Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL

Strategi Peningkatan Kualitas Produk Cabai Dalam Pemasaran Berbasis

Syariah

Disusun untuk memenuhi persyaratan

Mata Kuliah Metodologi Penelitian Terapan

Dosen Pembimbing :

Dr. Anas Alhifni., S.EI., M., SI.

NAMA : M. Agus Zainal Abidin

PRODI : EKONOMI SYARIAH VII-B

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT PESANTREN SUNAN DRAJAT LAMONGAN

2019

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah

Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam bidang

perekonomian di Indonesia. Sektor pertanian merupakan sumber penghasilan bagi sebagian

besar penduduk Indonesia. Keadaan geografis Negara Indonesia yang merupakan wilayah

tropis, beriklim basah, serta berada di wilayah khatulistiwa yang sangat cocok dan

mendukung untuk digunakan dalam budidaya tanaman pertanian khususnya subsektor

hortikultura mencakup tanaman sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan tanaman obat-

obatan. Sayur-mayur banyak mengandung vitamin, mineral, dan serat yang sangat

diperlukan oleh tubuh. Kesadaran konsumen atau masyarakat luas tentang pentingnya

kualitas bahan makanan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pendidikan, daya

beli, dan kesadaran gizi. Adanya pergeseran pradigma terhadap kesehatan, yaitu mengurangi

bahan-bahan kimia atau pestisida dalam bahan makanan yang menimbulkan residu atau

kontaminasi khususnya pada sayur-mayur, sehingga konsumen menginginkan adanya sayur

mayur yang bermutu baik (aman untuk dikonsumsi), segar dan tersedia secara kontinyu.

Menurut Satyanaraya (2006), cabai merah (capsicum annum L) merupakan salah satu

jenis sayuran komersial yang sejak lama telah dibudidayakan di Indonesia. Cabai banyak

digunakan sebagai bahan baku industri pangan, meskipun cabai bukan bahan pangan utama

masyarakat Indonesia, namun komoditi ini tidak dapat ditinggalkan. Berdasarkan catatan

Ditjen Hortikultura, Departemen Pertanian (2004), cabai merah mengandung banyak zat gizi

yang sangat diperlukan untuk kesehatan tubuh manusia, cabai merah mengandung protein,

lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin-vitamin, dan mengandung senyawa-

senyawa alkaloid, seperti capsaicin, flavenoid, dan minyak esensial.1

Dalam kaitannya dengan proses produksi pangan dan bahan mentah, kawasan produsen

adalah konsumen bagi produk sarana produksi pertanian, produk investasi dan jasa produksi

1
NI NYOMAN TISNA DEWI, I NYOMAN GEDE USTRIYANA,A.A.A WULANDIRA SAWITRI
DJELANTIK, Strategi pemasaran cabai merah pada sub terminal agribisnis manik mekar nadi, universitas
udayana, 2007 hlm 191
dan sekaligus sebagai pemasok bahan mentah untuk industri pengolah atau penghasil produk

akhir. Cabang kegiatan ekonomi lain di depan (sektor hilir) dan dibelakangnya (sektor hulu),

sektor pertanian produsen seharusnya terikat erat dalam apa yang disebut sebagai sistem

agribisnis. Dalam perspektif agribisnis, sektor hulu seharusnya terdiri dari perusahaan jasa

penelitian, perusahaan benih dan pemuliaan, industri pakan, mesin pertanian, bahan

pengendali hama dan penyakit, industri pupuk, lembaga penyewaan mesin dan alat-alat

pertanian, jasa pergudangan, perusahaan bangunan pertanian, asuransi, agen periklanan,

mass-media pertanian, serta jasa konsultasi ilmu pertanian. 2

Produksi cabai di Indonesia terpusat di wilayah Jawa. Cabai terus mengalami

peningkatan jumlah produksi pada periode 2010–2013 dan menempati urutan pertama

selama tiga tahun terakhir dengan jumlah produksi tertinggi. Namun, peningkatan

jumlah produksi cabai domestik ini tidak diiringi dengan penurunan impor cabai.

Sebaliknya, impor cabai pada periode 2010–2013 memiliki pertumbuhan impor yang

paling tinggi sehingga terdapat kesenjangan antara volume impor dan ekspor (Dirjen

PPHP, 2014). Menurut Saptana et al. (2012) kesenjangan antara ekspor dan impor dari

tahun ke tahun yang semakin besar mengindikasikan bahwa pasar domestik semakin

dipenuhi oleh produk cabai impor terutama untuk industri pengolahan berbahan baku

cabai. Hal ini menunjukkan bahwa cabai domestik memiliki daya saing yang rendah

sehingga tidak mampu bersaing baik di pasar ekspor maupun pasar domestik.3

Permasalahan yang dihadapi Industri Pangan Rumah Tangga Satrio Buwono adalah

dengan kapasitas produksi alat pengering sederhana yang diberikan kepada PIRT oleh Tim

Pengabdi PPM pada tahun 2005 hanya mampu mengolah sebagian kecil cabai merah hasil

panen cabai anggota kelompok tani sehingga kemampuan untuk memenuhi permintaan

pasar terhadap produk tersebut juga masih sangat kurang.


2
Budi pamilih kahana, skripsi strategi pengembangan agribisnis cabai merah di kawasan agropolitan kabupaten
magelang,2008 hlm 2
3
Silmi tsurayya dan lindawati Kartika, kelembagaan dan strategi peningkatan daya saing komoditas cabai
kabupaten garut, 2015 hlm 2
Tanaman cabai (Capsicum sp.) berasal dari benua Amerika. Ditemukan pertama kali oleh

Christophorus Columbus pada tahun 1490. Saat itu tanaman ini sudah dibudidayakan oleh

suku Indian untuk keperluan memasak sejak tahun 7000 SM. Semenjak tahun 1502 tanaman

cabai mulai diperkenalkan ke benua lain, dan kini sudah menyebar ke seluruh dunia sebagai

salah satu bahan utama masakan.

Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (solanaceae). Tanaman

cabai diperkirakan memiliki 20 spesies. Di negara tropis tanaman cabai dapat tumbuh baik.

Antara lain di Indonesia, dikenal spesies capsicum annum atau cabai merah dan capsicum

frutescens atau cabai rawit. Cabai merah sendiri terdiri dari tiga jenis yaitu cabai merah

besar ( Hot Beauty ), cabai merah semi (Hot Chilli), dan cabai merah keriting ( TM-99,

CTH-01, Taro dan Blora F-1). (Setiadi, 1999).

