Anda di halaman 1dari 42

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara agraris, dimana sektor pertanian

menjadi penghasilan pangan dan mayoritas penduduknya bermata pencarian sebagai

petani, menjadi penyerap tenaga kerja, sumber bahan baku ndustri dan sebagai

sumber pendapatan masyarakat. Wilayah yang cukup luas dengan berbagai iklim

cuaca menjadi kan Indonesia sebagai Negara yang potensial bagi pengembangan

tanaman holtikultura, baik untuk tanaman dataran rendah maupun dataran tinggi.

Adanya berbagai iklim cuaca ini menguntungkan bagi Indonesia, karena musim

buah, sayuran dan bunga dapat berlangsung sepanjang tahun (Nazaruddin, 2009).

Pembangunan pertaniaan tidak hanya diarahkan pada salah satu komoditi

pangan tertentu, akan tetapi juga di arahkan pada komoditi-komoditi pangan

terutama yang mempunyai nilai ekonomis. Komoditi pangan yang mempunyai nilai

ekonomis dan banyak diusahakan masyarakat akhir-akhir ini yaitu hortikultura

meliputi buah, sayur, dan tanaman hias. Pembangunan pertanian dalam hal

pengembangan holtikultura tersebut terkait dengan budidaya, hasil olahan dan

pemasaran (Sastraatmadja dalam putrid, 2007).

Salah satu produk hultikulturan yang menjadi unggulan dalam sektor pertanian

di Indonesia adalah tanaman sayuran. Sayuran merupakan salah satu produk

holtikultura yang banyak diminati oleh masyarakat karena memiliki kandungan gizi

yang bermanfaat bagi kesehatan. Sayuran dapat dikonsumsi dalam keaadan mentah

ataupun diolah terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan yang akan digunakan. Salah

1
2

satu komoditi sayuran yang sangat dibutuhkan oleh hampir semua orang dari

berbagai lapisan masyarakat adalah cabai karena cabai merupakan bahan kebutuhan

yang harus ada (Harpenas, 2010).

Tanaman cabai merah merupakan salah satu tanaman holtikultura, merupakan

salah satu jenis sayuran komersial yang sejak lama telah dibudidayakan di Indonesia.

Hal ini dikarnakan produk ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi, selain untuk

memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari, dan nilai gizinya yang baik, cabai

banyak digunakan sebagai bahan baku industri pangan. Seiring dengan pertambahan

jumlah penduduk, kebutuhan akan cabai merah juga semakin meningkat. Cabai

merah juga masih belum bisa di subtitusikan sehingga keberadaannya sangat penting.

Pemasan cabai dapat dilakukan dalam bentuk segar, kering, bubuk sebagai bahan

dasar industry maupun dalam bentuk pasta cabai (Santika, 2009)

Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan (Solanaceae)

yang memiliki nama ilmiah Campsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika

tepatnya daerah peru dan menyebar ke negara-negar benua Amerika, Eropa dan Asia

termasuk Negara Indonesia. Tanaman cabai banyak ragam tipe pertumbuhan dan

bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies cabai yang sebagian besar hidup di

negar asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja,

yakni cabai besar,cabai keriting, cabai rawit dan paprika. Tanaman cabai merupakan

salah satu sayuran buah yang memiliki peluang bisnis yang baik. Besarnya

kebutuhan dalam maupun luar negeri menjadikan cabai sebagai komoditas

menjanjikan (Prajnata, 2005).


3

Cabai merupakan komoditas komersial karena sebagian besar ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan pasar. Cabai dapat dikonsumsi dalam bentuk segar maupaun

olahan. Usahatani cabai dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga

dan industri pengolahan. Cabai merupakan salah satu komuditas sayuran yang dapat

dipasarkan dalam bentuk segar maupun serbuk, diantaranya ke Singapur, Hongkong,

Jepang, Amerika serikat, dan lain-lain (Santika, 2009).

Sekalipun ada kecenderungan peningkatan kebutuhan, tetapi permintaan

terhadap cabai merah untuk kebutuhan sehari-hari dapat bernaik - turunnya , yang

disebabkan karena naik turunnya harga cabai yang terjadi di pasar eceran. Naik -

turunnya harga yang terjadi di pasar eceran, selain disebabkan oleh faktor-faktor

yang mempengaruhi sisi permintaan juga disebabkan oleh faktor-faktor yang

mempengaruhi sisi penawaran.

Kenaikan harga cabai sangat tergantung pada musim panen dan musim tanam

serta pengaruh iklim dan cuaca. Disamping itu, kenaikan harga juga berkaitan

dengan kegiatan pemasaran. Bila dibandingkan dengan harga di daerah konsumen,

harga cabai di daerah produsen lebih rendah. Beberapa faktor yang memperngaruhi

diantaranya faktor angkutan, rendahnya daya tahan cabai, dan daya beli masyarakat

yang rendah (Santika, 1999).

Walaupun demikian, pada saat-saat tertentu harga cabai dapat melonjak naik

sehingga memberikan nilai tambah bagi petani. Lonjakan harga cabai ini antara lain

disebabkan oleh gangguan musim dan hari raya tertentu. Kenaikan harga tersebut

dapat berlipat ganda kalau saat gangguan musim terjadi bersamaan atau berdekatan

dengan perayaan hari raya (Setiadi, 2004).


4

Menurut data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Oku Timur,

harga cabai merah di Pasar Gumawang Kecamatan belitang Kabupaten OKU Timur.

Hanya pada saat-saat tertentu saja harganya naik, misalnya pada perayaan hari-hari

besar keagamaan seperti Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Natal, dan Perayaan Tahun

Baru dan itu semua tergantung dengan cuaca (curah hujan),danjarak tempuh

kendaraan. Tetapi pada akhir tahun 2014 sampai awal tahun 2015, tingginya harga

cabai merah bertahan dalam waktu yang cukup lama, hingga mencapai level harga

yang tertinggi yaitu Rp 80.000/Kg.

Oleh karena terjadinya fluktuasi harga cabai yang sangat ekstrim inilah, maka

peneliti merasa perlu untuk mengetahui bagaimana kecenderungan perubahan harga

yang terjadi di Pasar Gumawang Kecamatan belitang Kabupaten OKU Timur serta

mentelaah faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga cabai merah

berdasarkan pendapat dan pengalaman petani di daerah tersebut sehingga dapat

diketahui faktor apa yang menyebabkan terjadinya fluktuasi harga cabai merah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Berapa besar biaya produksi, penerimaann, dan pendapatan pada fluktuasi harga

cabai merah di pasar gumawang Kecamatan belitang kabupaten OKU Timur?

