0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
118 tayangan4 halaman
1) Dokumen tersebut membahas sejarah mekanisme pasar dalam perspektif Islam, mulai dari masa Rasulullah hingga masa Abbasiyah.
2) Pada masa Rasulullah, pasar berjalan secara bebas namun teratur berdasarkan aturan-aturan untuk mencapai persaingan yang adil. Harga ditentukan oleh mekanisme pasar dan intervensi pemerintah dalam menentukan harga dilarang.
3) Pemikiran mengenai mekanisme pas
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Mekanisme pasar dalam perspektif sejarah islam .doc
1) Dokumen tersebut membahas sejarah mekanisme pasar dalam perspektif Islam, mulai dari masa Rasulullah hingga masa Abbasiyah.
2) Pada masa Rasulullah, pasar berjalan secara bebas namun teratur berdasarkan aturan-aturan untuk mencapai persaingan yang adil. Harga ditentukan oleh mekanisme pasar dan intervensi pemerintah dalam menentukan harga dilarang.
3) Pemikiran mengenai mekanisme pas
1) Dokumen tersebut membahas sejarah mekanisme pasar dalam perspektif Islam, mulai dari masa Rasulullah hingga masa Abbasiyah.
2) Pada masa Rasulullah, pasar berjalan secara bebas namun teratur berdasarkan aturan-aturan untuk mencapai persaingan yang adil. Harga ditentukan oleh mekanisme pasar dan intervensi pemerintah dalam menentukan harga dilarang.
3) Pemikiran mengenai mekanisme pas
Mekanisme pasar adalah suatu proses penentuan tingkat harga berdasarkan dari kekuatan permintaan dan penawaran. Definisi mekanisme pasar yang lainnya yaitu kecenderungan dalam pasar bebas untuk terjadinya perubahan dari harga hingga pasar menjadi seimbang (jumlah yang penawaran sama dengan jumlah permintaan). Konsep Islam menegaskan bahwa pasar harus berdiri di atas prinsip persaingan bebas (perfect competition). Namun demikian bukan berarti kebebasan tersebut berlaku mutlak, akan tetapi kebebasan yang di bungkus oleh frame syariah, seperti transaksi yang dilakukan secara benar dan tidak masuk dalam riba untuk mencari keuntungan. Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang penting dalam perekonomian. Pada masa Rasulullah dan Khulafaurrasyidin menunjukkan adanya peranan pasar yang besar. Rasulullah sangat menghargai harga yang dibentuk oleh pasar sebagai harga yang adil. Beliau menolak adanya price interventation seandainya perubahan harga terjadi karena mekanisme pasar yang wajar. Islam menganjurkan agar harga berbagai macam barang dan jasa harus diserahkan pada mekanisme pasar sesuai keekuatan permintaan dan penawaran. Pasar berdasarkan Legalitasnya diantaranya adalah: 1. Pasar resmi memperjualbelikan barang dan jasa yang legal dan baik dari cara menjual, membeli dan penentuan harganya. 2. Pasar gelap, memperoleh barang dengan cara tidak resmi dan harga ditentukan secarasepihak. 1. Mekanisme Pasar Pada Masa Rasulullah. Bagi Rasulullah Dzat penetu harga hanyalah Allah semata. Bahkan lebih jauh, intervensi pemerintah dalam menentukan harga bisa dikategorikan sesuatu yang zalim. Namun yang jelas nabi memang menghendaki terjadinya persaingan pasar yang adil di Madinah. Untuk itu beliau menerapkan sejumlah aturan, agar keadilan itu bisa berlangsung yaitu diantaranya: a) Melarang tallaqi rukban, yakni menyongsong khalifah di luar kota. Dengan demikian pedagang tadi mendapat keuntungan dari ketidak tahuan khalifah yang baru datang dari luar kota terhadap situasi pasar. b) Mengurangi timbangan dilarang, karena itu berarti barang dijual dengan harga sama tetapi jumlah yang sedikit. c) Menyembunyikan cacat barang, karena itu berarti penjual mendapat harga baik dari barang yang buruk. d) Sejumlah larangan lain agar tidak tercapainya persaingan yang adil di pasar. Pasar memegang peranan penting dalam perekonomian masyarakat muslim pada masa Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin. Bahkan, Muhammad SAW pada awalnya adalah seorang pebisnis. Demikian pula