Buah cabai dimanfaatkan untuk keperluan masak memasak dan pengobatan. Untuk

keperluan memasak, cabai dapat dikonsumsi langsung dalam bentuk sambal, maupun olahan

dalam bentuk bubuk kering dan pasta. Dalam industri makanan, cabai juga digunakan

sebagai bahan tambahan untuk penyedap dan bumbu, seperti untuk mi instan dan saus, serta

untuk menggantikan fungsi lada. Cabai dipercaya dapat memancing selera makan

konsumen. Selain untuk makanan, cabai juga digunakan dalam pembuatan minuman ginger

beer dengan cara mengekstrak bubuk cabai.

Rasa pedas buah cabai karena adanya kandungan capsaicin. Jika cabai diberikan pada

burung kicauan, capsaicin yang berada pada placenta ( tembolok) akan mampu

mempertajam lidah burung sehingga kicauannya semakin bagus. Untuk burung hias, zat ini

dapat mengakibatkan warna bulu semakin cerah dan menarik. Sedangkan pemberian bubuk

cabai kering pada campuran pakan ayam dapat merangsang ayam untuk bertelur.4

4
Mutiara nugraheni dan titin hera W.H, artikel peningkatan kapasitas dan kualitas produksi cabai merah kering
dengan alat pengering sederhana diindustri pangan dan rumah tangga (IPRT) satrio buwono kecamatan sanden
bantul, 2007 hlm 3
Cabai juga mengandung minyak atsiri yang disebut capsicol. Dalam dunia pengobatan zat

ini digunakan untuk menggantikan fungsi minyak kayu putih atau obat gosok lain untuk

mengurangi rasa pegal, rematik, sesak nafas dan gatal-gatal. Bahkan kandungan

bioflavanoid yang ada dalam buah cabai dimanfaatkan untuk penyembuhan radang, penyakit

polio, dan obat penenang (Trubus, edisi ke-196, 1983).

Cabai sebagai salah satu produk agribisnis mempunyai sifat yang sangat mudah rusak dan

bersifat musiman, sehingga petani yang sudah menerapkan teknologi budidaya yang

dianjurkan akan menghasilkan jumlah cabai yang banyak pada saat panen raya. Inilah yang

kemudian menimbulkan suatu masalah, dimana harga cabai menjadi turun dan cabai mudah

membusuk apabila penanganannya tidak tepat.(Setiadi, 1999)

Pengeringan adalah cara penanganan pasca panen yang umum dilakukan adalah cabai

merah. Mengeringkan cabai ada dua cara yaitu dengan bantuan sinar matahari atau dengan

alat pengering. Pengeringan dengan bantuan sinar matahari disebut juga cara alamiah karena

sepenuhnya bergantung pada panas matahari, sedangkan pengeringan dengan alat pengering

sumber panasnya sepenuhnya diperoleh dari panas buatan. Cara buatan terdiri dari dua cara

sesuai dengan jenis alat yang digunakan, yaitu dengan alat modern dan dengan alat

sederhana. Dengan alat modern akan lebih memudahkan dalam pengoperasiannya,

sedangkan dengan alat sederhana menuntut kita ikut campur tangan menangani perlakuan

pengeringan. (Setiadi, 1999)

Macam produk cabe merah kering yang beredar di pasaran yaitu cabai merah kering utuh,

cabai merah bubuk dan cabai merah kering keping. (OdiliaWinneke, 2001)

1. Cabai merah kering utuh

Diperoleh dengan cara memblancing cabai dan mengeringkannya hingga kadar air ±12%.

Cabai merah kering mempunyai rasa pedas yang lembut. Apabila akan digunakan : pilih

cabai merah kering yang utuh, tidak beraroma apek, dan berwarna merah gelap. Rendam
cabai kering dalam air panas secukupnya hingga lunak sebelum dipakai agar aroma dan cita

rasanya prima. Banyak dipakai untuk hidangan tumis

2. Cabai merah bubuk

Diperoleh dengan cara menggiling cabai kering yang sudah dibuang bijinya hingga halus

kemudian diayak dengan ayakan ukuran 80 mesh. Berwarna merah terang sampai merah tua.

Banyak digunakan untuk masakan karimerah atau taburan hidangan

3. Cabai merah kering keping

Diperoleh dari cabai merah kering yang dipanggang dalam oven hingga kering lalu

ditumbuk kasar. Cocok digunakan untuk taburan hidangan panggang, saus salad, pizza,

hingga sup.5

Pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi atau mengawetkan produk

pangan maupun non panagn. Kemasan adalah suatu wadah atau tempat yang digunakan

untuk mengemas suatu produk yang dilengkapi dengan label atau keterangan-keterangan

termasuk beberapa manfaat dari isi kemasan. Menurut K.A. Buckle (1987), Fungsi suatu

kemasan adalah : harus dapat mempertahankan produk agar bersih dan memberikan

perlindungan terhdap kotoran dan pencemaran lainnya; harus memberi perlindungan pada

bahan pangan terhadapkerusakan sisik, air, oksigen dan sinar; harus berfungsi secara benar,

efisien dan ekonomis dalam proses pengepakan; harus mempunyai suatu tingkat kemudahan

untuk dibentuk menurut rancangan; harus memberi pengenalan, keterangan dan daya tarik

penjualan.6

5
Mutiara nugraheni dan titin hera W.H, artikel peningkatan kapasitas dan kualitas produksi cabai merah kering
dengan alat pengering sederhana diindustri pangan dan rumah tangga (IPRT) satrio buwono kecamatan sanden
bantul, 2007 hlm 4
6
Mutiara nugraheni dan titin hera W.H, artikel peningkatan kapasitas dan kualitas produksi cabai merah kering
dengan alat pengering sederhana diindustri pangan dan rumah tangga (IPRT) satrio buwono kecamatan sanden
bantul, 2007 hlm 4
Cabai merupakan komoditas sayuran potensial yang mempunyai nilai ekonomi tinggi

dan memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Cabai menduduki posisi penting dalam

menu pangan. Walaupun diperlukannya dalam jumlah kecil, namun setiap hari dikonsumsi

oleh hampir seluruh penduduk Indonesia. Cabai merupakan komoditas sayuran unggulan

nasional dan daerah. Komoditas unggulan merupakan komoditas yang layak diusahakan

karena memberikan keuntungan kepada petani, baik secara biosik, sosial maupun

ekonomi. Suatu komoditas layak dikembangkan jika komoditas tersebut diusahakan

sesuai dengan zona agroekologinya, mampu memberi peluang berusaha, serta dapat

dilakukan dan diterima masyarakat setempat sehingga berdampak pada penyerapan tenaga

kerja dan secara ekonomi menguntungkan (Susanto dan Sirappa, 2007).7

Dalam pengembangannya tanaman Cabai Merah dibagi menjadi 3 jenis cabai merah yang

terdiri dari cabai merah tanjung, cabai merah tw, dan cabai merah lokal. Kawasan yang

sangat mendukung kegiatan pertanian cabai merah berada pada daerah pegunungan dan

memilki kualitas lahan yang baik. Tanaman cabai merah ini dikembangkan karena dari segi

financial sangat menguntungkan, harga cabai yang selalu fluktuaktif sering kali

menguntungkan para petani. Kemudian dari hasil produksinya tanaman cabai merah ini

memiliki kualitas prima dalam seminggu dapat 2 kali panen dengan hasil produksi cabai 5 –

