Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nurmila

NIM : 18 0401 0080


Kelas : Ekis 3C

MEKANISME PASAR DALAM PERSPEKTIF SEJARAH ISLAM


Mekanisme pasar adalah suatu proses penentuan tingkat harga berdasarkan dari kekuatan
permintaan dan penawaran. Definisi mekanisme pasar yang lainnya yaitu kecenderungan
dalam pasar bebas untuk terjadinya perubahan dari harga hingga pasar menjadi seimbang
(jumlah yang penawaran sama dengan jumlah permintaan).
Konsep Islam menegaskan bahwa pasar harus berdiri di atas prinsip persaingan bebas
(perfect competition). Namun demikian bukan berarti kebebasan tersebut berlaku mutlak,
akan tetapi kebebasan yang di bungkus oleh frame syariah, seperti transaksi yang
dilakukan secara benar dan tidak masuk dalam riba untuk mencari keuntungan.
Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang penting dalam perekonomian. Pada
masa Rasulullah dan Khulafaurrasyidin menunjukkan adanya peranan pasar yang besar.
Rasulullah sangat menghargai harga yang dibentuk oleh pasar sebagai harga yang adil.
Beliau menolak adanya price interventation seandainya perubahan harga terjadi karena
mekanisme pasar yang wajar. Islam menganjurkan agar harga berbagai macam barang
dan jasa harus diserahkan pada mekanisme pasar sesuai keekuatan permintaan dan
penawaran.
Pasar berdasarkan Legalitasnya diantaranya adalah:
1. Pasar resmi memperjualbelikan barang dan jasa yang legal dan baik dari cara
menjual, membeli dan penentuan harganya.
2. Pasar gelap, memperoleh barang dengan cara tidak resmi dan harga ditentukan
secarasepihak.
1. Mekanisme Pasar Pada Masa Rasulullah.
Bagi Rasulullah Dzat penetu harga hanyalah Allah semata. Bahkan lebih jauh, intervensi
pemerintah dalam menentukan harga bisa dikategorikan sesuatu yang zalim. Namun yang
jelas nabi memang menghendaki terjadinya persaingan pasar yang adil di Madinah.
Untuk itu beliau menerapkan sejumlah aturan, agar keadilan itu bisa berlangsung yaitu
diantaranya:
a) Melarang tallaqi rukban, yakni menyongsong khalifah di luar kota. Dengan
demikian pedagang tadi mendapat keuntungan dari ketidak tahuan khalifah yang
baru datang dari luar kota terhadap situasi pasar.
b) Mengurangi timbangan dilarang, karena itu berarti barang dijual dengan harga
sama tetapi jumlah yang sedikit.
c) Menyembunyikan cacat barang, karena itu berarti penjual mendapat harga baik
dari barang yang buruk.
d) Sejumlah larangan lain agar tidak tercapainya persaingan yang adil di pasar.
Pasar memegang peranan penting dalam perekonomian masyarakat muslim pada masa
Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin. Bahkan, Muhammad SAW pada awalnya adalah
seorang pebisnis. Demikian pula Khulafaurrasyidin dan sebagian besar sahabat.
Muhammad SAW adalah seorang pedagang profesional dan selalu menjunjung tinggi
kejujuran. Ia mendapat julukan al-amin (yang tepercaya). Pada saat awal perkembangan
Islam di Makkah, Rasulullah dan para sahabatnya lebih memprioritaskan perjuangan dan
dakwah. Ketika masyarakat muslim hijrah ke Madinah, peran Rasulullah bergeser
menjadi pengawas pasar atau al-muhtasib. Beliau mengawasi jalannya mekanisme pasar
di Madinah dan sekitarnya agar tetap dapat berlangsung secara Islami.
Pada saat itu mekanisme pasar sangat dihargai. Beliau menolak untuk membuat kebijakan
penetapan harga ketika tingkat harga di Madinah pada saat itu tiba-tiba naik. Sepanjang
kenaikan terjadi karena kekuatan permintaan dan penawaran yang murni, yang tidak
dibarengi dengan dorongan monopistik dan monopsonistis, maka tidak ada alasan untuk
tidak menghormati harga pasar. Pada saat itu para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah
tentukanlah harga untuk kita!" Beliau menjawab, "Allah itu sesungguhnya adalah penentu
harga, penahan, pencurah, serta pemberi rizki. mengharapkan dapat menemui Tuhanku di
mana salah seorang dari kalian tidak menuntutku karena kezaliman dalam hal darah dan
harta. (Riwayat Bukhari dan Muslim).Dalam ekonomi konvensional, ini diistilahkan oleh
Adam Smith dengan invisible hand yang mengatur pembentukan harga dan pasar.
