Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

“Pemikiran Ekonomi Islam Masa Kemapanan I”

Dosen Pengampu: Muflih Khallab Al Mustaqim, S.S.,S.E.,M.E

Disusun Oleh:
Kelompok 8

1. Hidyah Sri Listiani 501200516


2. Nurul Widhiya Ningsih 501200524
3. Tiara Oktaliana 501200515

PROGRAM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN STS JAMBI 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul Pemikiran Ekonomi Islam
Masa Kemapanan I ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan safnh,j,lam tidak
pernah lupa kita sampaikan kepada Nabi kita, Nabi Besar Muhammad SAW., yang telah
membawa umat manusia dari alam kebodohan kepada alam yang berilmu pengetahuan
seperti sekarang ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu
dalam penulisan makalah ini, sehingga makalah ini terselesaikan dengan baik.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari segi isi maupun dari segi kebahasaannya. Oleh karena itu, penulis menerima
masukan dan saran dari semua pembaca demi penyempurnaan makalah ini di masa akan
datang. Akhirnya, penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.

Jambi, Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........... ........................................................................................................2


Daftar Isi ......................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Kemapanan .............................................. 6
B. Pemikiran Ekonomi Islam Al-Ghazali ................................................................. 6
C. Pemikiran Ekonomi Islam Al-Thusi .................................................................... 9
D. Pemikiran Ekonomi Islam Ibn Taimiyah ........................................................... 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................................. 16
Daftar Pustaka ............................................................................................................. 17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah ekonomi Islam bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah. AlQur'an sebagai
Firman Allah diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. dan Sunnah sebagai
pengamalan dan penjelasan praktis yang mengandung sejumlah ajaran dan prinsip-
prinsip ekonomi yang berlaku untuk berbagai kondisi. Pemikiran adalah produk dari ide
atau pikiran manusia, sedangkan ajaran Al-Qur'an dan kenabian merupakan wujud
penjelasan ilahi. Oleh karena itu, interpretasi manusia, kesimpulan, dan penerapan
mereka dalam berbagai perubahan zaman, ruang, dan kondisi membentuk tubuh
pemikiran ekonomi (the body of economic thought) dari orang-orang Islam. Para
cendekiawan Muslim menerima ajaran-ajaran ekonomi Al-Qur'an dan Sunnah sebagai
dasar dan titik awal. Kemudian, mereka menggunakan argumentasi tertentu dan
menerapkan prinsip-prinsip dasar yang berasal dari sumber-sumber Islam untuk
memecahkan masalah yang muncul dalam kondisi yang berubah secara historis dan
ekonomi. Mereka tidak pernah ragu-ragu untuk mengambil manfaat dari pengalaman
negara-negara lain. Lebih kurang proses ini terus berlanjut sepanjang sejarah Islam.
Untuk itu, pada penyusunan makalah ini, penulis akan menjabarkan terkait pemikiran
ekonomi islam dari masa kemapanan dan tokoh- tokohnya yaitu, Al-
Ghazali,Nasiruddin Al-Thusi, dan Ibn Taimiyah sehingga dapat diketahui bagaimana
pemikiran dari ketiga tokoh tersebut. Mengenai isi materi pembahasannya, di sini
penulis akan menjabarkan mengenai biografi serta karya-karya dari Al- Ghazali,
Nasiruddin Al-Thusi, dan Ibn Taimiyah.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah makalah ini
adalah sebagai berikut ini.
1. Bagaimanakah pemikiran ekonomi Islam masa kemapanan?
2. Bagaimanakah pemikiran ekonomi Islam Al- Ghazali?
3. Bagaimanakah pemikiran ekonomi Islam Nasiruddin Al- Thusi?
4. Bagaimanakah Pemikiran ekonomi Islam Ibn Taimiyah?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut ini.
1. Untuk mengetahui ekonomi Islam masa kemapanan.
2. Untuk mengetahui pemikiran ekonomi Islam Al-Ghazali
3. Untuk mengetahui pemikiran ekonomi Islam Nasiruddin Al- Thusi.
4. Untuk mengetahui pemikiran ekonomi Islam Ibn Taimiyah

