Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM

KONTEMPORER DAN KLASIK

Dosen pengajar: Muhammad Yassir Fahmi, S.Pd.I. MSI

Disusun Oleh:

Dwi Nur Zayyan (NIM: D030419036)

Istiqomah (NIM: D030419039)

JURUSAN AKUNTANSI

AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

PRODI POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN

2019/2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….…i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………….……1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………...….2
C. Tujuan…………………………………………………………...……...…3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pemikiran Ekonomi Islam pada Masa Klasik……………………..………3


B. Pemikiran Ekonomi Islam pada Masa Kontemporer……………...………6
BAB III PENUTUP
A. Simpulan…………………………………………………………………13
B. Saran………………………………………………………………….…..14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...…….15

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemikiran ekonomi Islam adalah respon para pemikir muslim


terhadap tantangan-tantangan ekonomi pada masa mereka. Pemikiran ekonomi
Islam tersebut diilhami dan dipandu oleh ajaran Al-Quran dan Sunnah juga oleh
ijtihad (pemikiran) dan pengalaman empiris mereka. Pemikiran merupakan
sebuah proses kemanusiaan, namun ajaran Al-quran dan sunnah bukanlah
pemikiran manusia. Yang menjadi objek kajian dalam pemikiran ekonomi Islam
bukanlah ajaran Al-quran dan sunnah tentang ekonomi tetapi pemikiran para
ilmuwan Islam tentang ekonomi dalam sejarah atau bagaimana mereka
memahami ajaran Al-Quran dan Sunnah tentang ekonomi. Objek pemikiran
ekonomi Islam juga mencakup bagaimana sejarah ekonomi Islam yang terjadi
dalam praktek historis.

Pemikiran Ekonomi Islam diawali sejak Muhammad SAW ditunjuk sebagai


seorang Rosul. Rosululoh SAW mengeluarkan sejumlah kebijkan yang
menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan,
selain masalah hukum (fiqih), politik (siyasah), juga masalah perniagaan atau
ekonomi (muamalah). Masalah-masalah ekonomi umat menjadi perhatian
Rosululloh SAW, karena masalah ekonomi merupakan pilar penyangga
keimanan yang harus diperhatikan. Selanjutnya, kebijakan-kebijakan Rosululloh
SAW menjadikan pedoman oleh para Khalifah sebagai penggantinya dalam
memutuskan masalah-masalah ekonomi. Al-Qur’an dan Al-Hadist digunakan
sebagai dasar teori ekonomi oleh para khalifah juga digunakan oleh para
pengikutnya dalam menata kehidupan ekonomi negara.

Setelah wafatnya nabi kepemimpinan dipegang oleh Khulafa al-Rasyidin,


berbagai perkembangan, gagasan, dan pemikiran muncul pada masa itu. Hal ini
tercermin dari kebijakan-kebijakan yang berbeda antar Khalifah itu sendiri,
kebijakan-kebijakan itupun muncul sebagai akibat dari munculnya masalah-

1
2

masalah baru. Salah satunya pemenuhan kehidupan masyarakat di bidang


ekonomi sehingga masalah teknis untuk mengatasi masalah-masalah perniagaan
muncul pada waktu itu. Sejumlah aturan yang bersumberkan Al-Qur’an dan
Hadist Nabi hadir untuk memecahkan masalah ekonomi yang ada. Masalah
ekonomi menjadi bagian yang penting pada masa itu.

Setelah perkembangan pemikiran ekonomi islam pasca Rosululloh SAW


dan khulafaurrasyidin , muncul perkembangan pada abad pertengahan yang
dibagi menjadi 3 periode yang didasarkan atas nama tokoh ekonomi Islam
tersebut hidup. Yaitu Ekonomi Islam periode awal Islam sampai 1058 M.
Tokohnya antara lain : Zaid bin Ali (738), Abu Hanifa (798), Ibnu Farabi (950),
Ibnu Sina (1037), dll. Ekonomi Islam periode kedua (1058-1446M). Tokohnya
antara lain : Al-Ghazali (1111), Ibnu Taimiyah (1328), Ibnu Khaldun (1040),
Ibnu Rusyd (1198), dll. Dan Ekonomi Islam periode ketiga (1446-1931 M)
Tokohya antara lain : Jamaluddin Al-Afghani (1897), Muhammad Iqbal (1938),
Syekh Ahmaad Sirhindi (1524), dll. Berdasarkan latar belakang diatas penulis
tertarik untuk membahas judul makalah mengenai Sejarah Pemikiran Ekonomi
Islam Klasik dan Kontemporer

