Abstrak
Penelitian ini dilakukan di Pasar Raya Padang pada bulan Maret sampai Mei 2012. Tujuan
penelitian adalah mendeskripsikan aktivitas tataniaga cabai merah keriting di Pasar Raya Padang,
meliputi saluran dan fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga
tataniaga, serta menganalisis struktur, perilaku, dan keragaan (Structure, Conduct, and
Performance/SCP) tataniaga cabai merah keriting di Pasar Raya Padang, meliputi struktur pasar,
perilaku pasar, dan keragaan pasar (marjin tataniaga, bagian yang diterima petani dan
keuntungan lembaga perantara, serta efisiensi tataniaga). Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode studi kasus (case study) dan data yang dikumpulkan terdiri dari data
primer dan sekunder yang dianalisis secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Cabai merah keriting yang dipasarkan di Pasar Raya
Padang didominasi oleh cabai merah keritng yang berasal dari Pulau Jawa. Walaupun demikian,
produksi cabai merah keriting petani Kota Padang tetap dipasarkan di Pasar Raya Padang.
Ditemukan empat saluran tataniaga cabai merah keriting, dari keempat saluran ini terdapat 2
saluran dari Pulau Jawa dan 2 saluran dari Kota Padang. Untuk fungsi pasar, petani dan
pedagang melakukan semua fungsi yang ada. Tetapi, petani di Kota Padang tidak melakukan
fungsi pengolahan dan penyimpanan. Dari semua fungsi yang dilakukan oleh pedagang di Pasar
Raya Padang, fungsi sortasi dan grading tidak dilakukan. Hasil analisis struktur pasar dari Pasar
Cabai Merah Keriting di Pasar Raya Padang menunjukkan adanya pasar persaingan sempurna.
Harga terbentuk karena bertemunya kekuatan permintaan dan penawaran. Dari hasil analisis
efisiensi tataniaga, diketahui bahwa Saluran I dan Saluran IV lebih efisien dari pada Saluran
lainnya.
Diharapkan kepada pihak pengelola pasar agar mampu memberikan informasi kepada
pedagang mengenai saluran tataniaga yang lebih efisien dalam memasarkan cabai merah keriting
di Pasar Raya Padang, yaitu Saluran I dan Saluran IV karena Saluran I dan Saluran IV
merupakan saluran yang terpendek dan memiliki persentase efisiensi tataniaga yang lebih kecil,
serta harga yang diterima petani dari pedagang besar/agen pada Saluran tersebut lebih besar
daripada pedagang besar/agen pada Saluran lain.
2
Universitas Andalas
Program Studi Agribisnis
cabai berbentuk bulat telur, lonjong, ataupun - Pembelian : Membeli barang dari penjual
oval dengan ujung yang meruncing, tergantung dan kemudian menjualnya kembali dengan
spesies dan varietasnya (Redaksi AgroMedia, harga yang telah disepakati.
2010). Pada dunia tumbuh-tumbuhan, cabai 2. Fungsi pengadaan secara fisik
diklasifikasikan dalam taksonomi sebagai - Pengangkutan : Pemindahan barang dari
berikut: tempat produksi dan atau tempat penjualan
Kerajaan : Plantae ke tempat-tempat dimana barang tersebut
Divisi : Spermatophyta akan terpakai (kegunaan tempat).
Subdivisi : Angiospermae - Penyimpanan : Penahanan barang selama
Kelas : Dicotyledoneae jangka waktu antara dihasilkan atau
Subkelas : Sympetalae diterima sampai dijual (kegunaan waktu).
Ordo : Tubiflorae (Solanales) - Pengolahan
Famili : Solanaceae 3. Fungsi pelancar/fasilitas
Genus : Capsicum - Pembiayaan : Mencari dan mengurus
Spesies : Capsicum annum L. modal uang yang berkaitan dengan
(Redaksi AgroMedia, 2010) transaksi-transaksi dalam arus barang dari
Bentuk buah cabai berbeda-beda, dari sektor produksi sampai sektor konsumsi.
cabai keriting, cabai besar yang lurus dan bisa - Penanggungan risiko : Usaha untuk
mencapai ukuran sebesar ibu jari, cabai rawit mengelak atau mengurangi kemungkinan
yang kecil-kecil tapi pedas, cabai paprika yang rugi karena barang yang rusak, hilang,
berbentuk seperti buah apel, dan bentuk-bentuk turunnya harga dan tingginya biaya.
cabai hias lain yang banyak ragamnya (Redaksi - Standardisasi dan Grading : Penentuan atau
AgroMedia, 2010). penetapan dasar penggolongan (kelas atau
derajat) untuk barang dan memilih barang
Definisi dan Fungsi Tataniaga untuk dimasukkan ke dalam kelas atau
Istilah tataniaga sering juga diartikan sama derajat yang telah ditetapkan dengan jalan
dengan pemasaran atau distribusi yaitu suatu standardisasi.
macam kegiatan ekonomi yang berfungsi - Informasi Pasar : Mengetahui tindakan-
membawa atau menyampaikan barang dari tindakan yang berhubungan dengan fakta-
produsen ke konsumen (Mubyarto, 1973). fakta yang terjadi, penyampaian fakta,
Menurut Sihombing (2010), kegiatan tataniaga menafsirkan fakta dan mengambil
adalah sebagian dari kegiatan distribusi. kesimpulan akan fakta yang terjadi.
