Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Pendekatan Pendapatan Nasional Perspektif Islam


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Islam

Disusun Oleh :

- Alfionita Adilah Hd
- Aji Bani Akmal
- Andhika Kelana
- Aulia Fakhriansyah
- Annisa Dwi Oktafiarna
- Bergas Satya Arya
- Diana Rauf
- Destie Ramadhanty
- Dyas Safira
- Vira Alysa

Kelas : Manajemen-C

FAKULTAS EKONOMI PRODI MANAJEMEN


UNIVERSITAS YARSI 2017/2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan judul “Pendekatan Pendapatan Nasional Perspektif Islam”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar
Ekonomi Islam. Dalam makalah ini membahas tentang pandangan islam terhadap
pendapatan nasional. Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya
terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri
kami sendiri dan khususnya pembaca pada umumnya. Tak ada gading yang tak
retak, begitulah adanya makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif


sangat saya harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah
pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Jakarta, Mei 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................................ii

BAB I: PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................2

BAB II: PEMBAHASAN..............................................................................................3


2.1 Pendapatan Nasional............................................................................3
2.2 Pendapatan Nasional Perspektif Konvensional....................................4
2.3 Pendapatan Nasional Perspektif Islam.................................................5
2.4 Sumber – Sumber Pendapatan Nasional dalam Perspektif Islam........8
2.5 Profitability, Risk and Return Sharing.................................................10

BAB III: PENUTUP....................................................................................................11


3.1 Kesimpulan.........................................................................................11
3.2 Saran...................................................................................................12

Daftar Pusaka............................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu negara salah satunya dapat
dilihat dari angka pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi
(economic growth) dapat diukur dari kenaikan besarnya pendapatan nasional
(produksi nasional) pada periode tertentu. Oleh karena itu, nilai dari pendapatan
nasional (national income) ini merupakan gambaran dari aktivitas ekonomi secara
nasional pada periode tertentu.

Tingginya tingkat pendapatan nasional dapat mencerminkan besarnya barang dan


jasa yang dapat diproduksi. Besarnya kapasitas produksi tersebut dapat
menunjukkan tingginya tingkat kemakmuran masyarakat dalam suatu negara. Baik
negara yang sedang berkembang maupun negara-negara maju, semua
mengiginkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Pendapatan Nasional (national income) merupakan tolak ukur yang paling baik
untuk menunjukkan keberhasilan dan kegagalan perekonomian suatu negara, dari
tingkat kesempatan kerja, tingkat harga barang, dan posisi neraca pembayaran luar
negeri, serta pendapatan per kapitanya. Jika faktor-faktor yang memengaruhi
tersebut menunjukkan posisi yang sangat menguntungkan atau positif, maka tingkat
keberhasilan atau tingkat kemajuan ekonomi suatu negara akan mudah tercapai,
dan begitu pula sebaliknya.

Dalam perhitungan ekonomi Islam terdapat prinsip yang harus dipegang teguh
dalam perhitungan pendapatan nasional agar tujuan negara dapat terlaksanakan
dengan baik dan masyarakat mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan dalam
bernegara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana analisis pendapatan nasional dalam perspektif islam?
2. Bagaimana cara mengetahui/mengukur kesejahteraan penduduk melalui
pendapatan nasional dalam teori Islam?

1
1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui dan memahami teori pendapatan nasional menurut teori
konvensional
2. Agar mengetahui dan memahami pendapatan nasional menurut teori Islam
dan kesejahteraan penduduk

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendapatan Nasional


Pendapatan Nasional adalah semua jenis barang atau jasa yang dihasilkan suatu
Negara dalam suatu periode tertentu. Jika kita analogikan dalam kehidupan sehari-
hari Negara dapat kita misalkan sebuah perusahaan yang menghasilakansebuah
produk. Perusahan tersebut boleh mengklaim bahwa produk yangdihasilkanya
sebagai pendapatannya, walaupun produk tersebut belum terjual. Begitu pula pada
Pendapatan Nasional, produk yang telah di produksi dapat diperhitungkan sebagai
Pendapatan Nasional. Kecuali barang bekas, tidak bisa boleh dihitung sebagai
Pendapatan Nasional karena sudah terhitung saat proses produksi, dan jika
dilakukan maka terjadi Perhitungan Ganda (double counting).

