Anda di halaman 1dari 100

Sistem Pemasaran Cabai Merah di Balai

Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA)


I. PENDAHULUAN
Seiring dengan berkembangnya industri pangan nasional, cabai merupakan salah satu
bahan baku yang dibutuhkan secara berkesinambungan. Karena merupakan bahan pangan
yang dikonsumsi setiap saat, maka cabai akan terus dibutuhkan dengan jumlah yang semakin
meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan perekonomian nasional.
Meskipun cabai merah bukan bahan pangan utama bagi masyarakat kita, namun
komoditi ini tidak dapat ditinggalkan, harus tersedia setiap hari dan harus dalam bentuk segar.
Ketersediannya secara teratur setiap hari bagi ibu rumah tangga menjadi suatu keharusan.
Meningkatnya harga cabai merah atau kelangkaan pasokan di pasaran mendapat reaksi sangat
cepat dari masyarakat dan insan pers. Oleh sebab itu penyediaan cabai merah dalam bentuk
segar setiap hari sepanjang tahun perlu dirancang secara baik.
Jumlah permintaan cabai relatif tetap sepanjang waktu, sedangkan produksi berkaitan
dengan musim tanam. Maka dari itu pasar akan kekurangan pasokan kalau masa panen raya
belum tiba. Dalam kesempatan seperti ini beruntung bagi petani yang dapat memproduksi
cabai sepanjang tahun. Mengingat permintaan cabai merah relatif stabil sepanjang tahun,
maka management produksi perlu diatur, agar tidak terjadi fluktuasi baik produksi maupun
harga. Pola produksi cabai merah selama ini sangat tidak beraturan sehingga yang semestinya
usahatani ini sangat menguntungkan, seringkali mendatangkan kerugian bagi petani maupun
konsumen.
Selain management produksi, pemasaran merupakan salah satu subsistem penting dari
system agribisnis. Kegiatan pemasaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terjadi
dalam proses mengalirkan barang dan jasa dari sentra produksi ke sentra konsumsi guna
memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan bagi konsumen serta memberikan
keuntungan bagi produsen. Konsep ini menunjukkan bahwa peranan pemasaran sangat
penting dalam rangka meningkatkan nilai guna bentuk, nilai guna waktu, nilai guna tempat
dan nilai guna hak milik dari suatu barang dan jasa secara umum dan juga pada komoditas
pertanian (Limbong dan Sitorus, 1995).
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) Lembang, Bandung, Jawa Barat
merupakan wilayah kerja dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura di Indonesia
yang mengkhususkan diri di bidang sayuran. Balitsa mengelola lahan percobaan yang
digunakan untuk kegiatan penelitian dan kegiatan yang terkait lainnya. Selain untuk kegiatan
penelitian sebagian dari lahan Balitsa disewakan kepada karyawan untuk melakukan usahatani
sayuran. Salah satu komoditas yang diusahatanikan karyawan adalah cabai merah karena
memiliki prospek yang cukup baik.

II. ISI
Pemasaran merupakan salah satu subsistem penting dari sistem agribisnis. Kegiatan
pemasaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terjadi dalam proses mengalirkan
barang dan jasa dari sentra produksi ke sentra komsumsi guna memenihi kebutuhan dan
memberikan kepuasan bagi konsumen serta memberikan keuntungan bagi produsen. Oleh
karena itu dapt dikatakan bahwa peranan pemasaran sangat penting dalam rangka
meningkatkan nilai guna bentuk, nilai guna waktu, nilai guna temapt dan nilai guna hak milik
dari suatu barang dan jasa secara umum dan juga pada komoditas pertanian (Limbong dan
Sitorus, 1995)
Seperti halnya komoditas hortikultura pada umumnya, peranan pemasaran pada
komoditas cabai memberikan kontribusi penting mengingat sifat khusus dari hortikultura pada
umunya seperti mudah busuk, mudah rusak, volumenious, produksinya bersifat musiman
sementara konsumsinya sepanjang tahun. Sifat-sifat khusus tersebut menuntut adanya suatu
perlakuan khusus berupa pengangkutan yang hati-hati, pengepakan yang baku dan baik,
penyimpanan dengan suhu tertentu , dan berbagai cara pengawetan lain sehingga cabai merah
dapat bertahan dalam waktu yang lama. Sementara itu konsumen menghendaki komoditas
tersedia dekat dengan tempat mereka, dapat diperoleh sepanjang waktu dan dapat dikonsumsi
dalam bentuk segar. Masing-masing keinginan produsen dan konsumen tersebut dapat
dipenuhi dengan adanya suatu sistem pemasaran yang baik.
Dalam alur pemasaran tersebut melibatkan berbagai lembaga pemasaran
menghubungkan para petani di sentra produksi dan sentra konsumsi untuk memberikan nilai
guna bagi produk dalam suatu sistem pemasaran yang berperan dalam memasarkan komoditas
pertanian hortikultura yang dapat mencakup petani, pedagang pengumpul, pedagang
perantara/grosir dan pedagang pengecer. Kelembagaan pemasaran lainnya yang berperan
dalam pemasaran komoditas hortikultura adalah berupa pasaar tradisional, pasar modern dan
pasar industri (PSP IPB dan Bapebti, 1995).
Posisi tawar menawar petani sayuran dalam pembentukan harga lebih rendah
dibandingkan petani komoditi pangan lainnya. Gejala demikian dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu: (1) Komoditi sayuran secara umum relatif cepat mengalami
pembusukan dibandingkan komoditi pangan lain. Konsekuensinya adalah petani sayuran tidak
dapat menahan atau menyimpan sayurannya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk
menunggu harga jual yang lebih tinggi karena hal itu dapat menyebabkan penurunan harga
jual akibat penurunan kualitas produk; (2) Kebutuhan modal tunai pada usahatani sayuran
relatif tinggi sementara lembaga perkreditan formal sangat jarang yang menyalurkan
kreditnya kepada petani sayuran. Kondisi demikian menyebabkan petani harus segera menjual
produksinya setelah panen akibat desakan kebutuhan modal untuk musim tanam berikutnya;
(3) Jika tersedia peralatan penyimpanan dan efektif dalam memperlambat proses pembusukan
maka petani sebenarnya dapat menyimpan produksinya lebih lama untuk menunggu harga
jual lebih tinggi. Namun peralatan tersebut belum banyak tersedia karena pembangunan
komoditi hortikultura selama ini lebih ditekankan pada aspek produksi (Hastuti. 2005).
SKRIPSI ANALISIS PEMASARAN CABAI RAWIT (Capsicum Frutescens. L) DI DESA BANJAR
KECAMATAN TALIWANG KABUPATEN SUMBAWA BARAT

ANALISIS PEMASARAN CABAI RAWIT (Capsicum Frutescens. L) DI DESA BANJAR


KECAMATAN TALIWANG KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PROPOSAL

INDRA MARDOTAL PUTRA


NIM : AB.091.019

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS CORDOVA INDONESIA
2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peningkatan produksi pertanian selain pangan yaitu horticultura, dimana perkembangan

tanaman horticultura sangat pesat di Kabupaten Sumbawa Barat. Seiring dengan kebijakan Pemda

Kabupaten Sumbawa Barat melalui Dishutbuntan Kabupaten Sumbawa Barat, mengembangkan

tanaman sayuran seperti cabe, tomat, dll. Karena selama ini produksi sayuran 80% masih di datangkan

dari pulau lombok.

Komoditi sayuran yang dikembangkan di Kabupaten Sumbawa Barat adalah cabe rawit

(capsicum frutescens. L) mempunyai prospek cukup baik karena potensi lahan dan harga cabe yang

cukup baik sehingga menguntungkan petani.

Cabe atau lombok adalah sayuran buah musim yang termasuk dalam anggota genus

capsicum yang banyak diperlukan masyarakat sebagai penyedap rasa masakan (Sunaryo, 2003). Salah

satu tanaman cabai yang banyak di kembangkan di kabupaten Sumbawa Barat adalah cabai rawit

(Capsicum frutescens. L)
Untuk mengurangi ketergantungan produksi dari pulau lombok peningkatan produksi cabai

terus di lakukan melalui kelompok tani dengan :

1. Penggunaan benih unggul hibrida

2. Perbaikan teknologi budidaya

3. Penanaman cabai di luar musim yaitu musim hujan

Sementara luas tanam dan luas panen tanaman cabai rawit di Kabupaten Sumbawa Barat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 1. Luas tanam dan luas panen produksi dan produktivitas cabai rawit di Kabupaten Sumbawa Barat

Sumber: Dishutbuntan KSB (2012).


Tabel 1 menunjukkan bahwa produktivitas sebesar 1200 kg/ Ha dan total produksi

sebanyak 32,2 ton. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat produksi yaitu,

penguasaan teknologi budidaya dan modal usaha tani yang sangat kurang

Meningkatnya produksi yang dihasilkan serta diikuti dengan harga jual produksi

yang baik akan mempengaruhi pendapatan petani cabai, terlebih lagi didukung oleh sistem

pemasaran yang baik.


Oleh karena itu sistem pemasaran yang efisien sangat dibutuhkan dalam

memasarkan komoditi cabai perbedaan jarak antara petani produsen dengan akhir

maupun industri. Industri yang menggunakan produk cabai mendorong terlibatnya

lembaga pemasaran dalam proses dalam proses pemasaran cabai. Lembaga pemasaran atau

pedagang perantara biasanya menawar dengan harga yang lebih rendah di bandingkan

dengan perkiraan mereka akan dibayarkan, sedangkan petani cabai meminta harga yang

lebih tinggi. Untuk memperoleh kesepakatan harga dilakukan proses tawar menawar antara

kedua belah pihak. Keadaan yang demikian pada umumnya melemahkan kedudukan para

petani, karena petani sangat berkepentingan untuk segera menjual hasil produksinya agar

diproleh penghasilan yang nantinya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup

keluarganya, sehingga dengan demikian posisi petani seperti ini akan mempengaruhi

keuntungan yang diterima.

1.2. Rumusan Masalah

Dengan demikian dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan

petani cabai, sebagai bahan baku serta ketersediaan cabai sebagai bahan baku masakan

masyarakat tidak cukup bertumpu pada upaya peningkatan produksi akan tetapi perlu

adanya pemanfaatan lembaga-lembaga pemasaran yang efektif. Sehingga petani cabai tidak

kesulitan dalam menentukan pasar, termasuk saluran pemasaran agar diproleh efisiensi

pemasaran yang tinggi dimana petani cabai dan lembaga pemasaran dapat menjual dengan

harga dan biaya yang wajar dengan pembagian keuntungan yang adil.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu untuk dilakukan penelitian dengan judul

“Analisis Sistem Pemasaran Cabai Rawit (Capsicum Frutescens. L)’’ di Desa Banjar

Kabupaten Sumbawa Barat.


1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui saluran pemasaran yang dilakukuan dalam pemasaran cabai rawit di

Desa Banjar

2. Untuk mengetahui efisiensi pemasaran cabai rawit pada berbagai saluran pemasaran di

Desa Banjar

1.3.2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi tentang sistem pemasaran cabai rawit di Desa Banjar sehingga

dapat dijadikan acaun bagi peneliti-peneliti yang berminat pada masalah yang sama.

2. Dapat dijadikan salah satu pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan

kebijakan yang berhubungan dengan pemasaran cabai rawit khususnya di Desa Banjar.

1.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah:

1. Diduga sistem (saluran) pemasaran cabai rawit di Desa Banjar efisien

2. Diduga pemasaran cabai rawit memiliki keuntungan tinggi dan margin pemasaran kecil.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan umum cabai rawit (Capsicum frutescens .L)
Cabai rawit merupakan jenis tanaman yang tumbuh pada dataran rendah sampai

dataran tinggi ( 200 m dari permukaan laut ). Cabai rawit dapat beradaptasi dengan baik

pada temperatur 24-27 0C dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi. Tanaman cabai

rawit dapat di tanam pada tanah sawah maupun tegalan yang berstruktur gembur, subur,

tidak terlalu liat dan cukup air

Permukaan tanah yang paling ideal adalah datar dengan sudut kemiringan 0-10

derajat, serta membutuhkan sinar matahari penuh dan tidak ternaungi, PH tanah yang

optimal 5,5 – 7.

Tanaman cabai menghendaki pengairan yang cukup tetapi apabila jumlahnya

berlebihan dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi dan merangsang pertumbuhan

jamur dan bakteri, jika kekurangan air tanaman cabai rawit akan menjadi kurus, kerdil,

layu dan mati.

Cabai rawit dipanen pada umur 85-90 hari setelah pindah tanam dengan memetik

buah warna kuning sampai warna merah. Tanaman cabai rawit dapat dipanen setiap 2-5

hari sekali tergantung dari luas penanaman, ketersediaan tenaga kerja dan kondisi pasar.

Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah serta tangkainya dengan tujuan agar

cabe rawit dapat disimpan lebih lama. Satu musim tanaman cabai rawit dapat dipanen 15 –

20 kali tergantung kesehatan tanaman.

Kandungan gizi dalam cabai rawit mengandung berbagai macam senyawa yang

berguna bagi tubuh manusia. Kandungan vitamin pada cabe adalah vitamin A dan C serta

mengandung minyak arteri yang rasanya pedas dan memberi kehangatan bila digunakan

sebagai rempah - rempah ( bumbu )

Kandungan gizi cabai rawit segar dalam 100 gram dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 2 . kandungan gizi dalam 100 gram cabai rawit segar

Sumber : Rukmana dan Yuniarsih, 1998

2. Pasar

Pasar Para ahli ekonomi menyatakan bahwa pasar mempunyai banyak

makna,namun secara prinsipil pasar diartikan sebagai suatu indikasi yang abstrak

terjadinya transaksi antara pembeli dan penjual, baik untuk komoditi maupun jasa ( Rodes

1983 ). Dengan keabstrakan ini akhirnya terjadi beberapa istilah yang merupakan bagian

dari pasar seperti struktur pasar (suasana), pasar kebutuhan, pasar barang, pasar faktor,

pasar demografis, pasar masa depan atau waktu, pasar pembeli suara, pasar tenaga kerja

dan lain –lain. Sedangkan pasar sebagai istilah umum yang berlaku di masyarakat

merupakan bazar tetap ( permanent bazar )

Untuk melihat kondisi pasar lebih banyak ditinjau dari struktur pasar atau lebih

sering dengan istilah model pasar. Struktur pasar menurut Rhodes ( 1983 ) dinyatakan
sebagai sifat – sifat pasar yang menunjukan pengaruh perbedaan dan intraksi antara

pembeli dan penjual. Unsur – unsur dasar sebagai penyusun struktur pasar yang terpenting

adalah sebagai berikut : ( 1 ) jumlah dan ukuran relatif penjual dan pembeli ( 2 ) derajat

perbedaan produk ( 3 ) derajat kesulitan pembeli dan penjual masuk dan keluar sistem.

Sedangkan model pasar terdiri dari ( a ) pasar bersaing sempurna ( b ) pasar bersaing

monopoli ( c ) pasar bersaing monopsoni ( d ) pasar bersaing oligopoli dan ( e ) pasar

bersaing oligopsoni.

Menurut Mubyarto ( 1986 ) secara umum pasar terbagi atas tiga model pasar yaitu

pasar bersaing sempurna, pasar bersaing oligopoli, dan pasar bersaing monopoli.

Pengetahuan terhadap struktur pasar ini umumnya digunakan sebagai strategi untuk

mengembangkan produk dan usaha, walaupun pada kenyataan dilapangan model pasar

secara utuh tidak ditemukan. Model pasar yang ada dilapangan biasanya terdiri dari

bauran dari beberapa pasar.

3. Tinjauan Umum Pemasaran

Ditinjau dari segi ekonomi, pemasaran adalah tindakan yang produktif,

menghasilkan pembentukan kegunaan (utility) yaitu kegunaan waktu, tempat, hak milik,

dan bentuk sehingga dapat mempertinggi nilai kegunaan bagi konsumen yang mengadakan

permintaan atas sesuatu barang tertentu ( Saefuddin ,1985 )

Pemasaran adalah salah satu dari kegiatan yang dilakukan oleh para pengusaha

dalam usahanya dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan


mendapat laba. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan tergantung pada keahlian dibidang

pemasaran( swasta 1985 )

Pemasaran menurut Winardi ( 1981 ) adalah merupakan tindakan yang

menyebabkan berpindahnya hak milik atas barang atau jasa dan menimbulkan distribusi

fisik dari barang atau jasa tersebut. Dan pemasaran berada diantara produsen dan

konsumen, produksi dan konsumsi, permintaan dan penawaran, berarti pemasaran menjadi

penghubung antara dua faktor diatas. Pemasaran dapat menapsirkan permintaan

konsumen dan kemampuan produsen dalam menyediakan barang. Sehingga pemasaran

lebih jauh meliputi aspek fisik dan mental . Mental dalam artian bahwa benda-benda harus

dipindahkan ketempat – tempat dimana dibutuhkan pada waktunya.

Nitisemito ( 1981 ) menyatakan pemasaran adalah suatu kegiatan yang bertujuan

untuk memperlancar arus barang dan jasa dari produsen kekonsumen secara paling efisien

dengan maksud menciptakan permintaan efektif.

Definisi pemasaran secara umum diberikan oleh American Marketing Association

dalam University of Wollongong ( 1990 ) adalah pemasaran merupakan proses perencanaan

dan penentuan suatu konsep harga, promosi dan distribusi pemikiran atau ide, barang dan

jasa untuk menghasilkan pertukaran perluasan individu dan kelompok secara objektif.

Pemasaran ini mencakup ( 1 ) menemukan pembeli dan pemindahan hak milik ( 2 )

perakitan dan penyimpanan ( 3 ) pemilihan , pembungkusan dan pengolahan ( 4 )

penyediaan modal untuk pemasaran dan pertanggung resiko dan ( 5 ) pendekatan

kekonsumen. Sedangkan perusahaan pemasaran dan pemberi jasa pemasaran ini dapat

dibentuk oleh individu, perusahaan milik negara, perusahaan swasta dan koperasi.

4. Sistem Pemasaran Dalam Pertanian


Kohl dan Donwney dan Azzaino ( 1981 ) mendefinisikan tataniaga atau pemasaran

pertanian sebagai suatu keragaan ( perpormance ) semua usaha yang mencakup kegiatan

arus barang dan jasa mulai dari titik usahatani sampai ditangan konsumen akhir.

Ada hubungan dan interaksi yang positif antara tujuan pembangunan ekonomi yang

hendak dicapai suatu negara dengan keragaan ( performance ) sistem pemasaran yang

berlaku dalam kegiatan pembangunan tersebut. Sistem pemasaran yang dimaksud adalah

sistem pemasaran yang produktif dan efisien pada penggunaan sumberdaya yang efisien

dalam proses penciptaan kegunaan tempat dalam pergerakan barang – barang dan jasa dari

titik produsen ketitik konsumen. Dalam rangka proses penciptaan kegunaan itu

pembentukan harga barang dan jasa bekerja sebagai fungsi pengalokasian sumber daya.

Pembentukan modal serta distribusi pendapatan antara lembaga pemasaran (Azzaino,

1981).

5. Saluran dan Lembaga Pemasaran

Peranan pemasaran dalam setiap gerak usaha dalam memenuhi kebutuhan dan

keinginan pasar diperlukan peningkatannya. Kegiatan pemasaran akan dapat diberikan

nilai tambah pada setiap barang yang dihasilkan. Dalam fungsi bisnis permasalahan

mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan yang belum dipenuhi sekarang dan mengukur

berapa besarnya, menentukan berbagai produk, jasa dan program yang tepat melayani

pasar tersebut. Jadi pemasaran berperan sebagai penghubung antara kebutuhan –

kebutuhan dengan pola jawaban dari industri yang bersangkutan.

Kegiatan pemasaran produksi pertanian mengikuti beberapa proses seperti

pengumpulan pengembangan dan penyebaran. Untuk memperlancar penyampaian barang

dari produsen ke konsumen, peran lembaga pemasaran adalah sangat penting. Lembaga
permasaran adalah organisasi yang turut dalam proses pemasaran mulai dari produsen

sampai konsumen akhir ( Kartasapoetra 1986 )

Saluran pemasaran adalah rantai pengaliran produk dan hak milik dari produsen ke

konsumen, bentuknya dapat sederhana, dapat pula kompleks sekali tergantung dari macam

komoditas dan sistem pasar serta orang atau badan yang menyelenggarakan pengaliran

barang dan jasa melalui saluran pemasaran ( Soekartawi 1987 )

Penyaluran hasil produksi cabai hampir serupa dengan penyaluran pertaniaan yang

lain. Secara fisik penyaluran itu dibagi dalam tiga cara yaitu ( Swasta 1979 ) :

a. Penyaluran langsung

Pada sistem ini produk cabai rawit tidak melalui pedagang perantara.

Pengusaha produsen cabai rawit langsung menjual hasil produksi cabai rawit kepada

konsumen.

Pengusaha produsen konsumen

b. Penyaluran semi langsung

Pengusaha produsen cabai rawit menyalurkan hasil produksinya kepada pedagang eceran.

Disini sudah terlihat peranan pengusaha perantara (pedagang eceran). Pengusaha produsen

pedagang pengecer

konsumen

c. Penyaluran tidak langsung

Pada sistem ini sudah banyak jenis pengusaha perantara yang berperan. Cara

penyalurannya tergantung dari jenis dan sifat serta sasaran pemasaran cabai rawit itu.
Semakin jauh jarak konsumen akan semakin panjang dan rumit jalur tata niaga yang harus

dilalui.

1. Pengusaha produsen pedagang pengumpul

pedagang besar pedagang pengecer konsumen

2. Pengusaha produsen cabang super market super marketing

konsumen.

3. Pengusaha produsen pedagang pengumpul pasar khusus

konsumen.

Lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan tahapan dan

dalam proses pemasaran yaitu ( kartasapoetra 1986 ):

1. Pedagang pengumpul yaitu pedagang yang membeli hasil-hasil pertanian dari petani /

produsen, kemudian hasil- hasil itu dikumpulkan pada satu tempat atau beberapa tempat

dijual kepada pedagang lain.

2. Pedagang menerima dan menyebar yaitu pedagang yang membeli barang dalam jumlah

besar dari pedagang - pedagang pengumpul, kemudian barang itu disimpan untuk

kemudian dijual kepada pedagang pengecer disebut pedagang penyebar. Sedangkan mereka

yang tidak langsung menjual kepada pedagang pengecer disebut pedagang penerima.

Selain pedagang – pedagang tersebut diatas, masih dijumpai beberapa jenis pedagang

perantara antara lain seperti ( Kartasapoetra. 1986 )

1. Makelar, yaitu pedagang perantara yang dapat menghubungkan pembeli dan penjual

2. Komisioner yaitu pedagang perantara yang diberi kepercayaan untuk menjual atau

membeli suatu barang dari suatu usaha


3. Pelelang yaitu pedagang perantara yang menyediakan tempat dan kesempatan bagi pembeli

dan penjual

4. Pedler yaitu pedagang keliling.

6. Biaya dan Keuntungan (Share) Petani

Biaya pemasaran adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemasaran.

Tinggi biaya pemasaran dan pengaruh terhadap harga eceran (harga konsumen dan

harga pada tingkat produsen sehingga akan berpengaruh pada keuntungan yang diterima

oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran ) ( Saefuddin 1985 ).

Biaya pemasaran dapat diperkecil dengan cara ( Saefuddin 1985 )

1. Mengoptimumkan jumlah lembaga pemasaran yang menyelenggarakan fungsi - fungsi

pemasaran

2. Memeperbaiki cara kerja dari tiap lembaga pemasaran, misalnya self service dan iklan yang

baik

3. Menyederhanakan suatu barang.

Keuntungan ( share ) petani adalah selisih antara harga penjualan dengan biaya

pemasaran. Bila nilai penjualan tinggi dengan biaya pemasaran rendah, maka keuntungan

( share ) petani akan tinggi, demikian pula sebaliknya.

Usaha perbaikan pemasaran dan keuntungan ( share ) petani, akan dapat

memperkecil margin pemasaran sehingga dapat mempertinggi efisiensi pemasaran (

Saefuddin 1985 )

7. Margin Pemasaran

Margin pemasaran adalah perbedaan harga yang diterima petani untuk suatu

komoditas tertentu dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir pada jumlah yang
sama. Margin pemasaran juga dapat diperoleh dari penjumlahan seluruh biaya pemasaran

yang dikeluarkan dengan keuntungan yang diperoleh ( Limbong dan Sitorus 1987 )

Margin pemasaraan meliputi semua biaya dan keuntungan pemasaran yang

menggerakkan produk mulai dari petani sampai konsumen akhir. Margin pemasaran dapat

diperkecil dengan cara mengurangi biaya pemasaran dan keuntungan yang berlebihan (

Saefuddin 1981 ).

