DOSEN PEMBIMBING :
DI SUSUN OLEH :
DESSI YULIA PUTRI
NIM : 182119323
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayahnya kepada kita semua dan umur yang panjang yang kemungkinan sudah kita
gunakan untuk menuju jalan yang sudah diperintahkannya dan meninggal yang
dilarangnya. Shalawat serta serta salam tidak lupa kita hadiahkan kepada junjungan alam
Nabi Muhammad SAW karena telah membawa kita bersama dari alam kebodohan
hingga alam yang cerdik pandai yang kita rasakan sekarang ini. Alhamdulillah dengan
itu semua penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam ................................................. 2
B. Pemikiran Ekonomi Islam: Kilasan Tokoh dan Pemikirannya ................ 4
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, Kami akan membahas mengenai “Sejarah Pemikiran
Ekonomi Islam” dengan rumusan masalah meliputi:
1. Bagaimana perkembangan pemikiran ekonomi Islam di dunia?
2. Siapa sajakah tokoh pemikiran ekonomi Islam?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2. Fase Kedua
Fase ini di mulai pada abad ke-11 sampai dengan abad ke -15 Masehi dikenal
sebagai fase yang cerrmelang karena menginggalkan warisan intelektual yang sangat
kaya. Para cendekiawan Muslim dimasa ini mampu menyusun suatu konsep tentang
bagaimana umat melaksanakan kegiatan ekonomi yang seharusnya yang
berlandaskan Al Qur’an dan Hadits Nabi. Dan secara bersamaan disisi lain, mereka
menghadapi realitas politik yang ditandai oleh dua hal: Pertama, disintegrasi pusat
kekuasaan Bani Abasiyah dan terbaginya kerajaan ke dalam beberapa kekuasan
regional yang mayoritas didasarkan pada kekuatan(power) ketimbang kehendak
rakyat; Kedua, merebaknya korupsi dikalangan para pengusaha diringi dengan
dekadensi moral di kalangan masyarakat yang mengakibatkan terjadianya
ketimpagan yang semakin lebar. Pada masa ini, Kekuassaan Islam yang terbentang
dari Maroko dan Spanyol di barat hingga India di timur telah melahirkan berbagai
pusat kegiatan intelektual. Tokoknya antara lain diwakili oleh Al- Ghazali (W
505H/1111M), Ibnu Taimiyah (W 728H/1328M), Al Syatibi (W 790H/1388 M).
3. Fase Ketiga
Fase ketiga yang dimulai pada tahun 1446 hingga 1932 Masehi merupakan
Fase tertutupnya pintu ijtihad (Independent judgement) yang mengakitbatkan fase
ini menjadi fase stagnasi. Pada fase ini, para fuqaha hanya menulis catatan-catatan
para pendahulunya dan mengeluarkan fatwa yang sesuai dengan aturan standar bagi
masing masing mazhab. Terdapat sebuah gerakan pembaharu selama dua abad
3
terakhir yang menyeru untuk kembali pada Al-Qur’an dan Hadist nabi sebagai
sumber pedoman hidup. Tokoh pemikir islam pada fase ini diwakili oleh Shah Wali
Allah (W 1176 H/1762 M), Jamaluddin Al-Afgani (W 1315H/1897M).
2
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, (Depok: Gramata
Publishing, 2010). hlm.115
3
Ibid. hlm 116
4
S.M. Ghazanfar, Medieval Islamic Economic Thought: Filling The “Great Gap” in European Economics,
(Routledge Curzon: 2003), hlm. 13
4
dibandingkan dengan sewa, karena jika dengan sistem sewa baik nantinya panen
berhasil ataupun tidak penggarap tetap wajib untuk membayar. Hal ini yang akan
merugikan penggarap.
Abu Yusuf menantang keras pajak pertanian. Ia menyarankan agar
petugas pajak diberi gaji dan mereka harus selalu diawasi untuk mencegah
korupsi dan praktik penindasan.5 Abu Yusuf menekankan pentingnya prinsip
keadilan, kewajaran, dan penyesuaian terhadap kemampuan membayar
perpajakan, serta perlunya akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan Negara.6
Kekuatan utama pemikiran Abu Yusuf adalah dalam masalah keuangan publik.
3. Abu Al-Hasan bin Muhammad bin Habib al-Mawardi Al-Basri Al-Syafi’i 364 H (974 M)
Abu Al-Hasan bin Muhammad bin Habib al-Mawardi Al-Basri Al-Syafi’i
lahir dikota basrah pada tahun 364 H (974 M). Setelah mengawali pendidikannya
dikota Basrah dan Baghdad selama dua tahun, ia berkelana diberbagai negeri
islam untuk menuntut ilmu. Diantara guru-guru Al-Mawardi adalah Al-Hasan bin
Ali bin Muhammad bin Al-fadhl Al-Baghdadi Abu Al-Qasim Al-Qusyairi,
Muhammad bin Al-Ma’ali Al-Azdi, dan Ali Abu Al-Asyfarayini.