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terdapat makalah ini adalah:

1. Bagaimanakah pemikiran ekonomi Islam pada masa klasik?


2. Bagaimanakah pemikiran ekonomi Islam pada masa kontemporer?

C. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan:

1. Pemikiran ekonomi Islam pada masa klasik.


2. Pemikiran ekonomi Islam pada masa kontemporer.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemikiran Ekonomi Islam pada Masa Klasik


Pemikiran ekonomi islam pada masa klasik merupakan fase awal lahirnya
Islsm hingga abad ke-5 H atau sekitar abad ke-11 M yang dikenal dengan fase
dasar-dasar ekonomi Islam yang dirintis oleh para sufi dan para filosof muslim.
Pemaparan ekonomi para fuqaha dan ahli hadist pada masa ini mayoritas bersifat
normative dengan wawasan positif ketika berbicara soal prilaku yang adil,
kebijakan yang baik serta Batasan-batasan yang diperbolehkan dalam masalah
dunia.1
Pemikiran ekonomi Islam klasik ini dipelopori oleh beberapa tokoh
diantaranya Ibn Taimiyah,, Ibn Khaldun, Al-Ghazali.
1. Ibn Taimiyah (661-728 H/1263-1328 M)
Ibn Taimiyah menjelaskan 3 teori keadilan dalam aktivitas ekonomi,
yaitu upah yang adil, keuntungan yang adil, dan harga yang adil. Konsep
harga yang adil (justice price) yaitu tarif dimana orang menjual barangnya
dengan secara umum dan diterima sebagai keseimbangan pada masa dan
tempat yang khusus. Ibn Taimiyah memberikan teori yang masih digunakan
dalam ekonomi modern yaitu konsep mekanisme pasar. Perubahan tingkat
harga tidak selalu disebabkan oleh pelaku pasar, namun faktor kurangnya
produksi atau turunnya jumlah impor barang.
Ibn Taimiyyah mennyatakan bahwa kenaikan permintaan barang
yang tidak diikuti dengan kenaikan penawaran atau produksi barang akan
mendorong kenaikan harga barang. Dalam menegakkan keadilan dan
memenuhi seluruh kebutuhan dasar, penetapan harga harus menyertakan
pemerintah ketika terjadi kekurangan kebutuhan dasar diantara masyarakat
sehingga tidak terjadi monopoli harga dan barang. Kelangkaan barang juga
persoalan ekonomi di masyarakat dan memerlukan kepada kebijakan
ekonomi dari pemerintah. Islahi juga menyatakan konsep Ibn Taimiyah

1
NA Munif, “BAB III PEMIKIRAN SISTEM EKONOMI ISLAM ABAD KLASIK”, makalah repo.iain-
tulungagung, Tulungagung 2016) hlm 42.