Keuntungan lembaga pemasaran sering dikatakan sebagai unsur pokok yang

menyebabkan tingginya margin pemasaran yaitu sebagai akibat terlalu banyak dan tidak

efisiennya pedagang perantara didalam saluran pemasaran yang ada.

Sifat umum margin pemasaran adalah sebagai berikut ( Azzaino 1981 ) :


1. Margin pemasaran berbeda - beda antara satu komoditi hasil pertanian dengan komoditi

lainnya

2. Margin pemasaran produk pertanian cenderung naik pada jangka panjang dengan

menurunnya bagian harga yang diterima petani

3. Margin pemasaran relatif setabil pada jangka pendek terutama hubungannya dengan

fluktuasi harga produk pertanian.

8. Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran adalah perjalanan produksi dari produsen serta mata rantai

dalam lembaga pemasaran kepada konsumen dengan harga yang wajar tanpa merugikan

kepentingan berbagai pihak yang ikut dalam kegiatan pemasaran ( Nitisemito, 1981 )

Mubyarto ( 1986 ) mengatakan bahwa suatu pemasaran akan efisien apabila

memenuhi dua sarat yaitu ;

1. Mampu menyampaikan hasil - hasil dari produsen ke konsumen akhir dengan biaya

serendah - rendahnya
2. Mampu membagi hasil yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen akhir

kepada semua pihak yang terlibat didalam kegiatan produksi dan tataniaga tersebut.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya efisiensi pemasaran

(Kartasapoetra et al, 1986):

1. Persentase kerusakan atau penyusutan yang tinggi dalam proses pemasaran

2. Sistem informasi yang belum memadai, sehingga pengelolaan pemasaran belum dapat

dilakukan dengan baik.

3. Sifat pasar yang oligopsoni, sehingga harga diatur oleh sebagian kecil pedagang besar

4. Sistem standarisasi yang belum berkembang, sehingga akan dapat menyulitkan transaksi

dan menimbulkan biaya yang cukup besar.

5. Biaya angkutan yang tinggi, terutama antar pulau juga dirasa sulit dan mahal sehingga

wilayah pemasaran menjadi sangat terbatas.

Efisien atau tidaknya suatu pemasaran dapat diketahui dari besarnya harga yang

dikeluarkan pada setiap saluran pemasaran dan mata rantai pemasaran, serta besarnya

keuntungan yang diambil oleh setiap lembaga pemasaran dalam mata rantai pemasaran.

Semakin panjang mata rantai pemasaran atau semakin banyak saluran yang diterima oleh

masing - masing lembaga pemasaran akan berbeda sesuai dengan biaya yang dikenakan.

Akibatnya keuntungan yang diperoleh pada setiap lembaga pemasaran menjadi tidak sama

( Nitisemito,1981 )

Rosmilawati dan hayati ( 1996 ) menemukan beberapa alternatif saluran pemasaran

beberapa jenis sayuran dataran rendah di Pulau Lombok sebagai berikut:

Saluran I : petani – pedagang pengumpul – pedagang pengecer – konsdumen

Saluran II : petani – pedagang pengumpul – pengecer – konsumen


Saluran III : petani – pedagang besar – pengecer – konsumen

Saluran IV : petani – pengencer – konsumen

Saluran V : petani – pedagang pengumpul – pedagang antar pulau

Dari kelima alternatif saluran pemasaran diatas, ternyata saluran pemasaran yang

paling efisien untuk komoditas tomat dan kacang adalah saluran pemasaran III sedangkan

untuk pemasaran bawang merah dan cabai rawit saluran yang paling efisien adalah saluran

II. Hasil penilitian tersebut juga menyimpulkan bahwa semakin panjang saluran distribusi

sayuran dataran rendah maka bagian harga yang diterima petani semakin kecil. Perubahan

harga 1 % pada tingkat pengecer hanya akan menyebabkan perubahan harga sebesar 0,

7189 % pada tingkat petani.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu

suatu metode yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang ada pada waktu sekarang

dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengelola, menganalisa, mendeskripsikan

dan menarik kesimpulan (Surakhmad, 1990).

2. Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan

budidaya cabe rawit yang berada di Desa Banjar Kecamatan Taliwang.

3. Penentuan Sampel

3.1. Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banjar Kecamatan Taliwang dengan mengambil

2 lokasi yaitu Dusun Pelam Lagi dan Banjar. Penentuan lokasi penelitian tersebut dilakukan

secara purposive sampling atas dasar bahwa Dusun Pelam Lagi dan Dusun Banjar memiliki

areal panen dan produksi cabai rawit lebih besar dibanding 2 dusun lainnya di Desa Banjar.

Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu bulan April sampai bulan Mei 2013

3.2. Penentuan Jumlah Responden

Responden dalam penelitian ini adalah petani yang menanam cabai rawit di Desa

Banjar yaitu Dusun Pelam Lagi dan Dusun Banjar, jumlah petani responden 20 orang

(80%) secara Quota sampling dari jumlah petani cabai yang ada di Desa Banjar sebanyak
25 orang, selanjutnya penentuan responden lembaga pemasaran setelah produksi (

pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan konsumen ) yang dilakukan dengan metode

“ Snowball Sampling “ yaitu menelusuri langsung lembaga pemasaran yang terlibat dalam

pemasaran cabai rawit. Untuk lebih jelasnya dilihat pada bagan I berikut:

Desa Banjar
Dusun Pelam lagi
Dusun Banjar
N = 10
N = 20
N = 10

4.

Gambar 1. Skema penentuan daerah penelitian dan petani responden

5. Jenis dan Sumber Data

5.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data

kuantitatif adalah data dalam bentuk angka-angka seperti harga cabai, jumlah produksi

cabai rawit dan lain-lain. Sedangkan data kualitatif data bukan dalam bentuk angka seperti

saluran pemasaran cabai rawit, lembaga pemasaran cabai rawit.

5.2. Sumber Data


Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder,

data primer yaitu data yang diperoleh dari petani sebagai produsen, pedagang yang terlibat

dan konsumen dengan wawancara berdasarkan daftar pertanyaan yang disiapkan.

Data skunder yaitu data yang di peroleh dari institusi yaang berhubungan dengan

penelitian ini ( Kantor Desa Banjar, BPP Taliwang, BPS KSB, DISHUTBUNTAN KSB dan

lain- lain )

6. Variabel dan Cara Pengukurannya

Pengamatan dilakukan terhadap petani yang berusahatani cabai kecamatan Taliwang

Desa Banjar yaitu Dusun Banjar dan Dusun Pelam Lagi yang meliputi wawancara langsung

dengan responden. Beberapa variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Jumlah produksi adalah besarnya hasil produksi cabai yang dijual oleh petani produsen,

dinyatakan dalam satuan kilogram

2. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses pemasaran cabai dari petani

produsen sampai ke konsumen akhir dinyatakan dalam satuan rupiah / kilogram

3. Harga jual adalah harga cabai pada tingkat produsen dan lembaga pemasaran yang

melaksanakan kegiatan penjualan cabai dinyatakan dalam satuan rupiah.

4. Harga beli adalah harga cabai pada tingkat konsumen akhir dan lembaga pemasaran yang

melakukan pembelian cabai dinyatakan dalam Rp/ Kg

5. Keuntungan pemasaran adalah keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pemasaran

6. Saluran pemasaran adalah mata rantai pemasaran yang ditempuh dalam upaya

memindahkan produk dari produsen ke konsumen


7. Margin Pemasaran adalah perbedaan harga ditingkat produsen dengan harga ditingkat

konsumen pada produk yang sama dinyatakan dengan rupiah.

7. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik survey yaitu wawancara langsung dengan

responden didaerah penelitian dengan berpedoman pada daftar pertanyaan. Data yang

akan dikumpulkan disusun, diolah dan dianalisis adalah tentang pemasaran cabai rawit di

Desa Banjar Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat.

8. Analisis Data

1. Analisis saluran pemasaran

Untuk mengetahui gambaran mengenai saluran pemasaran cabai di Desa Banjar

yaitu dengan menelusuri lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran

komoditi cabai mulai dari tingkat petani produsen sampai pada konsumen akhir.

2. Analisis Efisiensi Pemasaran

Untuk mengukur efisiensi pemasaran cabai pada beberapa saluran pemasaran cabai

di Desa Banjar digunakan dua indikator yaitu : margin pemasaran dan share petani (

keuntungan ) kedua indikator tersebut dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :

a. Margin pemasaran adalah merupakan selisih harga jual ditingkat produsen dengan harga

yang dibayar oleh konsumen akhir.

Untuk menghitung besarnya margin pemasaran cabai rawit di Kecamatan Taliwang,

digunakan rumus sebagai berikut ( Azzaino , 1981 ) :

Mp = Pr – Pf atau Mp = ∑ ci + ∑ πi

Keterangan :

MP = margin pemasaran
Pr = harga ditingkat konsumen

Pf = harga ditingkat petani

C = biaya

π = keuntungan

jika semakin kecil margin pemasaran, maka saluran pemasaran dikatakan efisien.

b. Share petani adalah selisih antara harga penjualan dengan biaya pemasaran

Besarnya share harga yang diterima petani dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

Pf = Harga ditingkat Petani

Pr = Harga ditingkat konsumen

X = Share harga yang diterima petani

Jika share yang diterima petani ≤ 100% maka saluran pemasaran dikatakan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Azzaino, z, 1981. Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen ilmu-ilmu Sosial Ekonomi

Fakultas Pertanian IPB. Bogor.220-221h.

BPP Taliwang 2013 Program Penyuluhan Kec.Taliwang.Taliwang

Kartasapoetra, G , Kartasapoetra, A,G,Kartasapoetra,R,G,1986.Marketing Produk- Produk

pertanian Dan Industri. Bina Aksara. Jakarata. 430 h.

Limbong,W,H, dan Sitorus, P, 1987.Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial

Ekonomi Pertanian. IPB.Bogor.183 h.

Mubyarto,1986. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta

Nitisemito,A,S,1981. Marketing.Ghalia Indonesia. Jakarta. 234- 238 h.

Purwoto A,R.Sayuti, dan D.M.Arsjad,1993.Persepektif Pengembangan agribisnis Dalam T.

Sudaryanto. Pengembangan Agribisnis Cabai Di Indonesia.Pusat Penelitian Sosial Ekonomi

Pertanian.Bogor.

Rahmat Rukmana, dan Yuyun Yuniarsih,1998 Budidaya Cabai dan Pascapanen.Penerbit

Kanisius

Rosmilawati dan Hayati,1996. Kajian Sistem Pemasaran Berbagai Sayuran Dataran Rendah Di

Pulau Lombok. Dalam journal AGROTEKSOS Volume 6 nomor 1, Edisi April

1996.Fakultas Pertanian Universitas Mataram.


Swasta,B,1979.Saluran Pemasaran.Fakultas Ekonomi.Universitas Gajah Mada

Yogyakarta.Yogyakarta. 143 h.

Saefuddin,A,M.,1981.Metode Analisis Pemasaran Komoditi Pertanian.Dalam Majalah

Pertanian.No.3.Tahun 1981 / 1982. Departemen Pertanian.jakarta.

,A.M.,1985.Tataniaga Pertanian.IPB.Bogor.

Simanjuntak,P,J,1985. Pengantar Ekonomi dan sumber Daya Manusia. Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi .UI.Jakarta.135 h

.Sumarno,Darman M. Arsjad, Rodiah dan Ono Sutrisno,1986. Cabai Variates Unggul Baru

Untuk Tegalan dan Bekas Sawah, Dalam Buletin Penelitian No 3. Balitbangtan Pangan

Bogor.

Soekartawi,1987.Seuntai Usahatani Indonesia.Rajawali.Jakarta.1988. Prinsip dasar

Komunikasi Pertanian.UniversitaIndonesia.Press.Jakarta.113 h.

Winardi , 1980.Azas- azas Marketing. Penerbit Alumni. Bandung.464 h.

http:// zaythecllas.blogspot.com
Peluang bisnis dan teknik pemasaran
tanaman cabai
Posted by Arham Alpian
bagi masyarakat indonesia cabai apapun jenisnya merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kebutuhan sehari-hari. cabai digunakan untuk melengkapi jenis masakan yang sangat di sukai oleh
masyarakat kita. Selain itu, cabai memiliki banyak manfaat yang dibutuhkan oleh setiap orang, baik itu
sebagai vitamin, penyedap makanan, maupun sebagai obat. Selain mengandung banyak manfaat untuk
tubuh cabai juga dapat meningkatkan penghasilan yang diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup para
petani. Para penanam cabai memiliki peluang bisnis yang sangat menjanjikan. Melihat banyaknya usaha-
usaha dibidang masakan. Baik itu warung makan, restoran, perhotelan, maupun industri masakan instant
serta industri sambal dan saus. Usaha-usaha dibidang tersebut membutuhkan buah cabai dalam jumlah
besar.

hasil panen cabai merah siap untuk dipasarkan

cabai termasuk komoditas yang memiliki nilai jual karena merupakan hasil pertanian yang biasa
dimanfaatkan oleh masyarakat kita. Pemasaran pun sangat mudah, disamping itu hasil yang diperoleh
dari jumlah yang kecil maupun besar kedua-duanya dapat mendatangkan keuntungan.jika dalam kala
kecil, pemanfaatannya dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari sehingga dapat menghemat
pengeluaran atau anggaran belanja. Sedangkan dalam jumlah skala yang besar dapat ditawarkan kepada
teman-teman, tetangga, atau rekan bisnis.

Teknik dari penjualan cabai dapat dilakukan dengan mudah, Penjualan bisa dalam bentuk urai, kemudian
diukur sesuai permintaan pembeli, Atau bisa juga dikemas dalam kantong plastik dengan menggunakan
takaran ukur per-kilogram. Buah cabai dapat dikemas berdasarkan jenis, kualitas serta harga jual nya.
Cabai merah dalam jumlah besar dapat disalurkan ke rumah makan, restoran atau tempat penjualan
dimana cabai digunakan sebagai bumbu penyedap masakan. Hasil panen tanaman cabai dapat di pasok
ditempat-tempat ini, atau bisa juga di pasok pada tempat seperti supermarket atau pusat perbelanjaan
sembilan bahan makanan pokok. Akan tetapi, akan sangat menguntungkan jika hasil panen di pasok ke
industri-industri seperti mi instant atau cabai dan saus.

Satu hal yang perlu di perhatikan dalam penjualan cabai lama satu barang disimpan. Buah cabai
merupakan buah yang cepat membusuk, untuk itu proses pemasaran harus dipercepat dengan membuat
distribusi yang lancar dan cepat. Teknik ini dapat dilakukan dengan mencari pembeli sebelum pemanenan
tanaman cabai. Untuk itu di himbau kepada para pemula yang baru saja memulai bisnisnya dalam
tanaman cabai, hendaknya selalu yakin dengan kelangsungan usahanya. Karena cabai merupakan bahan
pokok rumah tangga. Hubungan baik dan kepercayaan dengan mitra usaha harus di jaga dengan baik
sehingga banyak keuntungan yang dapat kita peroleh dari budidaya tanaman cabai ini.
bagi masyarakat indonesia cabai apapun jenisnya merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kebutuhan sehari-hari. cabai digunakan untuk melengkapi jenis masakan yang sangat di sukai oleh
masyarakat kita. Selain itu, cabai memiliki banyak manfaat yang dibutuhkan oleh setiap orang, baik itu
sebagai vitamin, penyedap makanan, maupun sebagai obat. Selain mengandung banyak manfaat untuk
tubuh cabai juga dapat meningkatkan penghasilan yang diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup para
petani. Para penanam cabai memiliki peluang bisnis yang sangat menjanjikan. Melihat banyaknya usaha-
usaha dibidang masakan. Baik itu warung makan, restoran, perhotelan, maupun industri masakan instant
serta industri sambal dan saus. Usaha-usaha dibidang tersebut membutuhkan buah cabai dalam jumlah
besar.

hasil panen cabai merah siap untuk dipasarkan

cabai termasuk komoditas yang memiliki nilai jual karena merupakan hasil pertanian yang biasa
dimanfaatkan oleh masyarakat kita. Pemasaran pun sangat mudah, disamping itu hasil yang diperoleh
dari jumlah yang kecil maupun besar kedua-duanya dapat mendatangkan keuntungan.jika dalam kala
kecil, pemanfaatannya dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari sehingga dapat menghemat
pengeluaran atau anggaran belanja. Sedangkan dalam jumlah skala yang besar dapat ditawarkan kepada
teman-teman, tetangga, atau rekan bisnis.

Teknik dari penjualan cabai dapat dilakukan dengan mudah, Penjualan bisa dalam bentuk urai, kemudian
diukur sesuai permintaan pembeli, Atau bisa juga dikemas dalam kantong plastik dengan menggunakan
takaran ukur per-kilogram. Buah cabai dapat dikemas berdasarkan jenis, kualitas serta harga jual nya.
Cabai merah dalam jumlah besar dapat disalurkan ke rumah makan, restoran atau tempat penjualan
dimana cabai digunakan sebagai bumbu penyedap masakan. Hasil panen tanaman cabai dapat di pasok
ditempat-tempat ini, atau bisa juga di pasok pada tempat seperti supermarket atau pusat perbelanjaan
sembilan bahan makanan pokok. Akan tetapi, akan sangat menguntungkan jika hasil panen di pasok ke
industri-industri seperti mi instant atau cabai dan saus.
Satu hal yang perlu di perhatikan dalam penjualan cabai lama satu barang disimpan. Buah cabai
merupakan buah yang cepat membusuk, untuk itu proses pemasaran harus dipercepat dengan membuat
distribusi yang lancar dan cepat. Teknik ini dapat dilakukan dengan mencari pembeli sebelum pemanenan
tanaman cabai. Untuk itu di himbau kepada para pemula yang baru saja memulai bisnisnya dalam
tanaman cabai, hendaknya selalu yakin dengan kelangsungan usahanya. Karena cabai merupakan bahan
pokok rumah tangga. Hubungan baik dan kepercayaan dengan mitra usaha harus di jaga dengan baik
sehingga banyak keuntungan yang dapat kita peroleh dari budidaya tanaman cabai ini.
PROPOSAL STRATEGI PEMASARAN TANAMAN CABAI DI KECAMATAN MALANGKE
PROPOSAL
STRATEGI PEMASARAN TANAMAN CABAI DI KECAMATAN
MALANGKE

PRODRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDI DJEMMA PALOPO
2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agropolitan merupakan kawasan terpilih dari kawasan agribisnis atau sentra produksi

pertanian terpilih dimana pada kawasan tersebut terdapat kota pertanian (agropolis) yang

merupakan pusat pelayanan agribisnis yang melayani, mendorong dan memacu pembangunan

pertanian kawasan dan wilayah-wilayah sekitarnya. Kawasan agropolitan terdiri dari kota

pertanian dan desa sentra produksi pertanian dan didukung dengan berbagai infrastruktur yang

mendukung kegiatan pertanian dan industri pengolahnya. Pengembangan kawasan agropolitan

dirancang untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agrobisnis yang berdaya saing,
berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi yang digunakan dan difasilitasi oleh

pemerintah.

Kawasan pengembangan agropolitan muncul dari permasalahan adanya ketimpangan

pembangunan wilayah antar kota sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dengan

wilayah produsen sebagai pusat kegiatan pertanian (yang tertinggal). Wilayah desa dengan

kegiatan utama sektor primer, khususnya pertanian, mengalami produktivas yang selalu menurun

akibat beberapa permasalahan. Di sisi lain wilayah perkotaan sebagai tujuan pasar dan pusat

pertumbuhan menerima bahan berlebih, sehingga untuk mengatasi kesenjangan ini perlu adanya

strategi pengembangan wilayah agropolitan.

Pembangunan sektor pertanian sekarang adalah sangat penting, karena apabila

pembangunan sektor ini di wilayah tersebut menjadi tidak berhasil dikembangkan, dapat memberi

dampak-dampak negatif terhadap pembangunan nasional secara keseluruhannya, yaitu

terjadinya kesenjangan yang semakin melebar antar wilayah dan antar kelompok antara lain

mengenai tingkat pendapatan. Pada gilirannya keadaan ini menciptakan ketidakstabilan yang

rentan terhadap setiap goncangan yang menimbulkan gejolak ekonomi sosial yang dapat terjadi

secara berulang-ulang.

Akibat kemiskinan dan kurangnya lapangan kerja maka masyarakat desa secara nasional

mulai melakukan migrasi ke wilayah perkotaan. Meskipun tidak ada jaminan bahwa mereka

akan mendapatkan pekerjaan, tetapi kehidupan di kota lebih memberikan harapan untuk

menambah penghasilan. Keadaan ini selanjutnya menimbulkan persoalan-persoalan dalam

masyarakat kawasan kota yang sudah terlalu padat, sehingga dapat menimbulkan pencemaran,

pemukiman kumuh, sanitasi buruk, menurunnya kesehatan yang pada gilirannya akan

menurunkan produktivitas masyarakat kawasan perkotaan.


Dalam Undang-undang No. 24/1992 tentang penataan ruang menyebutkan bahwa

kawasan desa adalah kawasan fungsional dengan ini kegiatan utama desa adalah sektor

pertanian. Oleh sebab itu, strategi pembangunan harus mampu menjawab tantangan

pembangunan perdesaan.Pengembangan agropolitan ditujukan untuk meningkatkan produksi

pertanian dan penjualan hasil-hasil pertanian, mendukung tumbuhnya industri agro-processing

skala kecil-menengah dan mendorong keberagaman aktivitas ekonomi dari pusat pasar. Segala

aktivitas harus diorganisasikan terutama untuk membangun keterkaitan antara perusahaan di

kota dengan wilayah suplai di perdesaan dan untuk menyediakan fasilitas, pelayanan, input

produksi pertanian dan aksesibilitas yang mampu memfasilitasi lokasi-lokasi pemukiman di desa

yang umumnya mempunyai tingkat kepadatan yang rendah dan lokasinya lebih menyebar.

Investasi dalam bentuk infrastruktur yang menghubungkan lokasi-lokasi pertanian

dengan pasar merupakan suatu hal penting yang diperlukan untuk menghubungkan antara

wilayah desa dengan pusat kota. Perhatian perlu diberikan khususnya terhadap penyediaan air,

perumahan, kesehatan dan jasa-jasa sosial di kota-kota kecil menengah untuk meningkatkan

produktivitas dari tenaga kerja. Disamping itu juga perlu diberikan kesempatan kerja di luar sektor

produksi pertanian (off farm) dan berbagai kenyamanan fasilitas perkotaan di kota-kota kecil

menengah di wilayah desayang bertujuan untuk mencegah orang melakukan migrasi keluar

wilayah.Dalam kaitannya dengan proses produksi pangan dan bahan mentah, kawasan produsen

adalah konsumen bagi produk sarana produksi pertanian,produk investasi dan jasa produksi dan

sekaligus sebagai pemasok bahan mentah untuk industri pengolah atau penghasil produk akhir.

Cabang kegiatan ekonomi lain di depan (sektor hilir) dan dibelakangnya (sektor ulu),

sektor pertanian produsen seharusnya terikat erat dalam apa yang disebut sebagai sistem

agribisnis. Dalam perspektif agribisnis, sektor hulu seharusnya terdiri dari perusahaan jasa

penelitian, perusahaan benih dan pemuliaan, industri pakan, mesin pertanian, bahan pengendali

hama dan penyakit, industri pupuk, lembaga penyewaan mesin dan alat-alat pertanian, jasa
pergudangan, perusahaan bangunan pertanian, asuransi, agen periklanan, mass-media

pertanian, serta jasa konsultasi ilmu pertanian. Melihat keadaan di atas perlu diteliti seberapa

jauh peranan agropolitan terhadap analisis usaha tani cabai merah di Kabupaten Malangke.

Periode tahun 2004 sampai 2007 memperlihatkan bahwa produksi tanaman hortikultura

khususnya sayuran mencapai produksi 0,47% dan 9,06 ribu ton di tahun 2004 menjadi 9,10 ribu

ton di tahun 2005, kemudian meningkat lagi menjadi 9,53 ribu ton di tahun 2006 (4,69%) dan 9,94

ribu ton (4,34%). Peningkatan angka-angka produksi tersebut menunjukkan bahwa komoditas

hortikultura dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan tinggi bagi sektor pertanian (Deptan,

2007).

