Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Timbulnya pasar uang syariah dilatar belakangi akan adanya pemenuhan

kebutuhan untuk mendapatkan sejumlah dana dalam jangka pendek atau sifatnya

harus segera dipenuhi tanpa mengabaikan prinsip-prinsip syariah. Prinsip-prinsip

syariah ini dilandaskan pada QS. Al-Baqarah ayat 275 yang artinya Allah telah

menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Sehingga dalam melaksanakan

manajemennya, perbankan syariah haruslah benar-benar menerapkan sistem yang

berbasis syariah dengan mendahulukan kemaslahatan dan mencegah dari berbuat

kezholiman.

Pasar uang merupakan sarana alternatif khususnya bagi lembaga-lembaga

keuangan, perusahaan-perusahaan non keuangan, dan peserta-peserta lainnya, baik

dalam menginvestasikan dananya jika memiliki kelebihan likuiditas dan menjual

instrumen yang telah ditebitkan untuk mendapatkan dana tunai dari pasar uang jika

lembaga-lembaga keuangan, perusahaan-perusahaan non keuangan mengalami

kekurangan likuiditas.

Pasar uang juga merupakan sarana pengendali moneter (secara tidak langsung)

oleh otoritas moneter dalam melaksanakan operasi terbuka, karena di Indonesia

pelaksanaan operasi pasar terbuka oleh Bank Sentral yaitu Bank Indonesia dilakukan

melalui pasar uang dengan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga

Pasar Uang (SBPU) sebagai instrumennya.

Page | 1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Pasar Uang Syariah?

2. Bagaiman Kebutuhan Bank Islam akan Pasar Uang?

3. Bagaiman Srategi Pengembangan Pasar Uang Berbasis Syariah?

4. Bagaiman Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS)?

5. Apa Peluang dan Tantangan Pasar Uang Syariah?

Page | 2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pasar Uang Syariah

Pasar uang syariah adalah pasar dimana diperdagangkannya surat berharga

yang diterbitkan sehubungan dengan penempatan atau peminjaman uang dalam

jangka pendek (satu tahun atau kurang) guna memobilisasi sumber dana jangka

pendek dan mengatur likuiditas secara efisien dan efektif, agar dapat memberikan

keuntungan yang sesuai dengan prinsip syariah.1

Uang dalam pandangan Islam itu sendiri hanyalah sebagai alat tukar, bukan

sebagai komoditas atau barang dagangan. Maka motif permintaan terhadap uang

adalah untuk memenuhi kebutuhan transaksi (money demand for transaction), bukan

untuk spekulasi atau trading. Islam tidak mengenal permintaan uang untuk motif

spekulasi (money demand for speculation). Dalam pandangan Islam uang adalah flow

concept, karenanya harus selalu berputar dalam perekonomian, sebab semakin cepat

uang itu dalam perekonomian, akan semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat

dan akan semakin baik pula perekonomiannya.2

B. Kebutuhan Bank Islam akan Pasar Uang

Tugas utama manajemen bank tidak terkecuali Bank Islam adalah

memaksimalkan laba, meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang

cukup. Manajemen tidak dapat semaunya menarik nasabah untuk menyimpan

dananya di bank, tanpa adanya keyakinan bahwa dana itu dapat diinvestasikan secara

aman dan menguntungkan serta dapat dikembalikan ketika dana itu sewaktu-waktu

1
. Muhammad Firdaus, dkk, Sistem Keuangan dan Investasi Syariah, Jakarta : Renaisan, 2005, Hal. 24.
2
Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah, Jakarta : Erlangga, 2010, Hal. 32

Page | 3
ditarik oleh nasabah, atau dana tersebut telah jatuh tempo. Di samping itu manajemen

juga harus secara simultan mempertimbangkan berbagai risiko yang akan

berpengaruh pada perubahan tingkat laba yang diperoleh.

Tanpa adanya fasilitas Pasar Uang, bank konvensional pun akan menghadapi

masalah yang sama, mengingat pada umunya perbankan sulit menghindari posisi

keuangan yang tidak stabil. Untuk memanfaatkan dana yang sementara tidak

berjalan/berputar itu, bank harus dapat melakukan investasi jangka pendek di Pasar

Uang dan sebaliknya, untuk memenuhi kebutuhan dana bagi likuiditas jangka pendek,

karena ketidak stabilan, bank juga harus dapat memperolehnya di pasar uang.