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemikiran Ekonomi Islam Masa Kemapanan


Fase kemapanan ekonomi, di mana pada masa ini negara pada puncak
kemakmuran dan peradaban, namun mereka, terutama para penguasa mulai terlena pada
kemewahan dunia, sehingga esensi moral menjadi menurun. Oleh karena itu karakter
pemikiran ekonomi Islam pada masa ini lebih banyak kepada etika ekonomi, baik mikro
maupun makro. Selain itu juga lebih pada pematangan teori ekonomi, baik menyangkut
perilaku konsumen, teori produksi, teori harga, konsep uang, konsep tabungan, evolusi
pasar, pajak, inflasi hingga perdaganagan internasional. Periode ini terjadi pada masa
Abbasiyah Pertengahan hingga akhir masa Abbasiyah di Mesir. Beberapa tokohnya
antara lain; Abu Hamid Al-Ghazali, Nasiruddin At Tussi, Ibn Taimiyah, As Syatibi, Ibn
Khaldun, dan Al Magrizi.

B. Pemikiran Ekonomi Islam Al- Ghazali

1. Biografi Al- Ghazali


Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Tusi al-Ghazali lahir di Tus sebuah
kota kecil di Khurasan Iran pada tahun 450H (1058M). Karena ayahnya penjual benang,
ia diberi nama panggilan Ghazali yang dalam bahasa Arab berarti “pembuat benang”2.
Sejak kecil, imam Ghazali hidup dalam dunia tasawuf. Beliau tumbuh dan berkembang
dalam asuhan seorang sufi, setelah ayahnya yang juga seorang sufi menggal dunia.

Sejak muda al-Ghazali sangat antusias terhadap ilmu pengetahuan. Ia pertama-


tama belajar bahasa arab dan fiqih di kota Tus, kemudian pergi ke kota Jurjan untuk
belajar dasar-dasar Ushul Fiqh. Setelah kembali ke kota Tus selama beberapa waktu, ia
pergi ke Naisabur untuk melanjutkan rihlah ilmiahnya. al-Ghazali belajar kepada Imam
al-Haramain Abu alMa‟ali al-Juwaini. Setelah itu ia berkunjung ke kota Baghdad, ibu
kota Daulah Abbasyah, dan bertemu dengan Wazir Nizham Al-Mulk. Darinya al-Ghazali
mendapat penghormatan dan penghargaan yang besar. Pada tahun 483 H (1090 M), ia

6
diangkat menjadi guru di madrasah Nizhamiyah.1 Pekerjaan ini dilaksanakan dengan
sangat berhasil, sehingga para ilmuan pada masanya itu menjadikannya sebagai referensi
utama.

Al-Ghazali juga melakukan bantahan-bantahan terhadap berbagai pemikiran


batiniyah, ismailiyah, filosof, dan lain-lain. Pada masa ini, sekalipun telah menjadi guru
besar, ia masih merasakan kehampaan dan keresahan dalam dirinya. Akhirnya, setelah
merasakan bahwa hanya kehidupan Sufistik yang mampu memenuhi kebutuhan
rohaninya, alGhazali memutuskan untuk menempuh tasawuf sebagai jalan hidupnya.

Pada tahun 488 H (1050 M), atas desakan penguasa pada masa itu, yaitu Wazir
Fakhr Al-Mulk, al-Ghazali kembali mengajar di madrasah Nizhamiyah di Naisabur.
2
Akan tetapi, pekerjaanya itu hanya berlangsung selama dua tahun. Ia kembali lagi ke
kota Tus untuk mendirikan sebuah madrasah bagi para Fuqaha dan Mutashawwifin. Al-
Ghazali memilih kota ini sebagai tempat menghabiskan waktu dan energinya untuk
menyebarkan ilmu pengetahuan, hingga meninggal dunia pada 14 Jumadil Akhir H
(Desember 1111 M)3

