Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA v
BAB IV. TEORI PRODUKSI DAN KONSUMSI .................................... 53
A. Pengertian ........................................................................................................ 54
B. Motif Berproduksi dan Faktor Produksi .................................................... 56
C. Nilai-nilai Islam dalam Produksi .................................................................. 60
D. Maslahah dalam Perilaku Konsumen ............................................................ 62
E. Faktor-faktor Konsumsi Islami .................................................................... 65
Rangkuman ............................................................................................................... 67
Tes Formatif ............................................................................................................... 69
Addiarrahman
vi Bambang Saputra
KATA SAMBUTAN
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA vii
Addiarrahman
viii Bambang Saputra
KATA SAMBUTAN
Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES)
Kota Balikpapan
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA ix
sudah semestinya menjadi mata pelajaran khusus pada setiap jenjang pendidikan;
setidaknya mulai dari SMP. Semoga ke depan perkembangan ekonomi syari’ah
semakin gemilang, dan Kota Balikpapan bisa menjadi contoh yang representatif
dalam menerapkan ekonomi syari’ah di bumi nusantara ini.
Akhirnya, kami ucapkan terimakasih kepada Kantor Perwakilan Bank Indo
nesia Balikpapan atas kerjasama yang baik dengan MES Kota Balikpapan dapat
menghasilkan buku ini. Kepada penulis buku ini saya ucapkan terima kasih.
Semoga menjadi amal ibadah. Tentunya dengan harapan, akan ada karya-karya
lanjutan yang memuat kajian ilmu ekonomi syari’ah untuk peserta didik kita pada
tingkat SMA/MA dan kalau perlu juga untuk tingkat SMP/MTs.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Addiarrahman
x Bambang Saputra
KATA PENGANTAR
2
S yukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah swt. karena berkat
rahmat dan hidayahnya panulis bisa menyelesaikan buku Ekonomi Islam
1 untuk SMA/MA (Edisi Revisi) ini. Sholawat dan salam semoga senantia
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. yang telah memberikan suri tauladan
kepada kita: bagaimana semestinya hidup di atas dunia ini.
Penulisan buku Ekonomi Islam 1 untuk SMA/MA ini merupakan gerakan
“membumikan ekonomi Islam” yang dirintis oleh Masyarakat Ekonomi Syari’ah
(MES) Kota Balikpapan bekerjasama dengan Kantor Perwakilan Bank Indone
sia Balikpapan. Proyek ini sangat penting mengingat perkembangan praktik eko
nomi Islam, seperti bank dan lembaga keuangan syari’ah serta bisnis syari’ah,
begitu luar biasa setiap tahunnya. Perkembangan perbankan syariah Kota Balik
papan pada Desember 2017, market share mencapai 8,03 persen di atas nasional
5,57 persen dan Kaltim 5,8 persen. Perkembangan ini juga didukung dengan
pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai 16,77 persen dan pem
biayaan 6,33 persen. Namun, di tengah-tengah masyarakat masih ada keraguan
tentang “ekonomi Islam” itu sendiri. Apa bedanya dengan ekonomi konvensio
nal? Mengapa kita harus melaksanakan aktifitas ekonomi dengan berpedoman
kepada nilai-nilai syari’ah? Serta banyak pertanyaan-pertanyaan keraguan lainnya.
Yang lebih memprihatinkan, hal tersebut juga terjadi di kalangan mahasiswa.
Para mahasiswa banyak yang didera kebingungan mengenai “ekonomi Islam”.
Tidak hanya mahasiswa pada tahun pertama, bahkan yang akan mengikuti ujian
pendadaran skripsi pun kesulitan menjelaskan apa itu ekonomi Islam. Fenomena
ini jika dilihat secara seksama sangatlah wajar adanya. Para mahasiswa sejak
menginjak bangku SD, SMP, dan SMA belum pernah disuguhkan materi menge
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA xi
nai ekonomi Islam. Dasar pemahaman mereka mengenai teori ekonomi semata
berasal dari konsep-konsep ekonomi konvensional. Lebih mengkhawatirkan lagi,
kurikulum ekonomi Islam pada level Perguruan Tinggi pun belumlah menopang
kepentingan ekonomi Islam itu sendiri.
Fenomena tersebut tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Salah satu caranya
adalah dengan memutus mata rantai “ketidak-tahuan”. Upaya MES Kota Balik
papan yang didukung Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan dalam
membumikan ekonomi Islam dengan memasukkan mata pelajaran ekonomi
Islam pada level SMA/MA merupakan strategi jitu. Beberapa usaha yang sama
pernah dilakukan oleh Asosiasi Guru Ekonomi Indonesia (AGEI) yang bekerja
sama dengan Bank Indonesia mengadakan workshop ekonomi dan perbankan
syari’ah bagi guru SMA/MA (Republika). Selain faktor pentingnya meningkatkan
dan memperkuat fondasi pemahaman mengenai ekonomi Islam, secara teknis
materi ekonomi Islam juga diujikan dalam Olimpiade Sains Bidang Ekonomi
Nasional. Di Wonosobo, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bekerja
sama dengan TAMSIZ Social Responsibility mengadakan kegiatan yang sama. Guru
dengan demikian diharapkan menjadi agent utama dalam edukasi ekonomi Islam.
Hal yang sama juga telah dirintis di Bogor dan beberapa daerah lainnya.
Penulis sangat senang diberikan kesempatan menulis buku ini dan tentu sa
ngat mengapresiasi gerakan membumikan ekonomi Islam yang dilakukan atas
kerjasama Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan dengan MES Kota
Balikpapan. Harapannya, jika sekarang gerakan ini telah dimulai oleh daerah-
daerah, pada tahap selanjutnya pemerintah pusat bisa secara legal meresmikan
mata pelajaran ekonomi Islam dalam sistem kurikulum pendidikan nasional.
Dalam penulisan buku ini, penulis menggunakan pendekatan ‘garam’ bukan
‘gincu’. Pendekatan garam artinya kita merubah rasa tanpa merubah warna air.
Sedangkan gincu, merubah warna air namun rasanya tetap hambar. Buku eko
nomi Islam untuk SMA/MA ini ditulis dengan berpedoman pada Standar Isi,
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA yang dibuat oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Akan tetapi, untuk kepentingan buku ini
penulis menambahkan beberapa materi yang tidak masuk dalam standar isi ter
sebut. Penting penulis tegaskan, buku ini tidak mengkomparasi antara ekonomi
Islam dan ekonomi konvensional. Hal ini dilakukan agar peserta didik memiliki
fondasi pemahaman yang kuat berdasarkan paradigma ekonomi Islam tanpa ha
rus dibingungkan dengan perspektif ekonomi konvensional.
Addiarrahman
xii Bambang Saputra
Ada empat tujuan pembelajaran ekonomi Islam di tingkat SMA/MA, yaitu:
1) Memahami konsep dasar ekonomi Islam sehingga mampu mengaitkan peris
tiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari; 2) Menampilkan sikap
ingin tahu konsep dasar ekonomi Islam yang diperlukan untuk mendalami ilmu
ekonomi Islam; 3) Membentuk sikap bijak, rasional, spiritual serta bertanggung
jawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi Islam; 4)
Membuat keputusan yang bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai syari’ah
dalam persoalan sosial ekonomi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, para peserta didik harus memahami buku
ini dengan tepat sebagaimana yang diuraikan dalam Petunjuk Penggunaan Buku.
Pelajari dengan seksama, diskusikan dengan guru, dan lakukan pembalajaran se
suai dengan petunjuk. Semoga para peserta didik bisa memahami buku ini de
ngan baik dan benar.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Masyara
kat Ekonomi Syari’ah (MES) Balikpapan atas kesempatan dan kepercayaan yang
diberikan untuk menulis buku ini. Sungguh ini merupakan suatu kehormatan
yang tidak bisa dinilai dengan apapun. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu dalam
buku ini.
Akhirnya, penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan buku ini.
Sungguhpun demikian, penulis berharap bisa memberikan manfaat dalam rangka
membumikan ekonomi Islam di Indonesia. Insya Allah.[]
Addiarrahman
Bambang Saputra
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA xiii
PETUNJUK
PENGGUNAAN BUKU
² Tujuan Pembelajaran
Disajikan agar peserta didik mampun memahami materi dengan benar dan
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
² Kata Kunci
Merupakan kata-kata penting yang harus dipahami peserta didik mengenai
materi pada setiap bab. Atas bimbingan guru, peserta didik diberikan pema
haman dasar mengenai kata kunci tersebut.
² Peta Konsep
Berupa kerangka berfikir yang disajikan dalam bentuk bagan. Dengan me
mahami peta konsep, peserta didik bisa memahami materi dengan mudah
dan sistematis.
² Uraian Materi
Disajikan dengan menggunakan bahasa yang lugas dan mudah dimengerti.
Peserta didik diharapkan mampu memahami materi lebih mendalam berda
sarkan peta konsep yang telah dijelaskan oleh guru.
² Key Concept
Disajikan pada setiap bab agar lebih memudahkan peserta didik memahami
konsep-konsep kunci yang harus dipahami. Ditulis dengan bahasa yang
singkat, padat dan lugas.
² Tugas Kelompok
Disajikan sebagai bahan evaluasi berkelompok bagi guru. Tujuan lain agar
peserta didik dilatih mendiskusikan materi yang telah dipelajari dengan me
mecahkan kasus yang menjadi tugas mereka.
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA xv
² Rangkuman
Disajikan sebagai kesimpulan materi pada setiap bab. Dengan memahami
rangkuman, peserta didik bisa memahami secara keseluruhan setiap materi
pada setiap bab.
² Tes Formatif
Disajikan sebagai bahan evaluasi bagi guru untuk mengetahui sejauh mana
peserta didik memahami materi pada setiap bab. Selain itu, sebagai bahan
review bagi guru untuk memutuskan melanjutkan ke materi selanjutnya atau
memberikan pemahaman ulang mengenai materi yang belum dipahami pe
serta didik dengan baik dan benar.
Addiarrahman
xvi Bambang Saputra
BAB I
MASALAH EKONOMI
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mempelajari materi pada bab ini, para siswa diharapkan mampu
memahami masalah ekonomi; membedakan antara kebutuhan dan ke
inginan serta pengaruhnya terhadap persoalan kelangkaan, sumber daya
ekonomi, dan pemecahan masalah tersebut dengan sistem ekonomi Islam.