Cabai merah merupakan salah satu komoditi hortikultura yang sangat bermanfaat bagi

tubuh kita. Di Kecamatan Malangke cabai merah merupakan komoditi unggulan dan harganya

mengalami naik turun. Walaupun harganya mengalami perubahan tetapi permintaan akan cabai

semakin meningkat terutama untuk perusahaan-perusahaan makanan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka masalah yang timbul dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana aspek pemasaran cabai merah di Kecamatan Malangke

1.3 Tujuan

1. Untuk mengkaji aspek pemasaran cabai merah di kawasan agropolitan Kecamatan Malangke.

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

1. Bagi petani sebagai pelaku utama : Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

informasi dan bahan pertimbangan dalam usahatani cabai.


2. Bagi Dinas/ Instansi Urusan Pangan diharapkan dapat menjadi masukan dalam penyusunan

kebijakan teknis yang berkenaan dengan pengembangan usahatani cabai.

3. Bagi pihak yang berkompeten : diharapkan dapat menjadi informasi dalam membangun

koordinasi yang harmonis dalam kaitannya dengan pengembangan usaha tani cabai.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan

Konsep pengembangan agropolitan muncul dari permasalahan adanya ketimpangan

pembangunan wilayah antara kota sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dengan

wilayah perdesaan sebagai pusat kegiatan pertanian yang tertinggal. Proses interaksi kedua

wilayah selama ini secara fungsional ada dalam posisi saling memperlemah. Wilayah pedesaan

dengan kegiatan utama sektor primer, khususnya pertanian, mengalami produktivitas yang selalu
menurun akibat beberapa permasalahan, di sisi lain wilayah perkotaan sebagai tujuan pasar dan

pusat pertumbuhan menerima beban berlebih sehingga memunculkan ketidaknyamanan akibat

permasalahan-permasalahan sosial (konflik, kriminal, dan penyakit) dan lingkungan (pencemaran

dan buruknya sanitasi lingkungan permukiman).

Hubungan yang saling memperlemah ini secara agregat wilayah keseluruhan akan

berdampak kepada penurunan produktivitas wilayah.Berkembangnya kota sebagai pusat-pusat

pertumbuhan ternyata tidak memberikan efek penetesan ke bawah (trickle down effect) tetapi

justru menimbulkan efek pengurasan sumberdaya dari wilayah sekitarnya (backwash effect).

Urban bisa terjadi akibat kecenderungan pembangunan yang mendahulukan pertumbuhan

ekonomi melalui kutub-kutub pertumbuhan (growth poles) yang semula meramalkan bakal

terjadinya penetesan (trickle down effect) dari kutub-pusat pertumbuhan ke wilayah 13

hinterland-nya, ternyata net-effect-nya malah menimbulkan pengurasan besar (masive

backwash effect). Dengan perkataan lain dalam ekonomi telah terjadi transfer neto sumberdaya

dari wilayah perdesaan ke kawasan perkotaan secara besar-besaran (Departemen Pertanian,

2004).

Menurut Rustiadi dan Hadi (2004) Strategi pembangunan wilayah yang pernah

dilaksanakan untuk mengatasi berbagai permasalahan disparitas pembangunan wilayah antara

lain :

a. Secara nasional dengan membentuk Kementrian Negara Percepatan Pembangunan KTI.

b. Percepatan pembangunan wilayah-wilayah unggulan dan potensial berkembang, tetapi relatif

tertinggal dengan menetapkan kawasankawasan seperti :

(1) Kawasan Andalan (Kadal);

(2) Kawasan Pembangunan Ekonomi Terpadu (Kapet) yang merupakan salah satu Kadal terpilih di

tiap Propinsi.
c. Program percepatan pembangunan yang bernuansa mendorong kawasan perdesaan dan sentra

produksi pertanian seperti :

(1) Kawasan Sentra Produksi (KSP);

(2) Pengembangan kawasan perbatasan

(3) Pengembangan kawasan tertinggal;

(4) Proyek pengembangan ekonomi lokal.

d. Program-program sektoral dengan pendekatan wilayah seperti :

(1) Perwilayahan komoditas unggulan;

(2) Pengembangan sentra industry kecil;

(3) Pengembangan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP), dan lainlain.

Program-program diatas sebagian besar dilaksanakan setelah munculnya berbagai

tuntutan pemerataan pembangunan, khususnya pada menjelang dan awal era reformasi.

Pendekatan yang masih terpusat dan masih menggunakan pendekatan pembangunan yang

sama yaitu mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi di pusat-pusat wilayah perkotaan,

tidak memberikan dampak yang besar terhadap tujuan pemerataan pembangunan dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah-wilayah yang diidentifikasikan tertinggal.

Menurut, Rustiadi dan Setia (2004) Beberapa hal yang searah antara pendekatan

pembangunan agropolitan dengan permasalahan dan tantangan kewilayahan dalam

pembangunan perdesaan saat ini adalah :

(1) Mendorong ke arah terjadinya desentralisasi pembangunan maupun kewenangan;

(2) Menanggulangi hubungan saling memperlemah antara perdesaan dengan perkotaan; dan

(3) Menekankan kepada pengembangan ekonomi yang berbasis sumberdaya lokal dan diusahakan

dengan melibatkan sebesar mungkin masyarakat desa itu sendiri.


Pengembangan kawasan agropolitan menekankan kepada hubungan antara kawasan

perkotaan secara berjenjang. Beberapa argumen mengemukakan bahwa pengembangan kota-

kota dalam skala kecil dan menengah pada beberapa kasus justru akan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat perdesaan. Hal ini karena dengan tumbuhnya kota-kota kecil

menengah tersebut fasilitas-fasilitas pelayanan dasar bisa disediakan dan pasar untuk produk-

produk desa juga bisa dikembangkan. Jadi sebenarnya semuanya sangat tergantung pada

bagaimana keterkaitannya dengan perekonomian dari kota kecil menengah bisa dikembangkan

dan bagaimana keterkaitannya dengan komunitas yang lebih luas bisa diorganisasikan.

Dalam pengembangan agropolitan sebenarnya keterkaitan dengan perekonomian kota

tidak perlu diminimalkan. Keterkaitan yang sifatnya berjenjang dari desa – kota kecil – kota

menengah – kota besar akan lebih dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat

desa. Hanya saja keterkaitan ini pun harus diikuti oleh kebijakan pembangunan yang

terdensentralisasi, bersifat bottom up dan mampu melakukan empowerment (pemberdayaan)

terhadap masyarakat perdesaan untuk mencegah kemungkinan bahwa kehadiran kota kecil

menengah tersebut justru akan mempermudah kaum elit dari luar dalam melakukan eksploitasi

sumberdaya. Batas pengembangan kawasan agropolitan yang optimal seperti yang telah

disebutkan di atas tidak berlaku untuk seluruh daerah Indonesia.

Menurut Rustiadi dan Hadi (2004) Penetapan batas pengembangan kawasan agropolitan

harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

(1) Tingkat kemajuan wilayah;

(2) Luas wilayah;

(3) Batas wilayah secara fungsional dalam arti melihat ciri agroklimat dan lahan, serta pengusahaan

tani yang sama;


(4) Kemajuan sumberdaya manusia/ petani. Sebagai contoh untuk wilayah-wilayah kabupaten di

pulau Jawa batas pengembangan agropolitan mencakup satu wilayah kecamatan, tetapi di luar

Jawa seperti Sulawesi Utara batas wilayah pengembangan agropolitan dapat berbeda.

Kawasan agropolitan yang sudah berkembang dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut:

a. Peran sektor pertanian (sampai ke tingkat agro-processingnya) tetap dominan.

b. Pengaturan pemukiman yang tidak memusat, tetapi tersebar pada skala minimal sehingga dapat

dilayani oleh pelayanan infrastruktur seperti listrik, air minum, ataupun telekomunikasi (sekitar

300 pelanggan setara dengan 300 kepala keluarga). Infrastruktur yang tersedia dapat melayani

keperluan masyarakat untuk pengembangan usaha taninya sampai keaktivitas pengolahannya.

Di kawasan agropolitan juga tersedia infrastruktur sosial seperti untuk pendidikan, kesehatan,

sampai kepada rekreasi dan olah raga.

c. Aksesibilitas yang baik dengan pengaturan pembangunan jalan sesuai dengan kelas yang

dibutuhkan dari jalan usaha tani sampai ke jalan kolektor dan jalan arteri primer.

d. Mempunyai produk tata ruang yang telah dilegalkan dengan Peraturan Daerah dan konsistensi

para pengelola kawasan, sehingga dapat menahan setiap kemungkinan konversi dan perubahan

fungsi lahan yang menyimpang dari peruntukannya (Rustiadi dan Hadi, 2004).

2.2 Tanaman Cabai

Menurut Rukmana (2001) Tanaman cabai dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

diklasifikasikan sebagai berikut.

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)


Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)

Ordo : Tubiflorae

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Species : Capsicum annuum dan lain-lalin

Dari genus Capsicum, terdapat lebih kurang 20 – 30 spesies cabai, termasuk diantaranya

lima spesies yang telah dibudidayakan. Karakteristik lima spesies cabai yang telah dibudidayakan

tersebut adalah :

(1) Capsicum annuum (Capsicum annuum var. Annuum), cabai jenis atau spesies ini memiliki

tangkai daun panjang; helai daun tunggal berbentuk ovale atau lanceolate, agak kaku, berwarna

hijau sampai hijau tua, dengan tepi yang rata. Daun tumbuh pada tunas-tunas samping secara

berurutan, sedangkan pada batang utama daun tunggal tersebut tersusun secara spiral.Bunga

tumbuh tunggal atau kadang-kadang berkelompok pada setiap ruas. Pada saat anthesis, tangkai

bunga umumnya merunduk. Setiap bunga mempunyai lima helai daun bunga dan lima atau enam

helai mahkota bunga yang berwarna putih susu atau kadang-kadang ungu. Bunga cabai

mempunyai satu kepala putih (stigma), berbentuk bulat, dengan benang sari yang berjumlah

enam buah.Daging buah umumnya renyah atau kadang-kadang lunak. Biji berwarna

kuning muda. Jenis cabai ini bersifat fasciculate, yaitu sifat tanaman yang buku-bukunya

memendek dan terdapat 4 – 8 bunga atau buah pada satu ruas. Jenis cabai ini memiliki jumlah

kromosom 2n = 24.

(2) Capsicum frutescens, cabai jenis ini mempunyai tangkai daun pendek, helai daun tungal

berbentul ovale, pundak lebar, berwarna hijau atau agak cokelat-keunguan dan mengkilat.
Bunganya tumbuh tunggal atau kadangkadang bersifat fasciculate. Tangkai bunga tegak saat

anthesis, tetapi dengan kuntum bunga yang merunduk. Mahkota bunga berwarna putih

kehijauhijauan tanpa bintik kuning pada dasar cuping. Calyx tidak bergelombang dan cuping

bunga hampir rata. Daging buah umumnya lunak, dan posisi buah tegak ke atas. Biji berwarna

kuning padi. Jumlah kromosom jenis cabai ini adalah 2n = 24.

(3) Capsicum chinens, sifat tanaman cabai jenis ini hampir sama dengan capsicum annuum.

Perbedaan hanya terletak pada sifat bunganya saja. Bunga Capsicum chinens berjumlah dua

atau lebih pada setiap ruas, namun kadang-kadang tunggal, dan bersifat bunga majemuk.

Tangkai bunga tegak atau merunduk saat anthesis. Mahkota bunga berwarna putih kehijauan,

kadang-kadang berwarna putih susu atau ungu, tanpa bintik kuning pada dasar cuping

bunga.Pada buah matang, posisi calyx biasanya berlekuk. Daging buah renyah. Biji berwarna

kuning jerami. Jumlah kromosom cabai jenis ini adalah 2n = 24.

(4) Capsicum baccatum (capsicum baccatum var. Pendulum, cabai jenis ini mempunyai tangkai daun

yang panjang. Bunga tumbuh tunggal, tangkai bunga tegak atau merunduk saat anthesis.

Mahkota bunga berwarna putih kehijauan, terdapat bintik kuning atau hijau pada dasar cuping

bunga.Pada buah matang, posisi calyx mempunyai lekukan. Daging buah renyah, biji berwarna

kuning mengkilat. Jumlah kromosom cabai jenis ini adalah 2n = 24.

(5) Capsicum pubescens, cabai jenis ini mempunyai bunga tunggal, tangkai bunga tegak saat

anthesis, tetapi bunga merunduk. Mahkota bunga berwarna ungu, namun ada yang berwarna

putih pada ujung cuping, tanpa bintik kungin pada sarr cuping bunga. Pada buah matang,

keadaan calyx tidak mepunyai lekukan. Biji berwarna hitam. Cabai jenis ini memiliki jumlah

kromosom 2n = 24 (Rukmana, 2001).

Cabai merah (Capsicum annuum, L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang

tergolong tanaman semusim. Tanamannya berbentuk perdu dengan ketinggian antara 70 – 110

cm. Ukuran dan bentuk buah pada umumnya besar dan panjang dengan berat buah bervariasi

tergantung varietasnya (Samadi, 2007).


2.3 Pemasaran

Pengertian sehari-hari arti pemasaran adalah aktfitas jual beli dalam bidang ekonomi

pemasaran tidak terbatas pada kegiatan jual beli saja akan tetapi semua aktifitas ekonomi uang

memungkinkan barang dan jasa bergerak dari produksen sampai ke konsumen.

Menurut Soekartawi (1993) pemasaran atau marketing pada prinsipnya adalah aliran

barang dari produksen ke konsumen, aliran barang ini dapat terjadi karena adanya lembaga

pemasaran. Sedangkan menurut Mubyarto (1994) tataniaga atau pemasaran diartikan sabagai

suatu kegiatan ekonomi yang mengakibatkan terjadinya pemindahan milik barang dan jasa untuk

menyalurkan distiribusi dari produksen ke konsumen.

Fungsi dan peranan tataniaga atau pemasaran yaitu mengusahakan agar pembeli

mempperoleh barang yang diinginkan pada tempat, waktu, bentuk dan harga yang tepat. Fungsi

utama dari tataniaga atau pemasaran adalah menyangkut penyimpanan, pengolahan dan

pembiayaan.

Menurut gilarso (1992) funsi-fungsi pemasaran mencakup semua kegiatan yang perlu

diselengarakan dalam proses memasarkan barang/jasa hingga barang tersebut sampai ketangan

konsumen. Pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia usaha, peranan

lembaga tataniaga ini sangat tergantung dari sistem pasar yang berlaku dan karakteristik aliran

yang dipasarkan atau lebih di kenal dengan istilah saluran pemasaran. Sedangkan lembaga

tataniaga ini sangat tergantung dari sistem pasar yang berlaku dan karakteristik aliran yang

dipasarkan atau lebih di kenal dengan istilah saluran pemasaran. Sedangkan lembaga tataniaga

adalah orang, badan atau perusahaan yang terlibat dalam proses pemasaran.

Ditambahkan oleh Soekartawi (1993) mengemukakan bahwa saluran pemasaran dapat

berbentuk secara sederhana dan dapat pula rumit sekali, hal demikian tergantung dari macam

komonditi lembaga pemasaran dan sistem pasar (iklim pasar). Sedangkan yang dimaksud
dengan saluran pemasaran adalah suaatu jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari

produksen ke perantara dan sampai akhiranya ke tangan konsumen. Selanjutnya menurut Daniel

(2004)

Tataniaga atau pemasaran memerlukan biaya, dan biaya ini makin besar dengan

perkembangan pertanian maupun peternakan dan makin kompleksnya tataniaga atau

pemasaran tersebut. Menurut Danil (2004) setiap kegiatan pemasaran memerlukan biaya mulai

dari pengumpulan, pengangkutan, pengolahan pembayaran retribusi, bongkar muat dan lain-lain.

Jadi bias disimpulkan biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran

(pedagang) dalam menyalurkan hasil pertanian dari produksen ke konsumen.

Menurut Daniel (2004) margin memasaran adalah selisih antara harga yang di bayarkan oleh

konsumen dengan harga yang diterima Produksen. margin ini akan diterima oleh lembaga niaga

yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut. Sedangkan keuntungan pemasaran adalah

selisih margin pemasaran pedagang dengan biaya pemasaran yang dikeluarkan selama proses

mengalirnya barang (produk) dari produksen ke konsumen.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Pattimang, Kecamatan Malangke, Kabupaten Luwu Utara,

dan dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2012.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian dilakukan secara survei berdasarkan pada metode deskripsi analisis, yaitu

menggambarkan permasalahan sesuai apa adanya dan berdasarkan fakta yang baru saja

berlangsung (ex post facto).


3.3 Populasi Dan Sampel

Menurut Arikunto (2002) apabila populasi kurang dari 100 orang, maka sebaiknya semua

anggota terpilih, sehingga merupakan penelitian 34 sensus. Jika jumlah populasi lebih dari 100

orang dapat diambil sampel 10, 15, 20, 25 % atau lebih dari populasi. Berhubung jumlah populasi

di lokasi 190 petani, maka jumlah populasi yang diambil 20% dari 190 petani sehingga jumlah

sampel 38 petani.

3.4 Sumber Dan Jenis Data

Adapun sumber dan jenis data yang dalam penelitian ini yaitu :

1. Data primer yang diperoleh secara langsung dari responden melalui wawancara dengan

berpedoman pada daftar pertanyaan antara lain menyangkut identitas petani, seperti umur,

tingkat pendidikan , jumlah tanggungan keluarga, luas lahan dan pendapatan petani.

2. Data sekunder diperoleh dari kantor atau instansi yang terkait dan berhubungan dengan penelitian

ini, diantaranya Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Luwu Utara, Kantor Desa Pattimang

Kecamatan Malangke. Adapun jenis data yang diambil adalah : jumlah penduduk, Mata

pencaharian, tinkat pendidikan, umur, jenis kelamin serta data lainnya yang terkait dengan

penelitian ini.

3.5 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

3.5.1 Observasi dengan metode interview/ wawancara

Pengambilan data dilakukan dengan peninjauan dan pengamatan secara langsung ke

lokasi serta objek-objek yang diteliti dengan berpedoman pada kuesioner. Disamping itu

dilakukan interview/ wawancara dengan cara mengajukan daftar pertanyaan langsung atau
secara lesan tentang pelaksanaan usahatani kepada petani pemilik cabai. Hasilnya merupakan

data primer.

3.5.2. Pencatatan

Pengumpulan data sekunder dengan cara mencatat hal-hal yang berkaitan dengan

penelitian, baik yang diperoleh dari data di lapangan, dari instansi terkait, maupun dari pustaka

dan pakar.

3.6 Metode Analisis Data

Adapun Analsisis data yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis SWOT

(Strength, Weaknesses, Opportunities, Threats) digunakan untuk mengevaluasi kesempatan dan

tantangan di lingkungan Agribisnis. Untuk memudahkan dalam melaksanakan analisis SWOT

diperlukan matriks SWOT. Matriks SWOT akan mempermudah merumuskan berbagai strategi

yang perlu atau harus dijalankan. Dengan cara mengelompokkan masing-masing problem unsur

SWOT ke dalam tabel (Kuncoro, 2006).

3.7 Defenisi OPrasional

1. Strategi pengembangan di kawasan agropolitan

2. Strategi pemasaran Cabai di Desa Pattimang,Kecamatan Malangke,Kabupaten Luwu Utara

3. Proses produksi Tanaman cabai


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Buletin. 1977. Vitamin C. Merck Service Buletin. Merck and Co. Inc. New Jersey.

Bunasor. 1997. Penelahan Usahatani dan Usaha-Usaha Pengembangan Program Bantuan dan

Reboisasi. Bogor.

Purwati. 1994. Pengaruh Pelapisan Lilin pada Tomat. FP. UKSW.

Departemen Pertanian, 2004. Profil Kawasan Agropolitan Mengenal Lebih Dekat

Kawasan Agropolitan. Pusat Pengembangan Kewirausahaan Agribisnis.

Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian. Departemen

Pertanian.
Panen, Pengangkutan dan Pemasaran Cabe
Rawit
panen merupakan tahap akhir dari budidaya cabi merah. Pemanenan dilakukan manual
mengunakan tangan. Proses pemanenan harus dilakukan dengan hati-hati agar mutu cabai tetap
terjaga. Pemanenan yang kasar dapat bisa merusak cabai, dan menyebabkan harga jualnya jatuh.
Pemanenan dengan memilih buah yang telah masak. Ciri-cirinya adalah buah berwarna merah tua,
kekerasan buah sedang, panjang buah sudah maksimal, diameter sedang ( sekitar 0,5 cm ), dan
permukaan buah halus mengkilap. Karena proses kematangan buah disetiap pohon tidak
berlangsung serempak, panen dilakukan secara bertahap. Cabai merah yang ditanam didataran
rendah dipanen pertama kali saat tanaman berumur 70-75 HST dengan lama panen 1,5-2 bulan.
Selama itu, pemetikan dilakukan sebanyak 21 kali petik dengan interval 2-3 hari sekali. sementara
itu, untuk cabai yang ditanam didataran tinggi, pertama kali panen saat tanaman berumur 120-150
HST dengan lama panen 2-3 bulan, 21 kali petik dengan interval pemanenan 5-7 hari sekali. di
lahan kering ( tegalan ), bedengan dibuat selebar 1-1,2 m dengan jarak antar bedeng30 cm.setelah
itu, dibuat garitan-garitan atau lubang tanam dengan jarak 50-60 cm X 40-50 cm. pada tanaman
yang sehat dan tumbuh subur, total produksi panen bisa mencapai 30 ton/ha.

A. Proses Pemetikan
Untuk menjaga kualitas buah, saat melakukan pemetikan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu
tingakat kematangan cabai sesuai dengan tujuan pemanenan, dilakukan saat buah cabai dalam
keadaan kering untuk mengurangi kontiminasi mikroba pembusuk, serta menghindari terjadinya
luka buah dan patahnya cabang
atau ranting.

Buah yang telah masak dipetik beserta tangkainya.


Pemetikan dilakukan hati-hati agar tidak merontokan buah yang masih muda. Setelah itu, pisahkan
buah yang busuk untuk mencegah penularan pada buah yang sehat. Kemudian, hasil petikan
dimasukan kedalam keranjan terbuka dan diletakan ditempat teduh yang terlindung dari sinar
matahari.
Saat pemetikan dilakukan juga pemusnahaan buah cabai yang terserang penyakit agar tidak
menulari cabai lain yang belum dipanen. Selain itu, jangan memanen buah yang terlalu muda karna
akan mengakibatkan buah muda layu, bobotnya gampang susut, tidak tahan lama disimpan, dan
kurang tahan goncangan saat pengangknutan.
Buah cabai yang akan dipasarkan jarak jauh, sebaiknya di petik pada saat matang hijau atau
berwarna kehitaman agar saat tiba ditempat pemasaran telah mencapai tingkat kemasakan optimal.
Sementara itu, jika langsung di jual atau dikeringkan, buah cabai dipetik setelsh matang penuh.
B. Pengemasan
Setelah panen, buah cabai disimpan ditempat yang bersih dan kering. Misalnya didalam rumah
atau dilokasi lain yang teduh. Tujuanya mencegah pembusukan sebelum dijual. Kemudian lakukan
sortasi untuk memisahkan buah cabai yang sehat, normal, dan baik dengan buah yang kuran baik.
Buah cabai yang berkualitas diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum dikemas.
Kemasan yang bisa digunakan untuk pemasaran adalah kemasan karung jala berkapasitas 90-100
kg. Kemasan ini sangat praktis saat pembongkaran, tetapi tidak dapat melindungi cabai dari
kerusakan fisiologis dan mekanis, terutama waktu pengangkutan.akibat timbunan, cabai
mengalami lecet atau patah dan akan membusuk saat tiba ditempat tujuan.
Solusinya, bisa digunakan alternatif alat kemas yang lebih aman, yaitu wadah keranjang bambu
berukuran alas 44cm dengan tinggi 44 cm dan diameter tutup 50 cm atau kemasan karton ukuran
35x40x50 cm yang telah diberilubang-lubang berdiameter 1 cm ditiap sisinya. Walaupun
kapasitasnya hanya sebanyak 20 kg, kedua kemasan tersebut lebih tahaan terhadap benturan, bisa
mengurangi penguapan, dan mempunyai sirkulasi udara yang cukup baik.