6 ton. Tanaman cabai merah banyak diminati masyarakat lokal maupun luar daerah,

walaupun harganya mengalami perubahan tetapi permintaan akan cabai semakin meningkat

dan banyak diminati terutama untuk pasar induk yang ada di Pasar Induk Kramat Jati

(Jakarta), Pasar Induk Caringin (Bandung), dan Pasar Cikurubuk (Tasikmalaya).8

B. Rumusan masalah

7
Silmi tsurayya dan lindawati Kartika, kelembagaan dan strategi peningkatan daya saing komoditas cabai
kabupaten garut, 2015 hlm 2
8
Muhammad tito apriyanto dan ivan chofyan, strategi pengembangan agribisnis cabai merah di kawasan
agropolitan kabupaten ciamis, 2019 hlm 10
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan diatas, maka yang menjadi

permasalahnnya adalah:

1. Bagaimana strategi pemasara cabai secara islam?

2. Bagaimana implementasi peningkatan kualitas produk secara syariah dalam pemasaran

petani cabai dalam meningkatkan pendapatan? Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengkaji Strategi pemasaran cabai yang diterapkan petani

2. Untuk mengkaji pandangan ekonomi Islam terhadap strategi pemasaran peningkatan

kualitas produk secara syariah dalam meningkatkan pendapatan keluarga pertani.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Petani

Sebagai informasi ilmiah dan pertimbangan bagi petani dalam mengelola usaha tani yang

efisien.

b. Bagi Penulis

Menambah wawasan pengetahuan penulis dan untuk melengkapi salah satu syarat

akademik dalam rangka tugas gus anas.

E. Jenis dan Sifat Penelitian

a. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenisnya ini termasuk penelitian lapangan (field research). Field Research

digunakan dengan cara menggali data yang bersumber dari lokasi atau penelitian lapangan.

Yaitu penelitian yang dilakukan di lapangan dalam kancah yang sebenarnya.Penelitian ini
selain berjenis penelitian lapangan juga berjenis penelitian pustaka (libarary research), yaitu

penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi dengan bantuan macam-

macam matrial yang terdapat diruang perpustakaan seperti buku-buku, majalah, jurnal,

naskah-naskah, dokumen dan lain-lain.Berdasarkan kutipan di atas maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa penelitian ini bersifat kualitatif yang menggambarkan suatu kata-kata

lisan atau tulisan dimana manusia berperan penting dalam instrument penelitian.

b. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang bersifat memaparkan dan bertujuan

untuk memperoleh gambaran (deskriptif) lengkap tentang sesuatu yang sedang di

teliti.Berdasarkan pengertian diatas, maka pengertian deskriptif yang penulis maksudkan

adalah penelitian yang menggambarkan peristiwa yang terjadi di lapangan.Sebagaimana

yang diungkapan oleh Mardalis, bahwa pendekatan deskriptif adalah penelitian yang

bertujuan untuk menggambarkan, memaparkan, mencatat, menganalisa kondisi yang ada

dan sedang terjadi.9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Strategi

2.1.1 Definisi Strategi

Strategi merupakan bagian penting dalam perkembangan perusahaan yang

9
Umi sa’adah,skripsi analisis strategi pemasaran dalam upaya meningkatkan pendapatan petani dalam perspektif
ekonomi islam,2017 hlm 30
berorientasi pada masa depan perusahaan. Terdapat banyak pakar yang telah

mendefinisikan strategi, menurut Kotler (2004:191) strategi adalah perekat yang

bertujuan untuk membangun dan memberikan proposisi nilai yang konsisten dan

membangun citra yang berbeda kepada pasar sasaran. Definisi lain, Boyd (2000:29)

menyebutkan bahwa strategi adalah pola fundamental dari tujuan sekarang dan yang

direncanakan, pengerahan, sumber daya, dan interaksi dari organisasi dengan pasar,

pesaing, dan faktor-faktor lingkungan lain. Sementara menurut Learned, Christensen,

Andrews, dan Guth sebagaimana dikutip Rangkuti (2006:3) bahwa strategi merupakan

alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu fokus strategi

adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak.

Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya.

Konsep mengenai strategis terus berkembang. Adapun konsep strategi menurut

Chandler sebagaimana dikutip oleh Rangkuti (2006:4) adalah sebagai berikut:

1. Distinctive Competence: yaitu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat

melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya dengan cara

mengembangkan keahlian tenaga kerja dan kemampuan sumber daya lainnya.

2. Competitive Advantage: yaitu kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan

agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya dengan cara cost leadership,

diferensisi, dan fokus.

Sedangkan menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert sebagaimana dikutip oleh

Tjiptono (1997:3) bahwa konsep strategi dapat didefinisikan berdasarkan dua perspektif

yang berbeda, yaitu (1) Dari perspektif apa yang suatu organisasi ingin lakukan

(intends to do), dan (2) Dari perspektif apa yang organisasi akhirnya lakukan

(eventually does).

Tjiptono (1997:3) menambahkan bahwa berdasarkan perspektif yang pertama,

strategi dapat didefinisikan sebagai program untuk menentukan dan mencapai tujuan

organisasi dan mengimplementasikan misinya. Dalam hal ini manajer yang berperan
aktif dalam merumuskan strategi organisasi. Sedangkan perspektif yang kedua, strategi

didefinisikan sebagai pola tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungannya

sepanjang waktu. Dalam hal ini setiap perusahaan pasti memiliki strategi meskipun

strategi tersebut tidak pernah dirumuskan secara eksplisit. Hal ini diterapkan bagi para

manajer yang bersifat reaktif yaitu hanya menaggapi dan menyesuaikan diri pada

lingkungan.

Dalam konsteks Islam, konsep strategi berkaitan erat dengan peristiwa yang

pernah dialami Rasulullah. Riwayat menyebutkan bahwa dalam banyak hal Rasulullah

melakukan strategi yang dirancang dengan matang dalam mencapai sebuah tujuan,

diantaraya adalah (1) peristiwa perang / jihad; (2) peristiwa fathu Mekkah; (3) strategi

bermuamalah Rasulullah.