Maka Kami berkata: “Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi
isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang
menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalam
nya dan tidak akan telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan
tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya.”
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 1
tidak lagi mengindahkan batas kebutuhan manusia. Pada bab ini, peserta didik
diajak mecermati persoalan ini dengan memahami kebutuhan manusia dan sum
ber daya ekonomi yang tersedia.
PETA KONSEP
PETA KONSEP
Masalah
Ekonomi
Masalah Dasar Ekonomi
Kemalasan dan
Ketamakan
Dominasi
Sekolompok Kelangkaan Relatif
Kecil Manusia
Perilaku Boros
Ketidakadilan
Sistem Ekonomi
Konvensional Islam
Sistem Ekonomi
Al‐Qur’an
Kapitalisme
Al‐Sunnah
Sistem Ekonomi
Sosialisme
Addiarrahman
2 Bambang Saputra
A. Kebutuhan dan Keinganan
Pada surat Thaha [20] : 117-119, kita bisa memahami bahwa manusia memiliki
kebutuhan yang harus dipenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia
harus bersusah-payah bekerja. Baik untuk kebutuhan sandang, pangan maupun
papan. Hal serupa tidak terjadi manakala manusia berada di surga yang semua
nya telah tersedia sehingga manusia (Adam dan Hawa)
tidak akan merasakan kelaparan, telanjang, dahaga, dan Key Concept
kepanasan. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan
Kebutuhan (need)
kebutuhan?
bisa dipahami
Secara sederhana, kebutuhan (need/ hajat) bisa dipa sebagai sesuatu
hami sebagai sesuatu yang harus dipenuhi untuk kelang yang harus dipenuhi
sungan hidup manusia. Sedangkan keinginan (want/ ragh untuk kelangsungan
bah dan syahwat) merupakan harapan terhadap sesuatu. hidup manusia.
Sedangkan
Setiap manusia bisa berkeinginan apa saja dan setinggi
keinginan (want)
apa pun. Pada prinsipnya, tidak terpenuhinya keinginan harapan terhadap
seseorang tidaklah menimbulkan dampak negatif terha sesuatu.
dap kehidupannya dan bila terpenuhi akan menciptakan
kepuasan (satisfying). Akan tetapi, bagi mereka yang melampaui batas dalam ber
keinginan bahkan telah dikuasai oleh keinginannya maka akan menimbulkan
dampak yang sangat berbahaya. Orang seperti ini biasanya menghalalkan segala
cara untuk memenuhi keinginannya. Dengan kata lain keinginan telah menjadi
ketamakan (greedy). Sebaliknya, bila kebutuhan seseorang tidak terpenuhi: ibadah,
makan, minum, misalnya, maka akan memberikan dampak yang sangat fatal.
Seseorang yang kelaparan atau kehausan karena tidak makan dan minum, bisa
mati. Sesorang yang tidak memiliki keyakinan agama atau tidak melaksanakan
ajaran agamanya membuat hidupnya hampa. Begitu seterusnya.
Karena manusa memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi, ia memiliki naluri
‘kecintaan’ terhadap harta benda. Di dalam surat Ali Imran [3] : 14 disebutkan:
“telah menjadi naluri manusia kecintaan kepada lawan seksnya, anak-anak, serta harta
yang banyak berupa emas, perak, kuda peliharaan, binatang ternak, sawah, dan ladang.”
Naluri inilah yang mendorong manusia bekerja dan berusaha memenuhi kebu
tuhannya. Manusia diseru untuk segera bertebar di muka bumi mencari rezki
Allah setelah melaksanakan sholat. Sebaliknya, Islam sangat melarang keras
umatnya yang malas bekerja. Rasulullah saw. juga mengingatkan bahwa kemis
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 3
kinan bisa menyeret orang pada kekufuran. Akan tetapi, tingkat kemiskinan
Indonesia yang berpenduduk muslim terbesar masih sangat tinggi.
Kebutuhan manusia tidaklah terbatas pada kebutuhan terhadap sandang,
pangan, dan papan. Banyak teori yang menjelaskan macam-macam kebutuhan
manusia. Abu Ishaq al-Syathibi merumuskan setidaknya ada tiga hirarki kebu
tuhan manusia. Yaitu, kebutuhan dharuriyah atau primer; kebutuhan hajiyah atau
sekunder; dan kebutuhan tahsiniyah atau tersier. Ketiga tingkatan kebutuhan ini
dimaksudkan untuk memilihara kemaslahatan terhadap agama (din), jiwa (nafs),
pendidikan (‘aql), keturunan (nasl), dan harta (māl).
Kebutuhan dharuriyah adalah kebutuhan yang mutlak dan apabila tidak ter
penuhi dapat mengancam kelangsungan hidup manusia. Sholat, puasa, zakat
untuk kelangsungan agama; makan, minum, berwisata untuk kebutuhan jiwa;
sekolah, membaca, agar mendapat pendidikan, menikah supaya memiliki ketu
runan, dan bekerja agar memiliki harta kekayaan. Kebutuhan hajiyah diperlukan
agar manusia terhindar dari berbagai bentuk kesulitan. Misalnya, adanya fasilitas
mas jid, mushalla, keamanan, perpustakaan, pencatatan nikah, dan sedekah.
Sedangkan kebutuhan tahsiniyah bertujuan untuk menambah keindahan atau
kemewahan. Tentunya hal ini tidak akan bisa tercapai bila seseorang belum bisa
melampaui dua kebutuhan sebelumnya. Misalnya, memiliki mobil mewah, dan
lain sebagainya.
Tahsiniyah
Hajiyah
Dharuriyah
Addiarrahman
4 Bambang Saputra
Hirarki kebutuhan di atas tidak boleh dilihat dengan piramida terbalik. Pem
balikan tersebut merupakan pelanggaran terhadap hak manusia. Dengan kata
lain terjadi ketidak-seimbangan. Seseorang yang kaya sekalipun tidak akan bisa
menikmati hidup dengan kemewahan yang dimilikinya bilamana kebutuhan
dharuriyah-nya tidak terpenuhi. Umpamanya: tidak taat dalam beribadah membuat
orang hidup dalam kehampaan, berakhlak buruk; sakitnya tubuh atau jiwa men
jadikan seseorang terbaring karena stroke atau gila (hilang ingatan), bahkan ada
yang stress dan bunuh diri. Begitu seterusnya.
TUGAS KELOMPOK:
Setelah memahami hirarki kebutuhan manusia, diskusikanlah dengan
teman kelompok Anda macam-macam kebutuhan manusia menurut:
waktu, sosial-budaya, sifat, subyek yang membutuhkan. Tuliskan di selem
bar kertas!
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 5
B. Masalah Dasar Ekonomi
Peserta didik telah mengetahui bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan yang
harus dipenuhi. Baik yang bersifat materi maupun non materi. Siapa pun, pasti
berharap bisa memenuhi kebutuhannya tersebut. Akan tetapi, setiap orang
memiliki kemampuan yang berbeda, sehingga menghasilkan berbagai bentuk
pekerjaan. Adapun sebaik-baik pekerjaan adalah setiap pekerjaan yang dilakukan
dengan tangan sendiri dan setiap jual beli atau bisnis yang mambrur atau bersih
(H.R. al-Bazzar dan Ahmad). Dengan kata lain, manusia wajib bekerja untuk
memenuhi kebutuhannya. Haram bagi seorang muslim bermalas-malas terlebih
tidak mau bekerja. Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul pun tetap be
kerja sebagai pedagang laiknya manusia biasa.
Untuk bekerja memenuhi kebutuhannya, manusia telah dikaruniai akal, hati
(qalbu), indera (mata, telinga, kulit, hidung, lidah), serta anggota tubuh lainnya.
Di samping itu, alam semesta ini diciptakan Allah swt. juga diperuntukkan bagi
manusia dan manusia adalah khalifah Allah yang bertugas menjaga keseimbangan
bumi. Allah berfirman: “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk
kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan
Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. al-Baqarah [2]: 29).” Selain menciptakan
bumi untuk manusia, pada ayat lain Allah menegaskan bahwa segala ciptaan
Allah diciptakan dengan ukuran yang tepat. “Sesungguhnya telah Kami ciptakan
segala sesuatu dalam ukuran yang setepat-tepatnya (QS. Al-Qamar [54] : 49).”
Sebagaimana telah dijelaskan, kebutuhan manusia memiliki batas-batas atau
tingkatan yang harus dipenuhi. Hanya keinginan manusia yang tidak mengenal
batas. Sumber Daya Alam (SDA) juga diciptakan dengan ukuran yang tepat, se
hingga tidak bisa dikatakan terbatas. Dengan demikian, sangat keliru bila dipa
hami bahwa kegiatan ekonomi adalah upaya memenuhi kebutuhan manusia yang
tidak terbatas dengan sumber daya yang terbatas. Hanya saja, manusia diuji de
ngan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan yang
semua ini bisa dipahami sebagai “kelangkaan”. Kelangkaan seperti ini pada da
sarnya bersifat relatif atau sementara.
Sebagai contoh, kuantitas minyak bumi dunia jumlahnya terbatas akan tetapi
sekarang telah banyak ditemukan sumber-sumber energi lain yang dapat diguna
kan sebagai ganti. Lahan pertanian, semakin mengalami penyempitan, namun
ilmu pengetahuan menemukan teknologi untuk mengatasi keterbatasan lahan
Addiarrahman
6 Bambang Saputra
tersebut. Artinya, dengan teknologi yang ditemukan oleh manusia berbagai ben
tuk kelangkaan bisa diatasi. Lalu, apakah yang sebenarnya menjadi persoalan
mendasar ekonomi?
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 7
salahan ekonomi. Alam semesta ini diciptakan Allah tidaklah untuk segelintir
kelompok manusia. Melainkan untuk seluruh manusia. Tugas sebagai kha
lifah Allah bermakna menjaga kelestarian, keseimbangan, dan keterarutan
alam. Sebaliknya dominasi atau penguasaan sumber daya alam oleh sekelom
pok manusia justeru melanggar tugas tersebut. Dalam kondisi seperti itu,
kelompok yang lemah selalu berada dalam penindasan kelompok yang me
nguasai sumber daya ekonomi.