Gambar 1: Siklus Aliran Pendapatan Model Konvensional


1) Sektor Rumah Tangga (Households Sector), yang terdiri atas sekumpulan individu
yang dianggap homogen dan identik.
2) Sektor Perusahaan (Firms Sector), yang terdiri atas sekumpulan perusahaan yang
memproduksi barang dan jasa.
3) Sektor Pemerintah (Government Sector), yang memiliki kewenangan politik untuk
mengatur kegiatan masyarakat dan perusahaan.
4) Sektor Luar Negeri (Foreign Sector ), yaitu sektor perekonomian dunia, dimana
perekonomian melakukan transaksi ekspor-impor.

3
2.2 Pendapatan Nasional Dalam Perspektif Konvensional
Dalam perhitungan Pendapatan Nasional terdapat istilah yang disebut dengan GDP
(Gross Domestic Product) dan GNP (Gross National Product). Hal yang
membedakan diantara keduanya adalah:
 GDP adalah perhitungan pendapatan nasional pada area Domestik, jadi apa saja
yang diproduksi dalam Negara (domestic) maka produk tersebut akan diakui
sebagai Pendapatan Nasional.
 Sedangkan GNP adalah perhitungan pendapatan Nasional pada setiap warga
Negara asli yang menghasilkan produk, jadi apa saja yang dihasilkan warga
Negara meskipun ia berada diluar Negara maka akan diakui sebagai Pendapatan
Negara.
Perhitungan pendapatan nasional dapat dihitung berdasarkan tiga pendekatan,
yaitu:
1) Pendekatan Produksi (production approach)
Perhitungan ini dilihat berdasarkan pendekatan nilai tambah dari suatu barangyang
diproduksi, yaitu perhitungan nilain barang siap pakai saja (final goods). Contohnya
pada proses pembutan sepatu tidak akan diperhitungkan harga darisetiap bahan-
bahan yang dibutuhkannya seperti kulit, benang, pewarna ataupun hiasannya, tetapi
yang akan diperhitungakan dalam Pendapatan Nasional adalah harga dari setiap
sepatu yang sudah siap pakai. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi perhitungan
ganda. Dan di Indonesia sendiri perhitungan produksi ini biasanya hasil dari
penjumlahan produksi dari setiap industri.
2) Pendekatan Pengeluaran (expenditure approach)
Perhitungan berdasarkan pengeluaran ini bisanya berdasarkan seberapa besar
jumlah konsumsi atau penggunaan uang suatu Negara, yang mana perhitungannya
sendiri dapat dilakukan melalui 4 sektor pengeluaran yaitu:
1. Konsumsi Rumah Tangga (C)
2. Investasi (I)
3. Pengeluaran Pemerintah (G)
4. Pengeluaran Eksport dan Import (X-M)

4
Perhitungan Pendapatan Nasional dengan pendekatan ini biasa dituliskandalam
bentuk persamaan sebagai berikut:
Y = C + I + G + X-M  Perekonomian Terbuka
Y=C+I+G  Perekonomian Tertutup
Yang membedakan diantara keduanya terletak pada ada tidaknya Eksport dan
Import dalam suatu Negara.
3) Pendekatan Pendapatan (income approach)
Perhitungan ini sering disebut juga dengan NNP (Net National Product) NNP ini
sama dengan GNP dikurangi dengan penyusutan. Perhitungan penyusutan ini perlu
dilakukan agar perhitungan cadangan produksi dapat terjaga. Dalam perhitungan ini
pula kita mengenal dengan apa yang disebut dengan GDP Riildan GDP Nominal.
GDP Riil adalah perhitungan yang didasarkan menurut harga tahun dasar (harga
konstan), sedangan GDP Nominal adalah perhitungan yang berdasarkan dengan
harga pasar yang berlaku (current price).
Dari penjelasan perbedaan GDP dengan GNP, maka ada tiga kondisi yang mungkin
terjadi pada suatu Negara, yaitu:
1. Nilai GDP lebih besar dari GNP (GDP > GNP), hal ini berarti penghasilan
orang asing yang bekerja di negara tersebut lebih besar dari penghasilan
penduduk negara tersebut yang bekerja di luar negeri.
2. Nilai GDP lebih besar dari GNP (GDP < GNP), hal ini berarti penghasilan
orang asing yang bekerja di negara tersebut lebih kecil dari penghasilan
penduduk negara tersebut yang bekerja di luar negeri.
3. Nilai GDP lebih besar dari GNP (GDP = GNP), hal ini berarti penghasilan
orang asing yang bekerja di negara tersebut sama besar dari penghasilan
penduduk negara tersebut yang bekerja di luar negeri.