Cabai yang akan dipasarkan di luar kota atau diekspor sebaiknya dikemas dari bahaan karton dan
disusun secara teratur sampai memenuhi volume ruang untuk mengurangi benturan antar buah
yang bisa menimbulkan cacat saat diangkut. Bentuk dan volume kemasan disesuaikan dengan
permintaan konsumen. Sementara itu, untuk pemasaran local cukup dikemas dalam karung tembus
pandang dengan volume 25-50 kg.
C. Resiko pascapanen
Tingkat kerusakan cabai merah dari kebun petani sampai kepasar pengecer sebesar.23% kerusakan
tersebut disebabkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Kerusakan oleh hama dan penyakit, biasanya akibat hama lalat buah atau bakteri yang menyerang
saat masa penanaman.
2. Kerusakan fisik yang disebabkan oleh tingginya kelembaban nisbi ( lebih dari 90% ) dan suhu
tropis yang menyebabkan cabain segar menjadi lunak, bengkak, dan busuk. Jika kelembaban nisbi
lebih rendah dari 80%, akan terjadi pengeriputan buah.
3. Kerusakan fisiologis terjadi akibat proses kehidupan yang berlangsung pad buah cabai setelah
panen. Setiap kenaikan suhu lingkungan sebesar 10oC, akan memacu kenaikan respirasi 2-3 kali.
Akibatnya, pembusukan buah akan semangkin cepat.
4. Kerusakan mekanis yang banyak terjadi selama pengemasan atau pengangktan. Mengatasi semua
masalah tersebut bisa dilakukan dengan cara menaikan kelembaban udara, menurunkan suhu, dan
mengurangi gerakan udara, dengan mengemas cabai mengunakan kemasan yang sesuai dan aman.
D. Pemasaran
Cabai termasuk buah sgar yang tidak tahan lama dalam pe-nympanan. Setiap panen harus segera
terjual habis agar tidak membusuk. Sebelum penanaman dilakukan, sebaiknya dilakukan servei
pasar, terutama disekitar lokasi budi daya untuk mengetahui besarnya daya serap pasar atas
produksi yang dihasilkan lebih baik lagi jika sudah memiliki jalur pemasaran ( pedagang ) yang
snggup membeli secara rutin. Setelah mengetahui potensi pasar, langkah selanjutnya adalah
merencanakan kontinuitas produksi setiap kali panen untuk menjaga pasokan terhadap permintaan
pasar.

Untuk memudahkan pemasaran, cabai merah


yang akan dijual dikelompokan berdasarkan bobot, ukuran, dan tingkat kematanganya. Buah
berkualitas dijual ke supermarket atau diekspor. Sementara itu, untuk kualitasyang lebih rendah
dijual kepasar tradisional. Dengan sortasi dan pengelompokan seperti itu, konsumen akan lebih
mudah memilih kualitas cabai yang diinginkan.

Sumber : rahmad rukmana


Penerbit : 1994
MAKALAH MATA KULIAH EKONOMI PERTANIAN (PEMASARAN HASIL PRODUK PERTANIAN)

MAKALAH

MATA KULIAH EKONOMI PERTANIAN

PEMASARAN HASIL PRODUK PERTANIAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Petani Indonesia mayoritas termasuk dalam kategori peasant. Peasant diartikan oleh Eric R. Wolf
sebagai petani pedesaan, sebagai orang desa yang bercocok tanam di pedesaan tidak didalam ruangan-
ruangan tertutup (greenhouse) ditengah-tengah kota atau kotak-kotak aspidistra di atas ambang jendela,
mereka bukanlah farmer, atau pengusaha pertanian (agricultural entrepeneur) seperti kita kenal di
Amerika Serikat. Sehingga hasil yang dicapai dalam produksi pertanian belum cukup untuk memenuhi
kebutuhan negara. Oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan tersebut pemerintah mengimpor produk
hasil pertanian seperti beras, cabai, sayur, dan lain sebagainya. Ironis memang indonesia merupakan
negara agraris yang hanya ada dua musim sehingga pertanian sangat cocok di negara ini. Dikarenakan
sumber daya manusia yang kurang berkualitas dan kurangnya pengetahuan petani indonesia sehingga
produk yang dihasilkan masih kurang.

Menjalani kegiatan pertanian bukan hanya sebatas memproduksi atau melakukan kegiatan pertanian,
baik budidaya tanaman maupun beternak sehingga memperoleh hasil pertanian yang berlimpah. Tetapi
dibalik itu, bagaimana pasaran untuk hasil usaha tani agar pertanian tersebut dapat menguntungkan dari
segi ekonomi. Produktivitas pertanian yang tinggi akan menjadi sia-sia jika tidak sepenuhnya dapat diserap
oleh pasar. Oleh karena itu, pemasaran untuk hasil usaha tani menjadi kata kunci dalam kegiatan
pertanian.

Untuk hasil-hasil itu perlu ada pasaran serta harga yang cukup tinggi guna membayar kembali biaya-
biaya tunai dan daya upaya yang telah dikeluarkan petani sewaktu memproduksikannya. Kebanyakan
petani harus menjual hasil-hasil usaha taninya sendiri atau di pasar setempat. Karena itu, perangsang bagi
mereka untuk memproduksi barang-barang jualan, bukan sekedar untuk dimakan keluarganya sendiri,
lebih banyak tergantung pada harga setempat. Harga ini untuk sebagian tergantung pada efisiensi sistem
tataniaga yang menghubungkan pasar setempat dengan pasar di kota-kota.

Menurut Kuznets (1964), sektor pertanian di negara sedang berkembang (Low Developing
Countries/LDCs) memiliki empat kontribusi terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional
yaitu kontribusi produk, pasar, faktor-faktor produksi dan devisa.

Dewasa ini, pertanian di Indonesia sedang mengalami keterpurukan khususnya dalam luasan lahan
yang dimiliki oleh petani, modal, dan lapangan pekerjaan di luar. Tidak adanya kebijakan dari pemerintah
untuk penentuan kepemilikan lahan minimal pada para petani, membuat petani membagi lahannya tanpa
pikir panjang. Akhirnya, rata-rata petani di Indonesia hanya memiliki lahan yang sempit, dan tidak
dimanfaatkan dengan maksimal. Kondisi petani yang seperti itu sering disebut dengan petani subsisten.
Dimana petani subsisten tidak pernah memikirkan kehidupan mereka dalam jangka panjang, mereka
hanya memikirkan bagaimana mereka besok mendapat makanan, dan bagaimana mereka dapat hidup
esok.

Petani subsisten ini banyak terdapat pada petani pedesaan, dimana berpendapat bahwa arti “hidup
berkecukupan” adalah bisa untuk membeli makan setiap hari, dan bisa untuk menyekolahkan anaknya.
Oleh karena itu, petani di Indonesia, selalu dipandang kelas bawah karena lahannya yang kecil, serta
kehidupannya yang dibawah rata-rata dalam mencapai kesejahteraan hidup. Untuk lebih jelasnya kami
akan membahas pada bab selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apa yang menyebabkan produk pertanian kurang optimal?

2. Bagaimana cara memasarkan produk pertanian?

3. Bagaimana distribusi pendapatan pelaku usaha di sektor pertanian?

4. Bagaimana subsinten pertanian dan pemilik modal?

1.3 Tujuan penulisan


Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana cara memasarkan produk hasil pertanian

2. Untuk mengetahui distribusi pendapatan pelaku usaha sektor pertanian

3. Untuk mengetahui subsisten pertanian dan pemilik modal

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pasar Produk Pertanian

2.1.1 Konsep Pemasaran

Pemasaran secara umum dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk
memindahkan atau memproduksi suatu barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Sedangkan
pengertian pemasaran menurut para ahli adalah :

 Philip dan Duncan: Pemasaran meliputi semua langkah yang dipergunakan untuk menempatkan barang-
barang nyata ketangan konsumen.
 W.J. Stanton: Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan
usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan, dan mendistribusikan
barang-barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang actual maupun yang
potensial.
 P.H. Nyistrom: Pemasaran meliputi segala kegiatan mengenai penyaluran barang atau jasa dari tangan
produsen ketangan konsumen.
 American Marketing Association: Pemasaran pelaksanaan kegiatan usaha niaga yang diarahkan pada arus
aliran barang dan jasa dari produsen kekonsumen.
Pemasaran Hasil Pertanian atau Tata niaga Pertanian merupakan serangkaian kegiatan ekonomi
berturut-turut yang terjadi selama perjalanan komoditas hasil-hasil pertanian mulai dari produsen primer
sampai ke tangan konsumen (FAO pada tahun 1958).

Pemasaran hasil pertanian berarti kegiatan bisnis dimana menjual produk berupa komoditas
pertanian sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen, dengan harapan konsumen akan puas
dengan mengkonsumsi komoditas tersebut. Pemasaran hasil pertanian dapat mencakup perpindahan
barang atau produk pertanian dari produsen kepada konsumen akhir, baik input ataupun produk
pertanian itu sendiri.

Konsep pemasaran berorientasikan memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dengan


efektif. Empat hal berikut merupakan prinsip utama yang menjadi tonggak konsep pemasaran:

1. Pasar sasaran: memiilih pasar sasaran yang tepat dan membentuk aktivitas pemasaran dengan sempurna.
2. Keperluan pengguna: memahami kehendak sebenar pengguna dan memenuhinya dengan lebih efektif.
3. Pemasaran berintegrasi: kesemua fungsi / sub-unit industri bekerjasama memenuhi tanggungjawab
pemasaran.
4. Keuntungan: mencapai keuntungan melalui kepuasan pelanggan.
Adapun lima konsep pemasaran yang mendasari cara produsen melakukan kegiatan pemasarannya
adalah:

 Pertama : Konsep produksi

Artinya konsep bagaimana supaya konsumen akan menyukai produk yang tersedia dimana-mana dan
harganya murah. Konsep ini berorientasi pada produksi dengan mengerahkan segenap upaya untuk
mencapai efesiensi produk tinggi dan distribusi yang luas. Disini tugas manajemen adalah memproduksi
barang sebanyak mungkin, karena konsumen dianggap akan menerima produk yang tersedia secara luas
dengan daya beli mereka.

 Kedua : Konsep produk

Konsep dimana konsumen akan menyukai produk yang menawarkan mutu, performansi dan ciri-ciri
yang terbaik. Tugas manajemen disini adalah membuat produk berkualitas, karena konsumen dianggap
menyukai produk berkualitas tinggi dalam penampilan dengan ciri – ciri terbaik

 Ketiga : Konsep penjualan

Konsep yang menjadikan konsumen, dengan dibiarkan begitu saja, organisasi harus melaksanakan
upaya penjualan dan promosi yang agresif. diusahakan agar konsumen tertarik dengan produk yang di
tawarkan.

 Keempat : Konsep pemasaran


Konsep ini dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan
keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien
dibandingkan para pesaing.

 Kelima : Konsep pemasaran sosial

Merupakan bentuk dari tugas suatu organisasi yang menentukan kebutuhan, keinginan dan
kepentingan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan dengan cara yang lebih efektif
dan efisien dari pada para pesaing dengan tetap melestarikan atau meningkatkan kesejahteraan
konsumen dan masyarakat.

Sistem Pemasaran Produk Pertanian


Sebagai suatu sistem, pemasaran produk pertanian mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Sistem pemasaran pertanian mempunyai tujuan spesifik yan ingin dicapai, ada kriteria normatif dari
masyarakat.
2. Untuk mencapai tujuan mempunyai komponen yang melaksanakan bebagai fungsi : transportasi,
prosesing, grading, standarisasi dan informasi pasar.
3. Sistem pemasaran mempunyai dimensi ruang dan waktu.
4. Sistem pemasaran membutuhkan pengaturan atas keberadaan fungsi pemasaran

Ada 5 (lima) jenis pasar untuk hasil pertanian, yaitu :

 Pasar penampung sementara.


Jenis pasar ini lebih dikenal dengan pedagang pengumpul. Dimana pedangang tersebut
mengumpulkan hasil usaha tani dari berbagai produsen hasil usaha tani yang relatif kecil, jenis pasar ini
lebih disukai kebanyakan produsen hasil usaha tani karena tidak memerlukan biaya tambahan untuk
menjual hasil usaha taninya, namun biasanya harga yang ditetapkan oleh pedagang relatif rendah

 Pasar lokal
Pasar lokal merupakan pasar yang bertempat disekitar wilayah produsen hasil usaha tani. Tujuan
pasar ini, guna mempermudah akses penjualan hasil usaha tani dari produsen ke konsumen.

 Pasar pusat distribusi atau Pasar Induk


Jenis pasar ini sudah mementingkan aspek kualitas dibanding dengan kedua jenis pasar diatas, harga
relatif lebih tinggi, fungsi pembinaan petani juga sudah dilakukan serta fungsi sortasi dan pengepakan
sudah lebih baik. Jenis pasar ini juga telah dikelola dengan baik dan professional baik dari pihak swasta
maupun pemerintah.

 Pasar Eceran
Jenis pasar ini umumnya dikelola oleh pihak swasta, dimana kualitas sangat dipentingkan
daidalamnya. Dari segi harga juga relatif tinggi. Contoh jenis pasar ini, yaitu Supermarket, swalayan, pasar
segar, dll.

 Pasar dunia / pasar ekspor


Jenis pasar ini sangat ketat didalam penilaian kualitas dan mutu produk. Namun hanya sebagian kecil
yang mampu menembus pangsa pasar yang satu ini, alasanya karena kualitas produksi hasil usaha tani
kita masih jauh dibawah standar internasional.

Kendala Pemasaran Hasil Produk Pertanian


Ada beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pemasaran produk pertanian, yaitu :

 Karakteristik dari Produk Pertanian, yaitu :


 Mudah rusak (perishability)
 Musiman
 Butuh ruang yang banyak (bulkiness)
 Tidak seragam (non homogenity)
 Jumlah produsen terlalu banyak (tapi lahan sempit)
 Karakteristik konsumen beragam
 Perbedaan tempat variasi harga pada tempat yang berbeda
 Efisiensi pemasaran
 Permasalahan yang menghambat terwujudnya sistem pemasaran hasil pertaian yang lebih efisien di
Indonesia, yaitu :
 Lemahnya infrastruktur
 Lemahnya informasi pasar
 Skala pasar pertanian yang relatif kecil
 Kurangnya pengetahuan, misal : grading dan handling
 Tidak adanya kebijakan pemasaran yang baik.
 Tingginya biaya transaksi

2.2 Distribusi Pendapatan Pelaku Usaha Sektor Pertanian

Distribusi pendapatan adalah konsep yang lebih luas dibandingkan kemiskinan karenacakupannya
tidak hanya menganalisa populasi yang berada dibawah garis kemiskinan.Kebanyakan dari ukuran dan
indikator yang mengukur tingkat distribusi pendapatan tidak tergantung pada rata-rata distribusi, dan
karenanya membuat ukuran distribusi pendapatandipertimbangkan lemah dalam menggambarkan
tingkat kesejahteraan.Masalah utama dalam distribusi pendapatan sebuah daerah adalah
ketidakmerataan pendapatan antar kelompok masyarakat dalam daerah tersebut, oleh karenanya sering
juga disebut tingkat ketidakmerataan atau kesenjangan (inequality).

Ketidakmerataan distribusi pendapatan tersebut diakibatkan banyak hal terutama:

1. Perbedaan dalam hal kepemilikan faktor-faktor produksi terutama stok modal (capital stock) antar
kelompok masyarakat. Teori Neo-Klasik menjelaskan bahwa ketidakmerataan distribusi pendapatan yang
diakibatkan oleh kepemilikan faktor capital stock ini secara otomatis dapat diperbaiki oleh upaya
pelimpahan dari pendapatan pemilik modal yang berlebih kepada pihak yang kekurangan. Bilamekanisme
otomatis tidak dapat berjalan maka teori Keynesian mengandalkan peranan pemerintah dalam melakukan
subsidi pada pihak yang kekurangan dan tentunya mutlak diperlukan pula kebijakan pemerintah dalam
upaya redistribusi pendapatan
2. Ketidaksempurnaan Mekanisme Pasar (Market Failure) yang menyebabkan tidak terjadinya mekanisme
persaingan sempurna. Tidak berjalannya mekanisme persaingan ini karena: (i) perbedaan kepemilikan
faktor produksi (sebagaimana telah dijelaskan); (ii) timpangnya akses informasi; (iii) intervensi
pemerintah;serta (iv) keterkaitan antara pelaku ekonomi dengan pihak pemerintah yang kemudian
mendistorsi pasar (biasanya kebijakan pemerintah dalam satu kebijakan tentang perlindungan industri
tertentu misalnya).
Sejauh petani memproduksi untuk dijual, maka perangsang baginya untuk menaikkan produksi
tergantung kepada perbandingan harga yang akan diterimanya untuk hasil-hasil usaha taninya dan biaya
untuk memproduksikannya. Ia harus benar-benar memperhitungkan pengeluaran dan penerimaan. Ia
harus menjual hasil panennya di pasar dengan harga yang lebih tinggi daripada biaya produksi usaha
taninya, sehingga pendapatan bersih usaha tani dapat meningkatkan taraf hidup keluarganya.

Nilai tukar pertanian adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima oleh petani dibagi
dengan indeks yang dibayar oleh petani dikalikan dengan 100 (Indikator Pertanian, 1998;xxii). Dugaan
bahwa besarnya surplus pendapatan dari sektor pertanian mempunyai pengaruh terhadap distribusi
pendapatan tidak selalu benar. Hal ini berarti keberhasilan dalam produksi pertanian ternyata tidak selalu
diikuti dengan peningkatan pendapatan atau kesejahteraan petani. Indikator lain yang menunjukkan hal
yang sama adalah perbandingan kenaikan upah buruh dalam pertanian tanaman pangan.Karena pada
desa-desa dengan kesempatan kerja di luar sektor pertanian sangat terbatas, distribusi pemilikan tanah
berpengaruh terhadap pendapatan dari luar sektor pertanian terbuka, distribusi pemilikan tanah tidak
berpengaruh terhadap pendapatan dari luar sektor pertanian. Pengaruh harga hasil usaha tani dan harga
input terhadap kuatnya daya dorong petani untuk menaikkan produksi (A.T Mosher, 1965;131-132) dapat
disimpulkan sebagai berikut :

1. Petani hanya akan menaikkan komoditi tertentu yang akan dijualnya, apabila harga komoditi itu cukup
menarik baginya.
2. Petani akan memberikan respons terhadap perubahan harga relatif dari tanaman-tanaman yang sedang
diusahakan dengan jalan menaikkan produksi tanaman yang harganya di pasar lebih tinggi, kecuali hal
tersebut akan membahayakan persediaan makanan keluarganya sendiri.
3. Petani akan memberikan respons terhadap kenaikan harga hasil tanaman tertentu dengan menggunakan
teknologi yang lebih maju untuk menaikkan produksi tanaman tersebut, jika:
 barang-barang input yang disediakan tersedia secara lokal,
 mengetahui bagaimana menggunakan input secara selektif,
 jika harga input tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan harga yang diharapkan dari hasilnya.
Meningkatkan efisiensi tata niaga untuk menurunkan biaya berbagai mata rantai tataniaga seperti
pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan hasil-hasil usata tani, dapat menaikkan harga setempat
yang sampai ke tangan petani atau menurunkan harga bagi konsumen terakhir atau kedua-duanya.

Distribusi pendapatan petani adalah biaya hidup petani yang diperoleh dari berbagai sumber (Fadholi
Hernanto, 1989;222) antara lain :

1. Dari sumber usaha tani itu sendiri.


2. Dari sumber usaha tani lain di bidang pertanian seperti halnya upah tenagakerja pada usaha tani lain.
3. Pendapatan dari luar usaha tani dimana alokasinya digunakan untuk :
 Kegiatan produktif antara lain untuk membiayai kegiatan usaha taninya.
 Kegiatan konsumtif antara lain untuk pangan, papan, kesehatan, pendidikan, rekreasi dan pajak-pajak.
 Pemeliharaan investasi.
 Investasi dan tabungan.
2.3 Pertanian Subsisten dan Pemilik Modal

Pertanian subsisten pertama kali berkembang ketika Revolusi Neolitik ketika manusia pertama
berdiam di lembah sungai Nil, Eufrat, dan Indus, dengan tanaman budidaya utama gandum dan barley.
Pertanian subsisten juga berkembang secara terpisah dan independen di Meksiko dengan tanaman
budidaya utama jagung, Pegunungan Andes dengan budidaya utama kentang, dan di Asia Tenggara dan
Papua Nugini dengan tanaman budidaya utama hortikultura. Pertanian subsisten merupakan cara utama
dalam memproduksi bahan pangan dunia hingga pasar berbasis kapitalisme mulai menyebar.Pertanian
subsisten saat ini terus berlanjut dengan kawasan pedesaan di Afrika sebagai lokasi utama, juga kawasan
di Asia dan Amerika Latin. Pertanian subsisten telah hilang di Eropa sejak permulaan Perang Dunia I, dan
di Amerika Utara akibat gerakan bagi hasil pertanian (sharecropping) yang memunculkan kaum buruh tani
pada tahun 1930an dan 1940an. Hingga tahun 1950an, masih umum terlihat keluarga petani yang bertani
demi memenuhi kebutuhan keluarga sendiri dan menjual sebagian untuk membeli komoditas seperti gula,
kopi, dan teh; bahan bakar minyak, produk tekstil (jarum, kancing, dan benang); obat-obatan, produk
perangkat keras seperti paku, kawat, dan mur; dan barang rekreasi seperti permen dan buku. Banyak juga
yang ingin membayar jasa dokter, dokter hewan, pandai besi, dan lainnya, seringkali secara barter. Di
Eropa tengah dan timur, pertanian subsisten kembali muncul dalam masa ekonomi transisi pada tahun
1990an ketika terjadi pergolakan politik dan ekonomi besar-besaran di sana (bersatunya Jerman,
pecahnya Yugoslavia, dan pecahnya Uni Soviet).

Pertanian subsisten adalah pertanian swasembada (self-sufficiency) di mana petani fokus pada usaha
membudidayakan bahan pangan dalam jumlah yang cukup untuk mereka sendiri dan keluarga. Ciri khas
pertanian subsisten adalah memiliki berbagai variasi tanaman dan hewan ternak untuk dimakan,
terkadang juga serat untuk pakaian dan bahan bangunan. Keputusan mengenai tanaman apa yang akan
ditanam biasanya bergantung pada apa yang ingin keluarga tersebut makan pada tahun yang akan datang,
juga mempertimbangkan harga pasar jika dirasakan terlalu mahal dan mereka memilih menanamnya
sendiri. Meski dikatakan mengutamakan swasembada diri sendiri dan keluarga, sebagian besar petani
subsisten juga sedikit memperdagangkan hasil pertanian mereka (secara barter maupun uang) demi
barang-barang yang tidak terlalu berpengaruh bagi kelangsungan hidup mereka dan yang tidak bisa
dihasilkan di lahan, seperti garam, sepeda, dan sebagainya. Kebanyakan petani subsisten saat ini hidup di
negara berkembang. Banyak petani subsisten menanam tanaman pertanian alternatif dan memiliki
kemampuan bertani yang tidak ditemukan di metode pertanian maju.

Modal dalam Produksi Pertanian

Dalam sistem agribisnis terdiri dari tiga sektor yang saling tergantung secara ekonomis yaitu sektor
masukan (input), produksi (farm) dan keluaran(output). Modal merupakan salah satu faktor produksi yang
termasuk dalam sektor masukan. Dalam produksi pertanian, modal adalah peringkat ke 2 faktor produksi
terpenting setelah tanah. Bahkan kadang-kadang orang menyebut “modal”adalah satu-satunya milik
petani yaitu tanah disamping tenaga kerja yang dinilai murah. Dalam ekonomi pertanian disebutkan pula
modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan
barang-barang baru atau komoditi pertanian (Mubyarto,1993). Modal petani yang berupa barang di luar
tanah adalah ternak beserta kandangnya, cangkul, bajak, dan alat-alat pertanian lain, bibit, pupuk dan
hasil panen yang belum dijual, tanaman yang masih di sawah danlainnya. Selanjutnya jenis modal, sumber
modal dan cara memperoleh modal akan dibahas berikut di bawah ini.