4. Ketidak-adilan
Tidak bisa disangkal ketidak-adilan melahirkan tidak adanya pemerataan
pembangunan ekonomi di tengah masyarakat. Artinya, distribusi pendapatan
tidak merata. Tidak meratanya pembangunan ini, bisa dilihat dengan kondisi
perekonomian Indonesia. Pertumbuhan sangat terpusat di Jakarta. Adapun
daerah-daerah yang memiliki kekayaan alam, pembangunan ekonominya
Addiarrahman
8 Bambang Saputra
cenderung lamban. Ini pula menyebabkan terjadinya desentralisasi atau oto
nomi daerah di mana pemerintah daerah diberikan kewenangan mengatur
pembangunan daerah berdasarkan potensi yang dimiliki.
Ketidak-adilan dalam perekonomian juga menjadikan adanya ketim
pangan yang sangat mencolok antara si kaya dan si miskin. Cobalah per
hatikan daerah sekitar kita. Banyak perumahan kumuh berdiri di tengah
gedung-gedung pencakar langit. Angka kemiskinan cukup tinggi di daerah-
daerah yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Si miskin be
kerja mengais rezeki dengan gaji di bawah standar. Sehingga, yang kaya
semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Tentunya hal ini menjadi
penghalang bagi pembangunan ekonomi yang mensejahterakan bagi seluruh
umat manusia.
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 9
1. Sumber Daya Alam
Sebagaimana telah disebutkan, alam beserta isinya diciptakan oleh Allah swt.
diperuntukkan bagi manusia. Allah swt. mengatur sedemikian rupa dengan
ukuran yang setepat-tepatnya. Memang antara satu daerah dengan daerah
yang lain atau antara satu negara dengan negara yang lain memiliki potensi
alam yang berbeda di samping pula ada yang sama. Perbedaan potensi sum
ber daya alam yang ada ini menimbulkan kelangkaan relatif. Untuk itu, ma
nusia dituntut saling bekerja sama satu sama lain. Hal ini tak lain adalah agar
bisa saling memenuhi kebutuhan masing-masing daerah atau negara.
Secara umum, sumber daya alam bisa dibagi menjadi dua: 1. Yang ada
dalam perut bumi; dan 2. Yang ada dipermukaan bumi. Sumber daya alam
yang ada dalam perut bumi bisa berupa minya bumi, gas, batu bara, emas,
biji besi, uranium, serta barang tambang lainnya. Sedangkan sumber daya
alam yang ada dipermukaan meliputi seluruh tumbuh-tumbuhan dan hewan-
hewan yang hidup di bumi ini.
Addiarrahman
10 Bambang Saputra
detik, lengkap dengan tampilan wajah yang berkomunikasi (video call). Akan
tetapi, kecanggihan teknologi manusia juga melahirkan banyak dampak
negatif, seperti kerusakan lingkungan. Menjadi tugas manusia untuk menye
lesaikan permasalahan itu.
D. Sistem Ekonomi
Bagaimana cara kita menyelesaikan permasalahan ekonomi yang ada tersebut?
Ini bisa diketahui jawabannya dengan memahami sistem ekonomi yang dibentuk
oleh manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Secara umum, sistem eko
nomi tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu sistem ekonomi konvensional dan
sistem ekonomi Islam. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut.
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 11
Negara-negara yang menganut sistem ekonomi kapitalis ini di antaranya
adalah Amerika Serikat, Jepang, Inggris, dan lainnya.
b. Sistem ekonomi sosialis
Berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi sosialis tidak
lah bergantung pada prinsip individualis melainkan komunalitas. Bukan
kekuatan modal yang menjadi ukuran maju atau tidaknya perekonomi
an. Melainkan, bagaimana pemerintah mengatur sumber daya yang ada
untuk kepentingan hajat hidup masyarakat. Sistem ekonomi sosialis
muncul sebagai respon terhadap sistem ekonomi kapitalis. Sistem ini
mengkritisi cara kerja kapitalisme yang membentuk kelas masyarakat
menjadi kelas borjuis (orang-orang kaya) dan ploretariat (buruh atau
pekerja kasar). Kesenjangan sosial ini dikritik sebagai bentuk ketidak-
adilan dan penindasan terhadap kelompok yang tidak memiliki modal.
Oleh sebab itu, menurut sistem ekonomi sosialis, pemerintah harus
mengatur sumber daya ekonomi yang ada untuk kepentingan masyarakat.
Saat ini, hanya Negara Korea Utara yang menganut sistem ekonomi ini
secara ketat. Negara-negara lainnya seperti Cina, Rusia, sekalipun me
nyebutkan diri mereka menganut sistem ekonomi sosialis, namun pada
praktiknya mereka mencampur sistem ekonomi kapitalis dan sosialis.
Addiarrahman
12 Bambang Saputra
yang dituangkan dalam dua jilid buku “Sistem Ekonomi Kemakmuran Ber
sama”. Pemikiran Ekonomi Islam Kahrudin Yunus, menurut Kuntowijoyo
dan M. Dawam Rahardjo merupakan pemikiran yang otentik dan ditulis se
cara sistematis oleh sarjana Indonesia yang mumpuni; baik dari segi ilmu
ekonomi umum maupun ilmu agama. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa
Kahrudin Yunus adalah tokoh yang pertamakali merumuskan sistem eko
nomi Islam secara sistematis. Gagasannya malah lebih awal dari pemikiran
Muhammad Baqr al-Shadr, iqtishaduna, yang terbit pertama kali pada tahun
1960.
Kahrudin Yunus adalah seorang tokoh yang me
nempuh pendidikan ilmu ekonomi dan politik eko
nomi di Timur Tengah dan Amerika. Lahir di Nagari
Sulit Air, 14 Agustus 1915, ia memperoleh B.A. da
lam Ilmu Dagang dan Diploma dalam Ilmu Politik di
Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir. Master of Art da
lam Ilmu Politik Ekonomi dari Egypt University, serta
Doktor di Columbia University dan Ph.D dari Uni
versitas Amerika. Dari segi keilmuan ini, dan pengua
saan bahasanya, tentu tidak diragukan lagi kepiawaian
Yunus di bidang eko nomi maupun agama. Sejak
tahun 1947, Yunus menulis buku tentang sistem eko
nomi Islam dalam bahasa Arab dengan judul al-Insaniyah dan hadzihi hiya
Indonesia. Pemikiran tentang sistem ekonomi Islam ia rumuskan dalam kurun
waktu yang cukup lama. Sebagaimana pengakuan Yunus, buku Sistem Eko
nomi Kemakmuran Bersama ia tulis setelah ditempah pengalaman dalam
rentang waktu bertahun-tahun. Ia menulis (Yunus, 1955, hlm. 13):
“Banjak sekali suasana dan keadaan-keadaan jang telah mendorong penulis
menjelenggarakan risalah ilmiah ini. Penglaksanaannja telah memakai tempo
beberapa tahun, dengan bantuan beberapa guru besar di beberapa universiteit
di Timur Tengah dan di Amerika Serikat, (dengan memakai banyak buku-buku
pengambilan dalam beberapa bahasa jang diketahui penulis), dan dengan hasil
pengalaman dan penindjauan penulis sendiri dalam pengembaraan di Amerika
Serika, di Eropah Barat, Eropah Selatan, Eropah Tenggara, di Timur Tengah,
di Asia Selatan, Asia Tenggara dan di Indonesia.”
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 13
Rangkuman
Addiarrahman
14 Bambang Saputra
8. Sumber daya ekonomi terbagi menjadi 2 yaitu sumber daya alam dan
sumber daya manusia.
9. Secara umum, sistem ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu sistem eko
nomi konvesional dan sistem ekonomi Islam. Sedangkan sistem eko
nomi konvesional terbagi atas kapitalis dan sosial.
10. Sistem ekonomi kapitalis bertitik tolak pada pandangan kekuatan mo
dal menjadi ukuran utama, sedangkan sistem ekonomi sosialis berpen
dapat bahwa pemerintah harus mengatur sumber daya ekonomi yang
ada untuk kepentingan masyarakat.
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 15
Tes Formatif
Pilihan Ganda:
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat!
Addiarrahman
16 Bambang Saputra
6. Contoh kebutuhan dharuriyah, yaitu ....
a. Keamanan d. Mobil mewah
b. Perhiasan e. Zakat
c. Sedekah.
7. Kebutuhan adalah sesuatu yang harus dipenuhi untuk
kelangsungan hidup manusia, sedangkan keinginan adalah
...
a. Jika tidak dipenuhi akan meninggal.
b. Harapan terhadap sesuatu.
c. Kebutuhan
d. Kelangkaan
e. Sisem ekonomi.
8. Sesuai dengan QS Ali Imran : 14, manusia memiliki naluri yang
mendorong untuk ....
a. Bermalasan
b. Meminta - minta
c. Sedekah.
d. Bekerja dan berusaha
e. berkeinganan
9. Kebutuhan hajiyah diperlukan agar manusia terhindar dari
berbagai bentuk kesulitan, misalnya adanya fasilitas .....
a. Memiliki mobil mewah
b. sekolah
c. keamanan
d. zakat
e. Kemalasan dan ketamakan
10. Seseorang yang kaya sekalipun tidak akan bisa menikmati
hidup dengan kemewahan yang dimilikinya bilamana kebu
tuhan ...... tidak terpenuhi.
a. Yang akan datang d. hajiyah
b. tahsiniyah e. Kebutuhan sosial
c. dharuriyah
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 17
ESSAY
Addiarrahman
18 Bambang Saputra
BAB II
RANCANG BANGUN
SISTEM EKONOMI ISLAM
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mempelajari materi pada bab ini, para siswa diharapkan mampu
memahami rancang bangun sistem ekonomi Islam yang meliputi: peng
ertian, paradigma ekonomi Islam, prinsip dasar dan karakteristik ekonomi
Islam, serta visi ekonomi Islam.
P ada prinsipnya, sistem ekonomi Islam bukanlah hal baru yang hadir
pada era modern. Rasulullah saw. sudah mempraktikkannya terlebih da
hulu, jauh sebelum sistem ekonomi kapitalis maupun sosialis berkem
bang di dunia ini. Di Indonesia, pemikiran ekonomi Islam telah mulai dikem
bangkan sejak tahun 1950-an melalui karya Zainal Abidin Ahmad dan Kahrudin
Yunus. Akan tetapi, ide ini berkembang pesat barulah terjadi pada era 1970-an.