3
4

tentang penetepan upah ini bertujuan untuk menghindari tindakan


eksploitasi dari pihak penguasa terhadap pihak pekerja. Pernyataan ini
menunjukkan teori penawaran dan permintaan tenaga kerja sehingga
mempengaruhi kadar upah. Teori upah yang adil ini kemudian diadopsi oleh
David Ricardo empat abad kemudian.
2. Ibn Khaldun (732-845 H/ 1332-1406 M)
Pemikiran ekonomi Ibn Khaldun telah mendahului pemikiran
ekonom barat. Ibn Taimiyah memiliki pengetahuan yang luas sehingga
mampu menulis pemikiran ekonomi dalam perspektif yang
komprehensif. Ibn Khaldun mempunyai pandangan yang jelas tentang
hubungan faktor-faktor dinamika sosial, moral, ekonomi dan politik yang
berbeda, namun saling berkaitan satu sama lain dan berperan terhadap
kemajuan masyarakat. Kitab Muqaddimah berisi pembahasan mengenai
prinsip ekonomi. Tidaklah diragukan bahwa Muqaddimah merupakan
hasil pemikiran Ibn Khaldun tentang pemikiran-pemikiran ekonomi.
Pengetahuan Ibn Khaldun tentang prinsip-prinsip ekonomi sangat dalam,
dan jauh ke depan. Bahkan banyak pemikirannya yang masih relevan dan
menjadi dasar bagi pakar ekonomi Islam modern.
Dalam analisisnya, Ibn Khaldun membagi fenomena harga
berdasarkan jenis barang,yaitu: (1) barang kebutuhan dasar dan (2)
barang pelengkap. Menurutnya, apabila suatu pasar berkembang dan
selanjutnya populasi bertambah (menjadi pasar besar), maka pengadaan
barang-barang kebutuhan dasar akan mendapatkan keutamaan. Hal ini
dapat diilustrasikan sebagai berikut:
5

Dari diagram di atas menerangkan bahwa: supply bahan pokok penduduk


pusat kota (QS2) jauh lebih besar dan pada supply bahan dasar penduduk kota kecil
(QS1). Dimana menurut Ibn Khaldun, penduduk pasar besar memiliki supply bahan
pokok yang melebihi keperluannya sehingga harga bahan pokok di pasar besar
relatif lebih murah (P2). Sementara itu, supply bahan pokok di pasar kecil relatif
kecil, karena itu orang akan lebih khawatir kehabisan makanan sehingga harganya
relatif lebih mahal (P1). Kesimpulan adaalah terjadinya proses peningkatan
disposableincome. Dari penduduk kota naiknya disposable income dapat
meningkatkan marginal propensity to consume terhadap barang-barang mewah dari
penduduk kota tersebut. Konsep pemahaman ekonomi Ibn Khaldun telah digunakan
oleh ekonom barat, dan dijadikan sebagai dasar atau konsep dalam ekonomi
konvensional.

3. Al-Ghazālī (451-505 H/ 1055- 1111 M )


Wawasan dan pengetahuan Al-Ghazālī sangatlah luas, terutama tentang
evolusi pasar, peranan uang dan penentuan kebijakan. Perhatian Al-Ghazālī
tertumpu kepada perilaku individu yang dibahas secara rinci berdasarkaan al-
Qurān, al-Ḥadīth dan Ijma. Ia memiliki padangan bahwa setiap manusia harus
memenuhi keperluan hidupnya dan melaksanakan kewajiban beribadah kepada
Allah. Al-Ghazālī memberikan peringatan bahwa pemimpin harus menjamin
kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Prinsip keadilan, apabila ada rakyat yang tidak
mampu dalam membiayai kehidupannya, maka seluruh rakyat berkecukupan
harus membantu meringankan bebannya.
Pandangan Al-Ghazālī terhadap pajak, menginspirasi dalam penentuan
monetary policy pada masa modern.Al-Ghazālī tentang pertukaran barang (barter),
tidak efisien sistem barter dan kepentingan dan fungsi uang. Rafiq al-Mișrī
memberikan satu tanggapan pada fungsi uang pada pemikiran Al-Ghazālī ialah
sebagai dasar nilai, media pertukaran, dan nilai simpanan. Uang tidak boleh
menjadi bahan pertukaran dengan wang itu sendiri, kecuali dengan membelanjakan
6

dengan barang yang kemudian barang tersebut dijual kembali dengan margin yang
disepakati.2

B. Pemikiran Ekonomi Islam pada Masa Kontemporer

Pemikiran ekonomi Islam kontemporer menurut Abdul Mannan dan Syed


Nawab Haider Naqvi adalah ekonomi Islam yang dihasilkan dari agama Allah
dan mengikat semua manusia tanpa terkecuali. Ekonomi Islam memberikan
bantuan agar manusia tidak menjadi budak ekonomi, melainkan menjadi
pengendali ekonomi.3

Dalam pemikiran ekonomi Islam kontemporer dikenal beberapa tokoh


diantaranya adakah M. Nejatullah Siddiqi, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad
Iqbal, Syekh Ahmad Sirhindi, M. Umer Chapra, M. Abdul Mannan dan lain-lain.
Pada bagian ini akan dibahas mengenai pemikiran oleh M. Nejatullah Siddiqi,
M. Umer Chapra, dan M. Abdul Mannan.