2.3 Pendapatan Nasional Dalam Perspektif Islam


Dalam perhitungan Pendapatan Nasional secara konvensional sering sekali terjadi
masalah keraguan, masalahnya ketika kita melihat perhitngan yang dilakukan
dengan cara GDP Riil, maka pendapatan adalah hasil output dibagi dengan jumlah
penduduk. Jika ada beberapa orang dari sekian penduduk yang memiliki
pendapatan rendah apakah adil perhitungannya? Padahal mungkin ada satu sisi
masyarakat yang memang produktif tapi mungkin ada juga sisi lain yang ternyata

5
masyarakatnya kurang produktif. Maka perlu adanya perhitungan yang memang
benar-benar mencerminkan pendapatan nasional yang sesungguhnya.
Beberapa keberatan terhadap penggunaan GDP Riil/ Kapita sebagai indicator
kesejahteraan suatu Negara, antara lain:
1. Umumnya hanya hanya produk yang masuk pasar yang dihitung dalam GNP,
sedangkan produk yang dikonsumsi sendiri tidak tercakup dalam GNP.
2. GNP tidak memperhitungkan nilai waktu istirahat (leisure time), padahal
masalah ini sangat besar pengaruhnya dalam kesejahteraan. Semakin kaya
seseorang maka semakin menginginkan waktu istirahat.
3. Kejadian buruk seperti bencana alam tidak dihitung dalam GNP, padahal
kejadian ini jelas mengurangi kesejahteraan.
4. Masalah polusi juga sering tidak dihitung dalam GNP, padahal banyak sekali
industri produksi seperti pabrik menghasilkan polusi yang berpotensi merusak
lingkungan.
Hal yang membedakan sistem Ekonomi Islam dengan dengan sistemekonomi
lainnya adalah penggunaan parameter falah (real wefare), yaitu kesejahteraan yang
hakiki (sebenar-benarnya) yang memasukkan komponen-komponen rohaniah di
dalamnya selain jasmaniah. Pada sistem Ekonomi Konvensional kesejahteraan
diwujudkan dengan meningkatkan GNP yang tinggi, yang bila dibagi dengan jumlah
penduduk akan menghasilkan per capita income
yang tinggi. Jika hanya itu ukurannya, maka kapitalis modern akan mendapatkan
angka maksimal. Dalam Islam pendapatan per kapita yang tinggi bukanlah satu-
satunya komponen pokok yang menyusun kesejahteraan, materi hanyalah
necessary condition bukan sebagai sufficient condition.