2.1.2 Ciri – Ciri Strategi yang Baik

Strategi yang efektif adalah strategi yang mendorong terciptanya keselarasan yang

sempurna antara organisasi dengan lingkungannya dan dengan pencapaian strateginya

(Griffin, 2004:226). Proses yang ada di dalam perusahaan sangat memengaruhi

bagaimana strategi dapat diimplementasikan. Berbagai keputusan yang dihasilkan akan

baik jika proses pembuatannya juga baik dan hanya proses yang baik yang

menghasilkan strategi yang baik (Hutabarat & Husaini, 2006).

Menurut Chan (2005:65) menyatakan bahwa terdapat tiga ciri-ciri strategi yang baik,

diantaranya sebagai berikut:

1. Fokus, setiap strategi hebat memiliki fokus, dan suatu profil strategis atau

perusahaan harus dengan jelas menunjukan fokus tersebut. Contoh dari profil

Southwest, kita bisa melihat seketika bahwa perusahaan maskapai ini hanya

berfokus pada tiga faktor : pelayanan yang ramah, kecepatan, dan keberangkatan

point to point (langsung dari kota-ke-kota) secara berkala. Dengan berfokus seperti

ini, Southwest mampu bersaing dalam soal harga dengan transportasi mobil.

2. Divergensi / gerak menjauh, ketika strategi suatu perusahaan dibentuk secara


reaktif dalam usaha mengikuti irama kompetisi, strategi ini akan kehilangan

keunikannya. Lihat saja kemiripan pada makanan dan restorasi kelas bisnis.

Karena itu pada kanvas strategi, para pakar strategi yang reaktif cenderung

memiliki profil strategis yang sama. Dengan menerapkan empat langkah :

menghilangkan, mengurangi, meningkatkan, dan menciptakan. Contohnya

southwest, memelopori penerbangan point-to-point antara kota-kota berukuran

sedang; sebelumnya, industri penerbangan beroperasi melalu sistem hub-and-spoke

(menghubungkan antara ibu kota negara sebagai hub dan kota-kota lain yang masih

ada di negara itu sebagai spoke).

3. Moto yang memikat, sebuah strategi yang baik memiliki moto yang jelas dan

memikat. "Kecepatan pesawat dengan harga mobil-kapanpun anda

membutuhkannya". Inilah motto dari Southwest Airlines, atau setidaknya ini

menjadi moto-nya. apa yang bisa dikatakan para pesaing Southwest? Bahkan,

agensi periklanan paling handal sekalipun akan mengalami kesulitan untuk

mendapatkan moto yang berkesan dari penawaran konvensional berupa makan

siang, pilihan kursi duduk, restorasi, dan hub link (menghubungkan ke ibu kota

suatu negara sebagai hub,pen) yang memberikan pelayanan standar, kecepatan

lebih lambat, dan harga yang lebih mahal. Sebuah moto yang bagus tidak hanya

harus mampu menyampaikan pesan secara jelas, tapi juga mengiklankan

penawaran/produk secara jujur. Karena, kalau tidak demikian, konsumen akan

hilang kepercayaan dan minat.


13

2.2 Kualitas Produk

2.2.1 Definisi Kualitas Produk

Menurut Kotler dan Amstrong (2003) kualitas adalah karaketeristik dari produk dalam

kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan dan bersifat

pasti. Menurut Garvin dan A. Dale Timpe (Dalam Alma, 2011) kualitas adalah keunggulan

yang dimiliki oleh produk tersebut. Kualitas dalam pandangan konsumen adalah hal yang

mempunyai ruang lingkup tersendiri yang berbeda dengan kualitas dalam pandangan

produsen saat mengeluarkan suatu produk yang biasa dikenal kualitas sebenarnya.

Menurut Kotler (2009), kualitas didefinisikan sebagai keseluruhan ciri serta sifat barang dan

jasa yang berperngaruh pada kemampuan memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun

tersirat. Menurut Tjiptono (2008), kualitas merupakan perpaduan antara sifat dan

karakteristik yang menentukan sejauh mana keluaran dapat memenuhi prasyarat

kebutuhan pelanggan atau menilai sampai seberapa jauh sifat dan karakteristik itu

memenuhi kebutuhannya.

Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu standarisasi

kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk yang dihasilkan memenuhi

standar yang telah ditetapkan sehingga konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan

terhadap produk yang bersangkutan. Pemasar yang tidak memperhatikan kualitas produk

yang ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya konsumen sehingga penjualan

produknya pun akan cenderung menurun. Jika pemasar memperhatikan kualitas, bahkan

diperkuat dengan priklanan dan harga yang wajar maka konsumen tidak akan berpikir

panjang untuk emlakukan pembelian terhadap produk (Kotler dan Amstrong, 2003).
14

Zeithmal dalam Kotler (2009) menyatakan bahwa persepsi konsumen terhadap kualitas

produk merupakan hasil penambahan informasi, kompetisi dalam kategori produk dan

perubahan pengharapan. Disebabkan oleh adanya perubahan produk dan persepsi

konsumen. Pemasar mungkin dapat mempelajari konsumen di segala aspek untuk

mengevaluasi kualitas produk, periklanan, penyediaan informasi dalam kemasan serta

penggabungan isyarat tampilan produk dapat diatur untuk membangkitkan keinginan

tentang persepsi kualitas produk.

Persepsi konsumen akan kualitas produk ditentukan oleh kinerja produk tersebut seperti

yang dilakukan konsumen dan masing-masing dimensi kualitas. Zeithaml dalam Kotler

(2009) menggambarkan bahwa konsumen juga menggunakan isyarat informasi untuk

mengembnagkan keyakinan dan penilaian akan produk. Dalam evaluasi kualitas para

konsumen biasanya tidak hanya mempertimbangkan aspek fungsional dan keuntungan

onyektif, tetapi juga keuntunga subyektif emosional. Keyakinan etrsebut selanjutnya

direspon dengan melakukan pilihan atau evaluasi. Persepsi konsumen akan kualitas

tersebut menurut Zeithaml (Kotler, 2009) merupakan faktor penentu utama dalam

pemilihan barang dan perilaku berbelanja.

Dari telaah etrsebut konsumen merasakan kualitas suatu produk sehingga hasil dari penilaian

atas keunggulan atau keistimewaan produk tersebut. Kualitas produk akhirnya mendasari

proses pembelian sehingga akhirnya muncul suatu kebutuhan, disini konsumen akan

mempertimbnagkan dan memahami kebutuhan tersebut, apabila penilaian pada produk

sudah jelas mka konsumen akan mencari produk yang dimaksud, yang kemudian akn

berlanjut pada evaluasi prpduk dan akhirnya konsumen akan mengabil suatu keputusan
15

untuk membeli atau tidak disebabkan produk tidak sesuaiatau menunda pembelian pada

waktu yang akan datang.