1. M. Nejatullah Siddiqi
Menurut M. Nejatullah Siddiqi, pemikiran ekonomi Islam adalah
suatu pemikiran yang terinispirasi dari ketetapan-ketetepan yang
terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah, terutama dalam hubungan
kehidupan ekonomi interpersonal. Siddiqi menolak determinisme
ekonomi Marx. Determinisme adalah paham yang menganggap kejadian
atau tindakan baik yang jasmani maupun rohani merupakan konsekuensi
kejadian sebelumnya dan ada diluar dugaan. Menurutnya ekonomi Islam
merupakan kerangka Islam, kemakmuran, kesejahteraan guna mencapai
tujuan spiritual dan moral. Oleh karena itu, ia mengusulkan modifikasi

2
Ahmad Maulidizen “PEMIKIRAN DAN KONTRIBUSI TOKOH EKONOMI ISLAM
KLASIK DAN KONTEMPORER”, kompasiana, hal 1, diakses dari http://ojs.uscnd.ac.id,
pada 20 November 2019 pukul 13:09 WITA
3
Muhammad Nur Kholil “Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer menurut Abdul
Mannan dan Syed Nawab Haider Naqvi”, kompasiana, hlm.1, diakses dari
https://www.kompasiana.com/mnkholil/5qq04658bde57553715c37e2/pola-pemikiran-
ekonomi-islam-menurut-perspektif-m-abdul-mannan-dan-syed-nawab-haider-naqvi,
pada tanggal 19 November 2019 pukul 16:07 WITA.
7

teori ekonomi Neo-Klasik konvensional dan peralatannya untuk


mewujudkan perubahan dalam orientasi nilai, penataan kelembagaan dan
tujuan yang dicapai.
Siddiqi dalam teori keilmuwannya menggunakan paradigmatik
keilmuwan Islam (Islamic Worldview) dan landasan filosofis ilmunya
yaitu tauhid,khalifah, ibadah, dan takaful yang yang bersumber pada Al-
Qur’an dan Sunnah sebagai sumber dan norma kegiatan ekonomi.
Muhammad Nejatullah Siddiqi memandang pemenuhan kebutuhan
ekonomi sebagai suatu sarana untuk mencapai tujuan yang lebih besar
dan itu merupakan sarana untuk mencapai perdamian, kebebasan dari
rasa lapar, dari rasa takut serta penguasaan oleh siapapun selain Allah
SWT, ia merupakan sarana bagi terwujudnya hubungan persaudaraan
yang saling mencintai orang lain dengan secara umum.
2. M. Umer Chapra
Umer Chapra merupakan salah satu pemikir ekonomi Islam yang
memahami secra mendalam tentang ekonomi Islam dan ekonomi
konvensional sekaligus. Ditambah dengan pengalamannya sebagai
praktisi selama 35 tahun di Saudi Arabian Monetary Agency (SAMA)
kerajaan Arab Saudi dengan jabatan terakhir penasihat ekonomi senior
menjadikan Chapra sebagai pemikir sekaligus praktisi ekonomi
kontemporer yang andal dan mumpuni.
Adapun beberapa konsep ekonomi yang ditawarkan oleh Umer
yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi Islam
kontempor sebagai berikut
1) Prinsip dasar Islam
Chapra memandang tiga prinsip dasar Islam yaitu, tauhid,
khilafah, dan ‘adalah (keadilan) sebagai suatu kerangka yang
tidak saja membentuk Islamic Wordview tetapi juga maqasid
strategi. Tauhid menjadikan landasan dalam menjalankan
aktivitas kehidupannya bagi setiap muslim. Pwinsip ini
mereflesikan bahwa Allah adalah penguasa dan pemilik tunggal
8

