyebab tingginya angka kematian anak di dunia (UNICEF, 2009).
Pada tahun 2017 terdapat kasus diare yang berjumlah 364 orang dan
mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2016 yaitu 244 orang.
300
244
250
200
150
100
50
0
2016 2017
30
20 14
10
0
PKM PADANG HIDUP BARU RAMI PASAI BETUNG PAGAR PAGAR JATI PUSTU
BINDU DEWA
100
80
60
40 33
25
20 13 11 10 9
3 2
0
Hipertensi Tiroid Diabetes Asma PPOK Cidera Cidera Stroke Jantung
Melitus Bronchiale Akibat Lain Akibat
Kecelakaan
STATUS GIZI
Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan
sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas. Oleh karena itu, menjadi suatu
keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatan demi kesejahteraan seluruh rakyat.
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan
tersebut dapat dilihat dari variable pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan
/ panjang badan, lngkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai (Gibson
dalam anwar, 2009). Status gizi balita diawali dari janin, bayi dan periode dua
tahun pertama kehidupan. Hal ini terjadi karena periode ini merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.
Masalah gizi pada balita bermula pada saat bayi lahir dengan berat
timbangan rendah. Pada tahun 2015 tidak ada kasus bayi dengan BBLR. Status
gizi masyarakat juga dapat dilihat dari persentase anak balita dengan gizi buruk.
Balita dengan gizi buruk adalah anak balita yang mempunyai berat badan di
bawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS).
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
Sesuai dengan tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan
yaitu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan
berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu.
PELAYANAN KESEHATAN
Untuk melihat jenis dan keberhasilan pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh poskesdes, pustu dan puskesmas ada beberapa indicator yang dapat
digunakan untuk menggambarkan sejauh mana keberhasilannya yang diuraikan
sebagai berikut :
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1)
Masa kehamilan merupakan masa yang rentan terhadap gangguan
kesehatan bagi ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Seorang ibu mempunyai
peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak.
Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu bisa berpengaruh pada
kesehatan janin dalam kandungannya hingga kelahiran dan masa pertumbuhan
bayi dan anaknya. Oleh karena itu, setiap ibu yang sedang hamil dianjurkan
untuk memeriksakan kehamilannya kepada petugas kesehatan. Hal ini dilakukan
agar diketahui sejak dini kondisi kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya,
sehingga pada saat melahirkan nanti baik ibu maupun bayinya sehat dan
selamat.
Pelayanan kesehatan ibu hamil dikenal dengan pelayanan antenatal.
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan
perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya. Jenis pelayanan ini
menitikberatkan pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal
dapat dilihat dari cakupan K1 dan K4.
Selama kurun waktu tahun 2017 tercatat jumlah ibu yang melahirkan
sebanyak 202 orang (88,2%) dimana 202 orang diantaranya melahirkan ditolong
oleh tenaga kesehatan yang kompeten (100%). Diharapkan selanjutnya capaian
yang ada dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan lagi seiring dengan perbaikan
kualitas dan kompetensi kebidanan tenaga kesehatan.
Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil
Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan salah
satu kegiatan imunisasi tambahan yang bertujuan untuk menurunkan jumlah
kasus Tetanus Neonatal. Salah satu sasarannya adalah calon pengantin dan ibu
hamil yang ada di Kecamatan Benakat. Pada tahun 2017 jumlah ibu hamil
diimunisasi TT-1 sebanyak 202 orang (88,2%). Sedangkan yang mendapat
imunisasi TT-2 sebanyak 202 orang ( 88,2%).
Jumlah Ibu Hamil yang mendapat Tablet Fe1 dan Fe3
Selama ibu menjalani proses kehamilan diharapkan dapat mengkonsumsi
tablet tambah darah (Fe) sebanyak 90 tablet. Cakupan pemberian talet Fe ini
diukur dengan melihat cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil yaitu Fe1
dan Fe3.
Cakupan pemberian tablet Fe1 dan Fe3 pada ibu hamil tahun 2017 di
Puskesmas Benakat mencapai 202 orang (88,2%).
Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi, Anak Balita, dan Ibu Nifas
Menurut Jenis Kelamin
Vitamin A sangat penting untuk kesehatan dan kelangsungan hidup. Pada
bayi dan anak balita, vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi
(campak, diare dan ISPA), menajga kesehatan fungsi mata dan membantu
proses pertumbuhan. Ibu nifas yang mendapat cukup asupan vitamin A akan
cepat pulih disamping meningkatkan kandungan vitamin A pada ASI (Air Susu
Ibu) sehingga bayi yang disusui akan lebih kebal terhadap penyakit.
Suplementasi Vitamin A merupakan program intervensi pemberian kapsul
Vitamn A bagi anak usia 6-59 bulan dan ibu nifas. Suplementasi ini bertujuan
selain untuk mencegah kebutaan juga untuk menanggulangi kekurangan vitamin
A (KVA) yang masih cukup tinggi pada balta sebesar 14,6% (Depkes, 2006).
dengan melihat cakupan Universal Child Immunization (UCI). Desa UCI tahun
2017 di Puskesmas Benakat berjumlah 6 desa (100%), dapat dilihat di tabel 38.