Perbankan Islam tidak diperbolehkan untuk melakukan atau menjadi bagian

dari aktiva atau pasiva yang berbasis bunga. Karena bunga dalam prinsip

konvensional adalah riba dalam prinsip syariah. Dan prinsip riba yang diterapkan

perbankan konvensional tersebut bertentangan dengan syariah (Islam). Sehingga ini

yang menyebabkan perbankan Syariah hanya memusatkan portofolio mereka pada

aktiva jangka pendek, yang terkait dengan perdagangan, dan berlawanan dengan

keperluan investasi dan pembangunan ekonomi.

Walaupun manajemen telah berhasil menciptakan pasar bagi perbankan Islam,

namun mereka belum mencapai kedalaman pasar yang menjamin keuntungan

(profitability) dan kelangsungan usaha (viability) jangka panjang. Cepat atau lambat

mereka akan dapat keluar dari masalah ini, tergantung pada kecepatan, keagresifan

dan keefektifan mereka membangun instrumen dan teknik yang memungkinkan

tercapainya fungsi intermediasi dua arah bagi Perbankan Islam. Mereka harus

menemukan jalan dan alat pengembangan instrumen keuangan berbasis Syariah, di

Page | 4
mana portofolio yang dihasilkan oleh Perbankan Islam dapat dipasarkan di pasar

keuangan yang lebih luas.3

C. Srategi Pengembangan Pasar Uang Berbasis Syariah

1. Penciptaan Instrumen Pasar Uang Syariah

Surat-surat berharga yang beredar di pasar keuangan konvensional adalah

surat-surat berharga berbasis bunga, sehingga bank Islam tidak dapat

memanfaatkan Pasar Uang yang ada. Kalaupun ada saham sebagai surat tanda

penyertaan modal yang berbasis bagi hasil, masih diperlukan penelitian apakah

objek penyertaan tersebut terbebas dari kegiatan yang tidak disetujui oleh Islam.

Dengan kata lain, harus ada kepastian bahwa emiten tidak menyelenggarakan

perniagaan barang-barang yang dilarang oleh syariah Islam, atau mengandung

unsur riba, maisir dan gharar. Untuk menciptakan Pasar Uang yang bermanfaat

bagi Perbankan Islam harus diciptakan instrumen Pasar Uang berbasis Syariah.

Dengan aktifnya instrumen Pasar Uang berbasis Syariah maka Perbankan Islam

dapat melaksanakan fungsinya secara penuh, tidak saja dalam memfasilitasi

perdagangan jangka pendek tapi juga berperan mendukung investasi jangka

panjang.

Struktur keuangan proyek-proyek pembangunan berbasis Syariah dan

membuka partisipasi lebih besar seluruh pelaku pasar, tidak terkecuali non

Muslim, karena pasar tersebut bersifat terbuka.

Perbedaan pokok antara lembaga keuangan Syariah dengan lembaga keuangan

konvensional adalah dilarangnya riba (bunga) pada lembaga keuangan Syariah ,

baik riba nasiah, yaitu riba pada pinjam meminjam uang (qard), maupun riba fadl,

3
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Syariah, Jakarta : Pustaka Alvabet, 2006, hal. 176

Page | 5
yaitu riba dalam perdagangan. Pinjam meminjam uang untuk memperoleh

imbalan (keuntungan) dilarang. Pendapatan atau keuntungan hanya boleh didapat

dengan bekerja atau melakukan kegiatan perniagaan yang tidak dilarang oleh

Islam. Untuk menghindari pelanggaran terhadap batas-batas yang telah ditentukan

oleh Syariah Islam tersebut, maka piranti keuangan yang diciptakan harus

didukung oleh aktiva, proyek aktiva atau transaksi jual beli yang melatar

belakanginya (underlying transaction).

Piranti keuangan itu dapat dibentuk melalui sekuritisasi aktiva/proyek aktiva

(assets securitization), yang merupakan bukti penyertaan, baik dalam bentuk

penyertaan musyarakah (management share), yang meliputi modal tetap (fixed

capital) dengan hak mengelola, mengawasi dan hak suara dalam pengambilan

keputusan (voting right), maupun dalam bentuk penyertaan mudharabah

(partisipation share), yang mewakili modal kerja (variable capital) dengan hak

atas modal dan keuntungan dari modal tersebut, tapi tanpa adanya voting right.