2. Karya Karya Al-Ghazali


Selain dikenal sebagai ulama sufi, al-Ghazali juga banyak memikirkan fiqih
berbagai bidang termasuk diantaranya fiqih muamalah. 4 Beliau merupakan sosok ilmuan
dan penulis yang sangat produktif. Berbagai tulisannya banyak menarik perhatian dunia,
baik dari kalangan muslim maupun non muslim. al-Ghazali diperkirakan telah
menghasilkan 300 buah karya yang meliputi berbagai disiplin ilmu seperti logika, filsafat,
moral, tafsir, fiqih, ilmu-ilmu al-Qur‟an, tasawuf, politik, administrasi, dan pelaku
ekonomi. Namun demikian, yang ada hingga kini hanya 84 buah. Diantaranya adalah
Ihya’ Ulum al-Din, al-Munqidz min al-Dhalal, Tahafut al-Falasifah, Minhaj Al-‘Abidin,

1
1 Ahmad, dan Syahri, Referensi Ekonomi Syariah (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2006)
hlm 1
2
Iqtishoduna Vol. 8 No. 2 Oktober 2016
3
Adiwarman A, Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada,
2006) hlm.314-316
4
Lukman, Hakim, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam (Surakarta:PT.Gelora Aksara Pratama, 2012),
35
7
Qawa’id Al-‘Aqaid, alMushtasfamin ‘Ilm al-Ushul, Mizan al-‘Amal, Misykat al-Anwar,
Kimia alSa’adah, al-Wajiz, Syifa al-Ghalil, dan al-Tibr al-Masbuk fi Nasihat al-Muluk5

Sebagaimana halnya para cendekiawan muslim terdahulu, perhatian Al- Ghazali


terhadap kehidupan masyarakat tidak terfokus pada satu bidang tertentu, tetapi meliputi
seluruh aspek kehidupan manusia. Pemikiran ekonomi al-Ghazali didasarkan pada
pendekatan Tasawuf. Corak pemikiran ekonominya tersebut dituangkan dalam kitab Ihya
‘Ulum al-Din, al- Mustashfa, Mizan Al- ‘Amal, dan At- Tibr al Masbuk fi Nasihat
AlMuluk.

3. Pemikiran Ekonomi Al-Ghazali


Bahwa pemikiran al-Ghazali mengenai perekonomian Islam yaitu Pemikiran sosio
ekonomi al-Ghazali berakar dari sebuah konsep yang dia sebut sebagai “fungsi
kesejahteraan sosial”. Al-Ghazali telah mengidentifikasikan semua masalah baik yang
berupa mashalih (utilitas, manfaat) maupun mafasid (disutilitas, kerusakan) dalam
meningkatkan kesejahteraan sosial. Menurut al-Ghazali, kesejahteran (maslahah) dari
suatu masyarakat tergantung kepada pencarian dan pemeliharaan lima tujuan dasar, yakni
agama (al-dien), hidup atau jiwa (nafs) keluarga atau keturunan (nasl), harta atau
kekayaan (mal), dan intelek atau akal (aql).

Mayoritas pembahasan al-Ghazali mengenai berbagai pembahasan ekonomi


terdapat dalam kitab Ihya’ Ulum al-Din.

a. Pertukaran sukarela dan evolusi pasar, yang meliputi;


1) Permintaan,penawaran,harga,dan laba
2) Etika perilaku dasar

b. Produksi barang, yang meliputi;


1) Produksi barang-barang kebutuhan dasar sebagai kewajiban sosial
2) Hierarki produksi
3) Tahapan produksi,spesialisasi,dan keterkaitannya

5
Adiwarman A, Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Op.Cit,. 316
8
c. Barter dan Evolusi barang, yang meliputi;
1) Problema Barter dan kebutuhan terhadap uang
2) Uang yang tidak bermanfaat dan penimbunan bertentangan dengan
hukum illahi.
3) Pemalsuan dan penurunan nilai uang
4) Larangan Riba‟

d. Peran Negara dan Keuangan Publik,yang meliputi;


1) Kemajuan ekonomi melalui keadilan, kedamaian, dan stabilitas
2) Keuangan publik (sumber negara, utang publik, dan pengeluaran
publik)