2.2.2 Dimensi Persepsi Kualitas Produk

Menurut Tjiptono (2008), kualitas mencerminkan semua dimensi penawaran produk yang

menghasilkan manfaat (benefits) bagi pelanggan. Kualitas suatu produk baik ebrupa barang

atau jasa ditentukan melalui dimensi-dimensinya. Demnsi persepsi kualitas produk menurt

Tjiptono (2008) adalah :

1. Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar dari sebuah

produk.

2. Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang

ebrsangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti.

3. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana

karakteristik dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu dari konsumen

atau tidak ditemukannya cacat pada produk.

4. Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan

fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen terhadap produk.

5. Reliability (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan

memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan

terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan

2.3 Konsep Pemasaran


16

2.3.1 Definisi Pemasaran

Apabila terdengar kata pemasaran seringkali dikaitkan oleh banyak pihak dengan

penjualan (sales), sales promotion girl, iklan, promosi, atau produk. Bahkan seringkali

orang menyamakan profesi marketer dengan sales. Namun sebenarnya pemasaran tidaklah

sesempit yang diidentikkan banyak orang. Pemasaran lebih merupakan “suatu seni menjual

produk”, sehingga pemasaran merupakan proses penjualan yang dimulai dari perancangan

produk sampai produk tersebut terjual (Arif, 2010:5).

Definisi pemasaran menurut Kotler & Amstrong (2001:7) adalah suatu proses sosial dan

manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan

dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang

lain. Selanjutnya menurut Josiah (dalam Widjaja, 2003:1), mnedifinisikan pemasaran

sebagai proses yang terus menerus dan menguntungkan dengan memuaskan kebutuhan,

keinginan, dan harapan yang lebih baik dari pada pesaing.

Adapun definisi dari American Marketing Association yang dikutip oleh Lamb (2001:6)

bahwa pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga,

promosi, distribusi, ide, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu

memuaskan tujuan individu dan organisasi. Sementara menurut Wiliam J. Stanton (dalam

Cahyono, 1999:26), pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan

perdagangan yang dirancang untuk membuat rencana, harga, promosi dan distribusi untuk

memuaskan kebutuhan akan barang-barang dan jasa-jasa dari para langganan yang sudah

ada maupun yang potensial.

Sedangkan pemasaran dalam sudut pandang fiqih Islam disebut dengan wakalah atau

perwakilan. Wakalah atau wikalah yang berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian
17

mandat. Dalam hal ini Allah SWT mengingatkan agar senantiasa menghindari perbuatan

zalim dalam berbisnis termasuk dalam proses penciptaan, penawaran, dan proses

perubahan nilai dalam pemasaran (Amrin, 2007:1).

Berdasarkan dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah salah

satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa

dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dengan memenuhi

kebutuhan barang dan jasa kepada pelanggan dalam rangka memberikan kepuasan yang

optimal kepada pelanggan. Demikian pula dalam Islam, aktivitas pemasaran

(bermuamalah) tidak diharamkan selama hal tersebut tidak bertentangan dengan norma dan

ajaran Islam.

2.3.2 Integrasi Konsep Pemasaran

Untuk mewujudkan transaksi, pemasaran harus merupakan konsep yang terintegritas

(terpadu) dalam mempertajam pasar sasaran, dapat mencapai tujuan perusahaan melalui

pemuasan kebutuhan konsumen dengan sesuatu yang bernilai lebih. Konsep integritas

pemasaran menempatkan kepentingan pelanggan dan keberkelanjutan perusahaan dilihat

dari kepekaan terhadap perubahan lingkungan (Hasan,2010:17). Integrasi konsep

pemasaran yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Konsep produksi, memusatkan perhatian pada usaha-usaha untuk mencapai

efisiensi produksi yang tinggi. Konsumen menyukai produk yang tersedia di

banyak tempat (terdistribusi secara luas) dan terjangkau oleh kemampuan

finansialnya.

2. Konsep produk, produk dikembangkan atas dasar keinginan konsumen, realitas

pasar menunjukkan bahwa konsumen menyukai produk yang berkualitas dan


18

prestise paling baik.

3. Konsep penjualan, konsep ini mengacu pada konsep good selling service, yaitu

kemampuan melayani pelanggan dengan baik saat dan purnajual, seller semacam

ini membuka kesempatan menjual dimasa depan. Konsumen hanya akan membeli

produk dari perusahaan yang menyediakan waktu dan tenaga untuk melayani

mereka dengan baik.

4. Konsep kemasyarakatan, konsep ini meyakini bahwa tugas perusahaan adalah

memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen dan mempertahankan serta

mempertinggi kesejahteraan masyarakat.

Konsep pemasaran hubungan, merupakan praktik membangun hubungan jangka

panjang yang emmuaskan mitra-mitra bisnis, misalnya pelanggan, pemasok, penyalur,

guna mempertahankan prefensi dan bisnis jangka panjang. Hasil pemasaran hubungan

yang utama adalah pengembangan jaringan pemasaran. Jaringan pemasaran terdiri atas

perusahaan dan semua pihak pendukung yang berkepentingan, yaitu pelanggan, pekerja,

pemasok, penyalur, pengecer, biro iklan, dan pihak lain yang bersama- sama dengan

perusahaan membangun bisnis yang saling menguntungkan.

Dengan demikian, konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai

tujuan perusahaan yang ditetapkan adalah dengan upaya perusahaan untuk menjadi lebih

efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan

mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang dipilih.

2.3.3 Bauran Pemasaran Sebagai Alat Pemasaran

Dalam melaksanakan kegiatan pemasaran ada hal-hal yang dapat dikendalikan dan ada

juga yang tidak. Yang tidak dapat dikendalikan adalah hal- hal yang berada diluar
19

kekuasaan perusahaan, seperti kegiatan pesaing, kebijakan pemerintah, bencana alam, dan

lain-lain. Sedangkan yang dapat dikendalikan adalah alat-alat yang digunakan dalam

melaksanakan kegiatan pemasaran yang sering disebut sebagai bauran pemasaran

(marketing mix) (Wardana, 2008:12). Hal tersebut senada dengan Arif (2010:14) bahwa

keberhasilan suatu perusahaan berdasarkan keahliannya dalam mengendalikan strategi

pemasaran yang dimiliki.

Konsep pemasaran mempunyai seperangkat alat pemasaran yang sifatnya dapat

dikendalikan yaitu yang dikanal dengan bauran pemasaran (marketing mix).