2. Bagaimana kecenderungan perkembangan harga cabai di pasar Gumawang

kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi fluktuasi harga cabai Merah di pasar

Gumawang Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur?


5

C. Tujuan dan Kegunaan Peneliti

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah unuk :

1. Untuk menghitung biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan pada fluktuasi

harga cabai merahdi pasar Gumawang Kecamatan Belitang Kabupaten OKU

Timur?

2. Untuk menjelaskan kecenderungan harga cabai merah di pasar gumawang

Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur?

3. Untuk mentelaah faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga cabai merah

di pasar Gumawang Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur?

Sedangkan kegunaan yang dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Mahasiswa

a. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa (STIPER) Belitang.

b. Untuk menambah wawasan mahasiswa dan bahan rujukan untuk penelitian.

c. Untuk menambah wawasan kepada pembaca dan penulis tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga cabai merah.

2. Bagi Pedagang cabai merah

a. Sebagai sumber ilmu pengetahuan dan informasi tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi fluktuasi harga cabei merah.

b. Sebagai pengetahuan bagi pedagang cabai merah agar lebih mengetahui alur

pemasaran dan penyebab fluktuasi harga cabai merah.


6

c. Sebagai alternatif investasi. Dalam hal ini, kehadiran pasar berjangka dapat

dimanfaatkan oleh mereka yang berani mengambil resiko yang

mengharapkan keuntungan dari perubahan harga.

3. Bagi Perguruan Tinggi

a. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan referensi

dalam menyusun penelitian selanjutnya.

c. Sebagai pustaka ilmiah.


7

II. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Cabai

Menurut klasifikasi dalam tata nama (sistem tumbuhan) tanaman cabai

termasuk kedalam :

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annum L

Cabai atau Lombok (bahasa Jawa) termasuk dalam suku terong-terongan

(Solanaceae) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah

ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan

vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas

dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu

dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan

sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar ( Harpenas, 2010).

Cabai adalah tanaman semusim yang berbentuk perdu dengan perakaran akar

tunggang. Sistem perakaran tanaman cabai agak menyebar, panjangnya berkisar 25-

7
8

35 cm. Akar ini berfungsi antara lain menyerap air dan zat makanan dari dalam

tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman. Ada dua golongan tanamancabai

yang terkenal yaitu cabai besar (capsiumannum L) dan cabai kecil (Capsium

frustescen L). Jenis cabai yang termasuk dalam golongan cabai besar adalah cabai

merah (Capsium annum L.var Longum), cabai paprika(Capsium annum L.var

grossum L), cabai bulat /udel/domba ( Capsium annum L. var, abberiata

Fingerhuth), cabai merah buahnya panjang dengan ujungnya runcing dan posisinya

menggantung pada ketiak daun. Ketika muda warna buahnya hijau, setelah tua

berubah menjadi merah. Cabai yang termasuk golongan cabai kecil adalah cabai

rawit. Cabai cengek, cabai hias (Sunarjono, 2010).

Cabai besar termasuk tanaman semusim berbentuk perdu atau setengah perdu

yang mempunyai sistem perakaran yang menyebar. Batang utama tumbuh tegak dan

pangkalnya berkayu. Daun tumbuh secarahh tunggal dengan bentuk sangat bervariasi

yaitu lancip sampai bulat telur dan ujungnya runcing. Cabai merah merupakan salah

satu jenis sayuran yang baik diusahakan di dataran rendah. Cabai merah

menghendaki ketinggian tempat 0-1.200 mdpl dengan itensitas matahari tinggi dan

kelembapan sedang. Cabai dapat ditanam, baik di dataran tinggi atau dataran rendah.

Syarat agar tanaman cabai tumbuh baik ialah tanah berhumus (subur), gembur, dan

PH tanah 5-6. Tanaman cabai tidak tahan hujan terutama pada waktu berbunga

sehingga waktu tanam yang baik ialah pada awal musim kemarau (Prajnanta, 2005).
9

2. Jenis-Jenis Tanaman Cabai

Cabai (Capsicum Annum var longum) merupakan salah satu komoditas

hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Cabai merupakan

tanaman perdu dari famili terong-terongan Karena buahnya selain dijadikan sayuran

atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani, sebagai

bahan baku industri, memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja serta

sebagai sumber vitamin C. Cabai mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin

(A, C), damar, zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, clan

lutein. Selain itu, juga mengandung mineral, seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor,

dan niasin. Zat aktif kapsaisin berkhasiat sebagai stimulan (Anonimc, 2010).

Menurut (Djarwaningsih, 1994), jenis-jenis tanaman cabai antara lain:

a. Cabai Besar (Capsicum annum L)

Buah cabai besar berukuran panjang berkisar 6-10 cm, diameter 0,7-1,3 cm.

Cabai besar di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok yaitu cabai merah besar dan

cabai merah keriting. Permukaan buah cabai merah besar halus dan mengkilat serta

mempunyai rasa pedas. Sedangkan cabai merah keriting bentuknya lebih ramping

dengan cita rasa sangat pedas. Cabai besar dapat tumbuh subur di dataran rendah

sampai dataran tinggi. Cabai merah memiliki ciri- ciri antara lain:

a. Bentuk buah besar, panjang dan meruncing

b. Buah yang muda berwarna hijau, sedangkan buah yang tua berwarna merah

c. Kulit buah agak tipis

d. Banyak terdapat biji dan rasanya agak pedas


10

b. Cabai Kecil atau Cabai Rawit (Capsicum frutescens)

Buah cabai rawit berukuran panjang berkisar 2-3,5 cm dengan diameter 0,4-0,7

cm. Cita rasa cabai rawit biasanya sangat pedas, walaupun ada yang tidak pedas.

Variasi warna cabai rawit dari kuning, oranye, dan merah. Tanaman cabai rawit

berbuah sepanjang tahun, tahan hujan dan dapat tumbuh di dataran rendah sampai

tinggi. Varietas cabai rawit juga dinamakan berdasarkan asal cabai diperoleh.

c. Cabai Hibrida

Buah cabai hibrida dapat dikelompokkan kedalam kelompok cabai besar.