Persentase Cakupan Imunisasi Bayi
Imunisasi merupakan upaya preventif untuk menurunkan angka
kesakitan, kecacatan dan kematian akibat beberapa penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I). Imunisasi memberikan kontribusi besar dalam
meningkatkan Human Development Index terkait dengan angka umur harapan
hidup karena dapat menghindari kematian yang tidak diinginkan (Kemkes RI,
2010). Keberhasilan upaya imunisasi akan dapat meningkatkan kualitas anak
bangsa sebagai penerus perjuangan di masa mendatang.
Hasil pencapaian cakupan imunisasi di Puskesmas Benakat Tahun 2017
BCG (100%), DPT/HB1 (100%), DPT/HB3 (100%), Polio (100%) dan Campak
(100%) lihat di tabel 39 dan 40.
Persentase Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif
Menyusui sangat penting untuk tumbuh kembang bayi dan anak, baik
untuk kesehatan ibu dan ekonomis bagi keluarga. Bagi yang mendapat ASI
Ekslusif adalah bayi yang mendapat ASI saja sampai berumur 6 bulan. Meskipun
ASI sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang bayi tetapi banyak sebagian ibu-
ibu yang tidak memberikan ASI pada bayi mereka.
Bayi yang mendapat ASI Eksklusif adalah bayi yang mendapat ASI saja
sampai berumur 6 bulan. Tahun 2017 yang mendapat ASI Eksklusif sebanyak 98
bayi dari 123 bayi (79,7%), jumlah ini merupakan total keseluruhan bayi laki-laki
dan perempuan yang mendapat ASI Ekslusif dapat dilihat di tabel 39.
Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada anak Usia 6 –
24 Bulan Keluarga Miskin
Bayi sejak usia 6 bulan diberikan ASI dan Makanan pendamping ASI (MP-
ASI) agar kebutuhan gizi bayi/anak terpenuhi. Bagi keluarga mampu, pemberian
MP-ASI yang cukup dan bermutu relative tidak bermasalah. Pada keluarga
miskin, pendapatan yang rendah menimbulkan keterbatasan pangan dirumah
tangga yang berlanjut kepada rendahnya jumlah dan mutu MP-ASI yang
diberikan kepada bayi dan anak.
sekolah. Hal ini tidak terlepas dari keterkaitan antara kesehatan dan pendidikan
sebagai dua dari tiga indikator indeks pembangunan manusia (IPM) yang
menentukan kualitas SDM.
Cakupan penjaringan kesehatan siswa sekolah dasar khususnya anak
kelas 1 SD dan setingkat tahun 2017 di Puskesmas Benakat mencapai 100%
dari 276 murid usia sekolah dasar (lihat lampiran tabel 49 ).
Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat
Penyelenggaraan upaya kesehatan mempunyai tujuan untuk mencapai
kemampuan hidup sehat bagi setiap manusia. Adanya kemampuan hidup sehat,
merupakan syarat utama bagi tercapainya derajat kesehatan yang optimal,
selanjutnya akan menghasilkan tenaga kerja yang efektif (Sriawan, 2011).
Program UKS dikenal dengan nama Trias UKS yang salah satunya adalah
pelayanan kesehatan. Program ini dilaksanakan secara komprehensif dengan
mengutamakan kegiatan promotif dan preventif serta didukung dengan kegiatan
kuratif dan rehabilitatif demi tercapainya derajat kesehatan yang optimal. Dalam
pelaksanaannya, petugas kesehatan dibantu oleh guru UKS dan dokter kecil.
Pelayanan kesehatan sesuai standar pada siswa SD dan sederajat pada
tahun 2017 di Puskesmas Benakat sebesar 100 % . Dapat dilihat di tabel 49.
Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila
Pelayanan kesehatan salah satunya ditujukan terhadap kelompok usia
lanjut, dimana pada kelompok ini biasanya banyak mengalami gangguan
kesehatan degenerative dan fungsi tubuh lainnya. Dalam upaya meningkatkan
status kesehatan usia lanjut telah dilaksanakan kegiatan program pelayanan
kesehatan usia lanjut.
Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut tahun 2017 adalah 62,70%
(lihat tabel 52). Sementara itu, target Sumsel Sehat 2010 untuk cakupan
pelayanan usia lanjut sebesar 70%. Hal ini berarti pelayanan kesehatan usia
lanjut hampir terlaksana, diperlukan usaha yang brsifat promotif yang lebih intens
untuk melakukan pendekatan ke masyarakat khususnya yang telah berusia
lanjut.
Belum mencapai target dikarenakan terkendala SDM dan biaya..
BAB V
SUMBER DAYA KESEHATAN
Sumber daya kesehatan merupakan unsur terpenting dalam
pembangunan kesehatan secara menyeluruh. Peningkatan kulaitas sumber daya
kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pelayanan di seluruh sarana
pelayanan kesehatan baik ditingkat desa maupun puskesmas. Sumber daya
kesehatan terdiri dari tenaga, sarana dan dana yang tersedia untuk
pembangunan kesehatan.