Jenis Modal :

Jenis-jenis modal menurut Bambang Riyanto (1993) terdiri dari :

1. Modal Asing/Utang :

Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yangsifatnya sementara bekerja di dalam
perusahaan, dan bagi perusahaanyang bersangkutan modal tersebut merupakan utang yang pada
saatnyaharus dibayar kembali. Selanjutnya modal asing atau utang ini dibagilagi menjadi tiga golongan
yaitu :

a. Modal asing/utang jangka pendek (short-term debt) yaitu jangkawaktunya pendek berkisar kurang dari 1
tahun
b. Modal asing/utang jangka menengah (intermediate- term debt)dengan jangka waktu antara 1 sampai 10
tahun.
c. Modal asing/utang jangka panjang (long- term debt) dengan jangkawaktu lebih dari 10 tahun.

2. Modal Sendiri

Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan danyang tertanam di dalam
perusahaan untuk waktu yang tidak tertentulamanya. Oleh karena itu modal sendiri ditinjau dari sudut
likuiditasmerupakan “dana jangka panjang yang tidak tertentu likuiditasnya.Modal sendiri yang berasal
dari sumber intern (dari dalam perusahaan)yaitu modal yang dihasilkan sendiri di dalam perusahaan
dalam bentuk keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Modal sendiri yang berasal dari sumber ekstern
ialah modal yang berasal dari pemilik perusahaanyang bentuknya tergantung dari bentuk hukum
perusahaan misalnya PT,Firma, CV dan perusahaan perseorangan. Perusahaan berbentuk PT,modal yang
berasal dari pemiliknya adalah modal saham; bentuk firmaialah modal berasal dari anggota Firma; bentuk
CV ialah modal yangberasal dari anggota bekerja dan anggota diam/komanditer ; bentukperusahaan
perseorangan modalnya berasal dari pemiliknya sendiridan bentuk koperasi modal sendiri berasal dari
simpanan-simpananpokok dan wajib yang berasal dari anggotanya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Produk pertanian merupakan barang-barang yang dihasilkan dalam sektor pertanian. Hasil pertanian
bisa saja seperti beras, cabe, bawang, tomat, dan lain-lain. Oleh sebab itu pertanian dapat dikatakan
sebagai usaha yang mengelola suatu lahan untuk bercocok tanam, baik secara individu maupun kolektif
atau yang disebut sebagai usaha tani. Petani secara individu maupun kolektif sama-sama dapat
memasarkan barang (produk) hasil pertanian mereka. Memasarkan maksudnya adalah suatu proses
memindahkan atau memproduksi suatu barang dari produsen ke konsumen. Maksudnya adalah bahwa
barang tersebut dapat digunakan oleh konsumen dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, atau sebagai
bahan untuk dikelola kembali dalam bentuk barang yang dapat menambah nilai guna dari produk hasil
pertanian tersebut. Dalam memasarkan suatu produk pertanian, diperlukan bahwasanya seorang
produsen harus mengetahui kondisi dari suatu pasar. Baik itu dari sisi permintaan konsumen,
pembentukan harga, maupun tata peraturan yang berlaku dalam memasarkan atau pasar tersebut, serta
hasil maupun keuntungan yang akan didapatkan dari memasarkan produk pertanian tersebut.

Distribusi pendapatan pelaku usaha dalam sektor pertanian juga sangat diperhatikan. Karena dalam
proses memproduksi suatu barang (produk) hasil pertanian membutuhkan berbagai pengorbanan. Baik
dari segi materil maupun non materil. Sisi materil dikatakan bahwa seorang petani membutuhkan biaya
untuk mengumpulkan bahan-bahan pokok yang akan menghasilkan produk tersebut. Katakanlah seperti
bibit, pupuk, dan dan lain-lain. Hal-hal tersebut sangat diperlukandalam menghasilkan suatu barang,
belum lagi bagaimana biaya pengakutan (ongkos) untuk barang-barang tersebut, biaya untuk
mengelolanya,apakah diperlukan mesin teknologi. Selain daripada itu sisi non materilnya juga sangat
diperlukan untuk mengelola barang tersebut, contoh: tenaga manusia. Ketika barang itu sudah selesai
dikelola, maka si produsen juga harus memasarkan barang hasil produksinya. Dalam memasarkan produk
juga dibutuhkan biaya-biaya, seperti biaya dalam mengemas barang hasil produksinya, tempat
pemasarannya, dan lain-lain. Oleh sebab itu distribusi (pemerataan) pendapatan pelaku usaha sektor
pertanian sangat perlu untuk diperhatikan. Karena itu merupakan biaya dan penghasilan dari petani
tersebut untuk mengelola dan menghasilkan produknya tersebut. Dan seorang petani juga berhak dalam
mengambil sedikit keuntungan dari apa yang telah dihasilkannya dan itulah kodratnya bagi orang-orang
yang dapat menghasilkan suatu barang. Sehingga nantinya petani tersebut dapat memproduksi kembali
barang-barang hasil pertanian, bukan hanya untuk kebutuhan mereka sendiri (keluarga) atau yang disebut
sebagai petani subsisten, bahkan untuk memasarkannya secara lokal, nasional, dan internasionalnya juga
bisa. Untuk mendukung hal tersebut maka modal merupakan faktor yang diutamakan. Karena tanpa
bantuan modal yang cukup atau banyak seorang petani juga tidak bisa bergerak untuk memperbanyak
kuantitas (jumlah) produk, mengelola aneka ragam hasil pertanian, dan dapat memperluas pasar dalam
memasarkan produknya tersebut. Sehingga modal merupakan faktor penentu utama yang sangat
dibutuhkan oleh seorang petani (dalam usaha tani). Dimana dalam usaha tani pemilik modal itu sangat
banyak, baik itu pemilik modal sendiri, CV, PT, Firma, Koperasi, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu dengan
bantuan modal yang cukup, maka usaha tani dapat berjalan dengan baik dan berkembang.

3.2 Saran
Berdasarkan bahasan di atas, maka kami sebagai tim penulis menyarankan agar:
1. Petani di Indonesia dapat mempelajari kembali usaha-usaha apa yang cocok atau dapat dikembangkan,
sesuai dengan tekstur lahan, kemampuan, modal, dan tata bidang pertaniannya.
2. Pemerintah lebih memperhatikan pertanian baik di kota maupun di desa. Kiranya lahan pertanian di kota
jangan dihapuskan secara menyeluruh, karena jika dilihat sekarang hampir tidak ada lagi lahan yang
dikelola untuk pertanian.
3. Dan kiranya mahasiswa-mahasiswa, atau oknum-oknum lain yang berkaitan dalam usaha pertanian juga
dapat memperhatikan pertanian melalui masukan-masukan atau partsipasi bentuk lainnya untuk
mendukung program usaha tani tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.lebahmaster.com/bisnis-2/manajemen-bisnis/pengertian-konsep-pemasaran

http://warnet178meulaboh.blogspot.com/2014/12/makalah-pemasaran-produk-pertanian.html
3.7.6. Pemasaran

a. Pengertian Pemasaran
Istilah pemasaran dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama marketing. Asal kata pemasaran adalah
pasar=market. Apa yang dipasarkan ialah barang dan jasa. Memasarkan barang tidak berarti hanya
menawarkan barang atau menjual tetapi lebih luas dari itu, didalamnya tercakup berbagai kegiatan seperti
membeli, menjual, dengan segala macam cara, mengangkut barang, menyimpan, sortir dan sebagainya.

1. Charles F. Philips Ph.D and Delbert J. Duncan Ph.D. dalam bukunya “Marketing Principles and
Methods” artinya marketing yang oleh para pedagang diartikan sama dengan distribusi
dimaksudkan segala kegiatan untuk menyampaikan barang-barang ke tangan konsumen (rumah
tangga) dan ke konsumen industri.
2. Maynard and Beckman dalam bukunya Principles of Marketing artinya marketing berarti segala
usaha yang meliputi penyaluran barang dan jasa dan sektor produksi ke sektor konsumsi.
3. Paul D. Converse and Fred M. Jones (1958) dalam “Indroduction ti Marketing”. Produksi diartikan
sebagai pekerjaan menciptakan barang, sedangkan marketing ialah pekerjaan memindahkan
barang-barang ke tangan konsumen.
4. William J. Shultz (1961) dalam bukunya “Outlines of Marketing. Marketing atau distribusi adalah
usaha kegiatan yang menyalurkan barang dan jasa dan produsen dan konsumen.
5. Rayburn B Tousley, Ph. D., Eugene Clark, Ph.D., Fred E. Clark,Ph.E (1962) dalam bukunya
Principles of Marketing. Marketing terdiri dari usaha yang mempengaruhi pemindahan pemilikan
barang dan jasa termasuk distribusinya.
6. Paul D. Convers Harvey W. Huege, and Robert V. Mitchell dalam bukunya Elements of Marketing.
Marketing didefinisikan sebagai kegiatan membeli dan menjual, dan termasuk didalamnya kegiatan
menyalurkan barang dan jasa antara produsen dan konsumen.

Hermawan Kertajaya(2001) definisi pemasaran telah berkembang pesat dari dulu sampai sekarang yang
dirumuskan sebagai berikut:
a. Pemasaran adalah menghubungkan penjual dengan pembeli potensial
b. Pemasaran adalah menjual barang, dan barang tersebut tidak kembali ke orang yang menjualnya
c. Pemasaran adalah memberikan sebuah standar kehidupan
d. Tahun 1953 Brech mendefinisikan pemasaran suatu proses dalam menentukan permintaan konsumen akan
barang dan jasa, memotivasi penjualan, mendistribusikan ke konsumen akhir, dengan keuntungan sebagai
imbalannya.
e. Tahun 1954 Peter Drucker menyatakan pemasaran bukanlah sekedar perluasan penjualan, pemasaran
meliputi keseluruhan bisnis, dan harus dilihat dari sudut pelanggan.
f. Tahun 60-an, 70-an, 80-an sekolah pemasaran telah berkembang dan menerbitkan berbagai buku
teks.Tahun 1972 Kotler pemasaran adalah sekumpulan aktivitas manusia yang ditujukan untuk
memfasilitasi dan melaksanakan pertukaran.
Pada tingkat bisnis pemasaran adalah untuk segmentasi pasar dan targeting pasar. Unit bisnis
harus lebih menekankan pada karekteristik produk yang akan dipasarkan dan lebih mengenail kebutuhan,
keinginan dan konsumen.

Pada tingkat Operasional ini berarti marketing in action, para petugas harus melaksanakan
berbagai taktik marketing mix, mencari kombinasi dan bauran yang paling maksimal.

Konsep Pemasaran :

1. Kebutuhan , Keinginan dan Permintaan

Ada perbedaan antara kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kebutuhan manusia adalah keadaan
dimana manusia merasa tidak memiliki kepuasan dasar. Kebutuhan tidak diciptakan oleh masyarakat atau
pemasar, namun sudah ada dan terukir dalam hayati kondisi manusia. Keinginan adalah hasrat akan pemuas
tertentu dari kebutuhan tersebut. Keinginan manusia dibentuk oleh kekuatan dan institusi sosial. Sedangkan
Permintaan adalah keinginan akan sesuatu yang didukung dengan kemampuan serta kesediaan membelinya.

Keinginan menjadi permintaan bila didukung dengan daya beli. Perbedaan ini bisa menjelaskan bahwa
pemasar tidak menciptakan kebutuhan; kebutuhan sudah ada sebelumnya. Pemasaran mempengaruhi
keinginan dan permintaan dengan membuat suatu produk yang cocok, menarik, terjangkau dan mudah
didapatkan oleh pelanggan yang dituju.

2. Produk
Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan
pelanggan. Pentingnya suatu produk fisik bukan terletak pada kepelikannya tetapi pada jasa yang dapat
diberikannya. Oleh karena itu dalam membuat produk harus memperhatikan produk fisik dan jasa yang
diberikan produk tersebut.

3. Nilai Biaya dan Kepuasan


Nilai adalah perkiraan pelanggan tentang kemampuan total suatu produk untuk memenuhi
kebutuhannya. Setiap produk memiliki kemampuan berbeda untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tetapi
pelanggan akan memilih produk mana yang akan memberi kepuasan total paling tinggi. Nilai setiap produk
sebenarnya tergantung dari seberapa jauh produk tersebut dapat mendekati produk ideal, dalam ini termasuk
harga.

4. Pertukaran, Transaksi dan Hubungan

Kebutuhan dan keinginan manusia serta nilai suatu produk bagi manusia tidak cukup untuk
menjelaskan pemasaran. Pemasaran timbul saat orang memutuskan untuk memenuhi kebutuhan serta
keinginannya dengan pertukaran. Pertukaran adalah salah satu cara mendapatkan suatu produk yang
diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya. Pertukaran merupakan proses dan
bukan kejadian sesaat. Masing-masing pihak disebut berada dalam suatu pertukaran bila mereka berunding
dan mengarah pada suatu persetujuan. Jika kesepakatan tercapai maka disebut transaksi. Transaksi
merupakan pertukaran nilai antara dua pihak. Untuk kelancaran dari transaksi, maka hubungan yang baik
dan saling percaya antara pelanggan, distributor, penyalur dan pemasok akan membangun suatu ikatan
ekonomi, teknis dan sosial yang kuat dengan mitranya. Sehingga transaksi tidak perlu dinegosiasikan setiap
kali, tetapi sudah menjadi hal yang rutin. Hal ini dapat dicapai dengan adanya perjanjian serta menyerahkan
mutu produk, pelayanan dan harga yang wajar secara kesinambungan.

5. Pasar

Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu serta
mau dan mampu turut dalam pertukaran untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan itu. Istilah pasar untuk
menunjukan pada sejumlah pembeli dan penjual melakukan transaksi pada suatu produk.

9. Pemasaran

Pemasaran adalah keinginan manusia dalam hubungannya dengan pasar, pemasaran maksudnya
bekerja dengan pasar untuk mewujudkan transaksi yang mungkin terjadi dalam memenuhi kebutuhan dan
keinginan manusia.

3.8.Fungsi Marketing

Fungsi-fungsi marketing yang dinyatakan oleh:

1. Function of exchange (fungsi pertukaran), yaitu:


1. Selling – penjualan
2. Buying – pembelian
3. Function of physical (fungsi secara fisik), yaitu:
1. Transportation – pengangkutan
2. Storage – penyimpangan
3. Faciliting function (fungsi yang memberikan fasilitas), yaitu:
1. Financing – permodalan
2. Risk taking – resiko
3. Market information – informasi pasar meliputi pengumpulan komunikasi
dan penafsirannya
4. Standardization

 Paul D. Converse, Huegy and Mitchell, sebelum menyebutkan beberapa macam fungsi marketing
dikatakannya bahwa marketing itu terdiri dari 2 gerakan yaitu:

1. Physical movement – pergerakan secara fisik


2. Movement of ownership – perpindahan hak milik

Untuk memindahkan barang dan saluran-saluran distribusi sampai ke tangan konsumen, diperlukan
adanya jasa fasilitas, seperti pembukuan, permodalan dan sebagainya. Oleh karena itu fungsi-fungsi
marketing terdiri dari:

1. Movement Ownership – buying and selling (creating possession utility) = Gerakan pemilikan –
pembelian dan penjualan (menciptakan kegunaan milik).
1. Determining needs (menentukan kebutuhan)
2. Creating or stimulating demand (menciptakan dan mendorong permintaan)
3. Finding buyers and sellers (menentukan penjual dan pembeli)
4. Negotiating prices and terms (perjanjian harga dan cara penyerahan)
5. Advice (adjusting goods and services to need of buyers) = memberi advice (menyesuaikan
barang dan layanan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan konsumen)
6. Standardizing
7. Transfening tittle (pemindahan milik)
8. Movement of goods (creating place and time utility)
1. Transporting (penyangkutan)
2. Storing (penyimpanan)
3. Packing (pengepakan)
4. Dividing (pembagian)
5. Grading (inspecting and testing as distinct from standardizing) peningkatan mutu
6. Assembling (order)
9. Market management

1. Formulating policies (memformulasikan kebijaksanaan)


2. Providing organization (menyiapkan organisasi)
3. Providing equipment (menyiapkan peralatan)
4. Supervising (pengawasan)
5. Financing (providing capital, accepting credit, making collections) permodalan
6. Risking (resiko)
7. Securing information (especially by accounting and research) mencari informasi

1. Merchandising

Merchandising adalah kebijaksanaan kaum produsen untuk mendekatkan hasil produksinya kepada
selera konsumen, untuk merchandising ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu:

1) Product strategy and service, yang termasuk dalam strategi product ini adalah:

1. Product development yaitu menciptakan barang baru yang sesuai dengan selera para konsumen.
2. Product specialization versus product diversification adalah policy didalam memproduksi
bermacam-macam barang atau mengusahakan barang-barang yang bersifat spesialisasi.
3. Product branding maksudnya memberi merek kepada barang-barang. Tujuan ini antara lain adalah
untuk identifikasi dan untuk proteksi terhadap barang-barang merek lain.
4. Product packaging and labeling misalnya menciptakan pembungkusan-pembungkusan atau
kaleng-kaleng yang mudah dibuka. Memberi warna-warna yang menarik pada minuman. Misalnya
warna minuman lemon yang menarik selera konsumen.
5. Product guaranteesand service misalnya membeli barang-barang dengan garansi, kalau rusak bisa
diperbaiki lagi.

2) Struktur organisasi dan service, organisasi adalah organisasi penjualan, metode penjualan dan service
yang diusahakan agar dapat menarik para konsumen. Misalnya toko benih yng memberikan kaos maupun
kalender pada pelanggan tetap.
3) Teknik memperbesar penjualan adalah penting peranan yang diberikan oleh reklame dan alat-alat
sales promotion lainnya.

4) Siasat penetapan harga cara ini banyak kita jumpai dalam praktek misalnya toko-toko yang
menetapkan harga-harga murah untuk barang yang dikenal oleh umum, mencari keuntungan dan penjualan
barang yang kurang dikenal oleh umum.

2. Buying

Jika merchandising memberikan overall plan, maka pembelian merupakan langkah pertama untuk
suksesnya penjualan kelak. Penjualan akan berhasil baik, bila pembelian dilakukan dengan baik. Dengan
demikian akan diperoleh laba. Bila pembelian salah dilakukan maka menjualnya susah, akibatnya laba nihil.
Misalnya mengadakan pembelian terigu diluar negeri, bila salah dalam pemilihan kualitet dan transportnya
bisa mengakibatkan kerusakan pada terigu tersebut seperti busuk, membantu dan sebagainya. Dapat
dikemukakan bahwa ada 3 aspek dalam pembelian, yaitu:

1. Menentukan kebutuhan
2. Mencari penjual yang memilki barang-barang yang sesuai dengan kebutuhan pembeli.
3. Penyelesaian tentang harga dan syarat-syarat lain, dengan demikian akan tercapailah maksud apa
yang dikatakan “Good selling begins with good buying” (penjual yang berhasil dimulai dengan
pembelian yang baik). Barang yang baik akan laku dengan sendirinya.

3. Penjualan
Fungsi penjualan merupakan top function dan pada usaha dimana ditentukan selisih antara input
dan output. Dapat dikatakan bahwa bahwa profit adalah element atau alat untuk mengukur efisiensi dan
juga untuk mengukur risk bearing.

4. Grading and Standardization

Standar terdiri dari suatu daftar pengkhususan mutu atau sifat bahwa suatu produk memenuhi grade
tertentu. Grading adalah suatu tindakan untuk memisahkan atau meriksa barang-barang menurut
pengkhususan yang telah ditetapkan untuk menentukan gradenya. Grading merupakan suatu tindakan fisik
dan barang-barang.

Standar memungkinkan pembeli dan penjual mengetahui dengan tepat dan suatu barang. Misalnya kita
kenal standar kualitas kopi, karet untuk ekspor. Untuk mencapal masing-masing kualitas dilakukan
grading, mungkin dengan cara diproses, disortir, dimasak dan sebagainya.

5. Storage and Warehousing


Fungsi storage ini menciptakan time utility yaitu untuk mendekatkan waktu produksi dan waktu
konsumsi. Fungsi ini dapat dilakukan oleh:

a. Perusahaan produk sendiri

b. Perusahaan pengangkutan

c. Perusahaan penyimpanan

d. Lembaga-lembaga niaga sendiri

Fungsi storage ini harus ada disebabkan oleh hal sebagai berikut:

1. Barang diproduksi menurut musim sedangkan konsumsi berlaku terus menerus


2. Untuk menghindarkan price flutuation dan kadang-kadang dipakai untuk spekulasi.

1. Mengingat bahwa pembelian-pembelian yang terlalu kecil itu tidaklah ekonomis maka
dibelilah dalam partai-partai lebih besar, daripada yang dibutuhkan agar terdapat
penghematan-penghematan harga pengangkutan dan price reduction.
2. Karena sifat dan barang memerlukan storage yang khusus. Misalnya ikan dan daging yang
memerlukan suatu alat pengangkutan yang khusus agar tidak lekas busuk.
3. Adanya sifat dan barang yang bertambah lama disimpan bertambah naik nilainya. Misalnya
wine yang sebelum dijual biasanya disimpan dulu dalam kelder-kelder istimewa untuk
memperolah increasesof quality (tambahan atau peningkatan mutu).

6. Pengangkutan

Fungsi pengangkutan ini memberikan place utility dan time utility sehingga fungsi pengangkutan ini
merupakan suatu jasa yang ditemukan centre produktif, karena dengan pengangkutan itu secara geografis
dapatlah ditentukan centre produksi dan centre konsumsi. Pengangkut ini ada bermacam-macam yaitu:

a. Kereta api
b. Pengangkutan sungai dan laut
c. Pengangkutan motor dan bukan motor
d. Pengangkutan pipa
e. Pengangkutan udara
f. Pengangkutan pos

7. Pembelanjaan (Financing)
Pembelanjaan dimaksudkan bagaimana usaha memperoleh modal untuk membelanjai usaha-usaha
dalam marketing, moadal untuk bidang marketing ini di investasi mendirikan pabrik-pabrik. Dalam hal ini
pembelanjaan dan lembaga-lembaga marketing bisa memakai cara : Leverancier’s credit atau afnemer’s
credit (kredit penua) atau (kredit pembeli). Untuk untuk menjual barang lembaga marketing tidak perlu
selalu memakai sistem cash atau carry.

Maksudnya pembayaran yang di lakukan dalam tempo 10 hari setelah pembelian di beri discount 2%
, tetapi lewat 10 hari samapi 30 hari tidak diberi lagi. Dan lewat 30 hari pihak pembeli di bebani bunga
sesuai dengan tingkat bunga umum.

8. Fungsi kointinikasi

Dalam rangka memperoleh informasi yang cepat dan tepat pada masa sekarang ini, maka fungsi
komunikasi tidak bisa di abaikan. Para pengusaha terutama yang bergerak dalam bidang marketing, harus
selalu menggunakan komunikasi dua arah yaitu arah bolak-balik antara pengusaha dan konsumen.
Pengusaha harus mendapat informasi dan konsumen misalnya melalui riset,wawancara, dan konsumen
mendapat informasi melalui surat kabar, radio dan media masa lainnya. Kita harus mencoba mnggunakan
jalur komunikasi dengan teknologi yang makin canggih, dan yang penting harus di jaga sampai timbul
misskomunikasi.

9. Risk taking

Dalam marketing ini kita dapat di jumpai unsur lag of time, yaitu waktu yang di butuhkan untuk
memyampaikan barang dan produsen ke konsumen. Adanya lag of time, maka pengusaha dalam sektor
dagang inhaerent dengan penanggungan resiko. Resiko dalam lapangan dagang ada bermacam-macam,
antara lain :

a. Resiko secara physis


b. Resiko karena pencurian
c. Resiko karena kematian orang yang mempunyai fungsi strategi
d. Resiko dalam credit extension, misalnya kredit tidak dibayar oleh debitur
e. Resiko karena marketing situation
Penanggung resiko di oleh pengusaha bisa di kurangin denagan cara :

a. Mengurangi kemungkinan timbulnya resiko


b. Shift or risk (menggeser resiko)

Mengurangi kemungkinan timbulnya resiko dapat di usahakan dengan jalan Good management, yaitu :

a. Mengurangi resiko kebakaran dengan gudang fire proot


b. Mengurangi pencurian di toko pemakaian cermin atau teralis
c. Dengan sistem pembukuan yang baik

Shift of risk atau memindahkan resiko dapat di lakukan dengan cara :

a. Asuransi
b. Sistem produksi sell and make (dijual dulu baru di buat/ sistem pesenan) resiko disini pembukuan
yang baik
c. Sub contracting, yaitu kontaktor yang pertama mengontrakkan lagi kepada kontraktor yang lain
d. Hedging (pasar berjangka)

3.6 Saluran Pemasaran


Salah satu definisi saluran pemasaran di nyatakan oleh (koteler 2000): saluran pemasaran adalah
lembaga yang saling berkait untuk menjadikan produk atau jasa siap di gunakan di konsumsi. Jadi adalah
tugas saluran pemasaran untuk memindahkan barang dan produsen ke konsumen.