Dalam hadis di atas, jelas dinyatakan bahwa mekanisme di pasar merupakan hukum alam
(sunnatullah) yang harus dijunjung tinggi. Tak seorang pun secara individual dapat
mempengaruhi pasar, sebab pasar adalah kekuatan kolektif yang telah menjadi ketentuan
Allah. Pelanggaran terhadap harga pasar, misalnya penetapan harga dengan cara dan
karena alasan yang tidak tepat merupakan suatu ketidakadilan yang akan dituntut
pertanggungjawabannya di hadapan Allah. Sebaliknya, dinyatakan bahwa seseorang yang
menjual dagangannya dengan harga pasar laksana orang yang berjuang di jalan Allah,
sedangkan yang menetapkan sendiri termasuk sebuah perbuatan ingkar kepada Allah.
Ada sebuah hadis Rasulullah SAW dari Ibnu Mughnah yang mengungkapkan hal berikut.
Ketika Rasulullah SAW melihat seorang laki-laki menjual makanan dengan harga yang
lebih tinggi dari harga pasar, Rasulullah bersabda, "orang-orang yang datang membawa
barang ke pasar ini laksana orang berjihad fisabilillah, sedangkan orang-orang yang
menaikkan harga adalah seperti orang yang ingkar kepada Allah."( Akhmad Affandi
Mahfudz :2014:19).
Dari kedua hadist diatas bahwasanya yang Rasulullahh tidak menentukan harga untuk
umatnya, karna sesungguhnya Allah lah penentu harga dan sang pemberi rizqi. Yang
dimaksud dengan Allah lah penentu harga adalah apa saja yang terjadi didunia ini baik itu
kenaikan atau penurunan adalah kuasa Allah, dan hanya Allah lah yang berhaq
melakukanya atau tidak sesuai dengan sifat jaiz Allah yaitu "Fi'lu kulli mumkinin
Autarkuhu"(Dikutip dari Aqidatul 'Awam, Ilmu Tauhid Karya Ahmad Marzuqi.) dan
Hadis kedua menjelaskan bahwasanya para pedagang itu adalah orang-orang yang
berjihad fisabilillah, sedangkan orang yang menaikan harga termasuk orang yang ingkar
kepada Allah, intinya perkejaan berdagang itu perkerjaan yang sangat mulia karna itupun
pernah dicontohkan oleh Rasulullah, pekerjaan itu mulia ketika tidak dilakukakan
dengankecurangan.
1) Masa Khulafaur Rasyidin
Kebijakan ekonomi di masa Khulafaur Rasyidin secara prinsip sesungguhnya
meneruskan yang dilaksanakan Rasulullah. Penyempurnaan dilakukan disaat ini sebagai
bagian dari proses kejuan dan mengantisipasi keadaan. Pada masa Abu Bakar misalnya,
tidak ada hal terlalu menonjol kecuali sikap Abu Bakar yang sangat tegas terhadap satu
kaum yang tidak bersedia membayar zakat, kebijakan Abu Bakar ini tidak ada
hubungannya dengan mekanisme pasar.
2. Mekanisme Pasar Pada Masa Umayyah ( Abu Yusuf )
Agak sulit mengumpulkan informasi tentang kebijakan mekanisme pasar di masa dinasti
Ummayyah. Namun yang jelas ketika itu perdagangan telah berkembang pesat, dan
bukan sekedar pasar tradisional dengan cakupan wilayah dan komoditas yang terbatas.
Tampaknya ini merupakan indikasi yang cukup kuat bahwa mekanisme pasar bebas telah
diterapkan pada masa itu, sebagai kelanjutan kebijakan yang telah diterapkan Rasulullah
dan Khulafaur Rasyidin.
Abu Yusuf tercatat sebagai ulama yang pertama kali menyinggung mekanisme pasar.