jagat raya ini.prinsip tauhid lah yang mendasari prinsip khilafah


dan ‘adalah.4
Prinsip khilafah merepresentasikan bahwa manusia adalah
khalifah atau wakil Allah dimuka bumi. Misi khalifah adalah
bahwa ia mempunyai kebebebasan dalam berpikir, memilih,
mengubah kondisi hidupnya menurut keinginannya. Menurut
Umer Chapra ada empat faktor yang mempengaruhi prinsip
khalifah dalam hubungannya dengan ekonomi Islam, yaitu
universal brotherhood (persaudaraan universal), resource are a
trust (sumber daya sebagai amanat), humble life style (gaya hidup
sederhana), dan human freedom (kebebasan manusia). Keempat
faktor ini merupakan penyangga khalifah untuk mencapai
kesejahteraan didunia maupun diakhirat.
Prinsip ‘adalah merupakan konsep yang tidak terpisahkan
dari dua konsep sebelumnya karena prinsip ini merupakan bagian
integral dari maqasid al-syariah. Menurut Chapra keadilan dalam
bidang ekonomi menyangkut empat hal yaitu, need fulfillment
(pemenuhan kebutuhan), respectable source of earning (sumber
penghasilan yang terhormat), equitable distribution of income
and wealth (distribusi penghasilan dan harta yang bereadilan),
dan growth and stability (perkembangan dan stabilitas).5
2) Konsep dan sistem ekonomi Islam
Menurut Chapra ekonomi Islam adalah sebuah pengetahuan
yang membantu upaya realilasi kebahagiaan manusia melalui
alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang berada
pada koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa
memberikan kebebasan individu. Sistem ekonomi Islam
berdasarkan pada syariah dan memiliki tujuan untuk

4
Havis Aravik, S.H.I., M.S.I. Sejarah Pemikiean Ekonomi Islam Kontemporer (Depok: PT. Kharisma
Putra Utama,2017) hal 84
5
Ibid.
9

merealisasikan kesejahteraan. 6 Sistem ekonomi Islam berdeda


dengan sistem ekonomi kapitalis maupun sitem ekonomi sosialis.
Dalam sistem ekonomi Islam ada beberapa hal yang boleh untuk
diperdagangkan dan ada yang tidak boleh untuk diperdagangkan.
3. M. Abdul Mannan
M. Abdul Mannan adalah seorang guru besar di Islamic Research
and Training Institute, Islamic Development Bank, Jeddah. Ia termasuk
salah satu pemikir ekonomi Islam yang menonjol. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya karya yang telah dituliskannya, salah satunya yaitu
Islamic Economics: Theory and Practice yang terbit pada 1970. Beberapa
asumsi dasar dalam ekonomi Islam menurut M. Abdul Mannan adalah
sebagai berikut:
1) Mannan tidak percaya kepada “harmony of Interests” yang
terbentuk oleh mekanisme pasar seperti teori Adam Smith.
Sejatinya harmony of interests hanyalah angan-angan yang utopis
karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai naluri untuk
menguasai pada yang lain. Hawa nafsu ini jika tidak dikendalikan
maka akan cenderung merugikan pada yang lain. Begitulah
kehidupan kapitalistik yang saat ini tengah terjadi, dimana
kepentingan pihak-pihak yang kuat secara faktor produksi dan
juga kekuasaan mendominasi percaturan kehidupan.
2) Penolakannya pada Marxis. Teori perubahan Marxis tidak akan
mengarah pada perubahan yang lebih baik. Teori Marxis
hanyalah reaksi dari kapitalisme yang jika ditarik garis merah
tidak lebih dari solusi yang tidak tuntas. Bahkan, lebih jauh teori
Marxis ini cenderung tidak manusiawi karena mengabaikan
naluri manusia yang fitrah, di mana setiap manusia mempunyai
kelebihan antara satu dan lainnya dan itu perlu mendapatkan
reward yang berarti.