Khulafaurrasyidin dan sebagian besar sahabat. Muhammad SAW adalah seorang pedagang profesional dan selalu menjunjung tinggi kejujuran. Ia mendapat julukan al-amin (yang tepercaya). Pada saat awal perkembangan Islam di Makkah, Rasulullah dan para sahabatnya lebih memprioritaskan perjuangan dan dakwah. Ketika masyarakat muslim hijrah ke Madinah, peran Rasulullah bergeser menjadi pengawas pasar atau al-muhtasib. Beliau mengawasi jalannya mekanisme pasar di Madinah dan sekitarnya agar tetap dapat berlangsung secara Islami. Pada saat itu mekanisme pasar sangat dihargai. Beliau menolak untuk membuat kebijakan penetapan harga ketika tingkat harga di Madinah pada saat itu tiba-tiba naik. Sepanjang kenaikan terjadi karena kekuatan permintaan dan penawaran yang murni, yang tidak dibarengi dengan dorongan monopistik dan monopsonistis, maka tidak ada alasan untuk tidak menghormati harga pasar. Pada saat itu para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah tentukanlah harga untuk kita!" Beliau menjawab, "Allah itu sesungguhnya adalah penentu harga, penahan, pencurah, serta pemberi rizki. mengharapkan dapat menemui Tuhanku di mana salah seorang dari kalian tidak menuntutku karena kezaliman dalam hal darah dan harta. (Riwayat Bukhari dan Muslim).Dalam ekonomi konvensional, ini diistilahkan oleh Adam Smith dengan invisible hand yang mengatur pembentukan harga dan pasar. Dalam hadis di atas, jelas dinyatakan bahwa mekanisme di pasar merupakan hukum alam (sunnatullah) yang harus dijunjung tinggi. Tak seorang pun secara individual dapat mempengaruhi pasar, sebab pasar adalah kekuatan kolektif yang telah menjadi ketentuan Allah. Pelanggaran terhadap harga pasar, misalnya penetapan harga dengan cara dan karena alasan yang tidak tepat merupakan suatu ketidakadilan yang akan dituntut pertanggungjawabannya di hadapan Allah. Sebaliknya, dinyatakan bahwa seseorang yang menjual dagangannya dengan harga pasar laksana orang yang berjuang di jalan Allah, sedangkan yang menetapkan sendiri termasuk sebuah perbuatan ingkar kepada Allah. Ada sebuah hadis Rasulullah SAW dari Ibnu Mughnah yang mengungkapkan hal berikut. Ketika Rasulullah SAW melihat seorang laki-laki menjual makanan dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasar, Rasulullah bersabda, "orang-orang yang datang membawa barang ke pasar ini laksana orang berjihad fisabilillah, sedangkan orang-orang yang menaikkan harga adalah seperti orang yang ingkar kepada Allah."( Akhmad Affandi Mahfudz :2014:19). Dari kedua hadist diatas bahwasanya yang Rasulullahh tidak menentukan harga untuk umatnya, karna sesungguhnya Allah lah penentu harga dan sang pemberi rizqi. Yang dimaksud dengan Allah lah penentu harga adalah apa saja yang terjadi didunia ini baik itu kenaikan atau penurunan adalah kuasa Allah, dan hanya Allah lah yang berhaq melakukanya atau tidak sesuai dengan sifat jaiz Allah yaitu "Fi'lu kulli mumkinin Autarkuhu"(Dikutip dari Aqidatul 'Awam, Ilmu Tauhid Karya Ahmad Marzuqi.) dan Hadis kedua menjelaskan bahwasanya para pedagang itu adalah orang-orang yang berjihad fisabilillah, sedangkan orang yang menaikan harga termasuk orang yang ingkar kepada Allah, intinya perkejaan berdagang itu perkerjaan yang sangat mulia karna itupun pernah dicontohkan oleh Rasulullah, pekerjaan itu mulia ketika tidak dilakukakan dengankecurangan. 1) Masa Khulafaur Rasyidin Kebijakan ekonomi di masa Khulafaur Rasyidin secara prinsip sesungguhnya meneruskan yang dilaksanakan Rasulullah. Penyempurnaan dilakukan disaat ini sebagai bagian dari proses kejuan dan mengantisipasi keadaan. Pada masa Abu Bakar misalnya, tidak ada hal terlalu menonjol kecuali sikap Abu Bakar yang sangat tegas terhadap satu kaum yang tidak bersedia membayar zakat, kebijakan Abu Bakar ini tidak ada hubungannya dengan mekanisme pasar. 