Distribusi menimbulkan suatu kesan seolah-olah
orang-orang yang bergerak di dalam bagian ini Lembaga dan Saluran Tataniaga
bersifat statis, menunggu saja apa yang akan Menurut Nasruddin (1999), saluran
mereka peroleh dari produsen untuk dibagi- tataniaga adalah jalur yang dilalui komoditas dari
bagikan lagi kepada konsumen. titik produsen sampai titik konsumen akhir.
Fungsi tataniaga mengusahakan agar Dengan mengikuti saluran tataniaga dapat
pembeli memperoleh barang yang diinginkan diketahui : (a) jumlah produk yang dijual petani
pada tempat, waktu dan bentuk serta harga yang kepada tengkulak atau langsung ke konsumen
tepat (Sutiknjo, 2005). akhir atau ke pedagang besar, (b) peranan dari
Adapun fungsi tataniaga terdiri dari tiga pelaku tataniaga termasuk peranan petani dan (c)
fungsi pokok, yaitu: tempat terjadinya informasi. Panjang pendeknya
1. Fungsi pertukaran : saluran tataniaga dipengaruhi oleh beberapa
- Penjualan : Menjual barang kepada faktor, antara lain : (a) jarak produsen –
konsumen dengan harga yang memuaskan. konsumen, (b) cepat lambatnya produk rusak, (c)
3
Universitas Andalas
Program Studi Agribisnis
skala produksi, (d) posisi keuangan perusahaan, pasar di mana mereka menjual atau membeli.
(e) derajat standardisasi, (f) kemewahan produk, Perilaku itu meliputi metode dan kriteria yang
(g) nilai unit dari produk, (h) bentuk pemakaian digunakan oleh perusahaan atau kelompok
produk, dan (i) struktur pasar (Nasruddin, 1999). perusahaan dalam menentukan keluaran,
Lembaga tataniaga mempunyai peranan kebijakan penetapan harga, kebijakan produk,
dalam menjembatani kesenjangan-kesenjangan dan kebijakan promosi mereka serta hubungan
yang ada antara titik produsen dan titik mereka satu sama lain.
konsumen, yang menyangkut kesenjangan Mempelajari perilaku pasar yang tercermin
karena waktu, bentuk, pemilikan, informasi dan dalam aksi yang dilakukan oleh suatu perusahaan
nilai. Lembaga atau perantara tataniaga dapat atau pembeli sangat membantu dalam memahami
dibagi ke dalam dua golongan, yaitu pedagang pemasaran. Menurut Chindiff et al., (1988),
perantara dan agen perantara. Golongan yang terdapat dua pengaruh pokok yang
pertama menguasai dan memiliki barang, mempengaruhi pembeli yakni pengaruh individu
sedangkan golongan yang kedua menguasai dan pengaruh lingkungan (Melania, 2007).
tetapi tidak memiliki barang dagangan
(Nasruddin, 1999). Keragaan Pasar
Keragaan pasar merupakan hasil akhir yang
Struktur Pasar dicapai akibat dari penyesuaian yang dilakukan
Struktur pasar yaitu suatu pandangan yang oleh lembaga tataniaga pada struktur pasar
menjelaskan tentang definisi industri dan tertentu, didefinisikan sebagai seberapa bagus
perusahaan mengenai jumlah yang ada dalam sistem pemasaran bisa memenuhi harapan
satu pasar, distribusi perusahaan dengan berbagai masyarakat dan pelaku pasar. Secara teoritis
ukuran dan diferensiasi produk, serta syarat- keragaan suatu industri ditentukan oleh 2 faktor
syarat keluar masuk pasar (Azzaino, 1983 dalan yaitu: struktur industri (jumlah dan ukuran
Melania, 2007). perusahaan, derajat diferensiasi produk, dan
Menurut Dahl dan Hammond (1972) kemudahan keluar masuk pasar); dan market
terdapat 4 karakteristik untuk menentukan conduct (harga di tingkat produsen, produk dan
struktur pasar yaitu: (1) jumlah perusahaan yang strategi promosi) (Kohl dan Uhl, 1990 dalam
terdapat pada suatu pasar; (2) diferensiasi produk; Melania, 2007).