C. Pemikiran Ekonomi Islam Nasiruddin Al-Thusi

1. Biografi Nasiruddin Al-Thusi


At Tussi memiliki nama lengkap Abu Ja’far Muhammad bin Muhammad bin Al-
Hasan Nasiruddin At-Tussi. Ia lahir pada tanggal 18 Februari tahun 1201 M / 597 H di
kota Thus yang terletak di dekat Mashed, di sebelah timur lautan Iran. Sebagai seorang
ilmuwan yang terkenal pada zamannya, Nasiruddin memiliki banyak nama antara lain,
Muhaqqiq, AthThusi, Khuwaja Thusi, dan Khuwaja Nasir. 6

Sejak usia belia, Tusi sudah mendapatkan pendidikan agama dari ayahnya.
Selanjutnya At-Tussi mempelajari fiqih, ushul, hikmah dan kalam, dari Mahdar
Fariduddin Damad. Beliau mempelajari matematika dari Muhammad Hasib di Nishapur.
Beliau kemudian pergi ke Baghdad untuk mempelajari ilmu pengobatan dan filsafat
kepada Qutbuddin. Selanjutnya beliau memperdalam matematika kepada Kamaluddin bin
Yunus dan memperdalam fiqih serta ushul kepada Salim bin Bardan. 7

Ketika menginjak usia muda, kondisi keamanan kian tak menentu. Pasukan
Mongol dibawah pimpinan Jengis Khan yang brutal bergerak cepat dari Cina ke wilayah
barat. Sebelum tentara Mongol menghancurkan kota kelahirannya, beliau sudah
mempelajari dan menguasai beragam ilmu pengetahuan. Karena keahliannya, akhirnya ia

6
Dedi Suryadi, Pengantar Filsafat Islam, [Bandung, Pustaka Setia,2009],hlm.246
7
M.M.Syarif, Para Filosof Muslim, [Bandung, Penerbit Mizan, 1993], hlm. 235
9
direkrut penguasa dinasti Nizari Ismailiyah. Selama mengabdi, ia mengisi waktunya
dengan menulis beragam karya penting tentang logika, filsafat, matematika serta
astronomi.

Semasa hidupnya, Nasiruddin juga bergabung dengan Hulagu Khan. Hulagu


sangat mendukung ketika Nasiruddin mengungkapkan rencananya untuk membangun
observatorium di Maragha pada tahun 1259 M. Jejak dan bekas bangunan observatorium
itu masih ada dan dapat kita jumpai sampai sekarang. Observatorium Maragha mulai
beroperasi pada tahun 1262 M. Pembangunan dan operasional observatorium itu
melibatkan serjana dari Persia dibantu astronom dari Cina. Beberapa peralatan dan
teknologi penguak luar angkasa yang digunakan di observatorium merupakan penemuan
dari Nasiruddin, salah satunya yaitu kuadran azimuth. Bahkan di observatorium yang
dipimpinnya, Nasiruddin At-Tussi berhasil membuat table pergerakan planet yang akurat.
Nasiruddin mampu memodifikasi model semesta apisiklus Ptolomeus dengan prinsip-
prinsip mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit.

Nasiruddin meningal dunia pada tahun 672 H / 1274 M dikota Baghdad, yang
pada saat itu dibawah pemerintahan Abaqa. 8

2. Karya Nasiruddin Thusi


Pada observatorium yang dipimpinnya, Nasiruddin Ath-Thusi berhasil membuat
table pergerakan planet yang akurat. Kontribusi lainnya yang amat penting bagi
perkembangan astronomi adalah kitab Zij-Ilkhani yang ditulis dalam bahasa Persia dan
lalu diterjemahkan kedalam bahasa arab. Kitab itu disusun setelah 12 tahun memimpin
observatorium Maragha. Selain itu Nasiruddin juga berhasil menulis kitab terkemuka
lainnya yang berjudul AtTadhkira fi’ilm Al-Hay’a (Memoar Astronomi). 9