Hal ini dimulai dengan adanya upaya pendirian bank Islam (Islamic bank). Sejak
saat itu, istilah ekonomi Islam, bank Islam, terus berkembang di berbagai belahan
dunia. Baik di negara yang berpenduduk mayoritas muslim maupun di negara-
negara barat atau eropa seperti Belanda, Jerman, Inggris, Rusia, Amerika dan
lainnya. Terlebih di kawasan Asia dan Asia Tenggara. Sistem ekonomi Islam yang
pada awalnya berkembang melalui bank Islam, di negara-negara seperti Pakistan,
Malaysia, sangat berkembang dengan pesat. Begitupun juga di Indonesia. Eko
nomi Islam disambut positif oleh para pelaku ekonomi sekalipun belum menye
rap potensi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim.
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 19
PETA
PETA KONSEP
KONSEP
RANCANG BANGUN SISTEM
EKONOMI ISLAM
Pengertian Ekonomi Islam
ilmu yang mempelajari tentang cara manusia
memenuhi kebutuhan hidupnya guna mencapai
kebahagiaan hidup (falah) di dunia maupun
akhirat dengan mengelolah sumber daya
ekonomi yang ada berdasarkan nilai‐nilai ajaran
Islam sebagaimana yang terkandung di dalam al‐
Qur’an dan al‐Sunnah.
Paradigma Ekonomi Islam Tauhid
Prinsip Dasar Karakteristik
Nubuwwah Kepemilikan
Keadilan multijenis
Khilafah Kebebasan
Tanggung Jawab Berusaha
Hasil (ma’ad) Keadilan
Sosial
Visi Ekonomi Islam Maslahah
Falah
Addiarrahman
20 Bambang Saputra
1. M. Akram Khan
Menurut M. Akram Khan, ilmu ekonomi Islam bertujuan untuk melakukan
kajian tentang kebahagiaan hidup manusia (falah) yang dicapai dengan meng
organisasikan sumber daya alam atas dasar bekerja sama dan partisipasi.
(Islamic economics aims the study of the human falah (well-being) achieved by organizing
the resources of the earth on the basic of cooperation and participation.)
2. Muhammad Abdul Manan
Ilmu ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masa
lah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai islam. (Islamic
economic is a social science which studies the economics problems of a people imbued with
the values of Islam.)
3. M. Umer Chapra
Defenisi yang dikemukakan oleh Umer Chapra cukup panjang. Menurutnya,
ekonomi Islam adalah sebuah pengetahuan yang membantu perwujudan ke
bahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas
yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa
memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang
berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan. (Islamic econo
mics was defined as that branch of knowledge which helps realize human well-being
through an allocation and distribution of scarce resources that is in conformity with Islamic
teaching without unduly curbing individual freedom or creating continued macroeconomic
and ecological imbalances.)
4. Muhammad Nejatullah Ash-Siddiqie
Menurut Ash-Siddiqie, ilmu ekonomi Islam adalah respon pemikir muslim
terhadap tantangan ekonomi pada masa tertentu. Dalam usaha keras ini
mereka dibantu oleh al-Qur’an dan Sunnah, akal (ijtihad) dan pengalaman.
(Islamic economic is the muslim thinker’s response to the economic challenges of their time.
In this endeavor they were aided by the Qur’an dan the Sunnah as well as by reason and
experience.)
5. Khursyid Ahmad
Ilmu ekonomi Islam menurut Khursyid Ahmad adalah sebuah usaha siste
matis untuk memahami masalah-masalah ekonomi dan tingkah laku manusia
secara relasional dalam perspektif Islam (Islamic economic is a systematic effort to
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 21
understand tht economic’s problems and man’s behavior in relation to that problems from
an Islamic perspective.)
Dari beberadapa defenisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu
ekonomi Islam adalah ilmu yang mempelajari tentang cara manusia meme
nuhi kebutuhan hidupnya guna mencapai kebahagiaan hidup (falah) di dunia
maupun akhirat dengan mengelolah sumber daya ekonomi yang ada ber
dasarkan nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana yang terkandung di dalam al-
Qur’an dan al-Sunnah.
Addiarrahman
22 Bambang Saputra
jadi prinsip dasar dalam sistem ekonomi Islam yang meliputi: nubuwwah, keadilan,
khilafah, tanggung jawab, dan ma’ad. Tegasnya, rancang bangun ekonomi Islam
berdiri di atas fondasi tauhid ini.
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 23
atau contoh teladan. Allah swt. telah mewahyukan al-Qur’an kepada Nabi
Muhammad saw. sehingga umat manusia bisa mencontoh bagaimana cara
nabi dalam melaksanakan aktifitas ekonomi. Dalam hal ini, setidaknya dalam
kegiatan ekonomi kita hendaknya menjadikan sifat-sifat utama nabi sebagai
dasar pijakan moral dan perilaku ekonomi. Sifat-sifat dasar itu adalah:
• Siddiq (benar, jujur)
• Amanah (tanggung jawab, kepercayaan, kredibilitas)
• Fathanah (kecerdikan, kebijaksanaan, intelektualitas)
• Tabligh (komunikatif, keterbukaan, pemasaran)
2. Keadilan (‘adl)
Prinsip keadilan dalam ekonomi Islam bermakna “tidak menzalimi dan tidak
dizalimi.” Setiap pelaku ekonomi, sangat dilarang keras melakukan segala
bentuk kecurangan dalam meraup keuntungan. Karena ini merupakan tin
dakan menzalimi orang lain. Sebaliknya, mereka juga tidak boleh membiar
kan pihak lain menzalimi diri mereka. Termasuk dalam pengertian tidak
menzalimi dan tidak dizalimi adalah berperilaku adil terhadap alam. Artinya,
apapun aktifitas ekonomi yang dilakukan tidaklah sampai merusak kelestari
an alam. Di dalam al-Qur’an secara tegas disebutkan larangan suatu kelom
pok menzolimi kelompok lain. Dilarang memakan harta orang lain dengan
cara-cara yang batil, dan lain sebagainya. Berdasarkan pada prinsip keadilan
ini, segala bentuk aktifitas ekonomi yang mengandung kecurangan, ketidak
adilan dilarang keras. Misalnya: penipuan (tadlis), ketidakpastian (gharar), per
judian (maisir), riba (bunga/interest), rekayasa pasar dalam permintaan dan
penawaran (ikhtikar dan bai’ najasy), suap/ sogok (risywah) dan lain sebagainya.
3. Kepemimpinan (khalifah)
Di dalam al-Qur’an disebutkan bahwa tujuan Allah menciptakan manusia
adalah untuk menjadi khalifah di bumi (Q.S. al-Baqarah [2] : 30). Artinya,
manusia adalah pemimpin yang bertugas memakmurkan bumi. Oleh karena
itu, pada dasarnya setiap manusia adalah pemimpin. “Setiap kalian adalah
pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang
dipimpinnya,” demikian sabda Nabi Muhammad saw.
Di dalam sistem ekonomi Islam, kegiatan ekonomi tidak begitu saja di
serahkan kepada individu-individu. Pemimpin (dalam hal ini pemerintah)
dituntut peran sertanya dalam rangka menjadi kesejahteraan ekonomi masya
Addiarrahman
24 Bambang Saputra
rakat. Yaitu terciptanya aktifitas ekonomi yang sesuai dengan nilai-nilai
syari’ah dan menjamin tidak terjadinya pelanggaran terhadap hak-hak manu
sia dalam segala bidang. Dengan kata lain, kepemimpinan yang tidak adil
atau pemerintahan yang kotor justeru akan melahirkan sistem perekonomi
an yang kacau dan tidak mensejahterakan masyarakat.
4. Tanggung jawab (responsibility)
Karena setiap manusia bertugas sebagai khalifah maka setiap mereka dimintai
pertanggungjawaban atas seluruh aktifitas yang dilakukannya. Dalam sistem
ekonomi Islam, prinsip tanggung jawab bermakna bahwa kegiatan ekonomi
yang dilakukan merupakan perwujudan rasa tanggung jawab atas amanah
yang diberikan Allah swt. Sebagai individu kita memi
liki amanah untuk menjadi individu yang baik (ihsan). Key Concept
Sebagai seorang ayah, bertanggung jawab menjadikan
Lima prinsip dasar
keluarganya keluarga yang sakinah, mawaddah, rah Ekonomi Islam
mah yang tentunya terpenuhi segala kebutuhan lahir meliputi keadilan,
maupun batin. Begitu seterusnya. kepemimpinan,
tanggung jawab,
5. Hasil (ma’ad) dan hasil.
Kata ma’ad seringkali diterjemahkan sebagai “kebang
kitan,” tetapi secara harfiah ma’ad berarti “kembali”. Tiga karakter utama
Kita semua akan kembali kepada Allah swt. Artinya, Ekonomi Islam:
Kepemilikan
orientasi kehidupan manusia tidak semata terbatas
multijenis,
pada urusan dunia tetapi juga untuk kehidupan di kebebasan usaha,
akhirat. Di dalam al-Qur’an disebutkan bahwa “dunia keadilan sosial
adalah ladang akhirat.” Artinya, apapun yang kita
lakukan di atas dunia ini diharapkan akan menghasilkan panen yang mem
buat kita bahagia hidup di akhirat kelak. Itu pula sebabnya al-Qur’an menye
butkan bahwa akhirat lebih baik dari pada dunia. Apapun kesenangan yang
kita peroleh dengan berusaha dan beramal soleh di atas dunia ini, belumlah
seberapa nikmatnya bila dibandingkan dengan kebahagiaan di akhirat.
Tegasnya, setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan tidaklah semata bertujuan
duniawi melainkan juga sebagai “tabungan” untuk kehidupan akhirat.