Kotler dan Amstrong (2001:71-72) mendefinisikan bauran pemasaran (marketing

mix) sebagai seperangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol yang dipadukan oleh

perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkan sasaran pasar. Sementara

menurut Boyd (2000:21) bauran pemasaran adalah kombinasi dari variabel-variabel

pemasaran yang dapat dikendalikan oleh manajer untuk menjalankan strategi pemasaran

dalam upaya mencapai tujuan perusahaan di pasar tertentu. Adapun bauran pemasaran

menurut Fuad dkk. (2000:128) adalah kegiatan pemasaran yang terpadu dan saling

menunjang satu sama lain. Keberhasilan perusahaan dibidang pemasaran didukung oleh

keberhasilan dalam memilih produk yang tepat, harga yang layak, saluran distribusi yang

baik, dan promosi yang efektif.

2.3.4 Unsur-unsur Bauran Pemasaran

Konsep bauran pemasaran (marketing mix) yang kembangkan oleh McCarthy tahun

1981, yang dikenal dengan 4P yaitu product, price, promotion, dan place, telah diakui

manfaat dan efektifitasnya oleh para peneliti pemasaran. Namun karena marketing mix

tersebut dikembangkan atas dasar studi pada industri manufaktur, maka terdapat
20

kelemahan jika diaplikasikan pada insdustri jasa. Keterbatasan 4P ini mendorong para

peneliti yaitu Kent (1986), Brookes (1991), Wind (1986), Booms dan Bitner (1981), dan

Christopher (1991) untuk mengembangkan agar dapat diaplikasikan secara lebih general,

sehingga ditambahkan elemen people, process, dan physical evidence (Arief, 2007:88).

2.4 Konsep Syariah

2.4.1 Definisi Syariah

Syariah dari segi bahasa berarti madzhab, sumber air, menerangkan, dan jalan lurus.

Dan menurut istilah berarti agama dan berbagai hukum yang ditetapkan Allah untuk

hamba-hambaNya (Karim, 2008:44). Sedangkan definisi syari’ah secara umum adalah

seperangkat norma yang mengatur sesuatu yang diperboleh dan dan sesuatu yang

dilarang, dimana hal tersebut berlandaskan kebijaksanaan dan kebahagiaan manusia

didunia dan akhirat yang berpedoman pada kebenaran wahyu Allah SWT (Hasan,

2009:4).

Adapun menurut Asy-Syatibi dalam Jumantoro (2009:307) menuliskan sebagai berikut:

Arti syari‟at adalah ketentuan-ketentuan yang membuat batasan-batasan bagi para makallaf

baik mengenai peruatan, perkataan, dan i‟tiqad mereka. Itulah kandungan syari‟at

islam.

2.4.2 Syariah Sebagai Pedoman Pemasaran

Sejalan dengan kaidah ushul “al-ashlu fi al-af‟al at-taqayyud bi hukmi asy-

syar‟i”, yang berarti bahwa hukum asal suatu perbuatan adalah terikat dengan hukum

syara’ yaitu: wajib, sunnah, mubah, makruh, atau haram, maka pelaksanaan bisnis atau

pemasaran harus tetap berpegang pada ketentuan syariat. Dengan kata lain, syari’at

merupakan nilai utama yang menjadi payung strategis maupun taktis organisasi bisnis
21

(Yusanto, 2002:18).

Dalam proses pemasaran, syariah mempunyai peran penting didalamya, artinya

suatu pemahaman akan pentingnya nilai-nilai etika dan moralitas pada pemasaran,

sehingga diharapkan perusahaan tidak akan serta-merta menjalankan bisnisnya demi

keuntungan pribadi saja perusahaan pula harus berusaha untuk menciptakan dan

menawarkan bahkan dapat mengubah suatu values kepada stakeholders, sehingga

perusahaan dapat menjaga keseimbangan laju bisnis yang stabil dan berkelanjutan (Arif,

2010:21). Hal tersebut sesuai dengan tujuan utama syariat adalah memelihara

kesejahteraan manusia yang mencakup perlindungan keimanan, kehidupan, akal,

keturunan dan harta benda mereka. (Arifin, 2002:96).

2.5 Pemasaran Syariah

2.5.1 Definisi Pemasaran Syariah

Menurut Kartajaya dan Syakir Sula (2006:26) menyatakan bahwa definisi

pemasaran syariah (syariah marketing) adalah sebuah disiplin ilmu bisnis strategi yang

mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan values dari satu inisiator

kepada stakeholder-nya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan

prinsip-prinsip mualamah (bisnis) dalam Islam. Sedangkan menurut Arif (2010:20)

mendefinisikan pemasaran syariah adalah penerapan suatu disiplin bisnis strategis yang

sesuai dengan nilai dan prinsip syariah dan dijalankan berdasarkan konspe keIslaman

yang telah diajarkan Nabi Muhammad SAW. Dijelaskan pula oleh Sari (2012:203) bahwa

marketing syariah tidak hanya sebatas etika bermarketing saja, marketing syariah tidak

hanya bersifat spiritual saja, marketing syariah adalah marketing yang universal diterima

semua pihak karena Islam dengan syariahnya adalah rahmatan lil alamin.
22

Adapun pemasaran menurut persepektif syariah adalah segala aktivitas yang

dijalankan dalam kegiatan bisnis berbentuk kegiatan penciptaan nilai yang

memungkinkan siapapun yang melakukannya bertumbuh serta mendayagunakan

kemanfaatannya yang dilandasi atas kejujuran, keadilan, keterbuakaan, da keikhlasan

sesuai dengan proses yang berperinsip pada akad bermuamalah secara Islami (Amrin,

2007:1).

Sula (2004:425) menambahkan bahwa definisi pemasaran syariah dalam kaidah

fiqih Islam adalah “Almuslimuuna „alaa syuruuthihim illa syarthan harroma halaalan

aw ahalla haraaman”, yang artinya kaum muslimin terikat dengan kesepakatan-

kesepakatan bisnis (syarat-syarat) yang mereka buat, kecuali kesepakatan yang

mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. Kemudian merujuk pula

kepada kaidah fiqih yang paling dasar tentang konsep muamalah, yaitu “Al-ashlu fil-

muamalah al-ibahah illa ayyadulla dalilun „ala tahrimiha” yang artinya pada dasarnya

semua bentuk muamalah adalah diperbolehkan kecuali ada dalil yang mengharamkan.

Ini artinya bahwa pemasaran sendiri adalah bentuk muamalah yang dibenarkan

dalam Islam, sepanjang dalam segala proses transaksinya terpelihara dari hal-hal yang

dilarang oleh ketentuan syariah. Sehingga, pada dasarnya peraturan-peraturan yang

dijelaskan oleh prinsip bermuamalah secara Islami adalah untuk menciptakan

kemaslahatan dan menciptakan kelangsungan hidup manusia yang berakhlak dan

bermartabat.

