Anda di halaman 1dari 13

PRINSIP DASAR BANK SYARIAH

NAMA KELOMPOK:
• S A N T I N U R I YA H 180803102013
• F R E S YA D A R A R 180803102028
• GALUH DHINDANG K 180803102044
• AINUN RESTU 180803102049
• ALISA QOTTRUN N.R 180803102055
• NURUL USLAILI 180803102062
1. DEFINISI
• Lembaga keuangan syariah merupakan lembaga keuangan yang
mengeluarkan produk keuangan syariah dan yang mendapat izin
operasional sebagai lembaga keuangan syariah.
• Unsur legalitas operasi diatur oleh beberapa institusi yang memiliki
kewenangan mengeluarkan izin operasi. Institusi tersebut a.l:
1. Otoritas jasa keuangan
2. Kantor menteri koperasi
Prinsip Dewan Syariah Prinsip Mubah
sukarela Nasional
mengacu pada
prinsip-prinsip
hukum
muamalah
yang
dirumuskan
Prinsip mendatangkan oleh mayoritas Prinsip
manfaat dan ulama, yaitu: keadilan
menghindarkan mudarat

• Dalam fikih muamalah terdapat beberapa jenis transaksi yang dilarang oleh
Islam. Beberapa transaksi tersebut disebabkan oleh 3 hal berikut:
1. Mengandung barang atau jasa yang diharamkan
2. Mengandung sistem dan prosedur memperoleh keuntungan yang
diharamkan (tadlis, bai’, ikhtikar, rabi, gharar, maysir)
3. Tidak sah akadnya
A. LARANGAN TERHADAP TRANSAKSI YANG MENGANDUNG BARANG ATAU JASA
YANG DIHARAMKAN

• Bagi industri perbankan syariah, terhadap transaksi yang haram zatnya


diwujudkan dalam bentuk larangan memberikan pembiayaan yang terkait
dengan aktivitas pengadaan jasa, produksi makanan, minuman dan bahan
konsumsi lain yang diharamkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dalam
pemberian pembiayaan, bank syariah dituntut untuk selalu memastikan
kehalalan jenis usaha yang dibantu pembiayaannya oleh bank syariah.
Dengan demikian, pada suatu bank syariah tidak akan ditemui adanya
pembiayaan untuk usaha yang bergerak di bidang peternakan babi,
minuman keras, ataupun bisnis pornografi dan lainya yang diharamkan.
B. LARANGAN TERHADAP TRANSAKSI YANG DIHARAMKAN SISTEM DAN
PROSEDUR PEROLEHAN KEUNTUNGANNYA
B E B E R A PA H A L YA N G T E R M A S U K K AT E G O R I T R A N S A K S I YA N G
DIHARAMKAN KARENA SISTEM DAN PROSEDUR PEROLEHAN
KEUNTUNGAN TERSEBUT ADALAH:

1. Tadlis (ketidaktahuan suatu 2. Gharar (Ketidaktahuan Kedua


pihak) Pihak)
Tadlis adalah transaksi yang Transaksi gharar memiliki kemiripan
mengandung suatu hal pokok yang dengan tadlis. Dalam tadlis,
tidak diketahui oelh salah satu ketiadaan informasi terjadi pada
pihak (unknown to one party). salah satu pihak , sedangkan gharar
Tadlis dan Gharar dapat terjadi pada salah satu dari empat
ketiadaan hal pokok
informasi terjadidalam
pada
jual beli berikut.
kedua belah pihak yang bertransaksi
jual beli. Waktu
kuantitas kualitas harga
penyerahan
3. Bai’ Ikhtikar (Rekayasa Pasar dalam Pasokan)
Ba’I Ikhtikar merupakan bentuk lain dari transaksi jual beli yang dilarang oleh
syariah Islam. Ikhtikar adalah mengupayakan adanya kelangkaan barang
dengan cara menimbun.
4. Bai. Najasy
Bai. Najasy adalah tindakan menciptakan permintaan palsu, seolah-olah ada
banyak permintaan terhadap suatu produk, sehingga harga jual produk akan
naik. Upaya menciptakan permintaan palsu antara lain dengan :
• penyebaran isu yang dapat menarik orang lain untuk membeli barang,
• melakukan order pembelian semu untuk memunculkan efek psikologis
orang lain untuk membeli dan bersaing dalam harga,
• melakukan pembelian pancingan sehingga tercipta sentiment pasar. bila
harga sudah naik sampai level yang diinginkan, maka yang bersangkuta
akan melakukan aksi untung dengan melepas kembali barang yang sudah
dibeli.
5. Maysir
Ulama dan fuqaha mendifinisikan maysir (judi atau
gambling) sebagai sebiah permainan di mana satu
pihak akan memperoleh keuntungan sementara pihak
lainny akan menderita kerugian (Ibnu Qudama: Al
Mughni, 13/408).
Contoh penerapan larangan maysir pada keuntungan
syariah adalah larangan untuk memberikan
pembiayaan pada bisnis yang mengandung unsur judi.
6. Riba
Secara bahasa, riba bermakna tambahan, tumbuh, atau membesar.
Menurut imam Sarakshi dalam MAbsut juz XII, lmn. Riba adalah Riba adalah
tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya padanan
(iwad) yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut.

riba riba
Riba qardh fadhl
dalam riba
transaksi dalam
utang riba jual beli riba
piutang jahiliyya
nasi’ah
h
• Hukum riba berlaku antarbarang ribawi dengan jenis
yang sama
Kelompok mata
uang
Baran
g
Ribaw
Kelompok
i makanan pokok
C. LARANGAN TERHADAP TRANSAKSI YANG TIDAK SAH AKADNYA
• Akad secara bahasa adalah ikatan. Adapun akad menurut
istilah adalah ketertarikan keinginan diri dengan keinginan
orang lain dengan cara memunculkan adanya komitmen
tertentu yang disyariatkan. Hukum fikih menyatakan bahwa
akad yang sah harus dipenuhi, sedangkan akad yang tidak sah
tidak boleh dipenuhi.
Q.S Al-Maidah (5):2
“Hai orang yang beriman. Penuhilah akad-akad itu..”
Keabsahan suatu transaksi haruslah memenuhi rukun-rukun akad. Adapun
rukun-rukun akad adalah sebagai berikut.
1. Adanya dua pihak atau lebih yang saling terikat dengan akad.
2. Adanya sesuatu yang diikat dengan akad, yaitu barang yang dijual dalam
akad jual beli atau sesuatu yang disewakan dalam akad sewa dan
sejenisnya. Syarat barang tersebut dianggap sah apabila :
• Barang tersebut suci atau bila telah terkena najis, bias disucikan.
• Barang tersebut bias digunakan dengan cara yang disyaratkan, missal hotel
atau rumah yang diperuntukkan bagi aktivitas prostitusi.
• Komoditas harus bias diserahterimakan (contohnya tidak sah menjual barang
yang sedang diangunkan).
• Barang yang dijual harus milik penjual.
• Bila barang dijual langsung harus diketahui wujudnya, dan bila tidak berada di
lokasi, ahrus diketahui ukuran, jenis dan kriterianya.
3. Adanya pengucapan akad berupa uangkapan serah terima (ijab kabul)
• Selain rukun akad, akad tidak boleh mengandung unsur
ta’alluq dan unsur dua kada untuk satu transaksi (two in
one). Ta’alluq adalah dua akad yang saling berkaitan di
mana berlakunya akad 1 tergantung pada akad 2
• Transaksi dua akad untuk satu transaksi juga tidak
dibenarkan. Hal ini disebabkan karena dapat
menimbukan ketidakpastian terhadap konsekuensi dari
akad

Anda mungkin juga menyukai