(3) kemudahan memasuki pasar; (4) status
pengetahuan tentang biaya, harga dan kondisi Biaya dan Marjin Tataniaga
pasar diantara pelaku pemasaran (Melania, 2007). Marjin tataniaga didefinisikan sebagai
Pasar dapat diklasifikasikan sebagai pasar perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar
persaingan sempurna (banyak pembeli dan konsumen dengan harga yang diterima petani
penjual), monopolistik (banyak perusahaan), produsen atau dapat pula dinyatakan sebagai
oligopoly (sedikit perusahaan) atau monopoli nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan
(perusahaan tunggal). Pada pasar yang berbeda tataniaga sejak dari tingkat produsen sampai ke
sistem pemasarannya juga berbeda. Untuk dapat titik konsumen akhir. Pengeluaran yang harus
membedakan macam pasar tersebut dapat dilakukan untuk menyalurkan komoditi dari
dikenali dari ciri-cirinya (Melania, 2007). produsen ke konsumen disebut biaya tataniaga
(Utami, 2009).
Perilaku Pasar Hammond dan Dahl (1977), yang dikutip
Menurut Bain (1967), yang dikutip dalam dalam Utami (2009), menyatakan bahwa marjin
Melania (2007), perilaku pasar mengacu pada tataniaga menggambarkan perbedaan harga di
pola perilaku yang diikuti perusahaan- tingkat konsumen (Pr) dengan harga ditingkat
perusahaan dalam menyesuaikan diri dengan produsen (Pf). Setiap lembaga pemasaran
4
Universitas Andalas
Program Studi Agribisnis
melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang Tabel 1. Identitas Petani Sampel Usahatani Cabai
berbeda sehingga menyebabkan perbedaan harga Merah Keriting di Kota Padang
jual dari lembaga satu dengan yang lainnya No Keterangan Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Umur (tahun)
sampai ke tingkat konsumen akhir. a. 39 – 46 2 40
b. 47 – 54 2 40
c. 55 – 62 1 20
Efisiensi Pemasaran 2. Tingkat Pendidikan
Menurut Sherpherd (1962) efisiensi a. SD 1 20
b. SMP 1 20
tataniaga adalah selisih antara total biaya dengan a. SMA 3 60
total nilai produk yang dipasarkan, atau dapat 3. Pengalaman Berusahatani
(tahun)
dirumuskan : a. < 5 - -
TB b. 5 – 10 3 60
EP = ( ) x 100% c. > 10 2 40
TNP 4. Luas Lahan (Ha) :
Dimana : a. 0,25 4 80
b. 0,5 1 20
EP = Efisiensi Pemasaran
TB = Total Biaya Dari Tabel 1, diketahui bahwa umur petani
TNP = Total Nilai Produk sampel berkisar antara 39-46 tahun dan 47-54
Berdasarkan rumus tersebut, dapat tahun adalah sekitar 40% atau sebanyak 2 orang
diartikan bahwa setiap ada penambahan biaya petani, serta sebanyak 20% petani sampel
pemasaran memberi arti bahwa hal tersebut berumur 55-61 tahun. Hal ini mengartikan bahwa
menyebabkan adanya pemasaran yang tidak usahatani cabai tidak lagi didominasi oleh petani
efisien. Begitu pula sebaliknya, kalau semakin yang berusia lanjut, tetapi sudah mulai
kecil nilai produk yang dijual berarti terjadi diusahakan oleh petani yang lebih muda.
pemasaran yang tidak efisien (Sherpherd, 1962 Selain itu, tingkat pendidikan petani juga
dalam Soekartawi, 1989). merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas petani cabai merah
keriting dalam berusahatani. Untuk petani di
Identitas Petani Sampel
Identifikasi terhadap petani sampel Kota Padang terdapat 1 orang petani dengan
adalah petani yang menjual hasil produksinya ke tingkat pendidikan SD dan SMP atau sekitar
Kota Padang yang meliputi identitas petani, 20%, serta 60% atau 3 orang dengan tingkat
kegiatan panen dan pasca panen, kegiatan pendidikan SMA. Tingkat pendidikan petani
pemasaran yang dilakukan, dan informasi biaya- akan sangat berpengaruh terhadap cara berpikir,
biaya yang dikeluarkan. penerimaan dalam mencoba hal-hal baru. Akan
Daerah yang dipilih sebagai lokasi tetapi dalam kenyataannya pendidikan petani
pengambilan sampel petani adalah Kota Padang. tidak begitu penting dalam kegiatan budidaya
Populasi petani cabai merah keriting pada cabai merah keriting di Kelurahan Kuranji.
penelitian ini terdapat pada Kecamatan Kuranji.