Saluran pemasaran ini sangat penting bagi produsen, sebab produsen tidak akan sanggup
menyalurkan hasil produksinya sampai ke tangan konsumen. Produsen tidak mungkin melaksanakan
sendiri penyaluran hasil produknya, karena tidak efesien, modal investasi besar, pengawasan lebih sulit,
banyak personil, dan sebagainya. Mereka sulit menjangkau daerah geografis yang begitu luas.

Bagi produsen menggunakan saluran pemasaran bebas akan sangat bermanfaat , karena saluran
pemasaran ini akan berfungsi sebagai :

a. Pemberi informasi tentang keadaan lapangan, adaya saing, penerimaan konsumen, selera
konsumen.
b. Penyalur dapat mengadakan promosi yang turut membantu kelancaran pemasaran, atau
produsen menyelenggarakan promosi sendiri, yang sangat membantu usaha penyalur.
c. Negoisasi, dilakukan oleh penyalur dengan pihak konsumen, tentang harga, sistem penyaluran.
d. Pembiayaan dilakukan sendiri oleh penyalur dan dalam beberapa hal dapat bekerjasama dengan
produsen dengan penyediaan kredit perdagangan.
Komoditas Cabai
April 6, 2014Kuliah

Identifikasi Komoditas Hortikultura, Cabai


Cabai (Capsicum Annum) merupakan salah satu komoditas atau tanaman hortikultura yang
memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia, karena buahnya selain dijadikan sayuran atau
bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani, sebagai bahan baku
industri, memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerjaserta sebagai sumber vitamin C.
Menurut Endro Sunoto (2008), dalam sistematika tumbuhan, kedudukan tanaman cabai
diklasifikasikan dalam:
Divisio : Spermatophyta,
Subdivisio : Angiospermae,
Kelas : Dicotyledonae,
Subkelas : Sympetale,
Ordo : Tubiflorae,
Famili : Solanaceae,
Genus : Capsicum,
Spesies : Capsicum annum L
Cabai merah Besar (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang memilki nilai
ekonomi yanng tinggi. Cabai mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi
kesehatan manusia. (Sun et al. (2007)) melaporkan cabai mengandung antioksidan yang
berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini
adalah pada cabai hijau. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan
sebagai zat anti kanker.
(Ashari, S. 1995)

Cabai merupakan salah satu komoditi yang menjadi primadona pasar dan termasuk komoditi
strategi di Indonesia. Mengingat kebutuhan cabai di pasaran tidak mengenal pasang surut.
Kebutuhan cabai di Indonesia menjadi melonjak ketika menjelang hari raya agama. Di sisi lain,
karakter cabai hanya bisa ditanam dengan lahan yang tidak begitu basah, dan tanaman cabai
sangat sensitif dengan musim penghujan. Jadi, cabai merupakan tanaman musiman, akan tumbuh
lebat jika ditanam pada musim kemarau, atau musim pancaroba di mana intensitas hujan rendah.
Berdasarkan Fakta diatas, otomatis pasokan cabai dari pertanian tidak bisa stabil setiap saat.
Maka harga cabai di pasaran pun cenderung mahal. Harga cabai ditingkat pengepul lebih sering
dipermainkan, ketika panen cabai, pengepul membeli cabai dengan harga yang sudah ditentukan.
Tapi ketika cabai, sampai ditingkat pengecer harganya dinaikan. Namun walau begitu, cabai
paling banyak dipilih oleh petani, karena harga cabai ketika panen masih menguntungkan dari
pada padi atau varian tanaman pangan, seperti jagung maupun kacang tanah. Cabai kriting merah
dalam satu periode masa tanam bisa dipanen hingga lima kali secara bertahap. Selain itu, modal
menanam cabai tidak memerlukan modal lebih seperti menanam padi.
Komoditi cabai merah selain harga juga menjanjikan memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, juga
mempunyai nilai ekonomi tinggi. Pemanfaatannya sebagai bumbu masak atau sebagai bahan
baku berbagai industri makanan, minuman dan obat-obatan membuat cabai merah semakin
menarik untuk diusahakan sebagai usaha agribisnis yang memiliki prospek.
(Anonymousa ,2013)

Jenis Cabai.
Ada banyak jenis cabai yang dibudidayakan di jagad pertanian Indonesia. Masing-masing cabai
memiliki nilai jual yang berbeda. Berikuti ini tiga jenis cabai yang dijadikan komoditas
pertanian.
1. Cabai keriting
Cabai kriting merupakan salah satu varites yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia.
Cabai kriting memilik masa tanam selama empat sampai enam bulan. Cabai berukuran sembilan
sampai enam sentimeter. Berbentuk tabung dan mengerucut sampai di bawah.
Tumbuhannya berakar serabut, dengan tinggi 190 sentimeter. Tanaman lombok berbuah ketika
berumur empat bulan sampai enam bulan. Cabai petikan pertama dan kedua mutunya lebih
bagus, dan kuantitasnya lebih banyak. Satu pohon terdapat 30 cabai matang yang siap dipetik.
Harga cabai kriting merah lebih mahal dari pada cabai kriting hijau. Oleh karena itu, petani lebih
selektif memetik cabainya.
Pembiakan cabai kriting, dilakukan dari bijianya. Jadi biji disemai hingga tumbuh tunasnya.
Bibit cabai kriting layak tanam adalah yang berusia satu 17 hari. Tiga hari berikutnya bibit yang
sudah ditanam pada lahan, diberi pupuk NPK yang dicairkan.
2. Cabai teropong
Cabai teropong merupakan varites lain dari cabai keriting. Dari segi bentuk keduanya hampir
mirip. Namun, cabai teropong fisiknya lebih besar ukurannya 8 cm sampai 12 cm. Kemudian
tekstur kulit cabai teropong lebih mengkilat dari pada cabai keriting yang cenderung kusap.
Namun kalau diuji dari segi rasa, cabai keriting lebih pedas dan nikmat dari pada cabai teropong.
Dan harga cabai keriting lebih mahal daripada cabai teropong. Cabai teropong sering dipakai
untuk keperluan masak besar seperti catering, dan pesta-pesta. Tanaman cabai teropong lebih
menyukai berhawa sejuk dengan kata lain cabai teropong lebih ideal dibudidayakan di daerah
dataran tinggi, seperti Wonosobo, Batu, dan lain sebagainya.
3. Cabai rawit
Cabai rawit merupakan komoditas pertanian yang bisa dijadikan alternative untuk bercocok
tanam di lahan kosong. Tanaman cabai rawit bisa ditanam di mana saja. Di sawah hingga
halaman rumah.
Cabai rawit merupakan tanaman kebun, yang tak perlu dirawat secara serius. Tanaman ini asalah
diberi air secara rutin dua kali sehari bisa tumbuh subur.
Bentuk cabai rawit kecil, kalau muda bewarna hijau, sedangkan ketika matang berubah menjadi
merah. Walaupun bentuknya kecil, tingkat kepedasan cabai rawit melebihi cabai keriting. Cabai
rawit lebih nikmat di makan mentah sebagai selingan makan gorengan, bakwan dan martabak
telor.
4. Paprika
Paprika merupakan saudara jauh dari family cabai. Paprika berasal dari Amerika latin. Dari segi
rasa paprika ternyata tak memberikan sensasi pedas. Walau demikian paprika memiliki
kandungan nutrisi yang lumayan banyak.
Misalnya, vitamin C, fiber, vitamin A dan B. Bentuk paprika bisa ditandai secara visual.
Bentuknya besar beratnya antar 5 ons sampai 3 gram. Warna paprika merah, kuning dan hijau.
Membudidayakan paprika harus sesuai dengan standar kelayakan tanam, misalnya menggunakan
media rumah kaca agar paparan cahaya matahari bisa diatur, kemudian media tanam pun
menggunakan sistem hidryoponic dan pemupukan dengan pupuk kompos.
Dari berbagai Jenis cabai, dalam tugas pemberdayaan masyarakat dalam agribisnis ini hanya
membahas tanaman hortikultura cabai secara umum.
(Anonymousb ,2013)

Budidaya Cabai untuk Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat adalah peningkatan kemandirian rakyat berdasarkan kapasitas dan
kekuatan internal rakyat atas SDM baik material maupun non material melalui redistribusi
modal.
(David Korten, 1984)

Pemberdayaan merupakan upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab
menjadi semakin efektif secara struktural, baik di dalam kehidupan keluarga, masyarakat,
negara, regional, internasional, maupun dalam bidang politik, ekonomi, dan lain sebagainya.
(Pranarka dan Vidhyandika, 1996)

Power dalam empowerment adalah daya sehingga empowerment dimaksudkan sebagai kekuatan
yang berasal dari bawah yang Melepaskan belenggu kemiskinan dan keterbelakangan, dan
memperkuat posisi lapisan masyarakat dalam struktur kekuasaan.
(Talcott Parson, 1951)

Dari beberapa definisi pemberdayaan tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan pemberdayaan ini
sangat penting untuk peningkatan kemandirian kemampuan masyarakat dan upaya dalam
pembangunan perekonomian. Untuk itu perlu diketahui bagaimana budidaya tanaman
hortikultura cabai. Berikut adalah tahap – tahap budidaya tanaman cabai :

• Persiapan lahan
Dalam teknik budidaya cabe, hal yang cukup penting adalah mempersiapkan lahan. Dalam hal
ini Anda harus menyediakan sebidang tanah yang sudah dibuat bedengan. Bedengan adalah
lahan yang sudah dibentuk seperti gundukan memanjang sebagai tempat menanam cabe.
Tanah harus sudah diolah, yaitu digemburkan, diberi air dan pupuk agar tanah bisa menjadi
tempat tumbuh yang baik. Setelah itu lapisi bedengan dengan plastik khusus yang kemudian
dilubangi sebagai tempat menanam benih cabe. Jarak antara satu cabe dengan yang lain adalah
sekitar 50-70 cm.

• Persiapan bibit
Salah satu cara menanam cabe adalah memilih bibit yang bagus . Pilihlah bibit cabe yang
berkualitas yang bisa Anda dapatkan pada penjual bibit-bibit tanaman yang sudah terpercaya.
Anda juga bisa memperoleh bibit cabe dengan cara mengambil biji dari cabe itu sendiri.
Letakkan biji cabe tersebut pada sebuah polybag yang sudah diisi campuran tanah dan pupuk
kandang (satu polybag berisi satu biji cabe). Siram dengan air sedikit saja agar tanah tetap basah
dan lembab.Setelah sekitar 20-30 hari, bibit cabe akan muncul dan siap dipindahkan ke bedengan
yang sudah disipakan sebelumnya.

• Penanaman
Salah satu teknik budidaya cabe meliputi cara penanamannya. Pilihlah bibit cabe yang sehat
dengan ciri-ciri berbatang kuat dan memiliki daun sebanyak kira-kira 6 helai.
Lepas plastik polybag dan pindahkan bibit tersebut pada bedengan saat matahari tidak terlalu
terik (lebih baik pagi atau sore). Bila bibit cabe sudah dipindahkan dalam lahan yang lebih luas,
segera beri pupuk dan air secukupnya.
Berikut adalah syarat – syarat pertumbuhan tanaman cabai, antara lain:
 Suhu optimal untuk pertumbuhan : 21 – 28 C
 Ketinggian : dataran rendah sampai ketinggian 1.500 dpl
 Jenis tanah : Liat berpasir atau lempung berpasir dengan porositas yang cukup baik
 Topografi : datar sampai kemiringan 15

• Perawatan
Perawatan tanaman adalah salah satu hal yang sangat penting dalam teknik budidaya cabe.
Perawatan meliputi penyiraman, pemupukan, dan juga pengendalian hama serta penyakit.
Penyiraman bisa dilakukan sekali dalam sehari untuk menjaga tanah tidak kering, sedangkan
pemupukan dapat dilakukan sekali dalam seminggu. Untuk hama, Anda bisa menggunakan obat
atau pestisida yang bisa dibeli di toko-toko kimia.

• Panen
Jika tanaman cabe sudah berbuah dan cukup masak, segera petik buah tersebut pada pagi hari.
Buah cabe yang bagus untuk dipanen adalah buah yang tidak terlalu muda tapi juga tidak terlalu
matang. Sesudah dipetik, segera simpan cabe-cabe tersebut di tempat yang kering dan sejuk.
Itulah beberapa cara sederhana dalam teknik budidaya cabe. Cukup mudah dilakukan dan Anda
bisa mendapat hasil produksi yang memuaskan.
Dalam penanaman cabai terdapat permasalahan-permasalahan produksi salah satu kendala utama
dalam sistem produksi cabai di Indonesia adalah adanya serangan lalat buah pada buah cabai.
Hama ini sering menyebabkan gagal panen. Buah cabai yang terserang sering tampak sehat dan
utuh dari luar tetapi bila dilihat di dalamnya membusuk dan mengandung larva lalat. Karena
gejala awalnya yang tak tampak jelas, sementara hama ini sebarannya masih terbatas di
Indonesia, lalat buah menjadi hama karantina yang ditakuti sehingga dapat menjadi penghambat
ekspor buah-buahan maupun pada produksi cabai.

• Upaya penanggulangan penanggulangan


Sebenarnya sudah dilakukan upaya untuk mengendalikan serangan lalat buah ini, di antaranya
adalah pembrongsongan yang dapat mencegah serangan lalat buah. Akan tetapi, cara ini tidak
praktis untuk dilakukan pada tanaman cabai dalam areal yang luas. Sementara penggunaan
insektisida selain mencemari lingkungan juga sangat berbahaya bagi konsumen buah. Oleh
karena itu, diperlukan cara pengendalian yang ramah lingkungan dan cocok untuk diterapkan di
areal luas seperti di lahan sentral produksi cabai. Upaya pengendalian lalat buah pada tanaman
cabai, khususnya cabai merah, adalah penggunaan insektisida sintetik karena dianggap praktis,
mudah didapat, dan menunjukkan efek yang cepat.
(Anonymousc, 2013)

Permasalahan – permasalahan yang terjadi pada Budidaya Cabai

Selain masalah hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabai, terdapat penyebab lain yang
menyebabkan gagal panen adalah kondisi cuaca musim penghujan, yang memang tidak ramah
terhadap komoditas cabai. Kegagalan petani tradisional, kebanyakan disebabkan oleh rendahnya
kualitas benih. Biasanya mereka menggunakan benih buatan sendiri, yang mutunya tidak sebaik
benih impor. Faktor lain yang menyebabkan kegagalan petani tradisional adalah, kecilnya tingkat
modal. Rata-rata petani tradisional hanya mengeluarkan modal di bawah Rp 5.000.000,- per
hektar untuk satu musim tanam. Hingga input pupuk serta pestisida yang mereka berikan ke
tanaman juga sangat kecil.
Tingkat kegagalan budidaya cabai pada musim penghujan yang tinggi ini, jelas akan memicu
tingginya harga cabai pada musim penghujan pula. Hingga rata-rata harga cabai antara bulan
Desember sampai dengan Maret akan selalu lebih tinggi dibanding harga rata-rata antara bulan
Juli sampai dengan Oktober. Itulah sebabnya apabila budidaya cabai pada musim penghujan
mampu menghasilkan produksi normal, maka keuntungan yang akan diraih petani, lebih tinggi
daripada budidaya pada musim kemarau. Hal ini lebih sering disebut harga yang berfluktuatif
yang dipengaruhi musim. Permasalahan – permasalahan diatas ini adalah permasalahan yang
kerap kali terjadi pada praktek usaha tani yang ada di masyarakat. Untuk itu perlu diadakan
kegiatan pemberdayaan untuk petani – petani kecil guna meningkatkan minat petani dan
kemampuan petani dalam usaha agribisnis tanaman hortikultura cabai yang berakibat akan
meningkatnya kesejahterahan petani. Selain itu meningkatkan potensi cabai dalam prospek usaha
agribisnis.
(Anonymousd, 2013)

Prospek Tanaman Hortikultura Cabai

Cabe benar benar merupakan komoditas sayuran yang sangat merakyat, semua orang
memerlukannya. Tak heran bila volume peredaran dipasaran sangat banyak jumlahnya, mulai
dari pasar rakyat, pasar swalayan, warung pinggir jalan, restoran kecil hingga hotel berbintang
sehari harinya membutuhkan cabe dalam jumlah yang tidak sedikit.
Cabe merah termasuk dalam golongan enam besar dari komoditas sayuran yang dieksport
Indonesia, selain bawang merah, tomat. Kentang, kubis dan kol bunga. Meskipun telah
mengekspor cabe merah segar, sampai saat ini kebutuhan cabai secara nasional masih belum
dapat terpenuhi, hal ini disebabkan kenaikan konsumsi cabai dari tahun ke tahun, untuk
menutupi kekurangan tersebut kita mengimport dari China.
Agribisnis Cabe adalah usaha yang sangat menguntungkan apabila diusahakan di Pulau Batam,
bahkan dalam analisa penulis sendiri tingkat ROI ( Return of Investment ) atau pengembalian
modalnya adalah sekitar 299%, dengan B/C ( Benefit Cost Ratio ) 3.99, sebuah analisa yang
sangat layak untuk dikembangkan menjadi usaha yang nyata. Dan selanjutnya tentu saja, untuk
mencapai sukses agribisnis cabe, tekhnologinya perlu dikuasai, dengan demikian tidak ada
investor yang merasa dirugikan dengan mempunyai tenaga kerja yang trampil dan
berpengalaman.
(Anonymouse, 2013)
Kenaikan harga cabe beberapa pekan terakhir, membuat pemerintah kembali mengandalkan
pasokan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Berdasarkan data bahwa harga cabe di
pasar domestik pada bulan Agustus 2012 turun sebesar 9 % dibandingkan bulan Juli 2012. Harga
cabe di pasar domestik pada bulan Agustus 2012 naik sebesar 53 % dibandingkan bulan Agustus
2011. Harga cabe secara nasional cenderung berfluktuasi dengan koefisien keragaman harga
bulan Agustus 2011 sampai dengan bulan Agustus 2012 sebesar 16 %.
Disparitas harga cabe antar wilayah pada bulan Agustus 2011 sampai dengan bulan Agustus
2012 cukup tinggi dengan koefisien keragaman harga antar wilayah sebesar 33%. Konsumen
pembeli Cabe saat ini banyak beralih membeli cabe impor karena harga cabe lokal masih sangat
tinggi selain itu rasanya pun tak kalah pedas, dibanding cabe lokal. Banyaknya pasokan cabe
impor dikeluhkan pedagang yang biasa menjual cabai lokal. Masuknya cabe impor ke
dikhawatirkan di Indonesia pasaran cabe lokal dan ini sangat merugikan pedagang cabai lokal
maupun para petani.
Langkah yang dilakukan oleh para petani juga pedagang mengatasi rendahnya cabai merah
belum ada solusinya karena cabai merah tidak tahan lama, kurang dari sepekan kualitas sudah
berubah menunggu dua pekan membusuk paling dimanfaatkan oleh pedagang bumbu sebagai
bahan cabai merah kering. Harga cabai merah sebelumnya sempat dikeluhkan oelh konsumen
karena para pedagang menjual dengan harga sekitar Rp 65 ribu-Rp 70 ribu per kg bahkan sampai
Rp. 100 ribu. Kenaikan harga cabai merah ketika itu disebabkan harga bahan bakar minyak
(BBM) naik.
Untuk pasar – pasar tradisional di Jakarta membutuhkan cabe merah setiap harinya sebanyak 75
ton, dan di pasar tradisional Bandung membutuhkan 32 ton per hari, yang semuanya berasal dari
Brebes. Dalam usahatani komoditi cabe merah pada akhirnya untuk memperoleh pendapatan dan
tingkat keuntungan yang layak dari usahataninya. Kegairahan petani untuk meningkatkan
kualitas produksinya akan terjadi selama harga produk berada di atas biaya produksi. Komoditi
cabai merah selain harga juga menjanjikan memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, juga
mempunyai nilai ekonomi tinggi.
(Anonymousf, 2013)

Analisis Kelayakan Usahatani Cabai


Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari, cabai banyak digunakan sebagai
bahan baku industri pangan dan farmasi. Pemasaran cabai dapat dilakukan dalam bentuk segar,
kering, bubuk sebagai bahan dasar industri maupun dalam bentuk pasta cabe. Meskipun harga
pasar cabai sering berfluktuasi cukup tajam, namun hal ini tidak menurunkan minat petani dan
pengusaha untuk membudidayakannya. Sentra produksi cabai di Indonesia adalah pulau Jawa,
dan mulai dikembangkan di daerah di luar pulau Jawa.
Perhitungan analisis agribisnis Cabai Merah dilakukan pada skala usaha 1 ha,biaya produksi
yang dubutuhkan total sebesar Rp.8.984.725 yang terdiri dari biaya tetap/biaya investasi sebesar
Rp.760.000 meliputi biaya sewa lahan,pembelian alat pertanian kecil.sedangkan biaya tdk
tetap/biaya operasional sebesar Rp.8.244.725.Biaya operasional meliputi: biaya pembelian
benih,pupuk,pestisida,biaya tenaga kerja utuk pengolahan tanah,pemeliharaan dan biaya panen.
Penerimaan agribisnis Cabai Merah per musim (4 bln) sebesar Rp.9.562.500 per hektar dengan
asumsi produksi layak jual 75% dari total produksi (total produksi 8.500kg/ha) dan harga jual di
tingkat petani Rp.1500/kg.Apabila penerimaan tsb dikurangi dgn total biaya Rp.8.984.725 maka
pendapatan petani Cabai Merah per musim per hektar adalah Rp.577.775.
Usaha ini terbukti dapat menjadi alternatif bagi pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan
pendapatan dan taraf hidup petani setempat di satu sisi dan masuknya modal/investasi dari
daerah lain. Dalam skala makro bisnis ini juga menyumbang devisa yang cukup besar bagi
negara dan pendapatan bagi pemerintah setempat, di samping terbukanya peluang kerja baru bagi
masyarakat di daerah, menunjang pengembangan agribisnis serta melestarikan sumberdaya alam.

(Anonymousg, 2013)
Peluang usahatani komoditas Cabe

Cabai merupakan salah satu komoditi pertanian yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari – hari.
Cabai mengandung senyawa – senyawa dan gizi yang berguna bagi tubuh. Kandungan senyawa
cabai meliputi : kapsaikin, flavenoid, kapsisidin, kapsikol dan minyak essensial. Bagi manusia,
selain sebagai penyedap masakan, penggugah selera makan, cabai juga sangat berkhasiat bagi
kesehatan. Cabai sangat bermanfaat bagi kesehatan. Disamping memperlancar sirkulasi darah ke
jantung, sifatnya yang analgesik mampu mengobati kejang otot dan rematik. Kandungan utama
kapsaikin berfungsi sebagai antialergi, karena mampu menumpulkan kepekaan saraf tepi. Selain
itu kapsaikin juga dapat mengurangi dan mengeluarkan lendir dari paru-paru sehingga cabai
dapat menyembuhkan bronkitis, influensa, sinusitis, dan asma. Kapsaikin juga berfungsi
menstimulir detektor panas dalam kelenjar hipotalamus sehingga menghasilkan perasaan sejuk
meskipun di udara panas. Selain itu, kapsaikin dapat menghalangi bahaya pada sel trachea,
bronchial, dan bronchoconstiction yang disebabkan oleh asap rokok dan polutan lainnya.
Cabai mengandung vitamin A dan Vitamin C yang mengandung beta karoten, yaitu jenis anti
oksidan yang kut. Anti oksiadan ini berguna untuk menangkal dampak radikal bebas sehingga
dapat menjaga kulit untuk senantiasa awet muda. Biasanya bahan-bahan radikal bebas akan ikut
dalam sirkulasi tubuh, dan akan menyebabkan kerusakan sel yang besar. Radikal bebas dapat
merusak saraf dan pembuluh darahyang bisa menyebabkan penyakit seperti diabetes.
Kandungan flavonoid dan antioksidan pada cabai berfungsi melindungi tubuh dari kanker. Cabai
mampu memperlancar sekresi asam lambung dan mencegah infeksi sistem pencernaan karena
adanya kandungan kapsisidin. Kapsikol dalam cabai dapat mengurangi pegal-pegal, sakit gigi,
sesak napas, dan gatal-gatal. Oleh karena itu cabai banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku
industri obat-obatan koyo. Kandungan kalium dan fosfor tinggi pada Cabai dapat membantu
pertumbuhan tulang dan sel baru.
Mengkonsumsi cabai secara teratur juga dapat menunda kerentaan tubuh. Akan tetapi bagi
mereka yang sangat sensitif terhadap cabai, apabila dipaksakan dapat mengalami kejang perut
dan diare. Meskipun kondisi tubuh cukup kuat menerima masakan pedas, tapi jika berlebihan
dapat berakibat fatal bagi kesehatan. Konsumsilah cabai dalam jumlah terukur, sesuaikan dengan
kondisi tubuh masing-masing.
(Anonymoush, 2013)

Berdasarkan manfaat dari komoditas cabai yang telah dijelaskan diatas, dapat diketahui bahwa
cabai merupakan salah satu komoditi pertanian yang merupakan komoditas strategis. Dari
manfaat – manfaat tersebut dapat disimpulkan bahwa berusahatani dapat meraih keuntungan
besar apabila kita mengetahui bagaimana memasarkan produk cabai tersebut, apakah dalam
bentuk segar ataupun diolah. Pemberdayaan masyarakat sangat penting dilakukan untuk
menumbuhkan kemandirian masyarakat meliputi pembekalan pengetahuan dan keterampilan
dalam beusahatani cabai sehingga menjadi usahatani yang akhirnya menguntungkan dan
meningkatkan perekonomian masyarakat tersebut.