8
Abu Ahmadi,dkk,Ibid,hlm.232
9
Buku ini terdiri dari atas empat bab ( I ) pengantar geometrik dan sinematika dengan diskusi-
diskusi tentang saat berhenti, gerak-gerik sederhan, dan kompleks. ( II ) pengertian-pengertian
astronomikal secara umum, perubahan sekular pembiasan ekliptik. Sebagian bab ini
diterjemahkan oleh Carr De Vaux penuh dengan kritikyang tajam atas Almagest karya Ptolemy.
Kritikan ini merupakan pembuka jalan bagi Copernicus, terutama pembiasan-pembiasan pada
bulan dan gerakan dalam ruangan planet-planet.( III ) bumi dan pengaruh benda-benda
10
Nasiruddin Thusi mampu memodifikasi model semesta, yaitu apisiklus
Ptolomeus dengan prinsipprinsip mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-
benda langit Khajah Nashir menulis kitab lebih dari 180 kitab dan risalah ilmiah dalam
berbagai tema. Karya-karya terpentingnya antara lain adalah: Asas alIqtibas, Tajrid al-
I'tiqad, Syarah Isyarat, Akhlak Nashiri, Akhlak Mukhtasyami dan Aghaz wa Anjam. 10

3. Pemikiran Ekonomi Nasiruddin Thusi


Nasiruddin Ath-Thusi diakui keahliannya dengan risalahnya tentang keuangan
publik, yaitu Akhlaqi-Nasiri (Nasirian Ethics). Ia menyatakan bahwa spesialisasi dan
pembagian tenaga kerja (division of labour) telah menciptakan surplus ekonomi sehingga
memungkinkan terjadinya kerja sama dalam masyarakat untuk saling menyediakan
barang dan jasa kebutuhan hidup. Hal ini merupakan tuntunan alamiah sebab seseorang
tidak bisa menyediakan semua kebutuhannya sendiri sehingga menimbukan
ketergantungan satu dengan lainnya. Akan tetapi, jika proses ini dibiarkan secara alamiah,
kemungkinan manusia akan saling bertindak tidak adil dan menuruti kepentingannya
sendiri-sendiri. Orang yang kuat akan mengalahkan yang lemah. Oleh karena itu,
diperlukan suatu strategi (siyāsah) yang mendorong manusia untuk saling bekerjasama
dalam mencapai kesejahteraan masyarakat.kesejahteraan masyarakat.11 Ia juga
merekomendasikan pengurangan pajak, di mana berbagai pajak yang tidak sesuai dengan
syari’at Islam harus dilarang.12

Ath-Tussi juga banyak membahas tentang politik ekonomi. Di dalam


menjelaskan adanya kerja sama dan organisasi sosial yang beliau sebut sebagai
masyarakat politik, beliau membagi kedalam tiga elemen dasar untuk terciptanya
masyarakat politik tersebut.

angkasa atasnya, termaksuk di dalamnya tentang laut, angin, pasang surut, serta bagaimana hal
ini terjadi. ( IV ) besar dan jarak antar planet.
10
Pemikiran Ekonomi Al- Maqrizi Dan Nasiruddin Thusi. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,
Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya. Makalah
11
http:gavouer.wordpress.com,pemikiran ekonomi islam klasik, diakses pada tanggal 27 April
2013
12
Ibid
11
Elemen pertama adalah bidang ekonomi politik, khususnya ketrampilan.
Kebutuhan hidup manusia disediakan oleh ‘pengaturan teknik (tadbir al-shna’i) seperti
penanaman bibit, panen, membersihkan, menumbuk dan memasak’. Menurutnya, untuk
alasan ini Kebijaksanaan Tuhan meniscayakan perbedaan hasrat dan pendapat manusia,
sehingga setiap manusia menghasratkan pekerjaan yang berbeda-beda, ada yang
menginginkan pekerjaan mulia, ada yang hina, dan kenyataanya keduaduanya sama-sama
merasa gembira dan puas.

Kemudian yang menarik disini ketika Tusi berpendapat bahwa ketrampilan ini
sangat bergantung pada uang. Menurutnya “uang” merupakan sebuah “instrumen
keadilan”. Uang adalah hukum yang lebih rendah, mediator yang adil antara manusia
dalam berhubungan ekonomi, bahkan dapat dikatakan juga bahwa uang adalah
merupakan “keadilan yang diam”. Selain uang, ketrampilan pun bergantung pada
oraganisasi sosial. Menurutnya, karena manusia harus bekerja sama, maka spesies
manusia pada hakikatnya membutuhkan perpaduan, yakni terbentuknya kehidupan sipil
atau tamaddun. Karena itu manusia pada dasarnya adalah penduduk kota atau warga
Negara.