Pemikiran Abu Yusuf tentang pasar dapat dilihat dalam bukunya yang berjudul Al-
Kharaj. Ia merumuskan hukum permintaan dan penawaran di pasar dan penentuan tingkat
harga meskipun kata permintaan dan penawaran tidak dikatakan secara eksplisit.
Abu Yusuf mengkritiki fenomena ekonomi yang terjadi pada masanya. Fenomena yang
terjadi pada masa Abu Yusuf adalah ketika terjadi kelangkaan barang, harga cenderung
akan tinggi. Sementara itu, pada saat barang tersebut melimpah, harga akan cenderung
turun atau lebih rendah. Hubungan harga dan kuantitas dalam pemintaan pada masa
tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut:
D = Q = f (Q)
Dari formulasi ini, kita dapat menyimpulkan bahwa hukum ditanggapi menyatakan
bahwa apabila harga komoditas naik, dengan hal itu konsumen akan menurunkan jumlah
komoditas yang dibeli. Apabila harga komoditas turun, hal itu akan ditanggapi oleh
konsumen dengan meningkatkan jumlah komoditas yang dibeli. Abu Yusuf membantah
bahwa "apabila persediaan barang sedikit, harga akan mahal, dan sebaliknya, apabila
persediaan barang melimpah, harga akan murah". Tidak selalu terjadi.
3. Mekanisme Pasar Pada Masa Abbasiyah I ( Imam Al-Ghasali )
Al-Ghazali saat itu sudah berfikiran bahwa timbulnya harga adalah dari kekuatan
permintaan dan penawaran. Bagi Al-Ghazali, pasar merupakan bagian dari keteraturan
alami. Ia menjelaskan evolusi terciptanya pasar secara rinci dalam bukunya Ulumuddin.
Yang lebih mengagumkan adalah, Ghazali rupanya paham konsep elastisitas permintaan.
Menurutnya, “mengurangi margin keuntungan dengan menjual pada harga yang lebih
murah akan meningkatkan volume penjualan, dan akhirnya meningkatkan keuntungan
pula”.
Kitab Al-Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali banyak membahas topik-topik
ekonomi termasuk pasar. Dalam magnum opusnya itu, ia telah membicarakan tentang
barter dan permasalahannya, pentingnya aktivitas perdagangan, serta evolusi terjadinya
pasar, termasuk bekerjanya kekuatan permintaan dan penawaran dalam mempengaruhi
harga.
Dalam penjelasannya tentang proses terbentuknya suatu pasar, ia menyatakan, "Dapat
saja petani hidup saat alat-alat pertanian tidak tersedia. Sebaliknya, pandai besi dan
tukang kayu hidup saat lahan pertanian ada". Namun, secara alami mereka akan saling
memenuhi kebutuhan masing-masing. Dapat saja terjadi tukang kayu membutuhkan
makanan, tetapi petani tidak membutuhkan alat-alat tersebut. Keadaan ini menimbulkan
masalah. oleh karena itu, secara alami pula orang akan terdorong untuk menyediakan
tempat penyimpanan alat-alat di satu pihak dan penyimpanan hasil pertanian di pihak
lain. Tempat inilah yang kemudian didatangi pembeli sesuai kebutuhannya masing-
masing sehingga terbentuklah pasar.