Berkat keluasan ilmunya, salah satu tokoh besar madzhab syafi’i ini
dipercaya memangku jabatan Qadhi (hakim) diberbagai negeri secara bergantian.
Setelah itu al-mawardi kembali kekota baghdad untuk beberapa waktu kemudian
diangkat sebagai hakim agung pada masa pemerintahan Al-Qaim bin Amrillah
Al-Abbasi.
Sejumlah besar karya ilmiah yang meliputi berbagai bidang kajian dan bernilai
tinggi telah ditulis oleh al-mawardi, seperti Tafsir Al-Qur’an al-Karim, al-amtsal wa al-
hikam, al-hawi al-kabir, al-iqna, al-adab ad-dunya wa ad-din, siyasah al-maliki. Nasihat
al-muluk, al-ahkam ash-shultaniyyah, an-nukat wa al-uyun dan Siyasah al-wizarat wa
as-siyasah al-maliki. Dengan mewariskan berbagai karya tulis yang sangat berharga
tersebut. Al-Mawardi meninggal pada awal tahun 450 H (1058 M) dikota baghdad dalam
usia 86 tahun.
Pemikiran Al-Mawardi tentang ekonomi terutama dalam bukunya yang
berjudul al-Ahkam al-Aulhoniyyah dan al-adab ad-dunya wa ad-Din. Buku yang
pertama banyak membahas tentang pemerintahan dan administrasi, berisi tentang
kewajiban pemerintah, penerimaan, dan pengeluaraan negara, tanah (negara dan
masyarakat), hak prerogratif Negara untuk menghibahkan tanah, kewajiban
negara untuk mengawasi pasar, dan lain-lain. Analisis atas kitab ini dengan
8
Ibid. hlm.137
6
karya-karya sebelumnya yang sejenis menunjukkan bahwa Al-Mawardi
membahas masalah-masalah keuangan dengan cara yang lebih sistematis.
Sumbangan utama Al-Mawardi terletak pada pendapat mereka tentang
pembenaan pajak tambahan dan dibolehkannya peminjaman public.
a. Teori Keuangan Public
Teori keuangan publik selalu terkait dengan peran negara dalam
kehidupan ekonomi. Negara dibutuhkan karena berperan untuk memenuhi
kebutuhan kolektif seluruh warga negaranya. Permasalahan inipun tidak luput
dari perhatian negara islam. Al-Mawardi berpendapat bahwa pelaksanaan
imamah (kepemimpinan politik keagamaan) merupakan kekuasaan mutlak
(absolut) dan pembentukannya merupakan suatu keharusan demi terpeliharanya
agama dan pengelolaan dunia.
Dalam perspektif ekonomi, pernyataan Al-Mawardi ini berarti bahwa
negara memiliki peran aktif demi terealisasinya tujuan material dan spiritual. Ia
menjadi kewajiban moral bagi bangsa dalam membantu merealisasikan kebaikan
bersama, yaitu memelihara kepentingan masyarakat serta mempertahankan
stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian seperti para pemikir
muslim sebelumnya, al-mawardi memandang bahwa dalam islam pemenuhan
dasar setiap anggota masyarakat bukan saja merupakan kewajiban penguasa dari
sudut pandang ekonomi, melainkan moral dan agama.
Selanjutnya al-mawardi berpendapat bahwa negara harus menyediakan
infrastruktur yang diperlukan bagi perkembangan ekonomi dan kesejahteraan
umum. Menurutnya ,
“Jika hidup dikota menjadi tidak mungkin karena tidak berfungsinya
fasilitas sumber air minum, atau rusaknya tembok kota, maka negara harus
bertanggung jawab untuk memperbaikinya dan jika tidak memiliki dana, negara
harus menemukan jalan untuk memperolehnya.”
Al-Mawardi menegaskan bahwa negara wajib mengatur dan membiayai
pembelanjaan yang dibutuhkan oleh layanan public karena setiap individu tidak
mungkin membiayai jenis layanan semacam itu. Dengan demikian, layanan
public merupakan kewajiban sosial (fardh kifayah) dan harus bersandar kepada
kepentingan umum. Pernyataan Al-Mawardi ini semakin mempertegas pendapat
para pemikir muslim sebelumnya yang menyatakan bahwa untuk mengadakan
7
proyek dalam kerangka pemenuhan kepentingan umum. Negara dapat
menggunakan dana Baitul Mal atau membebankan kepada individu-individu yang
memiliki sumber keuangan yang memadai.
b. Perpajakan
Perpajakan sebagaimana trend pada masa klasik, masalah perpajakan juga
tidak luput dari perhatian al-mawardi. Menurutnya, penilaian atas kharaj harus
berfariasi sesuai dengan faktor-faktor yang menentukan kemampuan tanah dalam
membayar pajak, yaitu kesuburan tanah, jenis tanaman dan sistem irigasi.