Cabai ini diperoleh dari persilangan benih-benih bibit yang diseleksi dengan metode

pemuliaan yang modern. Keunggulan cabai hibrida tampak dari kemampuan

produksi, keseragaman tumbuh, dan ketahanan terhadap gangguan penyakit. Cabai

hibrida yang cukup dikenal tetapi tidak banyak dibudidayakan karena tidak tahan di

lahan terbuka adalah paprika yang umum disebut sweet papper (cabai manis) dengan

bentuk yang agak memendek dan mengembung.

d. Cabai Hias (Capsicum spp)

Sebagian merupakan tanaman penghias halaman atau ruang depan, tanaman

cabai hias ini berbentuk buah menarik. Walaupun menarik, tetapi tidak dikonsumsi

oleh manusia.
11

3. Konsepsi Usahatani

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat

itu yang diperlukan untuk memproduksi pertanian seperti tanah atau lahan, air,

perbaikan tanah, sinar matahari dan bangunan-bangunan yang didirikan di atasnya

(Mubyarto, 1990).

Setiap kegiatan usahatani dilakukan dengan tujuan untuk mencapai hasil yang

sesuai dari kegiatan usahataninya, dimana tujuan kegiatan itu berbeda-beda karena

pengaruh lingkunagan alamnya dan kemampuan mengusahakan faktor-faktor

produksi yang dimilikinya. Tujuan akhir dari setiap kegiatan adalah memperoleh

pendapatan yang cukup untuk kebutuhan konsumsi keluarga (Hernanto, 2004).

Tanaman cabai (Capsicum sp.) berasal dari benua Amerika, tepatnya Amerika

Latin (Meksiko). Cabai masuk ke Indonesia diduga dibawa oleh saudagar-saudagar

dari Persia ketika singgah di Aceh. Adapula yang menyebutkan bahwa cabai dibawa

oleh bangsa Portugis ketika berekspansi ke Indonesia dan daerah-daerah Asia lainnya

(Sunaryono, 2003).

4. Konsepsi Agribisnis

Agribisnis adalah setiap usaha komersil yang berkaitan dengan kegiatan

produksi pertanian, yakni berupa pengusahaan sarana produksi (input) pertanian

ataupun pengusahaan pengolahan hasil (output) pertanian. Pada mulanya agribisnis

mempunyai pengertian perusahaan yang hanya bergerak dalam kegiatan produksi

dan jual beli barang-barang seperti traktor, pupuk, dan pestisida atau yang tergabung

dalam berbagai saprodi (sarana produksi) pertanian saja. Perkembangan kearah


12

batasan pengertian yang luas itu telah didorong adanya kemajuan yang dicapai

dibidang pertanian, disamping perusahaan-perusahaan penyedia saprodi pertanian

setiap satuan perusahaan yang berada di kedua subsektor usaha (input dan output

pertanian) itu kemudian digolongkan sebagai perusahaan agribisnis (Sjarkowi, 2010).

Pengertian agribisnis adalah “Suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi

salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan

pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dengan arti luas. Pengertian

pertanian dalam artian yang luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan

pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian”. Konsep

agribisnis adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, mengolah

hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian

(Soekartawi, 2005).

Pengertian agribisnis menurut Sjarkowi dan Marwan (2004), agribisnis adalah

setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi pertanian, yang meliputi

pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan itu sendiri ataupun juga

pengusaha pengelolaan hasil pertanian. Agribisnis dengan perkataan lain adalah cara

ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis

mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya,

penyediaan bahan baku, pasca panen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.

Agribisnis dalam suatu sistem terdiri dari beberapa subsistem yang tergabung dalam

rangkaian interaksi dan interpendensi secara reguler serta berfikir secara holistis,

dalam hal ini tidak hanya satu subsistem saja yang perlu diperkembangkan tetapi

semua subsistem dalam sistem agribisnis harus dikembangkan secara simultan.


13

5. Konsepsi Produksi

Menurut Soekartawi (2003), hasil akhir dari sebuah proses produksi adalah

produk atau output. Produk atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat

bervariasi antara lain disebabkan karena perbedaan kualitas , hal ini dapat dimengerti

karena kualitas yang baik dihasikan oleh produksi yang baik dan begitu juga

sebaliknya, kualitas produksi menjadi kurang baik bila usahatani tersebut di

usahakan dengan kurang baik.

Menurut Kartasapoetra (2006), pengertian produksi secara teknis adalah

suatu proses pemberdayaan sumber-sumber yang telah tersedia dengan harapan

terwujudnya hasil yang lebih baik dari segala pengorbanan yang telah diberikan.

Ditinjau dari segi ekonomi, produksi adalah suatu proses pendayagunaan segala

sumber yang tersedia untuk mewujudkan hasil yang tercermin kualitas dari

kuantitasnya, terkelola dengan baik sehingga merupakan komoditas yang dapat

diperdagangkan.

Pada suatu usaha agribisnis konsep efisiensi teknis dapat dibataskan sebagai

kapasitas produktif persatuan input fisik dan juga kapasitas produktif per satuan

(input) waktu. Dengan konsepsi produksi tiga tahap (yang bisa dikenal untuk satu

input variabel sementara beberapa input lain dianggap konstan) mudah di mengerti

peralihan dari kelakuan produksi menurut hukum “Kenaikan hasil bertambah”

beralih pada hukum ”kenaikan hasil berkurang” dimana produk marginal = produk

rata-rata (Sjarkowi, 2010).


14

6. Konsepsi Harga

Menurut Kotler (2002), menyatakan bahwa penetapan harga merupakan suatu

masalah jika perusahaan akan menetapkan harga untuk pertama kalinya. Ini terjadi

ketika perusahaan mengembangkan atau memperoleh produk baru, ketika akan

memperkenalkan produk baru kesaluran distribusi barunya atau daerah baru ketika

akan melakukan penawaran atas perjanjian baru. Definisi tersebut menjelaskan

bahwa setiap perusahaan harus memutuskan dimana ia akan menempatkan produk

barunya berdasarkan mutu dan harga. Sedangkan menurut Anindita (2005), secara

umum terdapat lima jenis fluktuasi harga yaitu:

1. Variasi harga musiman

Fluktuasi harga musiman biasanya terjadi disaat pola yang relatif pada

permintaan dan penawaran. Iklim dan permintaan untuk beberapa komoditi adalah

faktor yang penting yang mempengaruhi fluktuasi harga musiman. Termasuk di

dalamnya komoditi pertanian yang sangat berpengaruh terhadap iklim yang sedang

berlangsung.

2. Variasi harga tahunan

Fungsi permintaan dan penawaran akan menggambarkan sebagai rata-rata hasil

per tahun dengan harga tahunan yang mengubah kenaikan dari beberapa fungsi.

Khusus untuk komoditi pertanian memiliki variasi harga tahunan yang besar, karena

disebabkan oleh beberapa faktor yakni:

1) Hasil panen mudah terpengaruh oleh kondisi dan hama penyakit.