Materi – Materi Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat


Sebagai proses pendidikan, setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat perlu untuk merinci ragam
materi yang akan disampaikan oleh setiap fasilitatornya. Di pihak lain, perlu diingat bahwa
penerima manfaat pemberdayaan masyarakat adalah “manusia” yang akan diperbaiki mutu
kehidupannya.
Untuk itu ragam materi yang diperlukan dalam kegiatan pemberdayaan tidak hanya cukup
dibatasi kepada hal – hal yang berkaitan langsung dengan kegiatan, namun juga harus mencakup
hal – hal yang berkaitan dengan upaya perbaikan kesejahterahan keluarganya dan hal yang
berkaitan dengan kehidupan yang harus dihadapi di tengah – tengah masyarakat. Terkait dengan
ragam materi pemberdayaan masyarakat, kegiatan pemberdayaan masyarakat terdiri dari : Bina
Manusia, Bina Usaha, Bina Lingkungan dan Bina Kelembagaan.

1. Bina Manusia
Tujuan utama pemberdayaan masyarakat adalah keberdayaan (kemampuan dan perbaikan posisi-
tawar). Oleh sebab itu, lingkup materi pemberdayaan masyarakat difokuskan kepada dua hal
tersebut.
Peningkatan Kemampuan Masyarakat. Dalam konsep pendidikan, yang dimaksud kemampuan
setiap individu mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. Peningkatan kemampuan
masyarakat diupayakan melalui pemberdayaan terutama sikap kewirausahaan, profesionalisme
dan kemandirian. Selain itu peningkatan kemandirian masyarakat harus mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang bermanfaat untuk meningkatkan
produktivitas, perbaikan mutu produk, meningkatkan efisiensi dan daya-saing produk yang
dihasilkan.
Peningkatan posisi-tawar Masyarakat. Terkait dengan posisi-tawar, pengorganisasian masyarakat
akan memainkan peran strategis. Dalam upaya peningkatan posisi-tawar tersebut, harus dipahami
bahwa peningkatan daya-saing yang terbaik adalah membangun sinergi, dengan mengupayakan
agar pesaing potensial dapat dijadikan mitra strategis.

2. Bina Usaha
Tidak bisa dipungkiri, bahwa lebih dari 90% pelaku usaha di Indonesia masih di dominasi oleh
pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Terkait UMKM, sebenarnya terdapat
peluang bisnis yang sangat captive untuk jangka panjang, yang dapat dilakukan oleh UMKM di
Indonesia yaitu mengenai kebutuhan dunia akan komoditi – komoditi yang termasuk 4F yaitu
food, fiber, fitopharmaca, dan fuel.

3. Bina Lingkungan
Pembangunan di Indonesia ternyata berdampak negatif terhadap kerusakan lingkungan seperti
pencemaran limbah industri/pertanian/rumah-tangga, dan sebagainya. Menghadapi kegiatan
tersebut, upaya pemberdayaan masyarakat terhadap kerusakan lingkungan sudah saatnya
memperoleh perhatian serius. Untuk itu, implementasi UU No. 25 Tahun 2007 tentang
penanaman modal, UU No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan, dan UU No.11 Tahun 2009
tentang Kesejahterahan Sosial yang terkait dengan tanggungjawab sosial dan lingkungan (TJSL)
oleh perusahaan harus segera di implementasikan.

4. Bina Kelembagaan
Pemberdayaan masyarakat melalui Bina Manusia, Bina Lingkungan, Bina Usaha mensyaratkan
tersedianya kelembagaan yang berfungsi dengan efektif. Artinya, Bina kelembagaan tidak cukup
dengan pembentukan lembaga – lembaga yang diperlukan, tetapi jauh lebih penting dari
pembentukannya, adalah seberapa jauh kelembagaan yang telah dibentuk itu telah berfungsi
secara efektif.
(Totok, 2010)
Telah disebutkan bahwa kegiatan pemberdayaan ada empat yaitu Bina Manusia, Bina Usaha,
Bina Lingkungan dan Bina kelembagaan. Ke-empat kegiatan pemberdayaan ini sangat berkaitan
satu dengan lainnya dan merupakan indikator kerberhasilan suatu pemberdayaan masyarakat.
Sifat hakiki manusia adalah makhluk multidimensional, maka pembangunan nasional pada
hakekatnya merupakan multidimensional. Cakupan pembangunan sumberdaya manusia ini
meliputi pendidikan dan latihan, kesehatan, gizi, penurunan fertilitas, dan pengembangan
interpreneurial yang kesemuanya bermuara pada peningkatan produktivitas manusia. Kegiatan
pemberdayaan khususnya sumberdaya manusia ini perlu untuk dilaksanakan dalam
pemberdayaan masyarakat komoditas cabai. Dan pemberdayaan ini bertujuan untuk
meningkatkan kemandirian petani, meningkatkan pendapatan dan meningkatkan kesejahterahan
dan mutu hidup petani usahatani cabai.
Jadi pengembangan sumber daya manusia tidak hanya sekedar meningkatkan kemampuan saja,
tetapi juga menyangkut pemanfaatan kemampuan manusia. Dengan demikian dalam
pengembangan sumber daya manusia termasuk di dalamnya adalah meningkatkan partisipasi
manusia melalui perluasan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan, peluang kerja, dan
berusaha. Pengembangan sumber daya manusia menekankan manusia baik sebagai alat maupun
tujuan akhir pembangunan pertanian.
Contoh kasus pemberdayaan petani Cabai
Judul artikel : Bila BI Banten Ikut Berdayakan Petani Cabai
Sebagian orang mungkin bertanya-tanya apa hubungannya Bank Indonesia (BI) dengan usaha
cabai, bukankah BI sebagai bank sentral tugasnya bagaimana mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah, baik kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, juga kestabilan
terhadap mata uang negara lain. Sesuai misinya Bank Indonesia memang memiliki tugas
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan
pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang
berkesinambungan, namun sebagaimana perusahaan milik pemerintah dan swasta, BI ternyata
juga memiliki program tanggung jawab sosial yang disebut Corporate Social Responsibility
(CSR).
Melalui program itulah, Bank Indonesia menjalankan tanggungjawab sosialnya, yang ternyata
tidak hanya membantu petani cabai, tetapi juga petani yang bergerak di sektor pertanian,
perikanan dan perkebunan, industri kecil dan usaha kecil lainnya. “Bank Indonesia sebagaimana
diamanatkan dalam undang-undang BI N0. 23 Tahun 1999 dan telah diubah dengan undang-
undang No. 3 Tahun 2004 disebutkan BI juga diminta untuk tetap memiliki kepedulian terhadap
lingkungan (komunitas) sebagai wujud corporate social responsibility-nya,” kata Tim Humas BI
Edi Harianto pada kegiatan lokakarya wartawan ekonomi se-Provinsi Banten di Tanjung Lesung,
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, beberapa hari lalu.
Dengan demikian, BI melalui program CSR berusaha untuk mengedepankan kegiatan yang
bermanfaat bagi kedua belah pihak dengan tujuan selain meningkatkan kehidupan ekonomi
masyarakat khususnya masyarakat ekonomi menengah dan kecil; membantu program
Pemerintah dalam menyiapkan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas serta mampu
berkompetisi dengan SDM asing; juga meningkatkan dan memelihara ekosistem melalui
kerjasama dengan segenap masyarakat.
Harianto menjelaskan, bantuan Bank Indonesia kepada pengusaha kecil tersebut bukanlah dalam
bentuk modal usaha, tetapi bantuan peningkatan sumber daya manusianya dengan memberikan
pelatihan dan pemasaran, serta bantuan peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk menunjang
kegiatan usahanya. Mengenai BI Banten yang lebih tertarik mengembangkan cabai dan domba,
Deputi Kepala Perwakilan BI Banten Ilhanuddin Wahab mengatakan karena Banten salah satu
wilayah produsen cabai dan penghasil domba terbesar di Indonesia. Karena berpotensinya
wilayah Banten untuk mengembangkan tanaman cabai, BI menetapkan untuk membentuk klaster
cabai di Desa Sukarame, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang, seluas 15 hektare dan di
Kelurahan Kadomas, Kecamatan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, seluas 10 hektare.
Disamping untuk meningkatkan kapasitas ekonomi daerah, pengembangan komoditi cabai juga
terkait dengan kebijakan stabilitas harga. Hal tersebut dikarenakan fluktuasi harga cabai yang
kerap kali terjadi disebabkan supply cabai yang sering tidak seimbang dengan permintaan pasar
yang relatif. Kemudian pelatihan mengenai operasional Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis
(LKM-A) kepada calon pengurus LKM, pelatihan teknis penanganan pasca panen cabai merah
dan kunjungan ke industri pengolahan cabai merah dan penyusunan buku lending model
budidaya cabai merah melalui pola tumpang sari dan pergiliran dengan komoditi sayuran.
(Anonymousi, 2013)
Dampak IT bagi Pemberdayaan masyarakat
Informasi adalah benda abstrak yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan positif dan atau
sebaliknya. Informasi dapat mempercepat atau memperlambat pengambilan keputusan. Dengan
demikian informasi memiliki kekuatan, baik yang membangun maupun yang merusak.
Sementara teknologi informasi merupakan seperangkat fasilitas yang terdiri dari perangkat keras
dan perangkat lunak yang dalam prakteknya diarahkan untuk mendukung dan meningkatkan
kualitas informasi yang sangat dibutuhkan oleh setiap lapisan masyarakat secara cepat dan
berkualitas. Berkat teknologi informasi inilah, informasi yang ada di setiap tempat pada detik
yang sama dapat dipantau di tempat lain meskipun tempat itu berada di belahan bumi yang lain,
atau bahkan di ruang angkasa sekalipun.
Masyarakat (society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem dimana sebagian
besar interaksinya adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.
Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain).
Dari definisi di atas, dapat di simpulkan bahwa masyarakat merupakan sekelompok orang yang
hidup bersama, berinteraksi dengan individu-individu lain, dan saling tergantung satu sama lain.
Di sini kita dapat menyatakan bahwa manusia sebagai makhluk sosial, sangat memerlukan orang
lain dan di tuntut untuk menjalin komunikasi dengan baik satu sama lain.
Keadaan masyarakat pada era globalisasi sekarang ini, cenderung tidak dapat di pisahkan dengan
teknologi informasi yang ada. Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi, memudahkan
masyarakat dalam menjalin hubungan secara global. Karena teknologi yang cukup canggih saat
ini, sudah memungkinkan masyarakat untuk masuk ke dunia internasional dengan mudah dengan
adanya fitur-fitur penunjang komunikasi.
Akibat perkembangan teknologi informasi yang ada, keadaan sosial masyarakat mengalami
perubahan. Tetapi masih terdapat kesenjangan yang terjadi pada masyarakat di daerah terpencil.
Masyarakat di kota-kota besar sangat mudah untuk mengakses berbagai informasi yang ada
melalui internet. Sedangkan pada masyarakat pedesaan cenderung susah untuk mendapatkan
informasi dari dunia maya. Tetapi bila di lihat secara keseluruhan, tentunya perkembangan
teknologi informasi ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat kebanyakan.
Meskipun kita semua tahu bahwa teknologi informasi membawa cukup banyak dampak negatif
kepada kehidupan sosial masyarakat, namun kita semua pun tahu bahwa dampak positif yang
dihasilkan oleh teknologi informasi dewasa ini sungguh banyak dan penting. Oleh karena itu
menurut saya dampak teknologi informasi cenderung lebih ke arah yang positif. Berikut adalah
dampak positifnya, antara lain:
• Memudahkan masyarakat dalam berkomunikasi secara global kapan saja dan dimana saja.
Banyak kini fitur-fitur dan media-media yang mendukung fasilitas komunikasi tersebut. Dan
harganya pun sekarang mudah terjangkau.
• Menguntungkan perusahaan, dan juga menambah lapangan kerja. Banyak bidang yang
menggunakan jasa teknologi informasi. Sebagai contoh dalam bidang perdagangan, kini
masyarakat lebih mudah untuk membeli/menjual suatu barang dengan berbelanja secara online.
Kita tidak membutuhkan banyak biaya untuk datang ke suatu tempat.
• Memudahkan masyarakat dalam menyelesaikan pekerjaan sehari-hari dengan cepat dengan
perangkat software yang selalu berkembang dan mudah di gunakan oleh masyarakat banyak
• Memudahkan masyarakat dalam mencari informasi yang di butuhkan. Dengan adanya search
engine yang beredar, kini masyarakat lebih mudah mengakses informasi yang ada dalam dunia
maya. Informasi dan berita yang ada, cenderung lebih cepat dan lebih mudah didapatkan pada
web browser di bandingkan dengan media lain. Keuntungan internet banking bagi nasabah antara
lain menghemat waktu, menghemat biaya, dan juga lebih cepat.
• Meningkatkan hubungan pemerintah, dalam hal ini lembaga yang bersangkutan dengan pihak-
pihak lain. Pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang pemerintahan memiliki keuntungan
antara lain meningkatkan layanan kepada masyarakat, pelayanan yang lebih cepat, meningkatkan
hubungan pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat karena informasi mudah diperoleh,
dan juga tersedianya informasi yang mudah diakses masyarakat, sehingga masyarakat dapat
mengambil keputusan yang benar dan dapat diberdayakan, serta meningkatkan transparansi
pemerintahan.
• Untuk memantau kondisi sosial masyarakat pemerintah memanfaatkan teknologi informasi
dengan programnya yang disebut ICT4PR (Information and Communication Technology For
Poverty Reduction ), manfaatnya yaitu sebagai sumber informasi dan sarana belajar dari
masyarakat. Untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan bagi masyarakat, meningkatkan informasi
kesehatan, untuk melihat peluang yang lebih luas untuk memasarkan produk setempat dan
mengembangkan perdagangan melalui e-commerce.

Tidak hanya dampak positif yang ditimbulkan IT, tetapi juga dampak negatif. Dampak negatif IT
antara lain :
• Maraknya cyber crime atau kejahatan dalam dunia maya. Kejahatan tidak mengenal batas
negara dan teritorial, kapan pun dan di manapun bisa muncul. Sebagai contoh para hacker yang
bisa menjebol sistem komputer seseorang, juga para cracker yang dapat merusak web seseorang.
Masih banyak kejahatan dalam dunia maya yang di manfaatkan oknum tertentu demi
kepentingan pribadi.
• Pornografi, perjudian, penipuan, tayangan kekerasan. Berbagai peralatan TIK seperti TV,
internet, banyak menayangkan dan menampilakan tindakan-tindakan pornografi, perjudian,
penipuan, dan tayangan kekerasan yang dengan cepat ditiru para penikmatnya.
• Penyebaran Virus Komputer. Virus komputer adalah sebuah program yang berukuran relatif
kecil dan bersifat sebagai parasit yang mampu hidup dan menggandakan dirinya menyerupai file
maupun folder dan sangat mengganggu pengguna komputer yang terinfeksi. Virus komputer
meyebar melalui berbagai media termasuk media internet dan penyimpanan (file storage) seperti
CD-ROM, Disket, Flash Disk, Hard Disk, dan Memory Card.
• Menimbulkan sifat yang cenderung malas. Seringkali pengguna internet tenggelelam dalam
dunia nya sendiri dan tidak mempedulikan sekitarnya, banyak dari mereka yang lebih sering
berinteraksi dengan teman dunia mayanya di bandingkan dengan teman dalam dunia nyata. Hal
ini mempengaruhi sifat seseorang yang cenderung sulit bila harus di hadapkan dengan masalah
dan masyarakat dalam kehidupan nyata.
• Kepribadian terhimpit, karena pengaruh informasi yang sifatnya global maka manusia
cenderung menjadi manusia yang terpengaruh oleh isue-isue global, sementara kultur, nilai-nilai
lokal menjadi semakin terkikis.
• Mentalitas teknologi, hal ini tercermin pada kepercayaan yang berlebihan pada alat
(teknosentris), seolah-olah segala sesuatu dapat dipecahkan oleh teknologi dan sesuatu akan
lebih meyakinkan kalau dilakukan dengan peralatan dan disertai angka-angka. Hal ini yang
sudah biasa atau mudah diperhitungkan masih memerlukan bantuan penelitian eksperimen.
• Pelanggaran Hak Cipta. Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) adalah hak eksklusif yang diberikan
suatu peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya. HaKI mencakup
dua kategori yaitu Hak Cipta dan Hak Kekayaan Indutri. Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi
pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun
memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan menurut peraturan undang-
undang yang berlaku. Sedangkan Hak Kekayaan Industri meliputi paten, merek, desain industri,
desain tata letak sirkuit terpadu, rahasia dagang dan varietas tanaman.
Secara umum dampak negatif dari TI ini dapat dicegah dengan cara – cara berikut, yaitu :
a) Perlunya penegakkan hukum yang berlaku dengan dibentuknya polisi internet yang bertugas
untuk menentukan standar operasi pengendalian dan penerapan teknologi informasi.
b) Menghindari pemakaian telepon seluler yang berfitur canggih oleh anak-anak dibawah umur
dan lebih mengawasi penggunaan telepon seluler.
c) Perbanyak membaca buku-buku yang bersifat edukatif.
d) Perbanyak membaca buku-buku yang menambah keimanan (religi).
e) Perbanyak aplikasi komputer yang bersifat mendidik.
f) Harus bisa mengatur waktu antara berada di depan komputer/internet atau bermain games
dengan porsi belajar dan istirahat.
g) Gunakan waktu seefektif dan seefisien mungkin.
Keuntungan Budidaya Cabe Rawit
Saat ini cabe menjadi salah satu komoditas sayuran yang banyak dibutuhkan masyarakat,
baik masyarakat lokal maupun internasional. Setiap harinya permintaan akan cabe, semakin
bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di berbagai negara. Sehingga budidaya
sayur ini menjadi peluang usaha yg masih sangat menjanjikan, bukan hanya untuk pasar lokal saja
namun juga berpeluang untuk memenuhi pasar ekspor. Cabe bukan merupakan tanaman asli
Indonesia , walaupun hampir setiap hari penduduk Indonesia makan dengan cabe. Cabe berasal
dari Meksiko, Peru dan Bolivia , tetapi sekarang sudah tersebar diseluruh dunia. Cabe merupakan
komoditas pertanian yang merakyat seperti halnya bawang merah karena dibutuhkan oleh hampir
seluruh lapisan masyarakat. Sehingga tidak mengherankan bila volume peredarannya di pasaran
sangat besar. Walaupun volumenya sangat besar dan dibutuhkan oleh semua kalangan, tetapi
sampai sekarang harga cabai tidak pernah mantap (fluktuatif). Di beberapa daerah sentra produksi,
harga berubah hampir setiap waktu, tergantung jumlah barang dan permintaan. Bila barang tidak
ada karena iklim yang tidak mendukung , maka harga cabai akan melonjak tinggi. Sebaliknya bila
barang sedang membanjir harga bisa turun drastis. Penurunan harga yang sangat tajam juga terjadi
bila cuaca mendung dan kondisi lembab karena mutu cabe menurun dan cabe tidak tahan lama
disimpan.
Tanaman yg berasal dari daerah tropis di benua Amerika ini, sekarang banyak dibudidayakan
di Indonesia. peluang usaha cabe yang cukup menguntungkan, menarik minat para petani di daerah
dataran tinggi, dataran rendah, hingga daerah pesisir pantai untuk membudidayakan sayuran ini.
Jenis cabe juga cukup bervariasi, beberapa jenis dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk, rasa
pedasnya dan warna buahnya. Di Indonesia sendiri jenis cabe yang banyak dibudidayakan antara
lain cabe keriting, cabe besar, cabe rawit, dan cabe paprika. Sebab menyesuaikan permintaan
konsumen, yg banyak menggunakan jenis cabe tersebut sebagai penyedap masakan. Selain
dijadikan sebagai bahan penyedap makanan, cabe juga bisa dimanfaatkan menjadi berbagai
macam produk olahan seperti saos cabe, sambel cabe, pasta cabe, bubuk cabe, cabe kering, dan
bumbu instant. Bahkan produk-produk tersebut sudah berhasil di ekspor ke Singapura, Hongkong,
Saudi Arabia, Brunei Darussalam dan India.

2.2. Cara Bercocok Tanam Cabe Rawit


Pertumbuhan tanaman cabai rawit yang baik dan hasil produksinya tinggi merupakan
dambaan dan harapan kita semua . untuk mencapai tahapan tersebut kita harus melakukan kegiatan
bercocok tanam cabai rawit yang menggunakan tahapan – tahapan sebagai berikut:
1. Pengolahan Tanah
Dapat dilakukan membajak atau mencangkul sedalam 25 – 30 cm hingga tanah menjadi gembur .
setelah itu biarkan 7 – 14 hari untuk mendapatkan sinar matahari.
a. Pembuatan Bendeng
 lebar bedeng 100 – 120 cm
 tinggi bedeng 20 – 30 cm
 jarak antara bedeng dengan bedeng lainnya 30 – 45 cm .
b. Syarat pupuk kandang yang baik
 Tidak berbau
 Tidak panas
 Berwarna kehitam hitaman , dan
 Benar – benar sudah matang
c. Jarak Tanaman Cabai Rawit
 50 x 100 cm
 60 x 70 cm
 50 x 90 cm
d. Cara Pembuatan Jarak Tanaman
 Pasang tali kenca ( pelurus ) sejajar dengan panjang bedeng , kira – kira 10 cm dari tepi bedeng
 Ukur jarak tanaman yang diinginkan pada sepanjang tali kencana tersebut
 Buat lubang tanaman sesuai dengan jarak tanaman tersebut , kemudian beri pupuk besar

2. Pesemaian
Pesemaian merupakan kegiatan untuk menghasilkan bibit tanaman atau calon tanaman yang baik
. adapun tahapan pesemaian adalah sebagai berikut :
a. Membuat bedeng atau tempat persemaian.
Ukuran bedeng persemaian sebagai berikut :
 Lebar bedeng 1 – 1,2 m
 Panjang bedeng 3 – 5 m
 Tingi bedeng 15 – 20 cm
b. Penyemaian Benih
kebutuhan benih untuk satu hektar berkisar antar 300 – 500 benih . sebelum benih disemai atau
ditabur , tempat pesemaian disiram merata. beberapa cara menyemai benih cabai rawit sebagai
berikut :
 semai bebas atau ditabur merata
 semai dalam baris
 semai berkelompok

3. Penanaman
bibit tanaman cabai rawit yang telah berumur 1 bulan segera ditanam . penanaman sebaiknya pada
sore hari agar tanaman tidak layu.
a. Ciri – ciri bibit yang siap tanam adalah sebagai berikut :
 telah berumur satu bulan
 tidak terserang hama dan penyakit
 pertumbuhan tanaman seragam
b. Cara Penanaman
 siram bibit yang akan ditanam
 pilih bibit yangakan ditanam
 lepaskan bumbung atau pelastik dari bibit
 padatkan tanah disekeliling tanaman bibit yang telah dimasukan kelubang agar tidak rebah

4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari atau di sesuaikan dengan keadaan tanah.
b. Penyiangan
rumpu liar yang tumbuh disekita tanaman harus dicabit atau di siang dengan kored atau sabit.
c. Pemupukan
Jumlah pupuk yang dibutuhkan dalam satu hektar adalah:
 urea = 200 kg
 TSP = 200 kg
 KCI = 150 kg
d. Hama dan penyakit
Hama yang sering menyerang tanaman cabai rwit adalah sebagai berikut :
 tungau marah
 kutu daun berwarna kuning
 kutu gurem atau thrips
Tanda – tanda tanaman terserang diantaranya :
 tanaman berwarna seperti perak
 tanaman tampak pucat
 daun menjadi layu
Pengendalian.
 cabut tanaman yang terserang berat
 kumpulkan bagian tanaman yang terserang ,lalu dibakar

2.3. Proses Pemanenan Cabe Rawit

Panen merupakan kegiatan yang dinanti – nanti untuk menikmati jerih payah selama
penanaman , produksi cabai rawit hampir sama dengan cabai besar , hanya saja umur cabai rawit
lebih lama yaitu 2 – 3 tahun , sehingga produksi cabai rawit lebih tinggi dari pada cabai besar .
Cabai rawit dapat dipanen hijau ( muda ) dan dipanen merah atau sudah masak . bila cabai rawit
di panen hijau, cabai kelihatan bernas dan berisi.
Pemanenan cabai rawit dapat dilakukan 4 – 7 hari sekali atau tergantung pada situasi harga pasaran
.