Selanjutnya yang dibutuhkan sebuah warga Negara adalah suatu manajemen


khusus, yaitu siyasah atau pemerintahan. Pemerintahan dibutuhkan karena pertukaran
moneter antar manusia kadang-kadang membutuhkan arbitase. Maka menururtnya
elemen kedua dalam masyarakat politik adalah “keadilan”. Dalam hal ini At-Tussi sangat
terpengaruh oleh Plato yang memandang keadilan sebagai inti kebajikan, harmoni
keberagamaan. Kemudian ia melanjutkan bahwa keadialan di kalangan manusia tidak
dapat dijalankan tanpa tiga hal; perintah Tuhan (numus-I ilahi), seorang pemberi
keputusan diantara manusia (hakim) dan uang. 13

Elemen terakhir yang mungkin paling unik adalah penjelasannya tentang asosiasi
manusia dengan “cinta”, yang menurutnya memainkan peran lebih sentral dari pada teori
sosial Islam lainnya. “Cinta” melahirkan kehidupan yang beradap (tamadun) dan
persatuan sosial. Baginya cinta merupakan “penghubung semua masyarakat”. Cinta

13
Thusi Akhlaqi Nasiri, hlm. 190
12
mengalir dari fitrah manusia itu sendiri (Mungkin ini dambil dari gagasan neo-Platonis).
Menurutnya semakin kita tersucikan, semakin kita menjadi subtansi-subtansi sederhana
yang mengetahui bahwa “tidak ada perbedaan antara memaknai atau mengabaikan sifat
fisik” dan bahkan mencapai “kesatuan batin” melalui cinta satu sama lain. Sebagai
contoh, At-Tussi memandang umat Islam terdiri atas asosiasi tunggal, sebagaimana
pengertian Aristoteles. Sikap saling membantu dan mencintai serta kerja sama
membimbing manusia untuk mencapai kesempurnaan. Hal ini secara tidak langsung
melahirkan kemanuggalan semua orang pada ‘manusia sempurna’, sebagaimana
diajarkan dalam doktrin Syiah Ismailiyah.

D. Pemikiran Ekonomi Islam Ibn Taimiyah

1. Biografi Ibn Taimiyah


Khidir bin Muhammad bin Taimiyah An-Numairy al-Harrany alDimasyqy. Ia
dilahirkan di Harran, sebuah kota induk di Jazirah Arabia yang terletak di antara sungai
Dajalah (Tigris) dan Efrat, pada Senin, 12 Rabi'ul Awal 661 H (1263M).

Sejak kecil Ibnu Taimiyah sudah menunjukkan kecerdasannya. Ketika masih


berusia belasan tahun, Ibnu Taimiyah sudah hafal Alquran dan mempelajari sejumlah
bidang ilmu pengetahuan di Kota Damsyik kepada para ulama-ulama terkenal di
zamannya

Berkat kecerdasannya, ia dengan mudah menyerap setiap pelajaran yang


diberikan. Bahkan, ketika usianya belum menginjak remaja, ia sudah menguasai ilmu
ushuluddin (teologi) dan memahami berbagai disiplin ilmu, seperti tafsir, hadis, dan
bahasa Arab.

Pada umurnya yang ke-17, Ibnu Taimiyah sudah siap mengajar dan berfatwa,
terutama dalam bidang ilmu tafsir, ilmu ushul, dan semua ilmuilmu lain, baik pokok-
pokoknya maupun cabang-cabangnya.

Ibnu Taimiyah banyak dikecam oleh ulama Syiah dan menyebutnya sebagai orang
yang tidak suka terhadap ahlul bayt (keturunan Rasul dari Fatimah RA dan Ali bin Abi

13
Thalib RA). Ia juga banyak dikecam oleh para ulama wahabi dengan menganggapnya
sebagai seorang ulama yang merusak akidah Islam.