Gambar 2: Siklus Aliran Pendapatan Model Islam

6
Setidaknya ada empat hal yang bisa diukur dengan pendekatan pendapatan
nasional berdasarkan ekonomi Islam, sehingga tingkat kesejahteraan bisa dilihat
secara lebih jernih dan tidak biasa. Empat hal tersebut adalah (Nasution, dkk. 2006)
adalah:
1. Pendapatan Nasional harus dapat mengukur penyebaran pendapatan individu
rumah tangga.
Saat ini GNP tidak dapat mendeteksi pendapatan individu secara akurat, produksi
yang tidak masuk pasar (langsung dikonsumsi) tidak tercatat, dan bobot kebutuhan
pokon (missal beras) tidak dibedakan dengan produksi barang mewah (missal
emas) karena hanya dilihat dari harganya.
2. Pendapatan Nasional harus dapat mengukur produksi di sektor pedesaan.
Saat ini tidak dapat mengetahui tingkat produksi komoditas subsisten yangterdiri dari
harga yang diharapkan diterima oleh petani (produsen) dan harga yang dibayar oleh
konsumen dipasar eceran. Pada umumnya peningkatan produksi pertanian di rakyat
pedesaan mencerminkan penurunan harga produk-produk pangan ditingkat
konsumen yang sekaligus meningkakan pendapatan para pedagang perantara.
3. Pendapatan Nasional harus dapat mengukur kesejahteraan ekonomi yang
Islami.
Sungguh menarik untuk mengkaji apa yang dilakukan Nordhaus dan Tobin dengan
Measures for Economics Welfare (MEW), dalam konteks ekonomi barat. Kalau GNP
mengukur hasil, maka MEW merupakan ukuran darikonsumsi rumah tangga yang
memberi kontribusi kepada kesejahtraanmanusia. Perkiraan MEW didasarkan
kepada asumsi bahwa kesejahtraan rumah tangga yang merupakan ujung akhir dari
seluruh kegiatan ekonomi sesungguhnya sangat bergantung pada tingkat
konsumsinya.
4. Perhitungan Pendapatan Nasional sebagai ukuran dari kesejahteraan
sosialIslami melalui pendugaan nilai santunan antar saudara dan sedekah.
Meski tidak gampang memperoleh data santunan antar saudara atau sedekah,
upaya mengukur nilai dari pergerakan semacam ini dapat menjadi informasi yang
sangat bermanfaat untuk mendalami bekerjanya sistem keamanan sosial yang
mengakar di masyarakat Islam.

7
2.4 Sumber – Sumber Pendapatan Nasional Dalam Perspektif Islam
Sumber-sumber pendapatan Negara dizaman rasululloh SAW. Tidaklah terbatas
pada zakat semata, karena zakat baru diperkenalkan pada tahun ke 8 hijriah. Di
zaman rasulluloh saw., sisi penerimaan APBN tediri dari:
1. Kharraj
Sumber pendapatan yang pertama kali diperkenalkan di zaman rasulluloh saw
adalah kharraj. Kharraj adalah pajak terhadap tanah, atau di indoneia setara dengan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Perbedaan yang mendasar antara PBB dengan
sistem kharajj adalah bahwa kharraj ditentukan berdasarkan tingkat produktifitas dari
tanah bukan berdasarkan zoning. Hal ini berarti bahwa bias jadi untuk tanah yang
bersebelahan sekalipun misalnya disatu sisi ditanam anggur sedangkan disisi lain
ditanam kurma, maka mereka harus membayar kharaj yang berbeda. Yang
menentukan jumlah besar pembayaran kharraj adalah pemerintah. Secara spesifik,
besarnya kharraj ditentukan berdasarkan 3 hal yaitu:
a) Karakteristik tanah/tingkat kesuburan tanah
b) Jenis tanaman
c) Jenis irigasi
Kharraj ini dibayarkan oleh seluruh anggota masyarakat baik orang-orang muslim
maupun orang-orang nom-muslim.
2. Zakat
Di awal-awal masa pemerintahan islam, zakat dikumpulkan dalam bentuk uang
tunai, hasil peternakan, dan hasil pertanian. Berikut ini adalah sistem pajak untuk
masing-masing bentuk usaha:
a) Zakat pendapatan, zakat ini dihitung berdasarkan nishab (pendapatan
minimum). Nizhab zakat untuk dinar dan dirham masing-masing 20 dinar dan
200 dirham sedangkan jumlah zakat yang dikeluarkan adalah sebesar 2,5%
dari jumlah nisab. Bila jumlah pendapatan kurang dari nisab, maka
dibebaskan dari zakat.
b) Zakat peternakan, karakterisasi zakat peternakan ini khususnya adalah
pengenaan zakat secara regresif dimana makin banyak jumlah hewan
peliharaan, makan kecil rate-nya dan pembedaan ukurannya untuk tiap jenis
hewan.