Lebih jauh ia menjelaskan alasan penyebutan ketiga hal tersebut sebagai
faktor-faktor penilaian kharaj. Kesuburan tanah merupakan faktor yang sangat
penting dalam melakukan penilaian kharaj karena sedikit banyaknya jumlah
produksi bergantung kepadanya. Jenis tanaman juga berpengaruh terhadap
penilaian kharaj karena berbagai jenis tanaman mempunyai variasi harga yang
berbeda-beda. Begitupula halnya dengan sistem irigasi. Disamping ketiga faktor
tersebut al-mawardi juga mengungkapkan faktor yang lain, yaitu jarak antara
tanah yang menjadi objek kharaj dengan pasar. Faktor terakhir ini juga sangat
relevan karena tinggi-rendahnya harga berbagai jenis barang tergantung pada
jarak tanah dari pasar. Dengan demikian, dalam pandangan al-mawardi keadilan
baru akan terwujud terhadap para pembayar pajak mempertimbangkan setidaknya
empat faktor dalam melakukan penilaian suatu objek kharaj, yaitu kesuburan
tanah, jenis tanaman, system irigasi dan jarak tanah ke pasar.”
Tentang metode penerapan kharaj, al-mawardi menyarankan untuk
menggunakan salah satu dari tiga metode yang pernah diterapkan dalam sejarah
islam, yaitu:
1) Metode Misahah, metode penerapan kharaj berdasarkan ukuran tanah. Metode
ini merupakan Fixed tax, terlepas dari apakah tanah tersebut ditanami atau
tidak, selama tanah tersebut bisa di tanami.
2) Metode penetapan kharaj berdasarkan ukuran tanah yang ditanami saja. Dalam
metode ini, tanah subur yang tidak dikelola tidak masuk dalam penilaian objek
kharaj.
3) Metode Musaqah yaitu metode penetapan kharaj berdasarkan presentase dari
hasil produksi (proportional tax). Dalam metode ini, pajak dipungut setelah
tanaman mengalami masa panen.
8
Buku yang kedua banyak membahas tetntang perilaku ekonomi muslim
secara individual. Buku ini menyampaikan ajaran-ajaran tasawuf tentang budi
luhur. Individu dalam perekonomian yang meliputi 4 mata pencaharian utama
yaitu: pertanian, peternakan, perdagangan, dan industry. Selain itu, buku ini juga
membahas perilaku-perilaku yang merusak budi luhur, antara lain : ketamakan
dalam menimbun kekayaan dan menurut kekuasaan. Al-mawardi juga membahas
tentang berbagai hukum syari’ah dari mudharabah dalam karyanya al-hawi al-
mudharabah. Beberapa fuqaha tidak memperbolehkan mudharabah, sementara
imam hambali memperbolehkannya9.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah pemikiran ekonomi islam berawal sejak adanya Al-quran dan Hadits,
yaitu pada kehidupan Nabi Muhammad SAW. Sistem Ekonomi di masa Rosulullah
sangat kompleks dan sempurna , meskipun pada masa setelahnya tetap dilakukan
9
Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, Ekonisika, Yogyakarta, 2003, hlm 75
9
perbaikan. Jenis-jenis kebijakan, baik pendapatan maupun pengeluaran keuangan di
masa Rosulullah lebih terfokus pada masa perang dan kesejahteraan rakyat, tidak
seperti sekarang bahwa kebijakan-kebijakan ekonomi lebih difokuskan pada
pencarian keuntungan.
Pada masa Khulafa Ar-rasyidun, sistem ekonomi islam dikembangkan oleh
Abu bakar, Umar, Utsman dan Ali bin Abi Thalib. Adapun pada Masa-masa
berikutnya, para ekonom muslim mengembangkan konsep-konsep Ekonomi Islam
sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. tentu, dengan tetap bersandar pada
Al-quran dan Hadits.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari banyaknya kekurangan
di dalam penyusunannya. Maka dari pada itu kami meminta mmaf dan kami
mengharapkan kepada para pembaca, teman-teman dan bapak Dosen untuk
memberikan krtitik dan saran agar mekalah kami ini menjadi lebih baik di masa yang
akan dating. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Ghazanfar, S.M. (2003). Medieval Islamic Economic Thought: Filling The “Great Gap”
in European Economics, Routledge Curzon.
Amalia, Euis. (2005). Sejarah pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik. Jakarta:
Pustaka Asattrus, Cetakan Pertama.
10
Amalia, Euis. (2010). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga
Kontemporer. Depok: Gramata Publishing.
Karim, Adiwarman. (2004). Sejarah Pemikiran Ekonmi Islam, Jakarta: Rajawali Pers,
Edisi Ketiga.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta dan Bank Indonesia. (2008). Ekonomi Islam, Jakarta: Rajawali
Press.
Adityangga, Krishna. (2006). Membumikan Ekonomi Islam, diakses dari
https://adityangga.wordpress.com/2010/02/11/sejarah-pemikiran-ekonomi-
islam-sebuah-kapita-selekta/,
Hidayat, Mohamad. (2010). an Introduction to The Sharia Economic, diakses dari
http://www.academia.edu/4659152/Sejarah_Pemikiran_Ekonomi_Islam,
Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, Ekonisika, Yogyakarta, 2003, hlm 75
11