2. Mekanisme Pasar Pada Masa Umayyah ( Abu Yusuf ) Agak sulit mengumpulkan informasi tentang kebijakan mekanisme pasar di masa dinasti Ummayyah. Namun yang jelas ketika itu perdagangan telah berkembang pesat, dan bukan sekedar pasar tradisional dengan cakupan wilayah dan komoditas yang terbatas. Tampaknya ini merupakan indikasi yang cukup kuat bahwa mekanisme pasar bebas telah diterapkan pada masa itu, sebagai kelanjutan kebijakan yang telah diterapkan Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin. Abu Yusuf tercatat sebagai ulama yang pertama kali menyinggung mekanisme pasar. Pemikiran Abu Yusuf tentang pasar dapat dilihat dalam bukunya yang berjudul Al- Kharaj. Ia merumuskan hukum permintaan dan penawaran di pasar dan penentuan tingkat harga meskipun kata permintaan dan penawaran tidak dikatakan secara eksplisit. Abu Yusuf mengkritiki fenomena ekonomi yang terjadi pada masanya. Fenomena yang terjadi pada masa Abu Yusuf adalah ketika terjadi kelangkaan barang, harga cenderung akan tinggi. Sementara itu, pada saat barang tersebut melimpah, harga akan cenderung turun atau lebih rendah. Hubungan harga dan kuantitas dalam pemintaan pada masa tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut: D = Q = f (Q) Dari formulasi ini, kita dapat menyimpulkan bahwa hukum ditanggapi menyatakan bahwa apabila harga komoditas naik, dengan hal itu konsumen akan menurunkan jumlah komoditas yang dibeli. Apabila harga komoditas turun, hal itu akan ditanggapi oleh konsumen dengan meningkatkan jumlah komoditas yang dibeli. Abu Yusuf membantah bahwa "apabila persediaan barang sedikit, harga akan mahal, dan sebaliknya, apabila persediaan barang melimpah, harga akan murah". Tidak selalu terjadi. 3. Mekanisme Pasar Pada Masa Abbasiyah I ( Imam Al-Ghasali ) Al-Ghazali saat itu sudah berfikiran bahwa timbulnya harga adalah dari kekuatan permintaan dan penawaran. Bagi Al-Ghazali, pasar merupakan bagian dari keteraturan alami. Ia menjelaskan evolusi terciptanya pasar secara rinci dalam bukunya Ulumuddin. Yang lebih mengagumkan adalah, Ghazali rupanya paham konsep elastisitas permintaan. Menurutnya, “mengurangi margin keuntungan dengan menjual pada harga yang lebih murah akan meningkatkan volume penjualan, dan akhirnya meningkatkan keuntungan pula”. Kitab Al-Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali banyak membahas topik-topik ekonomi termasuk pasar. Dalam magnum opusnya itu, ia telah membicarakan tentang barter dan permasalahannya, pentingnya aktivitas perdagangan, serta evolusi terjadinya pasar, termasuk bekerjanya kekuatan permintaan dan penawaran dalam mempengaruhi harga. Dalam penjelasannya tentang proses terbentuknya suatu pasar, ia menyatakan, "Dapat saja petani hidup saat alat-alat pertanian tidak tersedia. Sebaliknya, pandai besi dan tukang kayu hidup saat lahan pertanian ada". Namun, secara alami mereka akan saling memenuhi kebutuhan masing-masing. Dapat saja terjadi tukang kayu membutuhkan makanan, tetapi petani tidak membutuhkan alat-alat tersebut. Keadaan ini menimbulkan masalah. oleh karena itu, secara alami pula orang akan terdorong untuk menyediakan tempat penyimpanan alat-alat di satu pihak dan penyimpanan hasil pertanian di pihak lain. Tempat inilah yang kemudian didatangi pembeli sesuai kebutuhannya masing- masing sehingga terbentuklah pasar. 4. Mekanisme Pasar Pada Masa Abbasiyah II 1) Ibnu Taimiyyah Ibnu Taimiyah dengan yakin mengatakan bahwa harga memang dibentuk oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Maka dengan tegas ia membantah ketika masyarakat dizamannya menganggap, kenaikan harga adalah hasil kejahatan atau tindak ketidak adilan dari penjual. Bisa jadi kenaikan harga adalah karena penawaran yang turun akibat inefisiensi produksi, penurunan impor atau juga tekanan pasar. Jika penawaran turun sedangkan permintaan meningkat maka harga akan naik, begitu pula sebaliknya. Bila seluruh transaksi sudah sesuai aturan, maka kenaikan