2.5.2 Karakteristik Pemasaran Syariah

Menurut Kertajaya dan Syakir Sula (2006:28) terdapat empat karakteristik

pemasaran syariah (syariah marketing) yang dapat menjadi panduan bagi para
23

pemasar sebagai berikut:

1. Teistis (Rabbaniyah), salah satu ciri khas syariah marketing yang tidak dimiliki

dalam pemasaran konvensional yang dikenal selama ini adalah sifatnya yang

religious (diniyyah). Dimana jiwa seorang syariah marketer meyakini bahwa

hukum-hukum syariat yang teistis atau bersifat ketuhanan ini adalah yang paling

adil, paling sempurna, paling selaras dengan segala bentuk kebaikan, paling dapat

mencegah segala bentuk kerusakan, paling mampu mewujudkan kebenaran,

memusnahkan kebatilan dan menyebarluaskan kemaslahatan.

2. Etis (Akhlaqiyyah), keistimewaan lain dari syariah marketing selain karena teistis

(rabbaniyyah) juga karena ia sangat mengedepankan masalah akhlak (moral, etika)

dalam seluruh aspek kegiatannya, karena nilai-nilai moral dan etika adalah nilai

yang bersifat universal, yang diajarkan oleh agama.

3. Realistis (Al-Waqi’iyyah), syariah marketing bukanlah konsep yang eksklusif,

fanatis, anti-modernitas, dan kaku. Tetapi syariah marketing adalah konsep

pemasaran yang fleksibel, sebagaimana keluasan dan keluwesan syariah islamiyah

yang melandasinya. Syariah marketer adalah para pemasar professional dengan

penampilan yang bersih, rapi dan bersahaja, apapun model atau gaya berpakaian

yang dikenakannya, bekerja dengan mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan,

aspek moral dan kejujuran dalan segala aktivitas pemasarannya.

4. Humanistis (Al-Insaniyyah), keistimewaan syariah marketing yang lain adalah

sifatnya yang humanistis universal, yaitu bahwa syariah diciptakan untuk manusia

agar derajatnya terangkat, sifat kemanusiaannya terjaga dan terpelihara, serta sifat-
24

sifat kehewanannya dapat terkekang dengan panduan syariah. Syariat Islam

diciptakan untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya tanpa menghiraukan ras,

jenis kelamin, warna kulit, kebangsaan dan status. Hal inilah yang membuat syariah

memiliki sifat universal sehingga menjadi syariah humanistis universal.

Dengan berpedoman pada keriteria syariah marketing, seluruh proses tidak boleh

ada yang bertentangan dengan prinsip-prinsip yang Islami. Dan selama proses bisnis

ini dapat dijamin, atau tidak terjadi penyimpangan terhadap prinsip syariah, maka setiap

transaksi apapun dalam pemasaran dapat diperbolehkan.

2.5.3 Tujuan Pemasaran Syariah

Pada pemasaran konvensional atau nonsyariah, dalam menyelenggarakan kegiatan

bisnis pada umumnya perusahaan bermaksud dan bertujuan untuk memperoleh: (a)

Keuntungan finansial (profit); (b) Menciptakan barang dan jasa yang dibutuhkan; (c)

Kesejahteraan; (d) Eksistensi; (e) Pertumbuhan (growth); (f) Prestise. (Muslich, 2007:4).

Sedangkan pada pemasaran syariah, terdapat tujuan yang akan dicapai dengan tetap

berpegang pada ketentuan syariat. Dengan kata lain, syariah merupakan nilai utama yang

menjadi payung strategis maupun taktis suatu kegiatan bisnis dan pemasaran (Yusanto,

2002:18).

Adapun tujuan pemasaran dalam bisnis syariah menurut Muslich (2007:6)

adalah sebagai berikut:

1. Untuk beribadah, artinya pengelolaan bisnis diniatkan sebagai ibadah

muamalah dan untuk kemaslahatan umat manusia.

2. Membangun citra yang baik, yaitu membangun nama baik dan kehormatan

perusahaan dimasyarakat.
25

3. Menjaga kelangsungan usaha (kontinuitas).

4. Pertumbuhan, yaitu aset berkembang dan tumbuh maju di masa datang.

5. Menciptakan nilai tambah dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.

6. Memperoleh barokah dengan mendapatkan kecukupan kenikmatan lahir dan

batin serta manfaat dan kesejahteraan.

7. Arif (2010:5) menambahkan bahwa dunia pemasaran sering diidentikkan

dengan dunia yang penuh janji dan produk yang dihasilkan cenderung tidak

sesuai dengan yang dijanjikan. Inilah yang harus dibuktikan dalam

manajemen pemasaran syariah, bahwa pemasaran syariah bukan dunia yang

penuh dengan tipu daya. Sebab pemasaran syariah merupakan tingkatan

paling tinggi dalam pemasaran, yaitu spiritual marketing, dimana etika dan

norma dijunjung tinggi.

8. Dari tujuan dan maksud yang ditimbulkan dengan kegiatan bisnis dan

pemasaran islami ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa berdirinya

perusahaan syariah ini akan banyak manfaat yang dapat diraih oleh

perusahaan sendiri maupun masyarakat luas untuk mengingkatkan

kesejahteraan bersama. Karena keberadaanya secara logis justru

menimbulakan kesejahteraan sebab bisnis dengan pemasaran islami diijtihadi

sebagai ibadah muamalah yang bersifat sosial.


26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode kualitatif yang belandaskan pada filsafat enterpretif atau postpositivisme.

Dalam metode ini penelitian bersifat naturalistic, induktif, enterpretif,discovery dan

kontruktif. Data yang utama terkumpul adalah data kualitatif . Metode kualitatif yang

dikembangkan dalam buku ini adalah tipe yang kedua, Yang merupakan metode kualitatif

yang benar. Dalam metode ini penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah, penelitian

diarahkan untuk memahami makna, menemukan hipotesis, dan mengkontruksi fenomena.

(Sugiono,2017:423)

Menurut Moleong (2016) Memaparkan bahwa penelitian kualitatif adalah

penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistic untuk mencari dan menemukan

pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang bekonteks khusus.

Pengertian ini hanya mempersoalkan dua aspek yaitu pendekatan penelitian yang

digunakan adalah naturalistic sedang upaya dan tujuannya adalah memahami sesuatu

fenomena dalam suatu konteks khusus. Hal itu berarti bahwa tidak seluruh konteks
27

dapatlah diteliti tetapi penelitian kualitatif itu harus dilakukan dalam suatu konterks yang

khusus.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi tentang strategi

peningkatan kualitas produk cabai dalam pemasaran berbasis syariah.


28

3.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pasar Kota Bojonegoro yang beralamatkan di Jl.

Trunojoyo, Ledok Kulon Tiga, Kadipaten, Kec. Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro,

Jawa Timur 62111 Adapun tahapan penelitian dilakukan menjadi tiga tahapan sebagai

berikut :

a. Tahapan persiapan proposal

1. Pengajuan judul

2. Permohonan pembimbing

3. Permohonan izin penelitian

b. Tahap pelaksanaan

1. Pada tahap ini, peneliti akan melaksanakan pada bulan Desember 2019

-Januari 2020.