8
c) Zakat pertanian, berbeda dengan zakat peternakan zakat pertanian
menggunakan flat rate dibedakan antara jenis pengairannya. Hal ini karena
bila hasil pertanian merupakan barang yang tidak tahan lama sehingga bila
hasil pertaniannya melimpah dikhawatirkan barang tersebut akan menjadi
busuk.
3. Jizyah
Jizyah adalah pajak yang dibayar orng-orang non muslim sebagai fasilitas sosial-
ekonomi dan layangan kesejahteraan lainnya, serta untuk mendapatkan
perlindungan keamanan dari Negara islam. Jizyah sama dengan poll tax karena
orang-orang non muslim tidak mengenal zakat fitrah. Jumlah yang harus dibayar
sama dengan jumlah minimum yang dibayar oleh orang islam.
4. Infaq
Infaq diambil dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk
kepentingan sesuatu. Menurut literature yang lain infaq berarti mengeluarkan
sebagian harta atau pendapatan untuk satu kepentingan yang diperintahkan ajaran
islam. Dalam infaq tidak mengenal yang namanya nisab, asnaf, dan subjeknya,
artinya orang kafirpun bisa mengeluarkan infaq yang dialokasikan untuk kepentingan
agamanya. Infaq ini boleh diberikan kepada siapa saja dan berapa saja. Untuk ruang
lingkupnya infaq lebih luas daripada zakat yang mana hanya untuk orang muslim
saja.
5. Penerimaan lain
Ada yang disebut kaffarah yaitu denda, misalnya denda yang dikenakan kepada
suami istri yang berhubungan disiang hari pada bulan puasa. Mereka harus
membayar denda dan denda tersebut masuk dalam pendapatan Negara. Contoh
yang lain adalah orang yang meninggal dan tidak mempunyai anak dan cucu
sehingga warisannya dimasukkan sebagai pendapatan Negara.
Adapun sumber-sumber pendapatan Negara pada zaman sekarang (Indonesia):
o Penerimaan pajak
o Penerimaan bukan pajak

9
2.5 Profitability, Risk and Return Sharing
Profitable yaitu konsep bagi hasil yang terdapat dalam system ekonomi
syariah. Dalam konsep ini bagi hasil yang nyata, resiko dan keuntungan ditanggung
bersama. Hasil yang nyata maksudnya pembagian hasil dibagi setelah kedua pihak
atau lebih yang sudah mendapatkan sharing (keuntungan).
Risk/Risiko dalam sistem profit-share (bagi hasil) tidak terdapat suatu fixed and
certain return sebagaimana bunga, tetapi dilakukan loss and profit sharing
berdasarkan produktifitas nyata dari dana tersebut. Meskipun nisbah bagi hasil
disepakati pada saat awal, tetapi perolehan riil dari bagi hasil ini baru diketahui
setelah dana benar-banar menghasilkan. Jadi, hal yang bersifat pasti dari sistem ini
adalah nisbah bagi hasilnya, bukan nilai riil bagi hasilnya. Terdapat kemungkinan
fluktuasi dalam bagi hasil yang nyata, tergantung pada produktifitas nyata dari
pemanfaatan dana. Dalam industri keuangan pada umumnya, terdapat suatu jargon
“high risk bring about high return”, artinya jika ingin memperoleh hasil yang lebih
besar, akan dihadapkan pada risiko yang lebih besar pula. Contohnya dalam
investasi saham. Volatilitas atau pergerakan naik-turun harga saham secara tajam
akan membuka peluang untuk memperoleh hasil yang lebih besar, namun
sebaliknya, jika harga bergerak ke arah yang berlawanan, maka kerugian yang akan
ditanggung. Dalam syariah kerugian dan keuntungan itu ditanggung bersama.
Return Sharing atau pengembalian adalah keuntungan yang diperoleh
perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukan.
Menurut R. J. Shook, return merupakan laba investasi, baik melalui bunga atau
deviden.
Peningkatan pendaptan perkapita juga dikarenakan perubahan teknologi,
peningkatan jumlah dan kualitas sumber daya manusia, dan penemuan sumber-
sumber material baru untuk produksi. Selama lebih dari 30 tahun, ekonomi
Indonesia telah mengalami transisi atau perubahan yang cukup signifikan dari
ekonomi agraris ke ekonomi semi industri, walaupun sebagian besar penduduk
ditanah air masih bekerja dan memiliki sumber utama pendapatan di sector
pertanian .
Perubahan ekonomi nasional secarra sektoral ditunjukkan dengan semakin
besarnya output dari sector industri manufaktur didalam total Produk Domestik Bruto
(PDB) dan ekspor produk-produk manufaktur didalam total ekspor nasional.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekonomi Islam dalam arti sebuah sistem ekonomi atau (midhom al-iqtishad)
merupakan sebuah system yang dapat mengantarkan umat manusia kepada real
welfare /falah, kesejahteraan yang sebenarnya namun lebih sering kesejahteraan itu
diwujudkan pada peningkatan GNP yang tinggi yang kalau dibagi dengan jumlah
penduduk akan menghasilkan perkapita income yang tinggi. Akan tetapi pendapatan
perkapita yang tinggi bukan satu-satunya komponen pokok yang menyusun
kesejahteraan. Ia hanya merupakan necessary condition dalam isu kesejahteraan
dan bukan sufficien condition.