2) Luas lahan pertanian yang di tanami dengan yang dipanen setiap tahun

berubah.
15

3) Elastisitas permintaan dari beberapa komoditi pertanian adalah tidak elastik.

Sehingga apabila terjadi sedikit pergeseran atau perubahan penawaran

mengakibatkan fluktuasi harga yang besar.

3. Trend

Trend yang terjadi pada beberapa harga komoditi pertanian dikaitkan

dengan tingkat inflasi dan deflasi di dalam perekonomian dan beberapa faktor yang

khusus dari produk pertanian hasil pertanian. Hal ini termasuk perubahan-perubahan

dalam hal selera dan pilihan para konsumen. Kenaikan produksi dan pendapatan

serta perubahan teknologi yang juga digunakan dalam proses produksi.

4. Pergerakan harga sesuai siklus

Maksudnya harga-harga dan jumlah yang ditawarkan digambarkan saling

berhubungan sebagai rantai kualitas yang berlangsung berulang-ulang. Siklus ini

dapat dijelaskan dengan model sarang Laba-laba, yaitu teori yang menjelaskan

komponen siklus dari pasangan jumlah dan harga tertentu melalui jalur waktu (time

path). Harga yang tinggi menyebabkan produksi yang tinggi, kemudian setelah

terjadi penawaran yang tinggi akan mengakibatkan harga yang rendah.

5. Pergerakan harga random

Pergerakan ini mengacu pada pergeseran harga yang tidak diperkirakan atau

tidak diharapkan seperti serangan hama, kehancuran fisik dari angin topan atau banjir

dan lain-lain. Disamping itu pola pergerakan random juga diamati karena adanya

perubahan siklus ekonomi, seperti adanya resesi atau depresi atau recovery.
16

7. Konsepsi Penerimaan

Menurut Sjarkowi (2010). Penerimaan merupakan hasil kali antara produksi

yang dihasilkan dalam satu-satuan fisik dengan harga. Penerimaan adalah nilai

produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang

tidak dijual. Lebih lanjut, beliau mengatakan bahan penerimaan memiliki unsur dasar

produktifitas pada agribisnis atau rendemen pada agroindustri disamping juga unsur

harga sebagai pembentuk nilai. Penerimaan usahatani adalah merupakan hasil kali

antara produksi yang di hasilkan dengan harga yang berlaku saat ini, pendapatan

usahatani adalah selisih usaha total yang dikeluarkan dengan penerimaan yang

diperoleh dalam suatu kegiatan produksi.

Penerimaan secara umum dapat diartikan sebagai jumlah dari hasil produksi

per satuan waktu dan luas dikalikan dengan harga per satuan produksi tersebut.

Penerimaan adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik

yang dijual maupun yang tidak dijual. Pendapatan bersih petani mengukur imbalan

yang diperoleh dari penggunaan faktor-faktor yang diperoleh dari penggunaan

faktor-faktor produksi (Soekartawi, 2001).

Hasil usaha atau penerimaan usaha adalah merupakan hasil kali antara produksi

yang dihasilkan dengan harga yang berlaku saat ini. Penerimaan usaha dapat

diartikan sebagai keseluruhan hasil produksi yang diperoleh dari hasil produksi usaha

dan diberikan dengan harga yang berlaku saat ini. Selanjutnya, didalam penerimaan

usaha tersebut tidak terlepas dari harga dan produk sesuai dengan pendapatan yang

mengatakan bahwa harga merupakan salah satu produk dalam pemasaran hasil

(Kristianto, 2006).
17

8. Konsepsi Pendapatan

Penghasilan atau pendapatan merupakan faktor yang sangat menentukan

kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya. Pelaksanaan usahatani

bertujuan untuk memperoleh produksi dari lahan pertanian, pada akhirnya akan

dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih antara

penerimaan dengan biaya usahatani merupakan pendapatan dari kegiatan usahatani

(Soekartawi, 2001).

Pendapatan adalah semua penerimaan dengan mengurangi biaya-biaya dan

alat-alat dari luar dengan bunga modal dari luar. Dan selanjutnya, Soekartawi (2001),

berpendapat bahwa usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang

dikeluarkan. Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendapatan

adalah semua barang, jasa dan uang yang diperoleh atau diterima oleh seseorang atau

masyarakat dalam suatu periode tertentu dan biasanya diukur dalam satu tahun.

9. Konsepsi Fluktuasi

Menurut Surya, Yohanes (2007) Fluktuasi adalah perubahan naik turunnya

suatu variabel yang terjadi sebagai akibat dari mekanisme pasar. Secara tradisional

fluktuasi dapat diartikan perubahan nilai. Pengertian fluktuasi adalah lonjakan atau

ketidak tepatan segalah sesuatu yang bisa digambarkan dalam sebuah grafik.

Contohnya seperti fluktuasi dalam pengukuran gelombang listrik dan lain-lain

Naik turunya harga (fluktuasi) dan tingkat harga dari produk-froduk

pertanian dapat dilihat dari kenyataan yang berlangsung di masyarakat, dengan

adanya patokan harga dari pemerintah telah dapat dikendalikan dengan baik, dimana
18

naik turunya itu serta tingkatannya hanya berkisar di antara harga patokan tersebut.

Dalam penetapan harga kita banyak belajar dari pengalaman, tata niaga pada masa

liberal sering memberi kesempatan pada produsen untuk mengemukakan harga

minimal harga minuman atas produknya, ini berarti bahwa para pedagang akan

mengatur harga yang akan ditetapkan pada produk yang akan diperdagangkannya

dengan memperhitungkan pengeluaran-pengeluaran biaya (angkutan, jasa perantara,

biaya admitratf, dan lain-lain) di tingkat grosir dan di tingkat pedagang eceran

menggunakan persaingan di antara para pedagang eceran.

Berdasarkan pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa fluktuasi

adalah suatu perubahan variabel tertentu yang umumnya terjadi karena mekanisme

pasar. Perubahan itu dapat berubah kenaikan atau penurunan nilai variabel tersebut.
19

B. Model Pendekatan

Model pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

pendekatan diagramatis seperti ini :

Fluktuasi Harga
Cabai merah

Faktor-Faktor Fluktuasi
1.Cuaca (curah Hujan)
2. Jarak Tempuh

Produksi
Cabai Merah
Harga

Penerimaan

Biaya Total Produksi

Pendapatan

Kecenderungan
harga cabai merah

1. Analisis multipleregresi
Y=a+b1X1+…..+bX4
Keterangan :

: Proses

: Mempengaruhi

Gambar 1. Model Pendekatan Diagramatis


20

C. Hipotesis

Berdasarakan Uraian, rumusan masalah dan tujuan di atas, penulis dapat

menarik contoh hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga bahwa besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan harga cabai merah di

pasar Gumawang Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur.