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 25
Karakteristik Ekonomi Islam
1. Kepemilikan Multijenis (multiple ownership)
Jika di dalam sistem ekonomi kapitalis menjunjung tinggi kepemilikian indi
vidu atau swasta, sistem ekonomi sosialis menekankan pada kepemilikan
negara, maka dalam sistem ekonomi Islam berlaku kepemilikan individu
(swasta), negara, dan umum. Pengakuan terhadap macam-macam kepemi
likan ini disatukan dengan paradigma tauhid. Maksudnya, kepemilikan indi
vidu, negara, dan umum diakui karena pada hakikatnya manusia adalah kha
lifah Allah. Prinsip kepemilikan adalah amanah dari Allah swt.
Kepemilikan individu diakui, namun agar terciptanya keadilan yakni
supaya tidak ada proses penzaliman segolongan orang terhadap segolongan
yang lain, maka cabang-cabang produksi yang penting dan berkaitan dengan
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Artinya, sistem kepemilikian
dalam ekonomi Islam sangat melarang keras dominasi segelintir orang ter
hadap sumber daya ekonomi. Demikian pula, negara juga dilarang sepenuh
nya menguasai sumber daya ekonomi dengan cara-cara yang korup. Tugas
negara adalah menjamin kesejahteraan bagi seluruh masyarakatnya.
2. Kebebasan berusaha (freedom to act)
Sebagai khalifah manusia diberikan kebebasan berusaha memenuhi kebutuh
an hidupnya. Prinsip kebebasan ini sangat berkaitan erat dengan bagaimana
kita meneladani Rasulullah saw. dalam melaksanakan aktifitas ekonomi.
Sifat-sifat utama Rasul menuntut kita menjadi pribadi yang professional,
memiliki skill, berpengetahuan luas, dan komunikatif sebagai pelaku eko
nomi. Ekonomi Islam memberikan kebebasan kepada manusia berusaha
memenuhi kebutuhannya, akan tetapi haruslah dengan rasa tanggung jawab.
Dengan tanggung jawab, manusia dituntut tidak melakukan aktifitas terla
rang yang dapat merugikan orang lain serta merusak kelestarian alam.
Mekanisme pasar Islami terbentuk atas dasar kebebasan berusaha, se
hingga kekuatan permintaan dan penawaran tercipta bukan karena adanya
tekanan yang disebabkan perilaku zalim seseorang atau sekelompok pihak.
Pasar Islami tercipta dengan sikap individu yang diberikan kebebasan dalam
berusaha melaksanakan aktifitas ekonomi, namun dengan tanggung jawab,
dan yang terpenting adalah menjadikan sifat-sifat utama Rasulullah saw. da
lam aktifitas tersebut.
Addiarrahman
26 Bambang Saputra
3. Keadilan Sosial (social justice)
“Sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberikan manfaat bagi manusia
yang lain,” demikian sabda Rasulullah saw. Tidak disangkal, Islam menuntut
setiap pribadi menjadi pribadi yang baik atau soleh. Yaitu pribadi yang men
jadikan Rasulullah saw. sebagai contoh dalam mempedomani al-Qur’an. Ini
tercermin dengan sikapnya selain taat beribadah juga bersikap professional,
bertanggung jawab, amanah, santun dalam berkomunikasi, dan lain sebagai
nya. Akan tetapi, kesalehan pribadi tersebut tidaklah cukup manakala di
maksudkan hanya untuk mendatangkan kemasalahatan bagi pribadinya saja.
Islam menuntut agar setiap individu bisa memberikan manfaat bagi individu
yang lain. Salah satu ukurannya adalah dengan dijadikannya ilmu yang ber
manfaat sebagai amal yang tidak pernah putus pahala kebajikannya.
Dengan kata lain, ajaran Islam menuntut setiap kita bisa mendatangkan
kemaslahatan bagi orang banyak; bagi umat manusia. Di dalam al-Qur’an
sangat tegas kecaman Allah kepada orang-orang yang tidak peduli dengan
lingkungan sosialnya. Misalnya tercermin dalam surat al-Ma’un:
Pada ayat tersebut, sangatlah jelas bagi kita bahwa keadilan sosial harus
ditegakkan. Setiap aktifitas ekonomi ditujukan untuk menciptakan kesejah
teraan dan keadilan bagi seluruh masyarakat. Tidak ada kelompok yang di
untungkan atas kelompok yang lain. Bahkan, mereka yang diberikan kelebih
an harta dituntut untuk peduli dengan lingkungan sosialnya. Itulah sebabnya
salah satu pilar Islam adalah menunaikan zakat. Allah swt. juga melarang
riba (aktifitas ekonomi yang eksploitatif/ tidak adil). Kita juga dilarang me
raup keuntungan dengan cara yang zalim sekalipun barang yang kita jual
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 27
adalah benda-benda yang halal lagi baik. Keharaman sebuah aktifitas eko
nomi tidak hanya diukur dengan keharaman dzat (seperti transaksi babi,
miras, dll) namun juga haram ghairu dzat (misalnya: penipuan, penimbunan
barang, gharar, dll). Semua itu, tidak lain dan tidak bukan adalah agar ter
ciptanya keadilan sosial.
Adiwarman A. Karim menegaskan, karakter keadilan sosial ini merupa
kan cerminan dari prinsip khilafah dan ma’ad. Ia menegaskan di dalam Islam,
pemerintah bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan dasar rak
yatnya dan menciptakan keseimbangan sosial antara yang kaya dan yang
miskin. Dengan kata lain, segala bentuk kezaliman, seperti korupsi, haruslah
dibersihkan oleh pemerintah dengan membentuk sistem pemerintahan yang
bersih (good government).
Addiarrahman
28 Bambang Saputra
bila terpenuhinya kebutuhan hanya sebatas aspek materil berarti belumlah men
capai kemaslahatan sepenuhnya. Begitupun sebaliknya, keliru bila ada pemaham
an bahwa ajaran Islam tidak mengenal kesenangan materi dan hanya bertujuan
untuk kesenangan spiritual.
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 29
Visi ekonomi Islam jika dilihat di dalam al-Qur’an tercantum dalam kalimat
baldatun thayyibatun wa rabbul ghafur atau negeri yang makmur dan diampuni oleh
Allah swt. Para pemikir Islam melukiskan kondisi tersebut dengan terwujudnya
masyarakat madani. Yaitu suatu masyarakat yang terpe
Key Concept nuhi seluruh kebutuhan dasar ekonominya, mendapat
jaminan hukum, memiliki jaminan kebabasan beragama,
Visi utama ekonomi saling damai dan bertoleransi dengan perbedaan, berde
Islam adalah
mokrasi dalam berpolitik, dan lain sebagainya. Tentunya,
mencapai falah
dengan kesemua hal tersebut mustahil bisa tercapai bila kebutuh
memaksimalkan an dasar ekonominya belum terpenuhi.
maslahah sesuai Dengan mengetahui visi ekonomi Islam, maka dalam
dengan maqashid melaksanakan aktifitas ekonomi, diharapkan tetap meng
al-syariah, yaitu
acu pada visi. Seringkali, kerancuan pandangan terhadap
menjaga agama,
akal, jiwa, visi ekonomi (sebagaimana dalam sistem ekonomi kapita
keturunan, dan lis dan sosialis) melahirkan banyak ketimpangan, penyim
harta pangan dalam pencapaian visi tersebut. Akibatnya, sebuah
visi sama sekali tidak terwujud. Maka dari itu, dengan me
ngetahui visi ekonomi Islam, segala bentuk penyimpangan dari visi yang telah
digariskan bisa dihindari.
Addiarrahman
30 Bambang Saputra
Rangkuman
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 31
10. Tauhid menentukan bagaimana peradaban Islam berkembang, sema
kin benar dan kokoh tauhid umat Islam maka semakin maju peradab
annya. Dengan tauhid, sistem ekonomi Islam memiliki identitas yang
membedakannya dengan sistem ekonomi yang lainnya.
Addiarrahman
32 Bambang Saputra
Tes Formatif
Pilihan Ganda:
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat!
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 33
5. Rancang bangun ekonomi Islam berdiri diatas fondasi ....
a. Sunnah d. Qur’an
b. Tauhid e. Pancasila
c. Sosialis
6. Dibawah ini merupakan prinsip dasar ekonomi Islam, kecuali
....
a. Nubuwwah d. Khalifah
b. Sosialis e. keadilan
c. Ma’ad
7. Yang merupakan karakteristik ekonomi Islam adalah ....
a. Kebebasan berusaha
b. Kebebasan beragama
c. Kebebasan bekerja
d. Kebebasan kepemilikan
e. Ma’ad
8. Tidak menzalimi dan tidak dizalimi merupakan prinsip dasar
ekonomi Islam yaitu....
a. Kenabian d. Amanah
b. Adl e. Khalifah
c. responsibility
9. Tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk menjadi
khalifah di bumi, merupakan prinsip dasar ekonomi Islam
yaitu...
a. kepemimpinan d. Kenabian
b. ma’ad e. responsibility
c. adl
10. Tugas negara adalah ....
a. Menjamin kebebasan masyarakatnya
b. Menjamin kebebasan berusaha masyarakatnya
c. Menjamin kesejahteraan masyarakatnya.
d. Menjamin keamanan masyarakatnya
e. Menjamin beragama masyarakatnya
Addiarrahman
34 Bambang Saputra
ESSAY
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 35
BAB III
PERMINTAAN,
PENAWARAN, DAN HARGA
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mempelajari materi pada bab ini, para siswa diharapkan mampu
memahami konsep-konsep pokok berkaitan dengan teori permintaan,
penawaran, dan harga dalam ekonomi Islam. Konsep-konsep ini, kelak akan
sangat membantuk memahami konsep produksi dan konsumsi dalam
ekonomi Islam.
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 37
PETA KONSEP
PETA KONSEP
Permintaan,
Penawaran, dan Harga
PERMINTAAN PENAWARAN
Faktor: Faktor:
Pajak, Zakat Niaga,
Kehalalan, Berkah, Biaya dan teknologi,
Pendapatan, Harga Jumlah penjual, Dugaan
Barang, Selera, Jumlah tentang masa depan,
Penduduk Kondisi alam
HARGA
A. Permintaan (demand )
Setiap hari kita membuat semacam perencanaan perihal apa saja yang kita butuh
kan. Apakah untuk kebutuhan makan, minum, rekreasi, pendidikan, ibadah, dan
lain sebagainya. Kita merancang bagaimana memanfaatkan waktu untuk bekerja,
ibadah, dan istirahat. Perencanaan pemenuhan kebutuhan ini, tentunya akan sa
ngat bergantung pada ketersediaan sumber daya yang dimiliki. Misalnya, seorang
siswa yang kos akan berfikir bagaimana memanfaatkan uang saku yang diberikan
orang tuanya semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhannya selama satu
bulan. Setelah membuat perencanaan maka terbentuklah daftar kebutuhan. Di
dalam ilmu ekonomi Islam, perencanaan ini haruslah memperhatikan prinsip ke
seimbangan antara kebutuhan materil-spiritual; dunia-akhirat.