harga merupakan kehendak Allah SWT. Pemikiran Ibnu al-Qayyim pun secara umum sejalan dengan Ibnu Taimiyah. Ia berpendapat bahwa pemilikan pribadi dan kebebasan dalam melakukan kegiatan ekonomi memang harus diakui, namun tetap dalam koridor keislaman. Penentuan harga juga harus diserahkan kepada kekuatan pasar. Ketidak sempurnaan pasar dan berbagai distorsi lainnya diserahkan saja pada kekuatan pasar untuk mengoreksinya sepanjang tidak mempengaruhi kesejahteraan rakyat. Sedangkan pemikiran Ibnu Kaldun agak berbeda. Ia sudah membedakan komoditas sebagi barang kebutuhan pokok dan barang mewah. Namun demikian, ekonomi Islam masih memberikan peluang pada kondisi tertentu untuk melalukan intervensi harga (price intervention) bila para pedagang melakukan monopoli dan kecurangan yang menekan dan merugikan konsumen. Di masa Khulafaur Rasyidin, para khalifah pernah melakukan intrevensi pasar, baik pada sisi supply maupun demand. Intrevensi pasar yang dilakukan Khulafaur Rasyidin sisi supply ialah mengatur jumlah barang yang ditawarkan seperti yang dilakukan Umar bin Khattab ketika mengimpor gandum dari Mesir untuk mengendalikan harga gandum di Madinah Sedang intervensi dari sisi demand dilakukan dengan menanamkan sikap sederhana dan menjauhkan diri dari sifat konsumerisme. [6] Intervensi pasar juga dilakukan dengan pengawasan pasar (hisbah). Dalam pengawasan pasar ini Rasulullah menunjuk Said bin Said Ibnul ‘Ash sebagai kepala pusat pasar (muhtasib) di pasar Mekkah. Penjelasan secara luas tentang peranan wilayah hisbah ini akan dikemukakan belakangan. Pemikiran Ibnu Taimiyah mengenai mekanisme pasar banyak diungkapkan melalui bukunya yang sangat terkenal, yaitu Al-Hisbah fi'l Al-Islam dan Majmu' Fatawa. Pandangan Ibnu Taimiyah mengenai pasar terfokus pada pergerakan harga yang terjadi pada waktu itu, tetapi diletakkan dalam kerangka mekanisme pasar. Secara umum, beliau telah menunjukkan the beauty of market (keindahan mekanisme pasar sebagai mekanisme ekonomi), di samping segala kelemahannya. Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa kenaikan harga tidak selalu disebabkan oleh ketidakadilan dari para pedagang atau penjual. Harga merupakan hasil interaksi hukum permintaan dan penawaran yang terbentuk karena berbagai faktor yang kompleks. "Naik turunnya harga tidak selalu disebabkan oleh adanya ketidakadilan dari beberapa bagian produksi, penurunan terhadap barang yang diminta, atau tekanan pasar. Oleh karena itu, jika permintaan terhadap barang-barang tersebut naik, sedangkan ketersediaannya penawaran menurun, harganya pun akan naik. Sebaliknya jika ketersediaan barang meningkat dan permintaan terhadapnya turun, harga barang tersebut akan turun juga. 2) Ibnu Khaldun Pemikiran Ibnu Khaldun tentang pasar ditulis dalam bukunya yang monumental Al- muqadimah. Ia membagi barang-barang menjadi dua kategori, yaitu barang pokok dan barang mewah. Menurut Ibnu Khaldun, jika suatu kota berkembang dan jumlah penduduknya semakin banyak, harga barang-barang pokok akan menurun sementara harga barang mewah akan meningkat. Menurutnya, jika suatu kota berkembang dan jumlah penduduknya semakin banyak, harga barang-barang pokok akan menurun sementara harga barang mewah akan naik. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya penawaran bahan pangan dan barang pokok lainnya sebab barang ini sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap orang sehingga pengadaannya akan diprioritaskan. Sementara itu, harga barang mewah akan naik sejalan dengan meningkatnya gaya hidup yang mengakibatkan peningkatan permintaan barang mewah ini. Di sini, Ibnu Khaldun sebenarnya menjelaskan pengaruh permintaan dan penawaran terhadap tingkat harga. Secara merinci, ia juga menjelaskan pengaruh persaingan di antara para konsumen dan meningkatnya biaya-biaya akibat perpajakan dan pungutan- pungutan lain terhadap tingkat harga.