Kecamatan Kuranji dipilih karena berdasarkan Identitas Pedagang Sampel
hasil wawancara dengan pihak pedagang Pedagang sampel adalah pedagang yang
besar/agen cabai merah keriting di Pasar Raya menjual cabai merah keriting produksi Pulau
Padang sebagian besar cabai merah keriting lokal Jawa dan Kota Padang di Pasar Raya Padang.
yang dipasarkan di Pasar Raya Padang berasal Identifikasi pedagang sampel meliputi identitas
dari Kota Padang. pedagang, fungsi pemasaran yang dilakukan,
saluran yang dilalui dan informasi biaya-biaya
yang dikeluarkan.
Keseluruhan sampel pedagang cabai
merah keriting berjumlah 27 orang yang terdiri
dari 9 orang pedagang besar/agen dan 18 orang
5
Universitas Andalas
Program Studi Agribisnis
pedagang pengecer. Pedagang besar/agen dalam yang terdapat di Pasar Raya Padang melakukan
penelitian ini berasal dari Pasar Belimbing dan pembelian dari pedagang besar/agen yang berada
Pasar Raya Padang. Sedangkan untuk pedagang di Pasar Belimbing untuk memperoleh cabai
pengecer berlokasi di Pasar Raya Padang. merah keriting lokal atau memperolehnya
langsung dari petani itu sendiri dan melakukan
Tabel 2. Identitas Pedagang Sampel Cabai Merah penjualan cabai merah keriting kepada pedagang
Keriting di Kota Padang Tahun 2012 pengecer, serta konsumen akhir. Sedangkan
Kelas Pedagang Jumlah Persentase
No Uraian
Besar Pengecer (orang) (%) pedagang pengecer menjual langsung cabai
1. Umur (tahun)
a. 22 – 31 2 6 8 29,63 merah keriting ke konsumen akhir di Kota
b. 32 – 41
c. 42 – 51
2
3
4
5
6
8
22,22
29,63 Padang.
d. 52 – 61 2 2 4 14,81
e. 62 – 71 - - - -
f. 72 – 81 - 1 1 3,7
2. Pendidikan
Saluran I
a. Tidak Sekolah - 2 2 7,41
b. SD 3 1 4 14,81
c. SMP 1 4 5 18,52
d. SMA 5 11 16 59,26 Petani
3. Pengalaman Berdagang
a. 1-8
b. 9-16 2 8 10 37,04
c. 17-24 3 3 6 22,22
d. 25-32 1 4 5 18,52 Pedagang Besar/Agen (Pasar Raya Padang)
e. 33-40 2 3 5 18,52
1 - 1 3,7
8
Universitas Andalas
Program Studi Agribisnis
diperoleh. Oleh karena itu, Saluran IV
identifikasi biaya diambil
dari pedagang besar/agen.
9
Universitas Andalas
Program Studi Agribisnis
merah keriting yang di jual di Pasar Raya Padang yang menyebabkan konsumen memilih dalam
dipasok oleh petani lokal serta petani Pulau membeli cabai. Mengingat pasokan cabai merah
Jawa. Hal ini ditujukan untuk memenuhi keriting produksi Pulau Jawa lebih banyak
kebutuhan akan permintaan cabai merah keriting daripada produksi lokal menyebabkan sebagian
oleh konsumen. besar konsumen membeli jenis cabai tersebut.
Pedagang cabai merah keriting yang Semua itu juga menyebabkan munculnya
terdapat di Pasar Raya Padang berjumlah 70 perubahan selera di antara konsumen karena
orang pedagang. Dari total 70 pedagang cabai keseringan mengkonsumsi cabai merah keriting
merah keriting yang terdapat di Pasar Raya produksi Pulau Jawa yang notabene tidak terlalu
Padang, diketahui bahwa terdapat 44 orang pedas. Ini jugalah yang menyebabkan sedikitnya
pedagang pengecer dan 26 orang pedagang pedagang yang mau menjual cabai merah
besar/agen. Pedagang besar/agen merupakan keriting produksi lokal.
pedagang yang membeli atau mendapatkan Bagi para pedagang, untuk masuk pasar
barang dagangannya dari distributor atau tidaklah sulit. Untuk pedagang yang berdagang
langsung dari produsen yang kemudian tidak pada kios yang disediakan mereka cukup
menjualnya kepada pedagang pengecer yang mencari lokasi yang mereka anggap untung,
terdapat di pasar dengan jumlah yang banyak. tanpa harus melapor kepada pihak pengelola.