SARANA KESEHATAN
Ketersediaan Obat Menurut Jenis Obat
Obat dan perbekalan kesehatan merupakan salah satu komponen penting
untuk menunjang pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Selama kurun
waktu tahun 2017 ketersediaan obat menurut jenis obat untuk Puskesmas, Pustu
Dan Poskesdes yang sesuai dengan kebutuhan (tercukupi 100%). Jenis obat
yang menjadi kebutuhan dalam Puskesmas Benakat Tahun 2017 secara rinci
dapat dilihat pada lampiran tabel 7 .
Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Kemampuan Laboratorium
Kesehatan
Laboratorium Kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari
manusia atau bahan yang bukan berasal dari manusia. Hal ini dilakukan untuk
penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang
dapat berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat.
Pentingnya sarana pelayanan memiliki laboratorium untuk mempercepat
diagnose penyakit pasien. Pelayanan laboratorium Puskesmas Benakat belum
optimal terhadap semua jenis pemeriksaan laboratorium lengkap, beberapa
pemeriksaan yang dapat dilakukan di laboratorium Puskesmas Benakat
diantaranya pemeriksaan Hb, Golongan Darah, pemeriksaan test kehamilan,
pemeriksaan DDR malaria dan pemeriksaan sputum.
digunakan oleh bidan desa sebanyak 6 unit. Puskesmas juga mempunyai sarana
Laboratorium dengan 1 orang analis laboratorium tetapi laboratorium equipment
tidak lengkap. Sarana bangunan gedung untuk rumah dinas 2 buah.
TENAGA KESEHATAN
Jumlah tenaga kesehatan baik medis maupun paramedis yang tersebar
di Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Poskesdes sebanyak 15 orang.
Jumlah Tenaga Kesehatan berdasarkan keahliannya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 5.2
Jumlah Tenaga Kesehatan Dalam Wilayah Puskesmas Benakat
Tahun 2017
1 2 3
1 Dokter Umum 1 orang
2 Dokter Gigi -
3 Perawat Gigi 2 orang ( 1 PNS / 1 TKS)
4 Asisten Apoteker 1 orang TKS
5 Gizi -
6 DIII keperawatan 3 orang PNS, 4 TKS
7 DIII Kebidanan 4 orang PNS, 8 TKS
8 Kesehatan Masyarakat 2 TKS
9 Sanitarian 1 orang TKS
10 Analis Laboratorium 1 orang TKS
11 Tehnis 1 PNS, 1 orang TKS
12 Sopir 1 orang TKS
13 Cleaning Service 1 orang TKS
14 Satpam (Jaga Malam) 1 orang TKS
PEMBIAYAAN KESEHATAN
Bentuk operasional program dan kegiatan pembangunan kesehatan tidak
terlepas dari dana dan anggaran pembiayaan. Sumber Pembiayaan Puskesmas
bersumber pada :
1. Dana APBD :
- APBD Kabupaten Muara Enim, termasuk biaya operasional dan
pemeliharaan.
- APBD Propinsi, difokuskan pada dana sharing program berobat gratis
Jamsoskes Sumsel Semesta.
2. Dana APBN :
- Dana Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat)
- Dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan)
- Dana Jampersal (Jaminan Persalinan)
Untuk dana kegiatan ini masih menginduk dengan Puskesmas Gunung
Megang.
BAB VI
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian Profil kesehatan Puskesmas Benakat Tahun 2017 dapat dilihat
beberapa Indikator yaitu Pencapaian Program.
1. Banyak Program yang belum mempunyai target, target tidak jelas dan
pencapaian yang belum tercapai.
2. Data Dasar masih sangat kuramg.
3. Data Program kurang menunjang semua program kegiatan Puskesmas.
SARAN
Dalam rangka peningkatan cakupan program pembangunan kesehatan
yang dapat dilihat dari pencapaian indicator Standar Pelayanan Minimal (SPM)
maupun indicator MDG’s 2065, perlu dilakukan beberapa upaya antara lain :
1. Perencanaan kegiatan pembangunan kesehatan harus berdasarkan fakta
di lapangan sehingga dapat diwujudkan terhadap penurunan AKI, AKB
dan peningkatan status gizi masyarakat;
2. Dibuat dahulu data dasar untuk acuan program, baik dalam penentuan
target dan disesuaikan dengan SPM
3. Melihat masih rendahnya pencapaian target beberapa program maka
dipandang perlu meninjau kembali dan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petugas kesehatan dalam penatalaksanaan pelayanan
kesehatan;
4. Pembaruan dan peningkatan kualitas prasarana dan srana kesehatan di
Puskesmas Benakat, Pustu dan Poskesdes;
5. Meningkatkan Monitoring dan Evaluasi pencapaian Program kesehatan
dengan melakukan bimbingan teknik / supervisi ke pustu dan poskesdes;
6. Meningkatkan koordinasi dengan penanggung jawab program di
puskesmas dalam rangka memberikan feed back terhadap pelaksana
program yang sedang berjalan;