6
Havis Aravik, S.H.I., M.S.I. Sejarah Pemikiean Ekonomi Islam Kontemporer (Depok: PT. Kharisma
Putra Utama,2017) hal 86
10

3) Mannan menyebarkan gagasan perlunya melepaskan diri dari


paradigma kaum neo klasik positivis, dengan menyatakan bahwa
observasi harus ditujukan kepada data historis dan wahyu.
Argumen ini sebenarnya bertolak belakang dari agumennya
sendiri untuk meninggalkan paradigma kaum neoklasik yang
mendasarkan pada historis.
4) Mannan menolak gagasan kekuasaan produsen atau kekuasaan
konsumen. Hal tersebut menurutnya akan memunculkan
dominasi dan eksploitasi. Dalam kenyataan, sistem kapitalistik
yang ada saat ini dikotomi kekuasaan produsen dan kekuasaan
konsumen tidak terhindarkan. Oleh karena itu, Mannan
mengusulkan perlunya keseimbangan antara kontrol pemerintah
dan persaingan dengan menjunjung nilai-nilai dan norma-norma
sepanjang diizinkan oleh syariah.
5) Dalam hal pemilikan individu dan swasta, Mannan berpendapat
bahwa Islam mengizinkan pemilikan swasta sepanjang tunduk
pada kewajiban moral dan etik. Dia menambahkan bahwa semua
bagian masyarakat harus memiliki hak untuk mendapatkan
bagian dalam harta secara keseluruhan. Namun, setiap individu
tidak boleh menyalahgunakan kepercayaan yang dimilikinya
dengan cara mengeksploitasi pihak lain. Pandangan Mannan ini
masih bersifat normatif. Mannan dalam beberapa tulisannya
belum menjelaskan secara gamblang cara, instrumen dan sistem
yang dipakai sehingga keharmonisan ekonomi Islam di
masyarakat dapat terwujud.
6) Dalam mengembangkan ilmu ekonomi Islam, langkah pertama
Mannan adalah menentukan basic economic functions yang
secara sederhana meliputi tiga fungsi, yaitu konsumsi, produksi
dan distribusi. Ada lima prinsip dasar yang berakar pada syariah
untuk basic economic functions berupa fungsi konsumsi, yakni
prinsip righteousness, cleanliness, moderation, beneficence dan
morality. Perilaku konsumsi seseorang dipengaruhi oleh
11

kebutuhannya sendiri yang secara umum adalah kebutuhan


manusia yang terdiri dari necessities, comforts dan luxuries.
Aspek penting lainnya adalah aspek distribusi pendapatan dan
kekayaan. Mannan mengajukan rumusan beberapa kebijakan
untuk mencegah konsentrasi kekayaan pada sekelompok
masyarakat saja melalui implementasi kewajibanyang
dijustifikasi secara Islam dan distribusi yang dilakukan secara
sukarela.
Ciri – ciri dan Kerangka Institusional berdasarkan asumsi dasar di
atas, Mannan membahas sifat, ciri dan kerangka institusinal ekonomi Islam,
sebagai berikut:
1) Kerangka Sosial Islam dan Hubungan yang Terpadu antara Individu,
Masyarakat, dan Negara
2) Kepemilikan Swasta yang Relatif dan Kondisional
3) Mekanisme Pasar Didukung Oleh Kontrol, Pengawasan dan Kerja
Sama dengan Perusahaan Negara Terbatas.
4) Implementasi Zakat dan Penghapusan Bunga (Riba)
a. Distribusi
Mannan memandang kepedulian Islam secara
realistis kepada si miskin demikian besar sehingga Islam
menekankan pada distribusi pendapatan secara merata dan
merupakan pusat berputarnya pola produksi dalam suatu
negara Islam. Mannan berpendapat bahwa distribusi
merupakan basis fundamental bagi alokasi sumber daya.
b. Produksi
Mannan berpendapat bahwa produksi terkait dengan
utility atau penciptaan nilai guna. Agar dapat dipandang
sebagai utility dan mampu meningkatkan kesejahteraan,
maka barang dan jasa yang diproduksi harus berupa hal-hal
yang halal dan menguntungkan, yaitu hanya barang dan jasa
yang sesuai aturan syariah. Menurut Mannan, konsep Islam
mengenai kesejahteraan berisi peningkatan pendapatan
12

melalui peningkatan produksi barang yang baik saja, melalui


pemanfaatan sumber-sumber tenaga kerja dan modal serta
alam secara maksimal maupun melalui partisipasi jumlah
penduduk maksimal dalam proses produksi. 7