Sedangkan pedagang pengecer adalah pedagang Berbeda halnya dengan pedagang yang berjualan
yang menjual barang dagangannya langsung di dalam kios. Sebelum mulai berdagang, mereka
kepada pemakai akhir atau konsumen dengan terlebih dahulu menentukan lokasi kios yang
jumlah satuan atau eceran. diinginkan, kemudian melapor kepada pihak
Cabai merah keriting yang pengelola, dalam hal ini pihak Dinas Pasar Kota
diperdagangkan dari pedagang besar/agen hingga Padang baik itu untuk disewa ataupun untuk
konsumen akhir berdasarkan kemiripan produk dibeli.
bersifat homogen (sama), dalam artian tidak Dari total keseluruhan cabai merah keriting
terdapat perbedaan bentuk dari cabai merah yang dipasarkan di Pasar Raya Padang, dapat
keriting yang dipasarkan di Pasar Raya Padang. diketahui bahwa 5,99% atau sekitar 140Kg cabai
Hanya saja perbedaan antara cabai merah merah keriting yang berasal dari Saluran I,
keriting yang dipasarkan di Pasar Raya Padang 9,79% atau sekitar 229Kg cabai merah keriting
terdapat pada perbedaan daerah produksi, harga yang berasal dari Saluran II, 82,81% atau sekitar
antara kedua jenis cabai merah keriting, serta 1.937Kg cabai merah keriting berasal dari
rasa dari cabai merah keriting tersebut. Dari segi Saluran III, dan 1,41% atau sekitar 33Kg cabai
harga, cabai merah keriting produksi Pulau Jawa merah keriting berasal dari Saluran IV.
relatif lebih murah dibandingkan dengan cabai Berdasarkan penjabaran di atas, maka diketahui
merah keriting produksi lokal. bahwa saluran yang paling dilalui cabai merah
Perbedaan harga ini terjadi karena pasokan keriting berdasarkan hasil penelitian adalah
cabai merah keriting ke Pasar Raya Padang lebih Saluran III.
banyak daripada pasokan cabai merah keriting Berdasarkan kriteria tersebut, maka dapat
produksi lokal. Cabai merah keriting produksi dikatakan bahwa struktur pasar di Pasar Raya
lokal lebih banyak dipasarkan ke luar daerah, Padang adalah pasar persaingan monopolistik,
seperti Pekanbaru daripada dalam daerah. Hal dimana : (1) jumlah pedagang banyak; (2)
itulah yang menyebabkan harga cabai merah produk yang dijual cenderung sama, tetapi
keriting produksi lokal lebih mahal daripada sedikit berbeda dalam hal daerah asal cabai
produksi Jawa. Sedangkan dari segi rasa, cabai merah keriting tersebut/terdapat diferensiasi pada
merah keriting produksi lokal relatif lebih pedas produk, yaitu berupa daerah produksi dan harga
daripada produksi Pulau Jawa. Hal itu pulalah dari produk tersebut; (3) relatif mudah untuk
10
Universitas Andalas
Program Studi Agribisnis
memasuki pasar; (4) harga ditentukan oleh konsumen kepada pedagang pengecer karena
mekanisme pasar. dalam pembelian cabai merah keriting relatif
tidak terlalu banyak, yaitu sekitar 2-15kg.
Analisis Perilaku Pasar di Pasar Raya Padang
a. Sistem Penentuan Harga Keragaan Pasar
Harga merupakan salah satu aspek yang Keragaan pasar cabai merah keriting dapat
sangat diperhatikan oleh pedagang maupun dilakukan dengan melihat marjin tataniaga dan
konsumen. Menurut Nasruddin (1991), penyebarannya diantara lembaga yang terlibat,
penetapan harga dipengaruhi oleh (a) jenis dan efisiensi tataniaga.
produk yang ditetapkan harganya, (b) permintaan
produk tersebut, (c) persaingan, (d) tahap daur Analisis Margin Tataniaga
hidup produk dan (e) bauran produk. Tujuan penggunaan analisis marjin
Berdasarkan teori di atas harga merupakan salah saluran tataniaga cabai merah keriting adalah
satu faktor dalam proses pembelian barang oleh untuk melihat perbedaan harga yang terjadi
konsumen. Teori ini juga berlaku pada antara saluran-saluran tataniaga cabai merah
konsumen cabai merah keriting, tetapi pada keriting itu sendiri. Definisi dari marjin tataniaga
umumnya harga yang tinggi membuat daya beli adalah selisih perbedaan harga yang dibayarkan
konsumen terhadap suatu barang menurun oleh konsumen akhir terhadap harga yang
apabila tidak diiringi oleh pertambahan dikeluarkan oleh produsen (Nasruddin, 1999).
pendapatan konsumen. Akan tetapi hal ini
berbeda dengan perilaku konsumen cabai merah a. Marjin Tataniaga Cabai Merah Keriting untuk
keriting, terutama di Kota Padang. Walaupun Saluran I
harga cabai merah keriting di Pasar Raya Padang Seluruh biaya dalam analisis marjin
tidak menentu, tetapi konsumen tetap saja tataniaga dinyatakan dalam satuan Rp/kg.