Karena dianggap berbahaya, termasuk oleh penguasa setempat, ia kemudian


dizalimi dan dimasukkan ke dalam penjara. Di penjara, ia justru merasakan kedamaian,
sebab bisa lebih leluasa mengungkapkan pikirannya dan menuangkannya dalam tulisan-
tulisan. Beberapa karyanya berasal dari ide-idenya selama di penjara. 14

Ia wafat di dalam penjara Qal'ah Dimasyqy pada 20 Dzulhijah 728 H (1328 M),
dan disaksikan salah seorang muridnya, Ibnu al-Qayyim. Bersama Najamuddin At-Tufi,
mereka dijuluki sebagai trio pemikir bebas. Ibnu Taimiyah berada di dalam penjara
selama 27 bulan (dua tahun tiga bulan) lebih beberapa hari.

Ibnu Taimiyah sangat dalam perhatiannya terhadap persoalan perekonomian.


Pandangannya memberikan refleksi dari orientasi pemikirannya yang pragmatis dan
memberikan dampak sangat nyata pada generasi penerusnya. Adalah Thomas Aquinas
satu dari tokoh yang tercatat banyak mengdopsi pemikiran Ibnu Taimiyah, walaupun
dalam beberapa kasus ia harus memodifikasi serta memperbaikinya sesuai dengan
kebutuhan yang ada dalam rangka mensintesis dengan ajaran Nasrani. 15

Tak bisa dipungkuri kontribusi Ibnu Taimiyah dalam pemikiran ekonomi.


Pemikirannya banyak diambil dari berbagai karya tulisnya, antara lain Majmu’Fatwa
Syaikh al-Islam, as-Siyasah asy-Syar’iyyah fil Islhlah ar-Ra’I wa ar-Ra’iyah dsan al-
Hisbah fi al-Islam.

2. Karya Ibn Taimiyah


Pemikiran ekonomi beliau banyak terdapat dalam sejumlah karya tulisnya, seperti
majmu‟ Fatawa Syaikh Al-Islam, AsSiyasah Asy-Syar‟iyyah fi Ishlah Ar-Ra‟I wa
ArRa‟iyah, serta Al-Hisbah fi Al-Islam. Selain karya tersebut Ibnu Taimiyah mengarang
buku mencapai tiga ratus jilid, antara lain Iqtifa Al-Sirat Al-Mustaqim wa Mukhalaf
asHab Al-jalum, Fatwa Ibnu Taimiyah, AlSarim Al-Maslul Al-Syatim Al-Rasul, AlSarim

14
Fasiha. 2017. Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyah. Journal of Islamic Economic Law, (2), 2.
15
Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Mikro Islami,….hlm 142-143
14
Al-Maslul fi Bayan Wajibat AlUmmah Nahwa Al-Rasul, al-Jawab Al-Sahih li Man
Baddala Din Al-Masih dan sejumlah buku lain di bidang fiqih. Ibnu Taimiyah meninggal
dunia di Damaskus tahun 728 H dan dikebumikan di pemakaman kaum sufi

3. Pemikiran Ekonomi Ibn Taimiyah


Ibnu Taimiyah bukanlah seorang teo-ritis murni, juga bukan ahli sejarah ekonomi
murni. Sikapnya lebih seorang dokter pra-ktik yang mendiagnosa penyakit dan mem-
berikan resep untuk mengobati, seperti hal-nya dalam regulasi harga, menurut Ibnu
Taimiyah penetapan harga oleh pemerintah adalah baik, tapi tidak bersifat absolut, karena
sebenarnya harga ditetapkan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Lain halnya,
apabila kenaikan harga terjadi akibat ketidakadilan mekanisme pasar, pemerintah boleh
campur tangan dalam menetapkan harga. Dua istilah yang sering ada dalam pembahasan
Ibnu Taimiyah tentang masalah harga, yaitu:

a. Kompensasi yang setara (‘iwad al-mitsl) diukur dan ditaksir oleh halhal
yang setara dan itulah esensi dari keadilan (nafs al-‘adl);