Addiarrahman
38 Bambang Saputra
Permintaan (demand) terhadap suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebu
tuhan tersebut didefenisikan sebagai kuantitas barang atau jasa yang orang bersedia
untuk membelinya pada berbagai tingkat harga dalam suatu pe
riode waktu tertentu. Artinya, jika seseorang telah membuat Key Concept
daftar kebutuhannya sesuai dengan kesanggupan uang
Permintaan
nya, maka kesediaan dia membeli barang atau jasa yang
(demand)
dibutuhkannya disebut sebagai permintaan (demand). didefenisikan
Pada zaman kenabian, sudah ada pemikiran yang sebagai kuantitas
menjadi kesepakatan bersama bahwa tinggi rendahnya barang atau jasa
permintaan terhadap barang komoditas ditentukan yang orang
bersedia untuk
oleh harga barang yang bersangkutan. Artinya, bila
membelinya pada
terjadi kelangkaan barang atau ketersediaan suatu barang berbagai tingkat
sedikit, maka harga akan mahal. Sebaliknya, beli jumlah harga dalam
nya banyak maka harga akan murah. Abu Yusuf merupa periode tertentu
kan ulama terawal yang mulai menyinggung fenomena ini.
Ia memperhatikan peningkatan dan penurunan produksi dalam kaitannya dengan
perubahan harga. Fenomena ini bisa digambarkan dengan grafik berikut:
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 39
barang tersebut. Begitu sebaliknya. Hukum permintaan dibangun atas asumsi
adanya hubungan harga suatu barang dengan permintaan terhadap barang ter
sebut. Selain itu, dalam hukum permintaan juga diasumsikan bahwa permintaan
terhadap barang dan jasa hanya dipengaruhi oleh harga barang dan jasa tersebut.
faktor-faktor lain di luar harga barang dianggap tetap. Asumsi ini sering dikenal
dengan istilah ceteris paribus.
Akan tetapi, dalam ilmu ekonomi Islam, cateris paribus tidak bisa diterima be
gitu saja. Seorang konsumen Islami tidak akan membeli barang di luar batas ke
mampuan atau uang yang dimilikinya. Pelanggaran terhadap kemampuan daya
beli tersebut, merupakan bentuk berbuatan mengikuti hawa nafsu. Sekalipun ia
memiliki kemampuan lebih untuk membeli suatu barang yang barangkali tidak
termasuk katergori kebutuhan pokok, dibatasi dengan
Key Concept adanya larangan berlaku boros (israf). Penjelasan mengenai
hal ini akan dibahas dalam bab empat.
Ilmu ekonomi Islam
Penolakan ilmu ekonomi Islam terhadap asumsi
menolak asumsi
cateris paribus. cateris paribus bertitik tolak dari perbedaan paradigma dan
Kecuali bila yang visi ekonomi Islam. Sebagaimana telah dijelaskan sebe
dimaksud adalah lumnya, ilmu ekonomi Islam tidaklah mengajarkan bagai
tidak adanya mana seseorang bisa mencapai tingkat kepuasan sesuai
perubahan aspek
dengan keinginannya. Akan tetapi, bagaimana seseorang
halal, berkah,
pendapatan, dan bisa memenuhi kebutuhannya dalam rangkat meraih mas
lain sebagainya. lahah untuk mencapai falah atau kebahagiaan hidup di du
nia dan akhirat. Dengan demikian, sangat beralasan bila
ilmu ekonomi Islam menolak asumsi cateris paribus yang lebih menititk beratkan
hukum permintaan pada hubungan harga dan permintaan. Kecuali bila yang di
maksud dengan cateris paribus tersebut adalah tidak adanya perubahan terhadap
aspek halal, berkah, tingkat pendapatan, dan sebagainya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hukum permintaan dalam ilmu ekonomi Islam adalah:
jika harga suatu barang atau jasa meningkat, maka jumlah barang atau
jasa yang diminta konsumen akan menurun, selama kandungan mashla
hah pada barang tersebut dan faktor lain tidak berubah.
Lalu, apa saja yang mempengaruhi terbentuknya permintaan?
Addiarrahman
40 Bambang Saputra
kehalalan sangat mempengaruhi permintaan suatu barang. Misalanya, ada
nya isu penggunaan unsur babi dalam suatu makanan secara otomatis akan
sangat mengurangi permintaan terhadap barang tersebut.
2. Berkah: selain halal, Islam juga mensyarakatkan keberkahan atau barang
yang dibutuhakan mengndung unsur kebaikan (thayyib). Artinya, bila suatu
barang dianggap kurang memperhatikan aspek keberkahan, maka perminta
an barang tersebut akan menurun. Misalnya, bagi seorang muslim, bila telah
diketahui suatu barang diperoleh dari hasil mencuri atau penggelapan, sekali
pun harganya murah maka tidak akan dibeli. Karena telah melanggar unsur
keberkahan dan juga kehalalan.
3. Pendapatan, semakin tinggi pendapatan seseorang, permintaan terhadap
suatu barang akan meningkat, walaupun harga barang tersebut tidak ber
ubah.
4. Harga barang-barang lain yang terkait (Barang substitusi): faktor lain
yang juga berpengaruh adalah harga barang-barang lain yang terkait dengan
barang yang sedang dianalisis. Misalnya, permintaan terhadap susu murni
akan meningkat apabila harga susu bubuk naik.
5. Selera: permintaan terhadap pakaian olahraga, misalnya jersey bola, akan
sangat tergantung pada selera seseorang. Adakalah si A penggemar tim
Barcelona dan si B Real Madrid. Maka si A akan membeli jersey tim favorit
nya, begitupun juga tim B. Dahulu, permintaan terhadap sepatu beralas tipis
(Bruce Lee) meningkat. Akan tetapi, sekarang selera orang lebih menyenangi
sepatu beralas tebal dari merek terkenal seperti Nike, Adidas, dan lain seba
gainya.
6. Jumlah Penduduk: Meningkatnya jumlah penduduk suatu daerah maka
akan meningkatkan permintaan terhadap suatu produk di daerah tersebut.
Misalnya permintaan terhadap beras.
Dalam ekonomi Islam juga diberikan batasan kepada konsumen Islami tidak
hanya pelarangan perilaku boros tetapi juga pelarangan dalam perekayasaan da
lam permintaan (bai’ najasy) sebagaimana telah disampaikan sebelumnya hal ini
melanggar prinsip keadilan dalam ekonomi Islam. Rekayasa pasar dalam permin
taan terjadi bila seorang produsen/konsumen menciptakan permintaan palsu,
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 41
seolah-olah ada banyak permintaan terhadap suatu produk sehingga harga jual
produk akan naik. Cara ini dapat dilakukan dengan cara: (1) penyerbaran isu; (2)
melakukan order pembelian; (3) pembelian pancingan sehingga tercipta senti
men pasar, bila harga sudah naik sampai level yang diinginkan, maka yang ber
sangkutan akan melakukan aksi ambil untung dengan melepas kembali obyek
yang sudah dibeli.
B. Penawaran (Supply)
Sebagaimana telah dijelaskan, permintaan merupakan kuantitas barang atau jasa
yang orang bersedia untuk membelinya pada berbagai tingkat harga dalam suatu
periode tertentu. Sekarang kita membahas tentang penawaran. Secara sederhana
dapat dipahami, penawaran (supply) adalah kesediaan untuk menjual barang atau
jasa pada berbagai tingkat harga dalam suatu periode waktu tertentu. Penawaran
tak lain adalah bagaimana produsen memenuhi permintaan konsumen untuk
memenuhi kebutuhannya.
Addiarrahman
42 Bambang Saputra
dah pula jumlah penawaran barang tersebut. Asumsi dari hukum penawaran
ini cukup sederhana. Tinggi rendahnya harga akan menentukan jumlah keun
tungan yang diperolah. Bila semakin tinggi, maka kemungkinan perolehan keun
tungan semakin besar. Begitu sebaliknya.
Hukum penawaran tidaklah berlaku mutlak. Adakalanya tingginya harga ti
dak berpengaruh terhadap jumlah barang yang ditawarkan. Begitupun banyak
nya jumlah barang yang ditawarkan adakalanya tidak mempengaruhi harga. Abu
Yusuf pernah menjelaskan hal ini. Ia menyatakan: “Kadang-kadang makanan
berlimpah, tetapi tetap mahal dan kadang-kadang makanan sangat sedi
kit tetapi harga tetap murah.” Kondisi ini dapat dilihat pada kurva berikut:
Pergeseran kurva penawaran berarti ada perubahan harga. Akan tetapi, per
ge
saran tersebut tidak semata-mata disebabkan oleh harga barang. Banyak
faktor-faktor lain yang mempengaruhi penawaran suatu barang. Adapun faktor-
faktor lain yang menentukan penawaran suatu barang adalah:
1. Pajak
Pengenaan pajak penjualan atau pajak pertambahan nilai sebesar, misalnya
10% dari harga per unit barang, akan meningkatkan biaya. Bila harga tetap
pada biaya semula, maka peningkatan ini berarti menutunkan profit. Sebab,
jumlah barang yang dihasilkan tetap, sedang biaya produksi meningkat. Arti
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 43
nya, pajak mempengaruhi penawaran karena berimbas pada perolehan ke
untungan produsen.
2. Zakat Perniagaan
Menurut Adiwarman Karim, pengenaan zakat perniagaan tidak berpenga
ruh terhadap kurva penawaran. Lain halnya dengan pajak yang mengakibat
kan komponen biaya meningkat. Dengan adanya zakat perniagaan membuat
perilaku memaksimalkan keuntungan berjalan seiring dengan perilaku me
maksimalkan zakat. Artinya, jika seorang produsen memaksimalkan keun
tungannya, pada saat yang bersamaan ia memaksimalkan besarnya zakat
yang dibayarkan. Dengan kata lain, zakat perniagaan bukanlah penghambat
untuk memaksimalkan laba.