2. Mekanisme Operasi Pasar Uang Syariah

Mekanisme perdagangan surat-surat berharga berbasis Syariah harus tetap

berkaitan dan berada dalam batas-batas toleransi dan ketentuan-ketentuan yang

digariskan Syariah, yaitu :

a. Fatwa ulama pada simposium yang disponsori Dallah al Baraka Group pada

November 1984 di Tunis menyatakan : Adalah manajemen perusahaan tetap

berada di tangan pemilik nama dagang (owner of trade name) yang telah

terdaftar secara legal. Pembeli hanya mempunyai hak atas bagian modal dan

keuntungan tunai atas modal tersebut, tanpa hak pengawasan atas manajemen

atau pembagian aset kecuali untuk menjual bagian saham yang mewakili

kepentingannya.

Page | 6
b. Lokakarya ulama tentang Reksadana Syariah, Peluang dan Tantangannya di

Indonesia, yang diselenggarakan di Jakarta pada 30-31 Juli 1997, telah

memperbolehkan diperdagangkannya reksadana yang berisi surat-surat

berharga dari perusahaan-perusahaan yang produk maupun operasinya tidak

bertentangan dengan Syariah Islam.

Orang yang akan tertarik menanamkan dananya pada instrumen keuangan

apabila ia yakin bahwa instrumen tersebut dapat dicairkan setiap saat tanpa

mengurangi pendapatan efektif dari investasinya. Oleh karena itu setiap instrumen

keuangan harus memnuhi beberapa syarat, antara lain:

a) Pendapatan yang baik (good return)

b) Risiko yang rendah (low risk)

c) Mudah dicairkan (redeemable)

d) Sederhana (simple)

e) Fleksibel

Dalam rangka memenuhi syarat-syarat tersebut, tanpa mengabaikan batas-

batas yang diperkenankan oleh Syariah, diperlukan adanya suatu special purpose

company dengan fungsi sebagai berikut :

a) Memastikan keterkaitan antara sekuritisasi dengan aktivasi produktif atau

pembangunan proyek-proyek aset baru, dalam rangka penciptaan pasar primer

melalui kesempatan investasi baru dan menguji kelayakan (feasibility) nya.

Tahap ini disebut transaction making yang didukung oleh Initial Investor.

b) Menciptakan pasar sekunder yang dibangun melalui berbagai pendekatan yang

dapat mengatur dan mendorong terjadinya konsensus perdagangan antar para

dealer, termasuk fasilitas pembelian kembali (redemtion).

Page | 7
c) Menyediakan layanan kepada nasabah dengan mendirikan lembaga

pembayaran ( paying agent).

Konsep ini dapat diterapkan secara lebih luas dengan pendayagunaan sumber-

sumber dari lembaga-lembaga lain dan para nasabah dari perbankan Islam

sehingga memungkinkan adanya :

a) Penciptaan proyek-proyek besar dan penting.

b) Para penabung kecil dan para investor penghasilan rendah dapat memperoleh

keuntungan dari proyek-proyek yang layak (feasible) dan sukses di mana

mereka dapat dengan meduah mencairkan kembali dengan pendapatan yang

baik.

c) Memperluas basis bagi pasar primer

d) Menjembatani kesulitan menemukan perusahaan yang bersedia ikut

berpartisipasi dalam permodalan (join stock companies) dan mengutipnya di

pasar.

Pertemuan dalam Konferensi Pasar Modal yang diadakan di Beirut, Lebanon,

menegaskan kembali perlunya pengembangan konsep berikut pedoman lebih

lanjut. Para pengembang (developer) dan para pengambil inisiatif memerlukan

kebijakan dan prosedur Pasar Uang, terutama dalam hal jaminan pembelian

kembali bagi para investor. Oleh karena itu lembaga marketing yang berkualitas

juga diperlukan. Kalau semua kebutuhan tersebut dapat dipenuhi maka akan

banyak instrumen-instrumen keuangan baru yang menarik, yang terkait dengan

proyek-proyek produktif, yang dapat dikembangkan di Pasar Sekunder.

Page | 8
3. Peran Company

Peran utama company adalah sebagai pembuat transaksi (transction maker).

Sudah kita ketahui bahwa semua lembaga keuangan berusaha memobilisasi dana

dari penabung dan mempertimbangkan jalan terbaik untuk menggunakannya.