4. Mekanisme Pasar Pada Masa Abbasiyah II
1) Ibnu Taimiyyah
Ibnu Taimiyah dengan yakin mengatakan bahwa harga memang dibentuk oleh
kekuatan penawaran dan permintaan. Maka dengan tegas ia membantah ketika
masyarakat dizamannya menganggap, kenaikan harga adalah hasil kejahatan atau
tindak ketidak adilan dari penjual. Bisa jadi kenaikan harga adalah karena penawaran
yang turun akibat inefisiensi produksi, penurunan impor atau juga tekanan pasar. Jika
penawaran turun sedangkan permintaan meningkat maka harga akan naik, begitu pula
sebaliknya. Bila seluruh transaksi sudah sesuai aturan, maka kenaikan harga
merupakan kehendak Allah SWT. Pemikiran Ibnu al-Qayyim pun secara umum
sejalan dengan Ibnu Taimiyah. Ia berpendapat bahwa pemilikan pribadi dan
kebebasan dalam melakukan kegiatan ekonomi memang harus diakui, namun tetap
dalam koridor keislaman. Penentuan harga juga harus diserahkan kepada kekuatan
pasar. Ketidak sempurnaan pasar dan berbagai distorsi lainnya diserahkan saja pada
kekuatan pasar untuk mengoreksinya sepanjang tidak mempengaruhi kesejahteraan
rakyat. Sedangkan pemikiran Ibnu Kaldun agak berbeda. Ia sudah membedakan
komoditas sebagi barang kebutuhan pokok dan barang mewah. Namun demikian,
ekonomi Islam masih memberikan peluang pada kondisi tertentu untuk melalukan
intervensi harga (price intervention) bila para pedagang melakukan monopoli dan
kecurangan yang menekan dan merugikan konsumen. Di masa Khulafaur Rasyidin,
para khalifah pernah melakukan intrevensi pasar, baik pada sisi supply maupun
demand. Intrevensi pasar yang dilakukan Khulafaur Rasyidin sisi supply ialah
mengatur jumlah barang yang ditawarkan seperti yang dilakukan Umar bin Khattab
ketika mengimpor gandum dari Mesir untuk mengendalikan harga gandum di
Madinah
Sedang intervensi dari sisi demand dilakukan dengan menanamkan sikap sederhana
dan menjauhkan diri dari sifat konsumerisme. [6] Intervensi pasar juga dilakukan
dengan pengawasan pasar (hisbah). Dalam pengawasan pasar ini Rasulullah
menunjuk Said bin Said Ibnul ‘Ash sebagai kepala pusat pasar (muhtasib) di pasar
Mekkah. Penjelasan secara luas tentang peranan wilayah hisbah ini akan
dikemukakan belakangan.
Pemikiran Ibnu Taimiyah mengenai mekanisme pasar banyak diungkapkan melalui
bukunya yang sangat terkenal, yaitu Al-Hisbah fi'l Al-Islam dan Majmu' Fatawa.
Pandangan Ibnu Taimiyah mengenai pasar terfokus pada pergerakan harga yang
terjadi pada waktu itu, tetapi diletakkan dalam kerangka mekanisme pasar. Secara
umum, beliau telah menunjukkan the beauty of market (keindahan mekanisme pasar
sebagai mekanisme ekonomi), di samping segala kelemahannya. Ibnu Taimiyah
berpendapat bahwa kenaikan harga tidak selalu disebabkan oleh ketidakadilan dari
para pedagang atau penjual. Harga merupakan hasil interaksi hukum permintaan dan
penawaran yang terbentuk karena berbagai faktor yang kompleks. "Naik turunnya
harga tidak selalu disebabkan oleh adanya ketidakadilan dari beberapa bagian
produksi, penurunan terhadap barang yang diminta, atau tekanan pasar. Oleh karena
itu, jika permintaan terhadap barang-barang tersebut naik, sedangkan ketersediaannya
penawaran menurun, harganya pun akan naik. Sebaliknya jika ketersediaan barang
meningkat dan permintaan terhadapnya turun, harga barang tersebut akan turun juga.
2) Ibnu Khaldun
Pemikiran Ibnu Khaldun tentang pasar ditulis dalam bukunya yang monumental Al-
muqadimah. Ia membagi barang-barang menjadi dua kategori, yaitu barang pokok
dan barang mewah. Menurut Ibnu Khaldun, jika suatu kota berkembang dan jumlah
penduduknya semakin banyak, harga barang-barang pokok akan menurun sementara
harga barang mewah akan meningkat. Menurutnya, jika suatu kota berkembang dan
jumlah penduduknya semakin banyak, harga barang-barang pokok akan menurun
sementara harga barang mewah akan naik. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya
penawaran bahan pangan dan barang pokok lainnya sebab barang ini sangat penting
dan dibutuhkan oleh setiap orang sehingga pengadaannya akan diprioritaskan.
Sementara itu, harga barang mewah akan naik sejalan dengan meningkatnya gaya
hidup yang mengakibatkan peningkatan permintaan barang mewah ini. Di sini, Ibnu
Khaldun sebenarnya menjelaskan pengaruh permintaan dan penawaran terhadap
tingkat harga. Secara merinci, ia juga menjelaskan pengaruh persaingan di antara para
konsumen dan meningkatnya biaya-biaya akibat perpajakan dan pungutan-
pungutan lain terhadap tingkat harga.

Anda mungkin juga menyukai