1. Observasi

2. Wawancara

3. Dokumentasi

1. Penyusunan laporan penelitian

3.4 Fokus Penelitian

Penetapan focus atau masalah dalam penelitian kualiatatif bagaimanapun

akhirnya akan dipastikan suatu peneliti sudah berada diarena atau lapangan penelitian.

Dengan demikian kepastian tentang fokus dan masalah itu yang menentukan adalah

keadaan lapangan.(Moleong,2016 : 94-95 )

Fokus dalam penelitian ini ialah Strategi Peningkatan Kualitas Produk Cabai

dalam Pemasaran Berbasis Syariah

28
29

3.5 Pemilihan Informan

Menurut (Moleong 2016:132) informan merupakan orang yang dimanfaatkan

untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.Pemilihan

informan dalam pemilihan ini menggunakan Purposive sampling yang mana menurut

(Sugiono,2017:446) purposive sampling adalah teknik pengambilan sample sumber

data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini,misalnya orang tersebut

yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai

penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi social

yang diteliti.

Dalam pengertian ini yang dijadikan key informan adalah ……..

Nama : Aly Syafa'at

Jabatan : Pemilik Toko

Alamat :Ngajah - Baureno - Bojonegoro

Usia :53

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Menurut (Sugiono,2017:455) teknik pengumpulan data merupakan langkahyang

paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Secara umum terdapat

empat teknik pengumpulan data diantaranya :

1. Observasi

Observasi adalah dasarsemua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yangdiperoleh melalui

observasi.Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat

29
30

canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron)maupun yang

sangatjauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Observasi dalam penelitain ini menggunakan observasi terusterang yang mana ketika

peneliti hendak melakukan pengumpulan data menyatakan terusterang kepada

sumber data, bahwa sendang melakukan penelitian.

2. Wawancara

Menurut (Sugiono,2017:464) Esterberg (2002) mendefinisikan sebagai berikut.”a

meeting of two persons to exchange infromationadn idea thourg question and

resulting in communication and joins construction of meaning about a particular

topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang utnuk bertukan informasi

dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topic

tertentu.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara terstruktur wawancara

terstruktur digunakan sebagai teknik pnegumpulan data,bila peneliti atau pengumpul

data telah mengetahui dengan pasti tentang informs yang akan diperoleh.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumentaldari seseorang.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data, menurut Patton (1980:268) dalam Moleong (2016:280) adalah

proses mengatur urutan data,mengorganisasikannya ke dalam suatupola, kategori

dansatuan uraiandasa. Ia membedakanya denganpenafsiran, yaitu memberikan arti yang

signifikan terhadap hasil analisis,menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di

antara dimensi-dimensi uraian.

30
31

Bogdan dan Taylor(1975:79) dalam Moleong (2016:280) mendefinisikan

analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema

danmerumuskan hipotesis kerja(ide)sepertiyang disarankan oleh data dan sebagai usaha

untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis kerja itu. Jika dikasj, pada dasarnya

definisi pertama lebih menitik-beratkan pengorganisasiandatasedangkan yangkedua lebih

menekankan maksud dan tujuan analisis data.Dengan demikian definisi tersebut dapat

disintesiskan menjadi: Analisis data adalah proses mengorganisasikan danmengurutkan

data ke dalampola,kategori,dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Menurut Sugiono (2017:335)menyatakan bahwa analisis data adalah proses

mencari dan merencanakan secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi denga cara menyususn bagian data ke

dalam teori, menjabarkan kedalam bagian terkecil, melakukan sintesa, menyusunke

dalam pola, memilih mana yang penting danyang dapat dipelajari, dan membuat simpulan

sehingga bisamudahuntuk dipahami oleh diri sendiri ataupun orang lain. Teknik analisis

data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah dengan reduksi, penyajian data dengan

teks,dan penarikan simpulan dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Mebaca

2. Memahami

3. Menentukan nilai-nilai pendidikan pada cerpen

4. Menganalisis danmenyajikan data dalam bentuk deskripsi

Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2017 : 337) mengemukakan bahwa

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secarainteraktif dan berlangsung

31
32

secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalamanalisis data, yaitu reduction data,

data display dan conclusion drawing/verification (Sugiyono,2017:337)

a. Reduksi data

Mereduksi data merupakan merangkum, menetukansuatu hal yang

pokok,memusatkan pada hal yang penting, mencari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2017 : 338) penelitian ini berfokus untuk

memilih dan merangkum hal-hal pokok pada STRATEGI PENINGKATAN

KUALITAS PRODUK CABAI DALAM PEMASARAN BERBASIS

SYARIAH.

b. Penyajian data (Display)

Sesudah mereduksi data, selanjutnya melakukan penyajian data untuk memper

mudah memahamidatayang diperoleh. Padapenelitian ini, data disajikan dalam

bentuk teks yang bersifat naratif.

c. Verifikasi Data (Conclusion Drawing)

Tahap ketiga yaitu penarikan simpulan. Simpulan dalampenelitan kualitatif

berupa adanya temuan baruyang sebelumnya belum ada. Baik berupa deskripsi

atau gambaran suatu obyek yang sebelumyamasih diragukan sehingga setelah

dilakukan penelitian menjadi jelas. Penarikan simpulan dihasilkan dalam bentuk

teks yang naratif. Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar dibawah ini

32
33

Gambar 3.1 Teknik Analisis Data

Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian (2016) Data Diolah

Periode pengumpulan

Reduksi data

Antisipasi Selama Setelah

Display data

Selama Setelah

ANALISIS

Kesimpulan/verifikasi

Selama Setelah

1.8 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Pelaksanaan teknik pemeriksaan data didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.Ada

empat criteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan

(transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian

(confirmability).Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan

triangulasi. Triangulasi menurut Moleong (2016:330) adalah teknik pemeriksaan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

33
34

sebagai pembanding terhadap data itu.Teknik yang paling banyak digunakan adalah

teknik pemeriksaan melalui sumber lainnya.Denzin dalam Moleong (2016:330)

membedaan tiga macam triangulasi yaitu penggunaan sumber, metode penyidik, dan

metode.Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber.Triangulasi sumber adalah

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

Triangulasi dengan sumber menurut sugiyono (2015:440) digunakan untuk menguji

kredibilitas data dilakukan dengan cek mengecek data yang diperoleh melalui berbagai

sumber.Dalam penelitian ini yang menjadi triangulator adalah Anggraini putri sebagai

staf karyawan di toko tersebut

34

Anda mungkin juga menyukai