2. Diduga Bahwa tingkat kecenderungan perkembangan harga cabai merah di pasar

Gumawang Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur.

3. Diduga Bahwa penggunaan faktor-faktor fluktuasi cuaca/iklim, hari raya

besar,hajatan berpengaruh nyata terhadap faktor-faktor fluktuasi harga cabai

merah di pasar Gumawang Kecamatan Belitang kabupaten OKU Timur

D. Batasan-Batasan

Adapun batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini hanya terfokuskan pada penjual cabai merah yang dipasarkan di

Pasar Gumawang Kecamatan belitang OKU Timur.

2. Responden adalah penjual yang memasarkan cabai merah di pasar Gumawang

kecamatan belitang Kabupaten OKU Timur.

3. Fluktuasi adalah ketidak tepatan atau guncangan, sebagai contoh terhadap harga

barang dan sebagainya, atas segalah hal yang bisa dilihat di dalamgrafik.

4. Usahatani adalah suatu kegiatan produksi dalam pertaniaan dimana terdapat

berbagai sumberdaya pertanian yangtersidia secara efektif dan efisien dengan

menggunaka pengetahuan yang dimiliki untuk memperoleh pendapatan yang

maksimal.
21

5. Fungsi produksi adalah salah satu fungsi yang menunjukkan hubungan antara

hasil produksi fisik antara masukan produksi (input) dan keluaran produksi

(output).

6. Produksi usahatani adalah jumlah cabai yang dihasilkan dalam satu kali proses

produksi dalam satu kilogram/hektar (Kg/Ha).

7. Variabel Devenden (Y) terdiri dari jumlah harga sedangkan variable indevenden

(X) terdiri dari cuaca atau iklim (Curah Hujan) (X1), variabel jarak tempuh (X2).

8. Harga adalah satuan finansial yang disepakati antara penjual dan pembeli pada

saat penelitian berdasarkan rata-rata tertimbang (Rp/Kg).

9. Biaya tetap adalah biaya yang penggunaanya tidak habis dalam satu kali proses

produksi, meliputi : sewa tempat dan penyusutan peralatan (Rp/Ha/PP).

10. Biaya variabel adalah biaya yang habis dipakai dalam satu kali produksi meliputi

: biaya saprodi atau biaya tetap ditambah biaya variabel (Rp/Ha/PP).

11. Biaya total produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam satu kali

proses produksi atau biaya tetap ditambah biaya variabel (Rp/Ha/PP).

12. Penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan harga (Rp/Ha/PP).

13. Pendapatan adalah penerimaan dikurangi biaya-biaya selama proses produksi

diukur dengan satuan (Rp/Ha/PP).


22

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini telah dilaksanakan di pasar Gumawang Kecamatan Belitang

Kabupaten Oku Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

dengan pertimbanagan bahwa di pasar tersebut terdapat penjual yang menjual cabai

merah. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret 2017.

B. Metode Penelitian dan Penarikan Contoh

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei

yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang ada di lapangan dengan benar.

Menurut Nazir (2011), metode survei adalah penyelidikan yang dilakukan untuk

memperoleh fakta-fakta dan gejalah yang ada dan mencari keterangan secara aktual

dari suatu kelompok atau suatu daerah tertentu. Metode ini digunakan untuk

mengetahui berapa besar biaya penggunaan faktor-faktor yang mempengaruhi

fluktuasi harga cabai merah yang digunakan berdasarkan data yang didapatkan dari

sampel penjual cabai merah.

Metode penarikan contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

sensus yaitu, suatu metode dimana setiap elemen populasinya dijadikan sebagai

anggota sampel. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 10 sampel dari 20 populasi

yang mengusahakan pemasaran cabai di Pasar gumawang Kecamatan belitang

Kabupaten OKU Timur.

22
23

C. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung terhadap

penjual cabai merah dilokasi penelitian menggunakan quisoner (daftar pertanyaan).

Sedangkan data sekunder diperoleh dari intansi yang terkait seperti Dinas

Perdagangan dan perindustrian Kabupaten OKU Timur dan literatur, baik dari

website internet, maupun dari literature di perpustakaan.

D. Metode Pengolahan Data dan Analisis

Data yang diperoleh dari penelitian dikelompokkan dan kemudian diolah

menggunakan teknik komputerrisasi dengan bantuan SPSS 17.0 yang akan

ditampilkan dalam bentuk tabulasi sehingga dapat dijelaskan secara deskriptif.

Untuk menjawab hipotesis yang pertama adalah bahwa penerimaan lebih besar

dari pada produksi sehingga diperoleh pendapatan pada penjualan cabai merah di

pasar Gumawang Kabupaten OKU Timur dihitung dengan menggunakan rumus

secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

1. Menurut Soekartawi (2002), untuk mengetahui besarnya rumus biaya produksi

maka digunakan rumus :

TC = FC + VC……………………………………………………….. (1)

Keterangan :
24

TC : Total Cost /Total Biaya (Rp/Ha/Prose)

FC : Fixed Cost /Biaya Tetap (Rp/Ha/Proses)

VC : Variabel Cost /Biaya Tidak Tetap (Rp/Ha/Proses)

2. Menurut Soekartawi (2002), untuk mengetahui besarnya penerimaan maka

digunakan rumus :

TR = Y x P ………………………………………………………….. (2)

Keterangan :

TR : Total Revenue/Penerimaan(Rp/Ha/Proses)

Y : Yield/Jumlah Produksi(Kg/HaProses)

P : Price/Harga Komoditas (Rp/Kg)

3. Menurut Soekartawi (2002), untuk mengetahui besarnya pendapatan maka

digunakan rumus :

I = TR – TC ………………………………………………………… (3)

Keteranagan:

I : Income /Pendapatan(Rp/Proses)

R : Revenue/Penerimaan(Rp/Proses)

TC : Total Cost/Total Biaya(Rp/Pross)

Untuk menjawab hipotesis yang kedua bahwa variabel cuaca (curah hujan), dan

jarak tempuh berpengaruh nyata terhadap penjualan cabai merah di pasar Gumawang

Kecamatan belitang Kabupaten OKU Timur maka digunakan analisis regresi linier

berganda (Multiple Regresion) dengan SPSS.17.0. Produksi cabai merah (Y) yaitu

sebagai variabel dependen dan cuaca atau iklim (Curah Hujan) (X1), jarak tempuh
25

(X2), sebagai variabel indevenden. Persamaan dari pendugaan diatas adalah

(Sukartawi,2003) :

Y = a + b1 X1 + b2 X2

Dimana :

Y = Variabel yang dijelaskan (harga cabai merah (Rp/Kg)

X1 = Variabel cuaca atau iklim (Curah hujan (mm)

X2 = Variabel jarak tempuh (Km)

a = Konstanta

b = Koepisien regresi

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan tersebut, maka

persamaan ini diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan

persamaan tersebut. Persamaan dari pendugaan di atas adalah sebagai berikut

(Soerharno, 2006).