Konsep ekonomi kapitalis yang hanya mengukur kessejahteraan berdasarkan angka


GNP, jelas akan mengabaikan aspek rohani umat manusia. Pola dan proses
pembangunan ekonomi diarahkan semata-mata untuk meningkatakan pendapatan
perkapita. Ini akan mengarahkan manusia pada konsumsi fisik yang cenderung
hedonis sehingga menghasilkan produk-produk yang dilempar kepasaran tanpa
mempertimbangkan dampak negatifnya bagi aspek kehidupan lain.

Ada 4 hal yg semestinya bisa mengukur kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan


sosial :
1. Pendapatan Nasional harus dapat mengukur penyebaran pendapatan
individu rumah tangga.
2. Pendapatan nasional harus dapat mengukur produksi di sektor pedesaan.
3. Pendapatan nasional harus dapat mengukur kesejahteraan ekonomi yang
Islami.
4. Perhitungan pendapatan nasional sebagai ukuran dari kesejahteraan sosial
Islami melalui pendugaan nilai santunan antar saudara dan sedekah.

Penugukuran Pendapatan Nasional dapat diukur melalui tiga pendekatan, yaitu :


1. Pendekatan produksi (production approach )
2. Pendekatan pendapatan (income approach)
3. Pendekatan pengeluaran (expenditure approach)

11
3.2 Saran
Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang ikut andil wawasannya dalam penulisan ini. Tak lupa kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu saran dan kritik yang membangun selalu kami tunggu dan kami perhatikan.
Semoga Allah SWT membalas semua jerih payah semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Amin.

12
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Nurul. 2008. Ekonomi Makro islam pendekatan teoretis. Cetakan 5.
Jakarta:PRENADAMEDIA.

Adiwarman A.Karim,. 2006. EKONOMI MAKRO ISLAMI. Jakarta : PT. RajaGrafindo


Persada.

Sudarsono, Heri. 2004. Konsep Ekonomi Islam. Yogyakarta : Ekonisia.

https://agilbox.wordpress.com/2015/01/23/analisis-pendapatan-nasional-dalam-
perspektif-islam/

http://porusiloiu.blogspot.co.id/2016/01/pendapatan-nasional-dalam-perspektif.html

http://mardiyahelvi.blogspot.co.id/2016/01/normal-0-false-false-false-in-x-none-
ar.html

http://indonesia-syariah.blogspot.co.id/2011/04/pendapatan-nasional-dalam-
teori.html

13

Anda mungkin juga menyukai