membelinya dengan jumlah yang diinginkan. Saluran ini dimulai dari petani – pedagang
Harga yang diberikan pedagang kepada besar/agen – pedagang pengecer – konsumen.
konsumen berdasarkan terbentuknya kekuatan Pada saluran tataniaga yang pertama, petani
permintaan dan penawaran. Pedagang tidak memasarkan cabai merah keriting yang
dapat menentukan harga sepenuhnya sendiri dihasilkan langsung ke Pasar Raya Padang. Total
karena faktor tersebut. Apabila persediaan cabai biaya yang dikeluarkan pada saluran ini adalah
merah keriting yang ada di Pasar Raya Padang sebesar Rp 2.068,74/Kg atau sekitar 10,34%
banyak, maka tentu saja harga dari cabai merah dengan marjin tataniaga sebesar Rp 4.000,-/Kg
keriting tersebut akan turun. atau sekitar 20,00%. Semua biaya tersebut
berasal dari biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
b. Sistem Pembayaran Harga lembaga-lembaga yang terlibat pada saluran ini.
Sistem pembayaran cabai merah keriting di
Pasar Raya Padang berlangsung dengan baik, b. Marjin Tataniaga Cabai Merah Keriting untuk
yaitu secara tunai. Dalam pembayaran harga oleh Saluran II
pedagang besar/agen kepada pedagang Saluran ini dimulai dari petani –
besar/agen dari pasar lain dan juga dari petani pedagang besar/agen I – pedagang besar/agen II
dilakukan secara tunai. Sistem pembayaran harga - pedagang pengecer – konsumen. Pada saluran
antara pedagang besar/agen dengan pedagang tataniaga yang kedua, petani masih memasarkan
pengecer dilakukan secara tunai. Begitu juga cabai merah keriting yang dihasilkan langsung,
antar pedagang pengecer dengan konsumen. tetapi kali ini petani menjual cabai merah
Pembayaran secara tunai dilakukan pedagang keriting produksinya ke pasar terdekat, dalam hal
pengecer kepada pedagang besar/agen dan ini Pasar Belimbing. Total biaya yang
11
Universitas Andalas
Program Studi Agribisnis
dikeluarkan pada saluran ini adalah sebesar Rp seberapa besar keuntungan yang diperoleh oleh
2.285,38/Kg atau sekitar 10,41% dengan marjin lembaga-lembaga tersebut. Bagian yang diterima
tataniaga sebesar Rp 7.000,-/Kg atau sekitar oleh masing-masing lembaga yang terlibat
31,82%. Semua biaya tersebut berasal dari biaya- berbeda antara satu sama lain. Besarnya bagian
biaya yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga yang diterima masing-masing lembaga
yang terlibat pada saluran ini. tergantung dari besarnya biaya yang dikeluarkan
oleh lembaga tersebut. Untuk mengetahui
c. Marjin Tataniaga Cabai Merah Keriting untuk besarnya bagian yang diterima oleh petani,
Saluran III dilihat dari persentase perbandingan total biaya
Saluran ini dimulai dari Petani - dengan nilai produk. Sedangkan untuk
Distributor – Pedagang besar/agen - Pedagang mengetahui bagian yang diterima masing-masing
pengecer – konsumen. Pada saluran tataniaga lembaga, diketahui dari persentase keuntungan
yang ketiga, petani berlokasi di Pulau Jawa. yang diterima oleh masing-masing lembaga
Akibat keterbatasan tenaga dan waktu, maka tersebut. bagian yang diterima lembaga tataniaga
perhitungan di mulai dari pedagang besar/agen cabai merah keriting yang paling
yang menjual cabai merah keriting produksi menguntungkan bagi petani cabai merah keriting
Pulau Jawa. Total biaya yang dikeluarkan pada adalah Saluran I karena persentase bagian yang
saluran ini adalah sebesar Rp 1.100,15/Kg atau diterima petani pada Saluran I lebih besar
sekitar 5,5% dengan total marjin tataniaga daripada bagian yang diterima petani pada
sebesar Rp 3.000/Kg atau sekitar 15,00%. Semua Saluran II, yaitu 80%.
biaya tersebut berasal dari biaya-biaya yang Hal ini menunjukkan bahwa bagian yang
dikeluarkan oleh lembaga-lembaga yang terlibat diterima petani pada Saluran I sebesar 80% dari
pada saluran ini. harga yang dibayarkan konsumen akhir. Hal ini
dikarenakan petani menjual cabai merah keriting
d. Marjin Tataniaga Cabai Merah Keriting untuk yang ia hasilkan langsung ke Pasar Raya Padang,
Saluran IV tanpa melalui pedagang perantara. Bagian yang
Saluran IV ini dimulai dari Petani - diterima petani pada Saluran II adalah 68,18 %,
Distributor – Pedagang besar/agen - konsumen. bagian yang diterima pedagang besar/agen I
Pada saluran tataniaga yang keempat, petani adalah sebesar 15,90%. Pada Saluran III dan IV
berlokasi di Pulau Jawa, sama dengan petani bagian yang diterima petani tidak dapat di cari
pada saluran III. Akibat keterbatasan tenaga dan karena informasi mengenai petani tidak
waktu, maka perhitungan di mulai dari pedagang didapatkan dengan jelas.