LnY = a0 + b1 Ln X1 + b2 Ln X2

Dimana :

Y = Variabel devenden (harga cabai merah (Kg)

X1 = Variabel cuaca atau ilkim (curah hujan (mm)

X2 = Variabel jarak tempuh (Km)

a0 = Nilai konstanta

bi, b2,.. = Nilai koefisien regresi atau besaran yang akan diduga dengan

kaidah :
26

1. Jika Fhitung < Ftabel maka variabel- variabel independen (cuaca (curah hujan), jarak

tempuh) berpengaruh tidak nyata (non siknifikat) terhadap variabel dependen

(harga cabai merah).

2. Sedangkan jika Fhitung > Ftabel maka variabel-variabel independen ( cuaca (curah

hujan), jarak tempuh) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel dependen

(harga cabai merah).

3. Jika thitung < ttabel maka variabel-variabel independen ( cuaca (curah huja), jarak

tempuh) tidak ada hubungan (non signifikan) terhadap variabel dependen (harga

cabai merah).

4. Sedangkan jika thitung > ttabel maka variabel-variabel independen ( cuaca (curah

hujan), jarak tempuh) ada hubungan (signifikan) terhadap variabel dependen

(harga cabai merah).

Uji statistik F digunakan untuk menghitung apakah semua variabel independen

(X1,X2,….X0) Secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikat terhadap

variabel dependen (Y). Menurut Gundono (2011), F hitung dapat dicari sebagai

berikut :

f hitung = R2/k
(1 – R (n – k -1)
2

Keterangan :

R2 = Koefisien Determinasi

n = Jumlah Data atau kasus

k = Jumlah variabel Indenpenden


27

Selain uji statistik F, ketepatan suatu model dapat diketahui dengan melakukan

pengujian terhadap model dengan menggunakan alat analisis uji statistik t, uji ini

dilakukan untuk mengetahui seberapa besar faktor produksi (X) mempengaruhi

pendapatan (Y). Menurut Baroroh (2013), maka dapat digunakan rumusan seperti

berikut ini :

t hitung = bi – b0
SE

Keterangan :

Bi = Slope Variabel Xi

bo = Slope Konstanta

SE = Standar Error
28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Daerah

1. Letak dan Batas Wilayah

Lokasi penelitian tepatnya berada di Pasar Gumawang Desa Gumawang

Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur. Berdasarkan Badan Pusat Statistik

OKU Timur Tahun 2014, tercatat bahwa luas wilayah Kabupaten OKU Timur

adalah 3.370 Km² yang terdiri dari 20 kecamatan. Dari 20 kecamatan tersebut, salah

satu kecamatan yang termasuk dalam Kabupaten OKU Timur adalah Kecamatan

Belitang, yang memiliki luas wilayah 73,04 Km² yang terdiri dari 22 desa dengan 48

dusun, 208 Rukun Tetangga (RT) dan jumlah penduduk sebesar 52.111 jiwa.

Berdasarkan data jumlah penduduk dan luas wilayahnya, rata-rata kepadatan

penduduk di Kecamatan Belitang sebesar 713,46 jiwa setiap Km², dengan kepadatan

penduduk tertinggi adalah Desa Gumawang yakni sebesar 4.316 jiwa setiap Km²

(Anonim, 2013).

Desa Gumawang terbagi menjadi 5 dusun, 24 Rukun Tetangga (RT) dan 5

Rukun Warga (RW) dengan luas wilayah yang dimiliki Desa Gumawang sebesar 34

Ha yang berada pada ketinggian tanah 48,31 diatas permukaan air laut dengan suhu

udara rata-rata 37° C. Adapun batas wilayah Desa Gumawang adalah :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tuguharum/Yosowinangun

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tegal Rejo

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanah Merah

 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bedilan


29

Desa Gumawang merupakan Ibukota Kecamatan Belitang, jarak Desa

Gumawang ke Ibukota Kabupaten OKU Timur adalah 50 Km, dan Berjarak 200 Km

dari Ibukota Provinsi Sumatera Selatan.

2. Sarana dan Prasarana Desa

Desa Gumawang merupakan desa yang sudah maju karena sudah ditunjang

dengan sarana dan prasarana perhubungan serta alat komunikasi yang cukup

memadai. Kondisi sarana dan prasarana umum Desa Gumawang secara garis besar

adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Sarana dan Prasarana Desa Gumawang Tahun 2014.

No Sarana dan Prasarana Jumlah Satuan


1 Balai Desa 1 Unit
2 Masjid 5 Unit
3 Mushola 6 Unit
4 Rumah Sakit Swasta 1 Unit
5 Kelompok Bermain 1 Unit
6 TK 2 Unit
7 SD 5 Unit
8 SMP 3 Unit
9 SMA 3 Unit
10 Olah Raga 11 Unit
11 Jalan 8,60 Km
12 Jembatan 0,28 Km
13 Transportasi 274 Unit
14 Klinik KB 2 Unit
15 Posyandu 4 Unit
16 Puskesmas 1 Unit
17 Kesenian/Kebudayaan 2 Unit
18 Pasar 1 Unit
Sumber: Data Monografi Pemerintahan Desa Gumawang 2014.

3. Keadaan Penduduk dan Mata Pancaharian

Penduduk Desa Gumawang berjumlah 1.686 Kepala Keluarga (KK) dari

total jumlah penduduk 7.006 jiwa yang terdiri dari 3.653 laki-laki dan 3.353
30

perempuan. Berikut ini disajikan dalam tabel jumlah penduduk Desa Gumawang

berdasarkan golongan usia.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Gumawang Berdasarkan Golongan Usia

No Golongan Usia Jumlah (orang) Persentase (%)


1 Kelompok Pendidikan
a. 04-06 Tahun 442 10,78
b. 07-12 Tahun 878 21,42
c. 12-15 Tahun 795 19,40
2 Kelompok Tenaga Kerja
a. 20-26 Tahun 892 21,76
b. 27-40 Tahun 1.091 26,62
Sumber: Data Monografi Pemerintahan Desa Gumawang 2014.