3. Biaya dan Teknologi
Secara sederhana biaya bisa dipahami sebagai ongkos yang dikeluarkan un
tuk memproduksi barang jasa. Misalnya biaya tenaga kerja, pajak, bahan
baku, sewa mesin, administrasi, serta biaya lainnya. Adapun teknologi adalah
teknologi yang ditarapkan untuk menur unkan biaya produksi. Misalnya, oto
matisisasi produksi, penggunaan robot dan komputer.
Jika demikian, penerapan teknologi baru diasumsikan akan menekan
biaya produksi dan pada saat yang sama meningkatkan hasil produksi.
Sehingga, penawaranpun ikut meningkat. Demikian juga, penerapan sistem
manajemen yang mampu mempertinggi efisiensi produksi, maka penawaran
akan meningkat atau kurva penawaran akan bergeser ke kanan. Artinya,
biaya yang rendah dalam memproduksi suatu barang akan meningkatkan
jumlah barang yang ditawarkan di pasar.
4. Jumlah Penjual
Sangat jelas sekali, bila semakin banyak penjual yang menawarkan barang
yang sama, akan berdampak langsung terhadap penawaran, yaitu akan sema
kin tinggi penawaran. Begitupun sebaliknya.
5. Dugaan tentang Masa Depan
Aspek dugaan atau ekspektasi terhadap masa depan mencakup dugaan me
ngenai perubahan harga dari barang tersebut. Misalnya, Pak Budi menduga
harga cabe pada minggu keempat bulan Februari 2013 akan meningkat.
Untuk itu, pada waktu yang diperkirakan ia akan meningkatkan penawaran
Addiarrahman
44 Bambang Saputra
guna meraih keuntungan. Akan tetapi, Pak Budi dengan dugaan tersebut
tidak boleh mengurangi penawaran pada minggu kedua atau ketiga (menim
bun barang) dengan harapan terjadi kelangkaan sehingga harga semakin
tinggi. Hal ini dilarang oleh Nabi karena merupakan
praktik memperoleh keuntungan dengan cara men Key Concept
zalimi pembeli atau biasa disebut dengan rekayasa
pasar dalam penawaran (ikhtikar). Hal ini dapat ter Hukum penawaran:
semakin tinggi
jadi sebagaimana juga kasus di atas, yaitu dengan cara:
harga suatu barang
(1) mengupayakan adanya kelangkaan barang dengan semakin tinggi pula
menimbun atau entry barrier; (2) menjual harga lebih penawaran,
tinggi dibandingkan harga sebelum munculnya ke sebaliknya
langkaan; dan (3) mengambil keuntungan lebih di rendahnya harga
menurunkan
bandingkan keuntungan sebelum kejadian 1 dan 2.
penawaran.
6. Kondisi Alam
Terjadinya bencana alam seperti banjir, gempa bumi, dan lain sebagainya
akan mengakibatkan penawaran barang-barang tertentu berkurang. Misal
nya barang-barang hasil pertanian. Selain bencana alam, hal ini juga bisa di
sebabkan oleh perubahan cuaca, serangan hama, dan lain sebagainya.
C. Harga (Price )
Terbentuknya harga di dalam ekonomi Islam disebabkan oleh kekuatan permin
taan dan penawaran. Hal ini bisa dipahami dari sebuah hadis: Harga melambung
pada zaman Rasulullah SAW. Orang-orang ketika itu mengajukan saran kepada Rasulul
lah dengan berkata “Ya Rasulullah hendaklah engkau menentukan harga”. Rasulullah
SAW berkata: “Sesungguhnya Allah SWT lah yang menentukan harga, yang menahan dan
melapangkan dan memberi rezki. Sangat aku harapkan bahwa kelak aku menemui Allah
dalam keadaan tidak seorangpun dari kamu menuntutku tentang kezhaliman dalam darah
maupun harta. (H.R. ad-Darimy)
Keengganan Rasulullah saw. menetapkan harga menunjukkan bahwa harga
haruslah terbentuk berdasarkan mekanisme permintaan dan penawaran. Bebe
rapa tokoh pemikiran Islam juga menegaskan hal ini. Abu Yusuf (731-798 M)
berpendapat bahwa dalam penetapan harga, hukum permintaan dan penawaran
pasar sangat berperan walaupun kata permintaan dan penawaran secara eksplisit
tidak disebutkannya.
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 45
Ibn Taimiyah (1263-1328 M), menegaskan bahwa “Naik turunnya harga
tak selalu berkait dengan kezhaliman (zulm) yang dilakukan seseorang. Sesekali,
alasannya adalah adanya kekurangan dalam produksi atau penurunan impor dari
barang-barang yang diminta. Jika membutuhkan peningkatan jumlah barang,
sementara kemampuannya menurun, harga dengan sendirinya akan naik. Di sisi
lain, jika kemampuan penyediaan barang meningkat dan permintaannya menu
run, harga akan turun. Kelangkaan dan kelimpahan tak mesti diakibatkan oleh
perbuatan seseorang.”
Ibn Khaldun (1332-1338 M) berpendapat bahwa hal yang terpenting dalam
mekanisme pasar bukanlah dalam bentuk regulasi harga oleh pemerintah. Menu
rutnya, fokus yang harus lebih diperhatikan adalah faktor-faktor yang mempe
ngar uhi harga, dalam hal ini adalah menciptakan keseimbangan antara permin
taan dan penawaran (equilibrium). Dengan kata lain, pemerintah harus berperan
dalam meregulasi mekanisme pasar agar terciptanya kondisi pasar yang seimbang.
Dari beberapa pendapat tokoh tadi, dapat dipahami bahwa harga terbentuk
karena adanya hubungan permintaan (pembelian) dan penawaran (penjualan).
Hukum permintaan menyatakan semakin tinggi harga suatu barang, maka sema
kin rendah permintaan terhadap barang tersebut. Sedangkan hukum penawaran
menyatakan semakin tinggi harga suatu barang maka semakin tinggi pula pena
waran terhadap barang tersebut. Hukum permintaan dan penawaran ini bila di
hubungkan maka akan membentuk titik harga keseimbangan.
Harga (P)
Supply (S)
Harga Keseimbangan
atau equilibrium (E)
Demand (D)
Jumlah (Q)
Addiarrahman
46 Bambang Saputra
Dari kurva di atas, harga keseimbangan dari pertemuan antara kurva per
mintaan dan penawaran terbentuk pada titik E. Adapun daerah arsiran A dipa
hami sebagai kelebihan penawaran dan daerah arsiran B dipahami sebagai kele
bihan permintaan. Harga keseimbangan tidaklah terjadi pada daerah kelebihan
tersebut. Akan tetapi, harga pada titik keseimbangan bisa mengalami perubahan
atau pergeseran yang disebabkan oleh suatu kondisi.
Menurut M. A. Manan, terjadinya perubahan harga disebabkan oleh: 1) ber
tambahanya persediaan uang; 2) berkurangnya produktifitas; 3) bertambahnya
kemajuan aktifitas; 4) berbagai pertimbangan fiskal dan moneter. Akan tetapi,
perubahan harga juga terjadi karena pelanggaran ketentuan syari’ah yang dilaku
kan oleh produsen maupun konsumen, seperti: 1) penimbunan barang; 2) peni
puan; 3) penyelundupan; 4) perilaku boros atau israf; dan lain sebagainya. Oleh
karena itu, di dalam ekonomi Islam keseimbangan permintaan dan penawaran
sangat dipengaruhi oleh perilaku konsumen dan produsen. Berbagai nilai dan
norma dalam ekonomi Islam mengatur perilaku mereka agar keseimbangan te
tap terjaga.
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 47
Rangkuman
Addiarrahman
48 Bambang Saputra
10. Ibn Khaldun berpendapat bahwa hal yang terpenting dalam mekanis
me pasar bukanlah dalam bentuk regulasi harga oleh pemerintah,
fokus yang harus lebih diperhatikan adalah faktor-faktor yang mem
pengaruhi harga. Menciptakan keseimbangan antara permintaan dan
penawaran (equilibrium).
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 49
Tes Formatif
Pilihan Ganda:
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat!
Addiarrahman
50 Bambang Saputra
6. Semakin tinggi pendapatan seseorang, maka permintaan
akan barang akan semakin ....
a. Menurun d. Tetap
b. Stabil e. Meningkat
c. Naik turun.
7. Semakin tinggi harga suatu barang, semakin besar jumlah
penawaran barang tersebut. Merupakan bunyi dari hukum
...
a. Penawaran d. Ekonomi
b. Harga e. Penawaran
c. Pendapatan
8. Tinggi rendahnya harga akan menentukan jumlah .... yang
diperoleh.
a. Selera d. Keuntungan
b. Permintaan e. Halal
c. Berkah
9. Jumlah penjual yang menawarkan barang yang sama akan
berdampak langsung pada ....
a. Selera d. Permintaan
b. Penawaran e. Keuntungan
c. Pendapatan
10. Sesuai dengan sunnah Rasul bahwa terbentuknya harga di
dalam ekonomi Islam disebabkan oleh kekuatan ....
a. Harga dan selera
b. Teknologi dan biaya
c. Kondisi alam
d. Pendapatan
e. Permintaan dan Penawaran
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 51
ESSAY
Addiarrahman
52 Bambang Saputra
BAB IV
TEORI PRODUKSI
DAN KONSUMSI
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mempelajari materi pada bab ini, para siswa diharapkan mampu
memahami teori produksi dan teori konsumsi di dalam ekonomi Islam.
Pokok bahasan meliputi motif berproduksi, nilai-nilai Islam dalam produksi,
konsep maslahah dalam konsumsi, serta perilaku konsumen islami.