7
Sugeng Santoso ”Sejarah Ekonomi Islam Masa Kontemporer” AN-NISBAH vol 03, No 1, 2016 hal
61-65
13
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumya dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekonomi Islam pada masa klasik merupakan fase awal lahirnya Islsm
hingga abad ke-5 H atau sekitar abad ke-11.
2. Ibn Taimiyah menjelaskan 3 teori keadilan dalam aktivitas ekonomi,
yaitu upah yang adil, keuntungan yang adil, dan harga yang adil.
3. Konsep pemahaman ekonomi Ibn Khaldun telah digunakan oleh ekonom
barat, dan dijadikan sebagai dasar atau konsep dalam ekonomi
konvensional.
4. Pandangan Al-Ghazālī terhadap pajak, menginspirasi dalam penentuan
monetary policy pada masa modern.Al-Ghazālī tentang pertukaran
barang (barter), tidak efisien sistem barter dan kepentingan dan fungsi
uang.
5. Pemikiran ekonomi Islam kontemporer adalah ekonomi Islam yang
dihasilkan dari agama Allah dan mengikat semua manusia tanpa
terkecuali.
6. Menurut Muhammad Nejatullah Siddiqi ekonomi Islam adalah suatu
pemikiran yang terinispirasi dari ketetapan-ketetepan yang terkandung
dalam Al-Qur’an dan Sunnah, terutama dalam hubungan kehidupan
ekonomi interpersonal.
7. Chapra memandang tiga prinsip dasar Islam yaitu, tauhid, khilafah, dan
‘adalah (keadilan) sebagai suatu kerangka yang tidak saja membentuk
Islamic Wordview tetapi juga maqasid strategi.
8. Menurut Mannan sistem ekonomi Islam adalah kesejahteraan ekonomi
yang dapat dicapai tidak ditentukan berdasarkan materi saja, tetapi
berorientasi juga pada etika Islam.

14
15

B. Saran
Sebagai seorang muslim sebaiknya kita memanfaatkan waktu
dengan semaksimal mungkin, salah satunya yakni dengan mendalami
pemahaman mengenai ekonomi Islam. Pendalaman ini dapat dilakukan
melalui literasi digital ataupun melalui kajian mingguan dengan orang yang
lebih berpengalaman dibidang muamalah. Hal ini sangat penting karena
umat Islam tidak lepas dari aktivitas kesehariannya bermuamalah.
DAFTAR PUSTAKA

Aravik, Havis. 2017. Sejarah Pemikiean Ekonomi Islam Kontemporer. Depok:


PT. Kharisma Putra
Munif, NA. 2016. “BAB III PEMIKIRAN SISTEM EKONOMI ISLAM ABAD
KLASIK”. Hal 42. Tulungagung: makalah repo.iain-tulungagung.
Maulidizen, Ahmad “PEMIKIRAN DAN KONTRIBUSI TOKOH EKONOMI
ISLAM KLASIK DAN KONTEMPORER”, kompasiana, hal 1, diakses dari
http://ojs.uscnd.ac.id, pada 20 November 2019 pukul 13:09 WITA
Kholil, Muhammad Nur “Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer menurut Abdul
Mannan dan Syed Nawab Haider Naqvi”, kompasiana, hlm.1, diakses dari
https://www.kompasiana.com/mnkholil/5qq04658bde57553715c37e2/pola
-pemikiran-ekonomi-islam-menurut-perspektif-m-abdul-mannan-dan-syed-
nawab-haider-naqvi, pada tanggal 19 November 2019 pukul 16:07 WITA.
Santoso, Sugeng. 2016. ”Sejarah Ekonomi Islam Masa Kontemporer” . Vol 03.
No 1. hal 61-65 Tawangsari: An-Nisbah

16

Anda mungkin juga menyukai