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Gumawang penduduknya

sebagian besar berada pada usia produktif berkisar antara 20-26 tahun sebanyak 892

orang dan usia antara 27-40 tahun sebesar 1.091 orang. Hal ini menggambarkan

ketersediaan jumlah tenaga kerja di Desa Gumawang cukup banyak.

Banyaknya usia produktif seperti yang dijelaskan pada tabel 2 menimbulkan

berbagai macam mata pancaharian penduduk. Mata pancaharian yang mendominasi

penduduk Desa Gumawang adalah dibidang wiraswasta. Hal ini dapat dijelaskan

pada tabel 3.

Tabel 3. Penduduk Gumawang Berdasarkan Mata Pancaharian

No Mata Pancaharian Jumlah (orang) Persentase (%)


1 Karyawan 644 23,30
2 Wiraswasta 1.754 63,48
3 Tani 92 3,33
4 Pertukangan 52 1,88
5 Buruh Tani 62 2,24
6 Pensiunan 47 1,70
7 Jasa 112 4,05
Sumber: Data Monografi Pemerintahan Desa Gumawang 2014.
31

Banyaknya penduduk yang berwiraswasta di Desa Gumawang dibandingkan

profesi lainnya dapat dilihat dari tabel diatas yang mencapai 1.754 orang hal ini

disebabkan karena di Desa Gumawang ini terdapat salah satu pasar besar yakni Pasar

Gumawang. Ramainya pengunjung setiap harinya membuat sebagian besar penduduk

desa ini memilih membuka usaha dengan berbagai macam perdagangan. Sedangkan

mata pancaharian penduduk lainnya adalah karyawan yang berjumlah 644 orang

sebagai profesi terbanyak kedua setelah wiraswasta, selain itu terdapat juga

penduduk yang bermata pancaharian tani, pertukangan, buruh tani, pensiunan dan

juga jasa.

Selain dilihat dari golongan usia jumlah penduduk Desa Gumawang juga

dilihat dari agama yang dianutnya. Tabel 4 dibawah ini menjelaskan jumlah

penduduk Desa Gumawang berdasarkan agama.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Gumawang Berdasarkan Agama

No Golongan Agama Jumlah (orang) Persentase (%)


1 Islam 5.370 98
2 Kristen 39 0,71
3 Khatolik 71 1,29
Sumber: Data Monografi Pemerintahan Desa Gumawang 2014.

Dari tabel diatas mayoritas agama yang dianut oleh penduduk Desa

Gumawang adalah Agama Islam yakni 5.370 orang atau sekitar 98 % dari total

jumlah penduduk.
32

B. Profil Petani Contoh

Responden pada penelitian ini merupakan penjual yang berdominan di pasar

Gumawang Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur, dimana mereka berperan

sebagai penjual cabai merah. Faktor kegiatan ekonomi berpengaruh terhadap

keputusan penjual dalam aktivitas penjualan cabai merah. Faktor sosial ekonomi ini

yang termasuk dalam karateristik responden yang terdiri dari umur, tingkat

pendidian dan luas lahan.

1. Umur Responden

Usia kerja adalah suatau tingkat umur seseorang yang diharapkan sudah dapat

bekerja dan menghasilkan pendapatanya sendiri. Usia kerja ini berkisar antara 34

sampai 60 tahun. Usia sangat terkait dengan tingkat produktivitas tenaga kerja dalam

penjualan cabai merah. Seluruh aktivitas penjualan berhubungan dengan tingkat

kemampuan fisik, dalam usia produktif tentu akan memiliki tingat pruduktivitas yang

lebih tinggi disbanding dengan penjual–penjual yang telah memasuki usia senja.

Tabel 5. Distribusi penjual cabai merah di pasar Gumawang Kecamatan Belitang


Kabupaten OKU Timur.
No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Presentase (%)

1. 31 – 40 5 25

2. 41 – 50 9 45

3. 51 – 60 6 30

4. > 60 - 0

Jumlah 20 100

Sumber : Data primer, 2017


33

Berdasarkan data pada Tabel 5 di atas, dapat diketahui bahwa peresentase

umur penjual cabai merah terbanyak yaitu berada pada usia 31-40 tahun dengan

jumlah 5 orang dengan presentase 25% .Usia 31-40 tahun merupakan usia dengan

tingkat kemampuan fisik yang baik dan tingkat produktivitas tingkat tinggi dalam

berusahatani termasuk dalam penjualan cabai merah.

2. Tingkat pendidikan resfonden

Tingkat pendidikan dari seseorang berpengaruh juga dalam kegiatan

penjualan cabai merah, dalamhal ini adalah kemampuan dan keterampilan penjual

dalam menyerap informasi maupun teknologi baru yang berasal dari diri sendiri.

Adapun distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 6. Didistribusikan Penjual Cabai Merah di Pasar Gumawang Kecamatan


Belitang Kabupaten OKU Timur BerdasarkanTingkat Pendidikan.
No Pendidikan Jumlah (Orang) Presentase (%)

1 SD 7 35

2 SMP 8 40

3 SMA 5 25

Jumlah 20 100

Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan data pada tabel 6 di atas, dapat di lihat bahwa tingkat

ppendidikan penjual cabai merah di pasar Gumawang Kecamatan Belitang

Kabupaten OKU Timur tergolong baik yaitu dengan tingkat pendidikan SMA

sebanyak 5 orang dan tingkat peresentase 33%. Tingkat SMP sebanyak 8 orang dan
34

tingkat Presentase 19%. Tingkat SD sebanyak 7 orang dan tingkat peresentasenya

48%.

3. Luas Lahan

Luas lahan pertanian merupakan salah satu bagian sumber daya lahan. Lahan

adalah tempat untuk melakukan kegiatan usahatani dan menghasilkan produk yang

diinginkanoleh petani dengan hasil yang dijual kepada konsumen. Di pasar

Gumawang Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur, penjual cabai merah

memiliki luas lahan atau tempat penjualan yang beragam. Dari hasil data lapangan

yang diperoleh, Luas lahan yang diusahakan oleh responden tidak ada yang lebih

dari.Menurut beberapa responden, modal awal usah yang di butuhkan untuk menjual

cabai merah cukup besar sehingga tempat yang digunakan tidak terlalu luas, hanya

beberapa penjual yang memiliki modal besar yang mampuh menjual cabai merah

dengan lahan yang luas.