Salah satu kelemahan dari perilaku ini adalah adanya dana-dana menganggur atau

digunakan secara tidak layak, yang semata-mata mengambil keuntungan dari

waktu yang seringkali menanamkan dana-dana tersebut pada transaksi yang

meragukan. Untuk menghindari hal itu maka diperlukan inisiatif dari pembuat

transaksi dengan mekanisme kerja sebagai berikut :

a. Melakukan verifikasi atas kesempatan investasi, baik secara internal

(perusahaan) maupun secara eksternal (pasar). Jika transaksi tersubut dapat

diterima, maka pembuaut transaksi (yang bekerja berdasarkan komisi)

melakukan usaha lebih lanjut. Proyek itu akan dibeli oleh atau ditawarkan

kepada initial investor dari bagian saham yang telah ditanam untuk

memperoleh partisipasi dari pasar. Dengan peran demikian maka

dimungkinkan penciptaan surat-surat berharga jangka pendek rekening-

rekening dan mekanisme infestasi dapat dikembangkan untuk memungkinkan

nasabah menginfestasikan dananya dalam jangka pendek, dengan pendapatan

yang wajar, tanpa resiko yang berarti, dan tetap sesuai dengan syariat. Dengan

jalan demikain kesempatan baik dapat diserap dari deposito jangka pendek

atau rekening koran. Treasury dari setiap bank dapat merencanakan

likuiditasnya dengan baik, dengan menggunakan kesempatan dan mekanisme

tersebut.

b. Untuk mengatasi kesulitan dan untuk memastikan adanya kemungkinan bagi

infestor guna mencairkan kembali investasi mereka, jika sewaktu-waktu

Page | 9
mereka butuhkan, tanpa mempengaruhi pendapatan efektif yang mereka

harapkan maka perusahan dapat menerapkan program-program berikut :

1) Mendukung perjanjian perdagangan sekuritas

2) Program penebusan

3) Bertindak sebagai custodian4

D. Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS)

Dalam rangka menyediakan sarana untuk penanaman dana atau pengelolaan

dana berdasarkan prinsip syariah, Bank Indonesia telah menetapkan ketentuan tentang

pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah dalam suatu Peraturan Bank

Indonesia.

Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) adalah kegiatan

investasi jangka pendek dalam rupiah antarpeserta pasar dengan tidak menggunakan

sistem bunga dan akad-akad yang di anjurkan yaitu mudharabah, musyarakah, qard,

wadiah, maupun sharf, dan kepemilikan atas instrumen pasar hanya dapat di pindah

tangankan satu kali saja.5

Pada dasarnya PUAS dimaksud sebagai sarana investasi antar-Bank Syariah

sehingga Bank Syariah tidak melakukan penanaman dana pada Bank Konvensional

untuk menghindari pemanfaatan dana yang akan menghasilkan suku bunga, namun

tidak tertutup kemungkinan bagi Bank Konvensional untuk melakukan investasi pada

Bank Syariah. Oleh karena itu peserta PUAS terdiri atas Bank Syariah dan Bank

Konvensional. Namun Demikian, Bank Syariah dapat melakukan penanaman dana

4
Ibid, hal. 177 - 182
5
Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah, Jakarta : Erlangga, 2010, Hal. 34

Page | 10
atau pengelolaan dana. Sedangkan Bank Konvensional hanya dapat melakukan

penanaman dana.6

1. Landasan Syariah

Ketentuan mengenai Pasar Uang Antarbank berdasarkan prinsip Syariah

didasarkan pada landasan syariah sebagai berikut :

a. Kaidah fikih : Al-ashlu fil asyya wal muamalat al-ibadah illa an yadullad dalil

ala tahrimihi,yang artinya segala sesuatu dalam muamalah boleh dilakukan

sampai ada dalil yang mengharamkannya. Kaidah ini dapat dijadikan rujukan

bahwa penyelenggaraan pasar uang antarbank tidak dilarang sepanjang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah.

b. Hadits Rasulullah SAW : Tsalatsun fihinnal barokah, al-baiila ajal, wal

muqaradhah, wa khalthul burr bisysyair lil bait la lil bai (HR. Ibnu Majah)

yang artinya tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan, jual beli yang

pembayarannya ditangguhkan, mudharabah dan mencampur gandum dengan

tepung untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual. Hadits ini dapat

dijadikan rujukan bagi bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

syariah maupun bank konvensional untuk melakukan investasi berdasarkan

prinsip mudharabah.

c. Kaidah Fikih : Wa inisytara ahadusyarikaini hishata syarikihi jaza liannahu

yashtari milka ghairihi, yang artinya jika salah seorang dari yang bermintra

membeli bagian mitranya dalam kemitraan tersebut, hukumnya boleh , karena ia

membeli hak milik orang lain. Kaidah ini dapat dijadikan rujukan

diperkenankannya penerbitan setifikat IMA, yang mewakili kepemilikan aset

(maal) bagi bank penanaman dana aset ini dapat diperjualbelikan.