BAB III
ASPEK PRODUKSI
3.1. Gambaran dari Produk

Cabai rawit (Capsicum sp.) merupakan tanaman hortikultura sayur–sayuran buah semusim
untuk rempah-rempah yang diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai penyedap
masakan dan penghangat badan. Kebutuhan terhadap mata dagangan ini semakin meningkat
sejalan dengan makin bervariasinya jenis dan menu makanan yang memanfaatkan produk ini.
Selain itu, cabai rawit sebagai rempah-rempah merupakan salah satu mata dagangan yang dapat
mendatangkan keuntungan bagi petani dan pengusaha. Karena selain dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri juga termasuk mata dagangan yang mempunyai peluang
pemasaran ekspor non migas yang sangat baik.

3.2. Kecocokan Lokasi

Pada umumnya tanaman cabai rawit dapat ditanam di daerah dataran tinggi maupun di
dataran rendah, yaitu lebih dari 500 – 1200 m di atas permukaan laut, yang terdapat di seluruh
Indonesia terutama di Pulau Jawa. Meskipun luasan lahan yang cocok untuk cabe masih sangat
luas, tetapi penanaman cabai di dataran tinggi masih sangat terbatas. Pengembangan tanaman cabai
rawit, lebih diarahkan ke areal pengembangan dengan ketinggian sedikit di bawah 800 m di atas
permukaan laut. Terutama pada lokasi yang air irigasinya sangat terjamin sepanjang tahun. Di
Indonesia, menurut catatan terakhir tersedia lahan yang cocok untuk tanaman cabai seluas
7.570.600 ha. Dari jumlah tersebut yang telah dimanfaatkan 162.283 ha (1991), dan sampai akhir
1995 menjadi 173.161 ha, meningkat sebesar 12,5%. Peningkatan luas tanam ini tidak diikuti oleh
peningkatan luas panen, sehingga jika diukur dari rata-rata luas panen cabai selama kurun 1991
sampai 1995, maka dari total luas lahan yang cocok untuk cabai, baru teroleh sebanyak 167.722
ha atau hanya sekitar 0,45% (Tabel 4).

3.3. Pola Tanam


Budidaya atau usaha tani tanaman cabai rawit selama ini dilakukan secara monokultur dan
pola rotasi tanaman. Pada pola rotasi tanaman. Pada pola rotasi tanaman maka pola yang lazim
dianut para petani adalah dengan melakukan pergiliran tanaman pola 1 : 2 yaitu satu kali tanaman
cabai rawit dan 2 – 3 kali tanaman palawija/sayuran lainnya yang tidak sama family tanamannya
dengan cabai rawit. Untuk model kelayakan ini digunakan monokultur cabai merah sepanjang
tahun, dengan masa lahan kosong selama 1 bulan di antara siklus tanam.

3.4. Aspek Teknik Budidaya

Keberhasilan usaha produksi cabai rawit sangat ditentukan oleh aspek taknis budidaya di
lapangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dengan baik dalam pelaksanaan teknis budidaya
tanaman cabai merah adalah sebagai berikut:
a. Pemakaian benih cabai rawit yang unggul yang tidak terkontaminasi virus.
b. Ketersediaan air yang cukup sepanjang periode tanam/sepanjang tahun.
c. Pola tanaman yang baik dan sesuai dengan iklim.
d. Pengolahan tanah yang disesuaikan dengan kemiringan lereng dan arah lereng.
e. Pemberantasan hama dan penyakit tanaman cabai merah dilaksanakan secara teratur
f. sesuai dengan kondisi serangan hama dan penyakit
g. Cara panen serta penanganan pasca panen cabai merah yang baik dan benar.
Keberhasilan produksi cabai rawit sangat dipengaruhi oleh dan ditentukan oleh kualitas
benih yang digunakan. Sifat unggul tersebut dicerminkan dari tingginya produksi. Ketahanan
terhadap hama dan penyakit serta tingkat adaptasi tinggi terhadap perubahan iklim. Musim tanam
di daratan tinggi dilakukan antara bulan April – Mei untuk periode tanam pertama dan antara bulan
September – Oktober untuk periode tanam ke dua. Tanah yang baik untuk pertanaman cabai rawit
yaitu lahan yang tanahnya berstruktur remah atau gembur, subur dan kaya akan bahan organik, pH
tanah antara 6.0 dan 7,0. Oleh karena itu pengolahan tanah yang baik dengan menggunakan traktor
atau menggunakan cangkul, harus mencapai kedalaman olah Aspek Produksi

3.5. Luas Model dan Beban Biaya


Uraian mengenai unit luasan kebun dan biaya-biaya dalam usaha tani cabai merah ini
ditentukan berdasarkan asumsi-asumsi kemampuan seorang petani dalam menangani budidaya
tanaman cabai merah hibrida (hot beauty). Unit luasan lahan kebun untuk usaha tani cabai merah
tersebut ditetapkan satu hektar. Bilamana diasumsikan bahwa petani rata-rata saat ini memiliki
lahan seluas 0,5 ha, maka perlu menyewa 0,5 hektar lagi. Beban biaya yang diperlukan pada
periode awal untuk usaha tani cabai merah seluas satu hektar tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4. Biaya Proyek per 1 Ha

No Komponen Biaya Produksi Rupiah


1 Biaya Pra Investasi 20.000
2. Biaya Investasi 5.500.000
3. Biaya Investasi modal Kerja 15.099.000
Total Biaya Proyek 20.619.000

Modal sendiri yang diasumsikan harus dimiliki petani adalah Rp. 619.000,-, sehingga
besarnya permohonan pembiayaan untuk modal usaha (investasi dan modal kerja) adalah sebesar
Rp. 21.019.000,-, di mana Rp. 400.000 diantaranya untuk keperluan pembayaran premi asuransi.

3.6. Prasarana dan Sarana yang Diperlukan

Prasarana dan sarana yang dibutuhkan dalam usaha tani cabai rawit mencakup dua hal pokok
yaitu:
a. Investasi yang berupa tanah, peralatan dan administrasi.
b. Alat dan Bahan produksi kerja termasuk di dalamnya bibit, mulsa plastik, pupuk, pestisida, tenaga
kerja, gaji pengelola, transportasi dan traktor

3.7. Program Pendampingan


Organisasi dan manajemen usaha tani cabai rawit dalam pola kemitraan ini terdiri dari unsur-
unsur proyek sebagai berikut:
a. Petani cabai merah sebagai anggota suatu KUD
Dalam hal ini kedudukan petani cabai rawit sudah jelas sebagai anggota organisasi suatu Koperasi
Unit Desa (KUD) dengan hak dan kewajiban yang jelas, serta dapat memanfaatkan berbagai
fasilitas termasuk fasilitas permodalan berupa pembiayaan perbankan (dengan dana yang berasal
dari KLBI dan yang non KLBI) non perbankan.
b. Petani cabai rawit sebagai anggota Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA)
Kelompok usaha bersama agribisnis cabai merah memiliki organisasi dan manajemen yang
sederhana, tentunya ada anggota dan ketua kelompoknya, kelompok ini bisa dibawah KUD bisa
juga di luar keanggotaan KUD.
c. Perusahaan Besar
Baik yang bergerak di hulu dan di hilir KUD dan para anggotanya, yang memasok kebutuhan
produksi maupun sebagai pengolah/distributor lebih lanjut cabai merah yang dihasilkan para petani
produsen cabai merah. Dalam rangka keterkaitan usaha (Modal Kelayakan PKT), maka umumnya
para pengusaha swasta besar (baik yang diposisikan di hulu maupun yang di hilir atau yang
berfungsi ganda) menyediakan program pendampingan. Program tersebut di mulai dari proses
seleksi, pemberian informasi dan melaksanakan penyuluhan sehingga pelaksanaan budidaya cabai
merah s/d pemasaran yang dilaksanakan para petani produsen, dapat terlaksana secara baik dan
benar.

3.8. Titik – Titik Rawan Dalam Aspek Produksi

Ketidakberhasilan dalam memproduksikan cabai rawit mencakup sebab-sebab sebagai


berikut:
a. Ketidakmampuan pertani untuk mengikuti program perbaikan budidaya tanaman cabai yang
dirumuskan oleh MK PKT ini.
b. Serangan hama dan penyakit.
c. Kekeringan dan banjir yang sulit diatasi.
d. Pasar tidak mampu menyerap hasil panen sehingga harga jauh lebih rendah dari rencana.
e. Pembayaran yang tidak lancar.
Semua faktor di atas dapat merupakan penyebab rawannya kesinambungan proses produksi
tanaman cabai.
BAB IV
METODE PENELITIAN

Dalam metode ini saya menggunakan metode untuk terjun langsung kelapangan dan
mengikuti tahap demi tahap dari setiap penanaman cabe rawit. Serta melakukan wawancara
dengan narasumber yang berprofesi sebagai petani cabe rawit. Penelitian ini bertempat tinggal di
desa Sukorejo kecamatan Banyuputih RT 02 RW 06 kabupaten Situbondo. Dengan nara sumber
Bapak Badrie ( profile narasumber sebagaimana terlampir).
Bapak Badrie ini menggeleti usaha sebagai petani cabe rawit kurang lebih 15 tahun sejak
tahun 1996 – sekarang. Dan mempunyai 8 ( delapan ) kapling dengan ukuran perkapling 20 X 20
m. Dengan jumlah tenaga kerja kurang lebh 10 orang dengan tugas yang berbeda diantaranya
adalah 2 orang bertugas dalam pengairan, 3 orang bertugas dalam pembenihan 5 orang bertugas
sebagai pemanenan.
Pemasaran dalam pembudidayaan cabe rawit ini Bapak Badrie terkumpul dalam
himpunan petani cabe rawit sekecamatn banyuputih. Yaitu suatu kelompok tani yang khusus untuk
membudidayakan tanaman cabe rawit. Yang didalamnya ada struktur kepengurusan yang terdiri
dari ketua, sekeratrasis, bendahara dan kemudian diikuti beberapa anggota dari berbagai desa
sekecamatan Banyuputih. Kelompok ini juga menampung hasil panen dari setiap anggota untuk
dipasok kembali ke produsen besar diluar kota untuk di distribusikan kembali kemasyarakat luas.
Sehingga setiap anggota tidak perlu mencari sendiri pembeli dari hasil panennya. Cukup
menyetorkan kepada kelompok tani tersebut.
strategi pemasaran padi
00.54

Pemasaran merupakan fungsi bisnis yang mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan yang belum
terpenuhi sekarang dan mengukur seberapa besar pasar yang akan dilayani, menentukan pasar sasaran
mana yang paling baik dilayani oleh organisasi, dan menentukan berbagai produk, jasa dan program
yang tepat untuk melayani pasar tersebut.

Setiap perusahaan memerlukan suatu strategi pemasaran yang tepat dan efektif dalam memasarkan
produknya. Strategi pemasaran adalah pendekatan pokok yang akan digunakan oleh unit bisnis dalam
mencapai sasaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Didalamnya tercantum keputusan pokok
mengenai target pasar, penempatan produk, bauran pemasaran dan tingkat biaya pemasaran yang
diperlukan. Strategi pemasaran baru dapat diterapkan bila seluruh komponen atau variabel
penunjangnya telah ditentukan, yaitu menentukan produk yang akan dipasarkan, menetapkan harga
produk tersebut, melakukan promosi dan menetapkan saluran distribusi yang akan digunakan.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis mengkhususkan pembahasannya pada strategi pemasaran
yang dilakukan oleh Produsen Benih Padi PP. Kerja berdasarkan bauran pemasaran, dengan mengambil
judul “Strategi Pemasaran Benih Padi pada Produsen Benih Padi PP. Kerja di Karangduren, Sawit,
Boyolali”.

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang
strategi pemasaran yang dilakukan oleh PP. Kerja. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
penelitian lapangan dengan cara wawancara langsung dan melalui studi pustaka. Dalam penulisan ini
menggunakan data kualitatif dengan analisa deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian, strategi yang digunakan oleh Produsen Benih Padi PP. Kerja adalah :

1. Selalu membina hubungan yang baik antara pemasok, produsen, pedagang, petani, pemerintah dan
unsur-unsur lain.

2. Memberikan hasil terbaik melalui pelayanan terbaik.

3. Mempertahankan dan meningkatkan citra perusahaan dengan cara memproduksi benih-benih yang
berkualitas baik.

Selain strategi tersebut, dalam memasarkan benih, Produsen Benih Padi PP. Kerja juga menerapkan
strategi dengan mengembangkan strategi bauran pemasaran.

Menurut Produsen Benih Padi PP. Kerja, strategi-strategi yang telah dilakukan sangat berpengaruh
terhadap volume penjualan dan dengan strategi-strategi tersebut telah berhasil meningkatkan volume
penjualan tiap tahunnya.
Pemasaran Hasil Budidaya Padi
PEMASARAN PADI

Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah proses bagaimana memasrkan barang dari supplier kepada konsumen, ini adalah
salah satu cara yang digunakan pengusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya
untuk mendapatkan laba.
Menurut Kolter dan Amstrong (2008,p6) pemasaran adalah proses dimana perusahaan
menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan
tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagi imbalnya.
Kotler (2005, p10) juga mengatakan sebelumnya pemasaran adalah suautu proses sosial yang
dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan ingin
dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang
bernilai dengan pohak lain.
Menurut Sunarto (2003, p6-7) pemasaran adalah proses sosial yang di dalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang dibuthkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan,
dan mempertukarkan produk bernilai dengan pihak lain.

Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat (American Marketing Association menyebutkan definisi


pasar adalah proses perencanaan dan pelaksanaan ide, barang dan jasa berikut harga, promosi, dam
pendistribusiannnya untuk menciptakan transaksi yang memuaskan kebutuhan individu dan
institusi.

Kesimpulan dari definisi-definisi di atas bahwa pengertian pemasaran adalah segala usaha atau
aktifitas untuk menyampaikan barang atau jasa sampai ke tangan konsumen, dimana kegiatan
tersebut bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan/permintaan dengan cara
menukarkan barang dengan harga ataupun lainnya.

Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran menurut para ahli:

 Menurut Stanton (2005, p22) manajemen pemasaran adalah sarana yang didayagunakan
oleh bisnis untuk menjalankan konsep pemasaran.
 Menurut Kotler dan Amstrong (2008, p10) manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu
untuk memilih target pasar dan membangun hubungan yang menguntungkan dengan target
pasar itu.

Jika disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah sarana ataupun kegiatan yang direncanakan
dan dilakukan oleh pasar untuk memilih dan mencapai target perusahannya.

Bauran Pemasaran
Manurut Kotler dan Amstrong (2008, p58) bauran pemasaran (marketing mix) adalah kumpulan
alat pemasaran taksti terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang
dinginkannya di pasar sasaran.
Menurut Umar (2005, p 31-36) terdapat empat (4) variabel utama dalam bauran pemasaran yang
dikenal dengan 4P yaitu:

1. Product (Produk)
Produk adalah suatu barang atau jasa yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendaptkan perhatian,
untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapt memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan.
Faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah mutu, penampilan, gaya, merek, pengemasan,
ukuran, jenis dan jaminan.
2. Price (harga)
Sejumlah uang yang dibebankan untuk mendapatkan produk atau jasa. Dalam menentukan harga
diperlukan faktor-faktor yang mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung. Contoh dari
faktor langsung adalah bahan baku, biaya pemasaran dan faktor lainnya. Sedangkan contoh dari
faktor tidak langsung adalah harga pokok sejenis yang dijual pesaing pengaruh harga terhadap
hubungan antara produk substitusi, serta potongan untuk penyalur konsumen.

3. Place (Distribusi/Tempat)
Saluran distribusi yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka
pada proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa tersedia bagi pengguna dan konsumsi
oleh konsumen atau pengguna industrial.

4. Promotion (Promosi)
Promosi adalah bagian dari keseluruhan aktivitas perusahaan yang menangani tentang komunikasi
da menawarkan produknya kepada target pasar.

Pemasaran Hasil Pertanian


Dalam pertanian pemasaran memiliki fungsi penting yaitu:

 Fungsi Penyimpanan

Fungsi penyimpanan diperlukan untuk menyimpan barang selama belum dikonsumsi atau
menunggu diangkit ke daerah pemasaran atau menunggu diolah. Pada fungsi penyimpanan ini ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Jumlah stok yang dimiliki
- Jumlah stok regional, nasional dan dunia
- Cara-cara pengelolaan dan pembiayaan stok
- Cara mengurangi biaya operasi penyimpanan dan pengelolaan persediaan
- Tingkat volume stok yang efisien dan efektif
- Perkiraan lama penyimpanan yang akan dilakukan
Biaya penyimpanan dapat ditekan dengan cara:
- Pemberantasan hama selama penyimpanan
- Pelaksanaan panen yang tepat
- Perbaikan konstruksi gudang sesuai jenis dan sifat barang
- Kandungan air dari barang yang tepat

 Fungsi Transportasi

Fungsi transportasi berfungsi untuk melancarkan perpindahan produk dari lokasi produksi sampau
ke lokasi konsumen akhir. Baiay transportasi ditentukan oleh: lokasi produksi, area pasar yang
dilayani, bentuk produk yang dipasarkan, ukuran dan kualitas produk yang dipasarkan.

 Fungsi Grading dan Standarisasi

Yang dimaksud dengan fungsi grading dan standarisasi adalah untuk menyederhanakan dan
mempermudah serta meringankan biaya perpindahan komoditi melalui saluran pemasaran.
Grading adalah tindakan mengklasifikasi hasil pertanian menurut standardisasi yang diinginkan
atau penyortiran produk-produk ke dalam satuam atau unit tertentu. Standarisasi adalah justifikasi
kualitas yang seragam antara pembeli dan penual, antar tempat dan antar waktu.

 Fungsi Perikalan

Fungsi periklanan bertujuan untuk meninformasikan atau mengenalkan ke konsumen apa yang
tersedia untuk dibeli dan untuk mengubah permintaan atas suatu produk. Tujuan iklan menurtu
Rhenald Kasali (1995:159) biasanya dibangun atas empat komponen yaitu: aspek perlikau
(tindakan-tindakan yang diharapkan pada calon pembeli), sikap yang diharapkan, yang
menyangkut sikap atau keistimewaan produk, kesadaran dalam mengembangkan produk-produk
baru di pasaran yang diminati pembeli, Postioning sasaran konsumen.

Pemasaran sebagai salah satu subsistem dalam kegiatan agribisnis. Dalam konsep pemasaran
sekaligus tercermin kegiatan pendistribusian hasil yang memperlancar dan mempermudah
penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaanya sesuai
dengan yang diperlukan meliputi jenis, jumlah, harga, tempat dan saat dibutuhkan (Tjiptono,
1998). Dalam pelaksanaan aktivitas distribusi dari produsen kepada konsumen, petani sebagai
produsen seringkali harus bekerjsama dengan berbagai perantara. Perantara atau lembaga
pemasaran adalah orang atau badan yang menyelenggarakan kegiatan pemasaran, menyalurkan
barang dan jasa dari produsen ke konsumen akhir serta mempunyai hubungan organisasi satu
dengan lainnya (Stanton, dkk, 1990).
Mata rantai sistem agribisnis beras di Jawa Barat melibatkan empat subsistem, yaitu pengadaan
saran produksi, pasca-panen atau penggilingan padi-beras, serta distribusi pemasaran.
1. Subsistem Produksi
Hal yang mendukung produksi padi adalah:

 Penggunaan varietas unggul berlabel


 Teknologi yang digunakan spesifik lokasi sesuai dengan konsidi agroekosistem.
Penggunaan Pupuk Sp 36 sesuai dengan takaran.
 Kemampuan petani yang baik dalam mengidentifikasi dan mengendalikan hama dan
penyakit utama pada padi
 Penggunaan air irigasi yang secukupnya

Beberapa langkah opersional untuk menghadapi kendala dalam rangka mempertahankan produksi
padi:

 Peningkatan mutu intensifikasi dengan meningkatkan penggunaan pupul SP-36 dan KCl
 Peningkatan intesitas pertanaman di lahan sawah, baik di lahan sawah irigasi melalui
gerakan hemat air dengan teknik pemberian air berselang, maupun di lahan tadah hujan
dengan pengembangan irigasi pompa
 Introduksi padi hibrida yang memiliki produktivitas 15-20% lebih tinggi

2. Subsistem Pascapanen
Untuk menekan kehilangan hasil dan memperbaiki mutu beras dapat diterapkan beberapa cara,
antara lain paket teknologi produksi beras premium yang menerapkan sistem manajemen mutu
melalui proses good agriclutere practices(GAP), good post-harvesting practices (GPHP) dab
good milling practices (GMP) atau paket teknologi produksi beras kristal yang menggunaan sistem
pemolesan atau pengkabutan
3. Subsistem Distribusi dan Pemasaran
Sistem pemasaran beras di Jawa Barat lebih banyak menerapkan strategi pemasaran klasik, yaitu
memandang pasa (konsumen) sebagai sesuatu yang homogen (serba sama). Hal ini natra lain
ditunjukkan oleh pelaku agribisnis beras cenderung menerapkan startegi pemsaran dengan
“menjual apa yang dihasilkan” dan hampir melupakan keadaan pasar yang heterogen (preferensi
konsumen berbeda). Jika mempertimbangkan preferensi konsumen,maka petani “menjual apa
yang diinginkan konsumen”. Salah satu penghambat dalam susbsistem agribisnis beras pada aspek
pemasaran adalah: kualitas gabah atau beras yang rendah, harga gabah atau beras berfluktuasi,
proporsi beras yang terserap oleh Dbulog rendah tidak memenuhi standar kualitas yang ditentukan,
dan adanya indikasi masuknya beras impor secara ilegal (penyeludupan)

Subsitem penunjang, kelembagaan petani/kelompok tani yang sudah harus dibangun dalam
dimensi integrasi vertikal sistem agribisnis. Kelembagan diharapkan mampu memberikan layanan
untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi pelaku usaha agribisnis seperti manajemen dan
kewirausahaan, permodalan dan teknologi. Maka perlu dilakukan peningkatan fungsi dan peran
kelembagaan penunjang seperti penyuluhan, penelitian, dan perkreditan serta pembangunan
infrastruktur.
Kebijakan terkait Pemasaran Beras
Model agribisnis beras skala kecil-menengah di Jawa Barat hendaknya memenuhi kriteria sbb:

 Dimulai dari unit komersial milik petani, baik dalam bentuk kelompok tani/P3A Mitra-cai,
koperasi kelompok tani, koperasi agribisnis, KUD dll sebagai awal pengembangan
agribisnis skala kecil menengah.
 Berorientasi pada permintaan pasar atau preferensi konsumen
 Menerapkan sistem mutu dan melaksanakan perbaikan paket teknologi GAP, GPHP, dan
GMP secara simultan
 Mendudukan kembali peran Bulog/Dolog sebagai lembaga pengendali harga dan
perbaikan sistem distibusi beras
 Memformulasikan kebijakan yang diarahkan untuk meningkatkan efesiensi pemasaran
beras, mengurangi distorsi pasar serta menanggulangi penyeludupan beras.

Anda mungkin juga menyukai