b. Harga yang setara (tsaman al-mitsl). Ibnu Taimiyah membeda-kan ada 2


(dua) jenis harga, yaitu: Harga yang tak adil/terlarang dengan harga yang
adil/disukai.
Harga yang setara itu sebagai harga yang adil. Jadi dua kata: “adil” dan “setara”
digunakan saling mengganti. Untuk mewujudkan kepentingan ini, perlu diben-tuknya
institusi hisbah dengan tujuan melin-dungi kepentingan pembeli dan penjual. Kajian
pemikiran ekonomi Ibnu Taimiyah, menunjukkan kedewasaannya dalam ber-pikir
tentang masalah ekonomi dan keserius-annya terhadap keadilan mengenai kebijakan yang
berkaitan dengan masalah ekonomi. 16

16
Fasiha. 2017. Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyah. Journal of Islamic Economic Law, (2), 2.

15
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Pemikiran ekonomi Islam al-Ghazali berakar dari sebuah konsep “fungsi


kesejahteraan sosial islami”. Tema yang menjadi pangkal tolak sebuah karyanya adalah
konsep maslahat atau kesejahteraan sosial (kebaikan bersama). Adapun tema-tema yang
dibahas dalam kajian ekonomi Islamnya antara lain; pertukaran sukarela dan evolusi
pasar, aktivitas produksi, barter dan evolusi uang, serta peran Negara dan keuangan
publik.
Semua aktivitas ekonomi al-Ghazali ditujukan hanya untuk beribadah kepada
Allah. Seperti dalam pemikirannya yang bertema aktivitas produksi, menurutnya bahwa
memproduksi barang-barang kebutuhan dasar adalah sebagai kewajibam sosial (fard al
kifayah). Hal ini berangkat dari corak pemikirannya yang didasarkan pada pendekatan
tasawuf. Corak pemikirannya ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu : pertama, karena sejak
kecil ia tumbuh dan berkembang dalam asuhan seorang sufi dan yang kedua, karena
pada masa hidupnya orang-orang kaya dan orang-orang yang berkuasa sulit
mempercayai hari pembalasan.
Sementara itu at-Tusi berpendapat bahwa ketrampilan ini sangat bergantung pada
uang. Menurutnya “uang” merupakan sebuah “instrumen keadilan”. Uang adalah
hukum yang lebih rendah, mediator yang adil antara manusia dalam berhubungan
ekonomi, bahkan dapat dikatakan juga bahwa uang adalah merupakan “keadilan yang
diam”. Selain uang, ketrampilan pun bergantung pada oraganisasi sosial. At Tusi juga
berpendapat bahwa yang dibutuhkan warga negara adalah suatu manajemen khusus,
yaitu syiasah atau pemerintahan. Pemerintahan dibutuhkan karena pertukaran moneter
antar manusia kadang-kadang membutuhkan arbitase.

B. Saran
Kami selaku pemakalah mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam
makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman semua
agar makalah ini dapat dibuat dengan lebih baik lagi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,Syahri. 2006. Referensi Ekonomi Syari’ah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Adiwarman A. Karim. 2006. Sejarah Pemikiran Islam. Jawa Barat: PT Raja Grafindo Persada

Adiwarman, A. Karim. 2013. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam : Jawa Barat: PT Raja Grafindo
Persada

Lukman , Hakim. 2012. Prinsip-Prinsip Ekonomi. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama

Suryadi, Dedi. 2009. Pengantar Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia

M, M Syarif. 1993. Para Filosof Muslim. Jakarta:Penerbit Mizan

Fasiha. 2017. Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyah. Journal of Islamic Economic Law. vol 2, no 2

Moafi, M. 2016. Pemikiran Imam Al-Ghazali Tentang Pemikiran Islam Dalam Kitab Ihya’
Ulmuddin. vol 2, no 76-93

Maulani, F.. Ramadani, R. 2019. Pemikiran Ekonomi Al- Maqrizi Dan Nasiruddin Thusi :
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Makalah

Ulum Fahrur. 2013. Analisis Pemikiran Tokoh dari Masa Rasulullah SAW Hingga Masa
Kontemporer: Sejarah Ekonomi Pemikiran Islam. Makalah

17

Anda mungkin juga menyukai