6
Ibid, hal. 182

Page | 11
d. Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 275 : Wa ahallallahu baia wa harramar riba,

yang artinya Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Ayat ini

menjadi rujukan bagi bank syariah untuk melakukan jual beli aset yang diwakili

oleh sertifikat IMA. Sebagai sarana terlaksananya jual beli sertifikat IMA maka

diperlukan pasar yang antarbank berdasarkan prinsip syariah. Pasar uang dalam

ketentuan ini menggunakan prinsip jual beli aset, yang tidak sama dengan prinsip

pinjam meminjam uang yang digunakan pada pasar uang konvensional.

e. Kaidah Fikih : Tasharruful imam alar raiyyah manuth bil maslahah, yang

artinya tindakan pemegang otoritas harus mengikuti maslahat yang berlaku dan

kaidah fikih Darul mafsadah muqaddam ala jalbil maslahah, yang artinya

pencegahan dari kerusakan (mafsadah) harus didahulukan daripada mengambil

kemaslahatan. Oleh karena itu Bank Indonesia sebagai otoritas moneter memiliki

kewenangan untuk membatasi jual beli Sertifikat IMA hanya satu kali pasar

sekunder. Pembatasan tersebut dilakukan untuk mencegah kesan terjadinya jual

beli dana yang dapat menjurus kepada kegiatan spekulatif.7

2. Piranti Pasar Uang Antarbank Syariah

Piranti yang digunakan dalam Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) adalah :

a. Dalam bentuk Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (IMA)

b. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)8

3. Peserta Pasar Uang Antarbank Syariah

Peserta PUAS adalah bank-bank yang menerbitkan Sertifikat IMA dan bank-

bank yang menanamkan dana pada sertifikat IMA.

7
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2011, hal.391
8
Muhammad Firdaus, dkk, Sistem Keuangan dan Investasi Syariah, Jakarta : Renaisan, 2005, Hal. 25

Page | 12
Bank Penerbit Sertifikat Ima, yaitu :

a. Kantor Pusat Bank Syariah, yaitu bank yang seluruh kegiatan usahanya

berdasarkan prinsip syariah.

b. Unit Usaha Syariah (UUS), yaitu kantor pusat dari kantor-kantor cabang syariah

dari bank umum yang kantor pusatnya melakukan kegiatan usaha secara

konvensional.

Bank Penanaman Dana Pada Sertifikat IMA, yaitu :

a. Kantor Pusat Bank Syariah, yaitu bank yang seluruh kegiatan usahanya

berdasarkan prinsip syariah.

b. Unit Usaha Syariah (UUS), yaitu kantor pusat dari kantor-kantor cabang syariah

dari bank umum yang kantor pusatnya melakukan kegiatan usaha secara

konvensional.

c. Kantor Pusat Bank Umum yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional.9

4. Mekanisme dan Penyelesaian Transaksi

Sertifikat IMA yang diterbitkan harus rangkap tiga, yaitu :

a. Lembar kerja asli diserahkan kepada pihak bank penanam dana sertifikat IMA

b. Lembar kedua digunakan oleh bank penanam dana sebagai lampiran pada nota

kredit, bilyet giro Bank Indonesia atau transfer dana secara elektronis.

c. Lembar ketiga digunakan sebagai arsip bagi bank penerbit

Bank penanam dana pada Sertifikat IMA melakukan pembayaran kepada bank

penerbit dengan menggunakan nota kredit melalui kliring,bilyet giro Bank Indonesia

atau transfer dana secara elektronis, disertai tembusan Sertifikat IMA.

9
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2011, hal.392

Page | 13
Pemindahtanganan Sertifikat IMA hanya dapat dilakukan oleh pihak bank

penanam dana pertama, sedangkan bank penanam dana kedua tidak diperkenankan

memindahtangankan kepada bank lain sampai dengan berakhirnya jangka waktu.