besar/agen yang menjual cabai merah keriting Keuntungan yang diterima pedagang
produksi Pulau Jawa. Total biaya tataniaga yang besar/agen II, paling menguntungkan adalah
dikeluarkan pada saluran ini adalah sebesar Rp pada Saluran IV sebesar 100%. Hal ini terjadi
218,09/Kg atau sekitar 1,09% dengan marjin karena pedagang besar/agen II menjual cabai
tataniaga sebesar Rp 3.000/Kg atau sekitar merah keriting langsung kepada konsumen.
15,00%. Semua biaya tersebut berasal dari biaya- Sedangkan bagian yang diterima oleh pedagang
biaya yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pengecer yang paling menguntungkan adalah
yang terlibat pada saluran ini. Saluran III sebesar 58,84%. Pada Saluran IV
bagian yang diterima tidak di cari karena tidak
Bagian yang Diterima Petani dan Pedagang ada pedagang pengecer yang terlibat dalam
Perantara (Pedagang Pengumpul, Pedagang saluran ini.
besar/agen, dan Pedagang Pengecer)
Bagian yang diterima oleh petani dan
lembaga-lembaga yang terlibat menentukan
12
Universitas Andalas
Program Studi Agribisnis
Efisiensi Tataniaga Kesimpulan
Efisiensi tataniaga merupakan ukuran Berdasarkan penelitian yang telah
yang sering digunakan untuk menilai kinerja dilakukan, diketahui bahwasanya cabai merah
(performance) pasar. Menurut Mubyarto (1991), keriting yang dipasarkan di Pasar Raya Padang
saluran tataniaga yang paling efisien adalah dominan berasal dari Pulau Jawa. Walaupun
saluran yang memiliki persentase efisiensi demikian, produksi lokal tetap dipasok ke Pasar
tataniaga paling kecil. Raya Padang. Ditemukan empat saluran
tataniaga dalam pemasaran cabai merah keriting,
Tabel 3. Efisiensi Tataniaga Pada Masing- dimana dari keempat saluran ini terdapat 2
Masing Saluran Tataniaga Cabai Merah Keriting saluran dari Pulau Jawa dan 2 saluran dari
Nilai Produk Padang. Untuk fungsi pasar, rata-rata petani dan
Saluran Biaya Efisiensi
yang
No Tataniaga Cabai Tataniaga Tataniaga pedagang melakukan semua fungsi yang ada.
dipasarkan
Merah Keriting (Rp/kg) (%)
(Rp/kg) Hanya saja, petani di Kota Padang tidak
1 Saluran I 2.068,74 20.000 10,34
2 Saluran II 2.285,38 22.000 10,39 melakukan fungsi pengolahan dan penyimpanan.
3 Saluran III 1.100,15 20.000 5,50 Dari semua fungsi yang dijalani pedagang di
4 Saluran IV 218,09 20.000 1,09
Pasar Raya Padang, mereka tidak melakukan
fungsi sortasi dan grading.
Dari Tabel 3, dapat dilihat bahwa nilai
Struktur dari Pasar Cabai Merah Keriting
efisiensi tataniaga yang paling besar di antara
di Pasar Raya Padang adalah pasar persaingan
Saluran I dan Saluran II adalah pada Saluran II,
sempurna. Harga terbentuk karena bertemunya
yaitu sebesar 10,39% dengan total biaya sebesar
kekuatan permintaan dan penawaran. Sementara
Rp 2.285,38/Kg. Sedangkan untuk nilai efisiensi
itu, sistem pembayaran yang dilakukan pedagang
tataniaga yang paling kecil dimiliki oleh Saluran
adalah sistem pembayaran tunai. Berdasarkan
I, yaitu sebesar 10,34% dengan total biaya
penelitian, saluran tataniaga yang paling efisien
sebesar Rp 2.068,74/Kg. Dari kedua saluran
adalah Saluran I dan Saluran IV.
tersebut, dapat kita ambil kesimpulan bahwa
Saluran I lebih efisien dibandingkan dengan
Saran
Saluran II, dengan nilai efisiensi tataniaga
Diharapkan kepada pihak pengelola pasar
sebesar 10,34%. Saluran I dipilih sebagai saluran
agar mampu memberikan informasi kepada
yang lebih efisien karena Saluran I memiliki nilai
pedagang mengenai saluran tataniaga yang lebih
efisiensi tataniaga yang lebih kecil. Hal ini
efisien dalam memasarkan cabai merah keriting
dikarenakan pada Saluran I, petani memasarkan
di Pasar Raya Padang, yaitu Saluran I dan
langsung cabai merah keriting ke Pasar Raya
Saluran IV karena Saluran I dan Saluran IV
Padang.