Tabel 7. Luas Lahan Penjual Cabai Merah Di Pasar Gumawan Kecamatan Belitang
Kabupaten OKU Timur.
No Luas lahan (Ha) Jumlah (Orang) Peresentase (%)
1.
2.
3.
Jumlah 20 100
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan data pada tabel 7 di atas, dapat di lihat bahwa mayoritas luas

lahan penjualan Cabai Merah di Pasar Gumawang Kecamatan Belitang kabupaten

OKU Timur adalah Ha sebanyak orang dengan peresentase %. Usahatani modal

usaha yang dibutuhkan untuk menjual cabai merah cukup besar sehingga lahan yang

digunakan tidak terlalu luas.


35

C. Analisis Biaya Penjualan Cabai Merah

Biaya dalam kegiatan penjualan di keluarkan oleh penjual dengan tujuan untuk

menghasilkan pendapaan yang tinggi bagi penjual yang dikerjakan, dengan

mengeluarkan biaya maka penjual mengharapkan pendapatan yang setinggi-

tingginya melalui tingkatan produksi. Biaya dalam kegiatan penjualan terdiri dari

biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya variabel ( Variabel Cost).

Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang relatip tetap jumlahnya dan harus

dikeluarkan walaupun produk yang dihasilkan banyak atau sedikit. Biaya dari besar

kecilnya produksi yang dihasilkan. Dalam penelitian yang dikelompokkanke dalam

biaya sewa lahan dan penyusutan alat. S edangkan untuk biaya variabel terdiri dari

biaya pembelian sarana produksi pertanian dan biaya tenaga kerja.

Berikut ini merupakan komponen biaya yang dikeluarkan oleh penjual responden

cabai merah di Pasar Gumawan Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur.

1. Biaya Tetap ( Fixed Cost)

Biaya tetap yang digunakan oleh responden penjual cabai merah di Pasar

Gumawang Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur diantaranya meliputi biaya

sewa lahan dan biaya penyusutan peralatan yang dapat di lihat pada tabel 8 sebagai

berikut :
36
37

DAFTAR PUSTAKA

Anindita, R. 2005. Pemasaran Hasil Pertanian. Lentera. Jakarta.

Djarwaningsih, T. 1994. Jenis-Jenis Cabai di Indonesia, dalam Penelitian

Peningkatan Pendayaguanaan Sumberdaya Alam.

Harpenes, A. 2010. Bududaya Cabai Unggulan . Penebar Swadaya. Jakarta.

Hernanto, F. 2004. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kartosaepoerta. 2006. Marketing Produk Pertanaian dan Pembiayaan perusahaan

Agribisnis Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Kristianto. 2006. Marketing. Gramedika. Jakarta.

Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Prlindo. Jakarta.

Mubyarto. 1990. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3S. Jakarta.

Putri, S.D.2007. Analisis Perilaku Harga di Tingkat Produsen Dalam pemasaran

Cabai Rawit (Caosicum frutescentis L). di Kabupaten Sleman. Skripsi S1. Fakultas

Pertanian Unipersitas sebelas Maret. Surakarta.

Prajnanta. 2005. Kiat Sukses Bertanaman Cabai di Musim Hujan. Penebar swadaya.

Jakarta.

Santika. 2009. Agribisnis Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sjarkowi, F. 2010. Manajemen Agribisnis. CV. Baldad Graviti Press. Palembang.

Soekartawi. 2001. Teori Ekonomi Produksi. Rajawali. Jakarta.

. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.

. 2003. Pengantar Agro Industri. PT. Raja Gravindo Persada. Jakarta.

28
38

LAMPIRAN
39

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

KUISIONER PENELITIAN

TELAAH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FLUKTUASI


HARGA CABAI MERAH DI PASAR GUMAWANG KECAMATAN
BELITANG KABUPATEN OKU TIMUR

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Responden : .........................................................

2. Umur (Th) : .........................................................

3. Agama : .........................................................

4. Jenis Kelamin : .........................................................

5. Pendidikan : .........................................................

6. Status dalam Keluarga : .........................................................

7. Pekerjaan : .........................................................

Status Dalam Jenis Kelamin Umur Pendidikan Terakhir Pekerjaan


Keluarga
Nama Status L P (Th) Tingkat Kelulusan
40

B. PROPIL RESPONDEN

1. Jenis lahan : a. Sewa b. Milik sendiri

2. Sipat usaha : a. Utama b. Sampingan

3. Nilai sewa lahan dalam satu tahun : Rp…/Ha

4. Berapa Kg cabai merah terjual dalam satu hari ?

5. Apakah alasan bapak/ibu menjual cabai?

6. Pengalaman menjual cabai merah :…(tahun)

7. Varietas cabei merah apa yang di jual ?

8. Berapa kg cabai merah yang terjual dalam satu hari ?

9. Berapa lamah daya tahan cabai merah dari sudah di panen sampai tidal layak

di jual atau busuk?

10. Harga jual cabai : …(Rp /kg)

11. Berapa modal awal ?

12. Adakah faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga cabai merah?

13. Bagaimana cara mengatasi faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga

cabai merah tersebut ?

14. Bagaimana kecenderungan perkembangan harga cabai merah?

15. Berapa mili meter curah hujan untuk tanaman cabai ?

16. Berapa kilo meter jarak yang di tempuh untuk mengangkut cabai merah sampai

ke pasar gumawang ?

17. Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam menjual cabai merah :

a. Tenaga kerja dalam keluarga : ….orang

b. Tenaga kerja luar keluarga : ….orang


41

C. Biaya, Prodiksi Penerimaan


2. Biaya tetap

a. Sewa lahan

No Uraian (Rp/Ha/tahun) (Rp/Ha/Bln) (Rp/Ha/Proses)

1. Sewa lahan

b. Penyusutan alat

No Uraian Jumlah Harga Nilai total


(Rp/Kg) (Rp)

1. Karung

2. Timbangan

3. Plastik

4. Angkutan

3. Biaya variabel

a. Sarana Produksi

No Uraian Satuan Jumlah Harga Nilai Total


(Rp/Kg) (Rp)
1 Cabai
42

Kebutuhan Tenaga Kerja


TKDK TKLK HOK Upah/HOK
No. L W M L W M
Uraian

1. Transportasi

2. Penjualan Cabai

Ket :

 TKDK : Tenaga Kerja Dalam Keluarga

 TKLK : Tenaga Kerja Luar Keluarga

 L : Laki-Laki

 W : Wanita

 M : Mesin

D. PENERIMAAN PENJUALAN

No Uraian Jumlah Harga Total

(Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg/Proses

1 Bulan 1

2 Bulan 2

3 Bulan 3

4 Bulan 4

Anda mungkin juga menyukai