Agar bank penerbit Sertifikat IMA dapat melakukan pembayaran kepada bank yang

berhak, maka bank pemegang sertifikat yang terakhir wajib memberitahukan

kepemilikan sertifikat tersebut kepada bank penerbit.

Pada saat Sertifikat IMA jatuh tenpo, penyelesaian transaksi dilakukan oleh

bank penerbit dengan melakukan pembayarn kepada bank pemegang ssrtifikat

terakhir sebesar nilai nominal investasi, sedangkan imbalan dibayar pada awal

berikutnya. Pembayaran tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan nota kredit

melalui kliring. Bilyet giro Bank Indonesia atau transfer dana secara elektronis.10

5. Perhitungan Imbalan

Besarnya imbalan Sertifikat IMA yang dibayarkan pada awal bulan dihitung atas

dasar tingkat realisasi imbalan deposito investasi mudharabah pada bank penerbit

sebelum didistribusikan sesuai dengan jangka waktu deposito investasi mudharabah

seperti terlihat pada tabel berikut :

JANGKA WAKTU SERTIFIKAT IMA TINGKAT IMBALAN YANG DIGUNAKAN

1 hari s.d 30 hari Deposito investasi Mudharabah 1 bulan

31 hari s.d 90 hari Deposito investasi Mudharabah 3 bulan

Rumus perhitungan besarnya imbalan Sertifikan IMA adalah sebagai berikut :

AX = P x R x t / 360 x k

Keterangan :

X : besarnya imbalan yang diterbitkan kepada bank penanam dana

10
Ibid, hal. 393

Page | 14
P : nilai nominal investasi

R : tingkat realisasi imbalan Deposito Investasi Mudharabah (sebul didistribusikan)

t : jangka waktu investasi

k : Nisbah bagi hasil untuk bank penanam dana11

E. Peluang dan Tantangan Pasar Uang Syariah

1. Peluang

a) Jumlah penduduk Muslim di Indonesia yang cukup besar, bahkan terbesar di

dunia yakni 88%

b) Perkembangan lembaga-lembaga keuangan berbasis syariah yang semakin

baik dan booming serta dapat diterima dengan baik oleh seluruh lapisan

masyarakat.

c) Lahirnya berbagai Undang-undang dan Perturan-peraturan yang berdampak

positif bagi perkembangan pasar uang syariah.

2. Tantangan

a) Minimnya pengetahuan masyarakat tentang pasar uang syariah.

b) Kurangnya sosialisasi pasar uang syariah kepada masyarakat.

11
Ibid, hal.393 - 394

Page | 15
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Munculnya pasar uang syariah dikarenakan adanya pemenuhan kebutuhan untuk

mendapatkan sejumlah dana dalam jangka pendek atau sifatnya harus segera dipenuhi dengan

berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Pasar uang syariah haruslah benar-benar menerapkan

sistem syariah. Oleh karena itu pasar uang syariah tidak bisa mengambil bagian dari aktiva

atau pasiva konvensional.

Dalam rangka menyediakan sarana untuk penanaman dana atau pengelolaan dana

berdasarkan prinsip syariah, Bank Indonesia telah menetapkan ketentuan tentang pasar uang

antarbank berdasarkan prinsip syariah dalam suatu Peraturan Bank Indonesia.

Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) adalah kegiatan investasi

jangka pendek dalam rupiah antarpeserta pasar berdasarkan akakd-akad yang dianjurkan

yaitu mudharabah, musyarakah, qardh, wadiah dan sharf, dan kepemilikan atas instrumen

pasar hanya dapat dipindahtangankan satu kali saja. Namun, dalam realitanya akad-akad yang

sering digunakan adalah mudharabah dan wadiah. Sementara itu akad-akad seperti qardh dan

sharf jarang digunakan. Hal ini terjadi karena pada instrumen bank syariah yang disediakan

dalam pasar uang ini berupa IMA , SPBU Mudharabah, dan SWBI.

Page | 16
DAFTAR PUSTAKA

Arifin Zainul, Dasar-dasar manajemen bank syariah, Jakarta : Pustaka Alvabet, 2005.

Machmud Amir, Rukaman, Bank Syariah, Jakarta : Erlangga, 2010.

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen

YKPN, 2011.

Firdaus Muhammad, dkk, Sistem Keuangan dan Investasi Syariah, Jakarta : Renaisan, 2005

Page | 17

Anda mungkin juga menyukai