merupakan saluran yang terpendek dan memiliki
Efisiensi tataniaga yang paling besar
persentase efisiensi tataniaga yang lebih kecil,
diantara Saluran III dan Saluran IV adalah pada
serta harga yang diterima petani dari pedagang
Saluran III sebesar 5,50% dengan total biaya
besar/agen pada Saluran tersebut lebih besar
sebesar Rp 1.100,15/Kg. Sedangkan nilai
daripada pedagang besar/agen pada Saluran lain.
efisiensi tataniaga yang paling kecil terdapat
pada Saluran IV, yaitu sebesar 1,09% dengan
total biaya sebesar Rp 218,90/Kg. Dari kedua
saluran ini, dapat diketahui bahwa Saluran IV
lebih efisien dibandingkan Saluran III, yaitu
sebesar 1,09%. Hal ini dikarenakan pada Saluran
IV jumlah lembaga yang terlibat lebih sedikit
dibandingkan saluran lain.
13
Universitas Andalas
Program Studi Agribisnis
DAFTAR PUSTAKA Nasruddin, Wasrob. 1999. Tataniaga Pertanian.
[Diktat Kuliah]. Universitas Terbuka :
Anonim. 2011. Produksi Cabe Sumbar. Padang
Jakarta.
(Online,http://prosaturripadang.wordpr
ess.com/2011/01/07/produksi-cabe- Nazir, Mohammad. 2003. Metode Penelitian.
sumbar/, diakses pada 28 Februari Ghalia Indonesia . Jakarta.
2012). Prastowo, N.J, Tri Yanuarti dan Yoni Depari.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Sumatera 2008. Pengaruh Distribusi dalam
Barat Dalam Angka 2009/2010. Pembentukan Harga Komoditas dan
Padang. Implikasinya Terhadap Inflasi. Bank
Indonesia. Jakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Produksi
Tanaman Cabai di Indonesia 2010. Rahim, Abd dan Diah R.D.H. 2007. Pengantar,
Jakarta. Teori, dan Kasus Ekonomika
Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.
Badan Litbang Pertanian. 2011. Antisipasi
Harga Cabai Melonjak. (Online, Redaksi AgroMedia. 2010. Panduan Lengkap
http://www.litbang.deptan.go.id/berita/ Budidaya dan Bisnis Cabai. PT
one/937/, diakses pada 28 Februari Agromedia Pustaka . Jakarta.
2012). Sihombing, Luhut. 2010. Tataniaga Hasil
Irwansyah, Adek. 2010. Analisis Pemasaran Pertanian. USU Press . Medan.
Wortel dari Kecamatan X Koto (Online, usupress.usu.ac.id, diakses
Kabupaten Tanah Datar ke Kota pada 27 Januari 2012).
Dumai. [Skripsi]. Fakultas Pertanian Soekartawi. 1989. Prinsip Dasar Ekonomi
Universitas Andalas . Padang. Pertanian. Raja Grafindo Persada.
Lipoeto, Nur. 2001. Contemporary Malang.
Minangkabau food culture in West Sutiknjo, Tutut. 2005. Ekonomi Pertanian.
Sumatra, Indonesia. [Jurnal]. Padang. [Diktat Kuliah]. Universitas Kediri.
Kediri.
Melania. 2007. Struktur, Perilaku, dan Keragaan Tjahjadi, N. 1991. Bertanam Cabe. Kanisius.
Pasar. [Jurnal STIE Pancasila]. Yogyakarta.
Banjarmasin. Utami, Yuniarni. 2009. Analisis Cabang
Mubyarto. 1973. Pengantar Ekonomi Pertanian. Usahatani dan Tataniaga Pisang Raja
Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Bulu (Musa paradisiaca. sp)(Kasus
Penerangan Ekonomi dan Sosial Desa Talaga, Kecamatan Cugenang,
(LP3ES) . Jakarta. Kabupaten Cianjur, Jawa Barat).
[Skripsi]. Departemen Agribisnis
Muslikh. 2000. Analisis Sistem Tataniaga Cabai
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Rawit Merah (Capsicum frutescens) di
Institut Pertanian Bogor.
DKI Jakarta. [Skripsi]. Fakultas
Bogor.(Online,repository.ipb.ac.id/bits
Pertanian Institut Petanian Bogor .
tream/handle/.../15548/H09yut_abstra
Bogor.(Online,
ct.ps?, diakses pada 21 Januari 2012)
repository.ipb.ac.id/handle/123456789
/21409, diakses pada 21 Januari 2012.
14