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 53
PETA
PETA KONSEP
KONSEP
Teori Produksi dan
Konsumsi
Pengertian
Motif Produksi Maslahah Konsumsi
Maksimalisasi Tidak Kikir dan
Maslahah Boros
Faktor Produksi Faktor Produksi
Kualitas & Terdiri dua:
Kuantitas Faktor Pokok
Manusia, dan Faktor
Teknologi, Tambahan
Modal, SDA
A. Pengertian
Pada dasarnya, kegiatan konsumsi dan produksi merupakan mata rantai yang ti
dak bisa terputus. Keduanya saling berkaitan. Pada satu sisi, terjadi permintaan
barang yang hendak dikonsumsi. Di sisi lain, produsen melakukan penawaran
barang atau jasa yang dibutuhkan untuk dikonsumsi. Apakah sebenarnya yang
dimaksud dengan konsumsi dan produksi tersebut?
Secara sederhana, kata konsumsi (consumption dalam bahasa Inggris) ber
makna menggunakan, memakan, meminum sesuatu. Konsumsi dapat diartikan
Addiarrahman
54 Bambang Saputra
sebagai kegiatan membeli yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk me
menuhi kebutuhannya sesuai dengan kemampuan daya beli yang dimilikinya.
Sedangkan produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan
jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Akan tetapi, di dalam ilmu
ekonomi Islam, banyak rumusan pengertian produksi yang dikemukakan oleh
pakar. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Monzer Kahf (1992) mendefenisikan kegiatan produksi sebagai usaha ma
nusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materilnya, tetapi juga
moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana digaris
kan dalam agama Islam, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.
2. M.A. Manan (1992) menekankan seorang produsen haruslah memiliki mo
tif kedermawanan sosial atau altruism (altruism). Sebaliknya, bukan sekedar
untuk memaksimalkan keuntungan dan memenuhi permintaan konsumen
saja.
3. Ziaul Haq (1996) menyatakan bahwa tujuan produksi adalah memenuhi
kebutuhan barang dan jasa yang merupakan fardhu kifayah, yaitu kebutuhan
yang bagi banyak orang wajib dipenuhi.
4. Muhammad Nejatullah Siddiqie (1992) mendefenisikan kegiatan pro
duksi sebagai penyediaan barang dan jasa dengan memperhatikan nilai ke
adilan dan kebajikan/ kemanfaatan (maslahah) bagi masyarakat. Menurutnya,
sepajang produsen telah bertindak adil dan membawa kebajikan bagi masya
rakat maka ia telah bertindak islami.
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 55
Yang tak kalah penting, dari defenisi-defenisi yang telah dikemukakan eko
nomi Islam sangat menekankan pentingnya etika dalam kegiatan konsumsi dan
produksi. Dengan kata lain, bila nilai dan norma dan etika diabaikan, maka ke
giatan konsumsi dan produksi bisa dipastikan telah melanggar ketentuan syari’ah.
Pelanggaran ini tentunya akan mengancam kemaslahatan manusia.
Addiarrahman
56 Bambang Saputra
Mengapa ekonomi Islam menolak konsep memaksimalkan kepuasan? Hal
ini dikarenakan kepuasan merupakan konsep yang kabur (absurd) karena didasari
oleh hawa nafsu atau syahwat yang tidak pernah menge
nal batas kepuasan. Cobalah diingat kembali bagaimana Key Concept
sifat nafsu manusia yang tidak pernah merasa puasa. Di
beri satu emas, minta dua. Dikasih dua, menuntut tiga dan Kepuasan
begitu seterusnya. Di sisi lain, motif memaksimalkan ke merupakan konsep
yang kabur (absurd)
puasan dan keuntungan ini telah menjadikan kegiatan
karena didasari oleh
ekonomi yang selama ini berkembang tidak memperhati hawa nafsu atau
kan kelestarian lingkungan. Yang menjadi fokus mereka syahwat yang tidak
adalah peningkatan produktivitas dan efisiensi. Tentunya, pernah mengenal
semua ini bertolak belakang dengan semangat atau visi batas kepuasan
ekonomi Islam.
Secara spesifik, motif atau tujuan produksi dalam ekonomi Islam adalah
meningkatkan kemaslahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk, di
antaranya:
1. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatan moderat (seimbang);
Ada dua implikasi dari tujuan ini. Pertama, produsen hanya menghasilkan
barang dan jasa yang menjadi kebutuhan (needs) meskipun belum tentu me
rupakan keinginan (wants) konsumen. Kedua, jumlah atau kuantitas produksi
tidak akan berlebihan, tetapi hanya sebatas kebutuhan yang wajar. Produksi
yang berlebihan tidak hanya berpengaruh pada kemubaziran (wastage), alokasi
yang tidak jelas, tetapi juga menyebabkan kerusakan lingkungan dan mengu
ras sumber daya alam.
2. Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya;
Sekalipun hanya menyediakan sarana kebutuhan manusia dengan tidak ber
lebihan, produsen harus proaktif, kreatif, dan inovatif menemukan barang
dan jasa yang memang dibutuhkan oleh konsumen. Perkembangan zaman
menjadikan kebutuhan manusia semakin kompleks. Misalnya dalam bidang
kesehatan. Berbagai jenis penyakit baru ditemukan, sehingga menuntut dite
mukannya obat untuk menyebuhkannya.
3. Menyiapkan persediaan barang/jasa di masa depan
Sikap proaktif, kreatif, dan inovatif produsen tentunya berorientasi ke
depan. Maksudnya: 1) menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat bagi
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 57
kehidupan masa mendatang; 2) menyadari bahwa sumber daya ekonomi,
baik natural resources (sumber daya alam) maupuan non natural resources (bukan
sumber daya alam), tidak hanya diperuntukkan bagi manusia yang hidup
sekarang, tetapi juga untuk generasi mendatang. Orientasi masa depan ini,
seturut dengan semangat mencapai kebahagiaan hidup di akhirat. Artinya,
bila manusia berbuat kerusakan di muka bumi bararti manusia telah melang
gar amana Allah swt. untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan bumi.
4. Pemenuhan saran bagi kegiatan sosal dan ibadah kepada Allah.
Tujuan ini pada prinsipnya merupakan tujuan yang paling pokok dalam ajar
an Islam. Dengan kata lain, seorang produsen memproduksi barang bertuju
an untuk mendapatkan berkah. Bekerja memproduksi barang untuk meme
nuhi kebutuhan manusia adalah bentuk ibadah mu’amalah. Tentunya, dalam
ibadah tersebut tidak hanya untuk meraih kebaikan individu, melainkan juga
untuk kepentingan sosial. Motif kepedulian sosial ini, saat ini tercermin de
ngan adanya tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibi
lity (CSR). Dalam konsep ekonomi Islam, CSR tentu tidak dimaksud sekedar
untuk menarik simpati masyarakat. Tetapi benar-benar sebagai bentuk kepe
dulian sosial dan ibadah.
Setelah mengetahui tujuan produksi, tentu kita harus pahami pula faktor-
faktor produksi. Bila secara teknis produksi diartikan sebagai kegiatan mengolah
input menjadi output, maka apa saja yang termasuk sebagai input dalam ekonomi
Islam?
Untuk memahami faktor produksi maka harus dipahami tugas manusia di
bumi ini. Sebagaimana telah dijelaskan, manusia mengemban tugas sebagai khali
fah yang bertanggung jawab mengelola resources yang telah disediakan oleh Allah
secara efisien dan optimal agar kesejahteraan dan keadilan manusia dapat dite
gakkan. Untuk mengelola sumber daya alam tersebut, maka sangat dibutuhkan
kualitas dan kuantitas manusia (labor). Di samping itu juga dibutuhkan prasarana
atau sistem yang kita sebut sebagai teknologi dan modal (segala sesuatu dari hasil
kerja yang disimpan).
Adiwarman Karim dalam bukunya Ekonomi Mikro Islam menegaskan dalam
mengelola sumber daya alam tersebut, satu yang tidak boleh dan harus dihindari
oleh manusia adalah berbuat kerusakan di muka bumi. Hal ini sejalan dengan
Addiarrahman
58 Bambang Saputra
perintah Allah swt. sebagaimana termaktub di dalam al-Qur’an dan al-Sunnah.
Di lain sisi, sumber-sumber produksi haruslah memperhatikan aspek halalan
thaiyiban, baik input maupun output. Input dalam berproduksi tidak boleh dari
benda yang haram dan sekalipun input-nya halal maka ti
dak boleh menghasilkan produk yang haram. Misalnya, Key Concept
mengelolah anggur menjadi minuman keras. Semua itu
tak lain dimaksudkan untuk menjamin kemaslahatan bagi Faktor-faktor
produksi adalah:
manusia.
Ukuran keharaman dalam berproduksi dapat dilihat 1. Kualitas dan
dengan dua cara, yaitu: keharaman benda (li dzati) dan ke kuantitas
haraman proses (ghairu dzati). Haram li dzati adalah keha manusia (labor),
raman karena fisik benda tersebut memang ditentunkan 2. Teknologi,
3. Modal,
sebagai barang haram. Contohnya, babi, bangkai, darah, 4. Sumber daya
dan lain sebagainya. Sedangkan haram ghairu dzati adalah alam.
keharaman karena proses mengolahnya. Misalnya, memo
tong ayam tanpa didahhui dengan mengucapkan bismillah, atau mengolah benda-
benda yang halal untuk menghasilkan produk yang haram. Seperti mengolah
anggur menjadi minuman keras. Untuk mempermudah memahami ukuran keha
raman ini, cobalah perhatikan bagan berikut:
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 59
C. Nilai-nilai Islam dalam Produksi
Setidaknya ada tiga nilai dan prinsip pokok ekonomi Islam dalam produksi, yaitu:
amanah, prinsip kerja dan professional. Berikut penjelasan masing-masingnya:
1. Amanah untuk mewujudkan maslahah maksimum
Masih ingatkah dengan prinsip ekonomi Islam tentang nubuwwah atau ke
nabian? Dalam prinsip itu, kita dituntut untuk mencotoh sifat-sifat utama
Nabi Muhammad saw. dalam segala aktifitas ekonomi. Untuk kegiatan pro
duksi, sifat amanah mendapat penekanan utama. Mengapa? Karena sebagai
khalifah manusia mengemban amanah untuk mengelola bumi sebaik-baik
mungkin guna mencapai falah dengan memaksimalkan maslahah bagi seluruh
manusia. Oleh karena itu, kokoh dalam menjalankan amanah menjadi kunci
penting dalam berproduksi. Jika seoran produsen lalai dengan amanah, da
pat dipastikan kegiatan produksi yang dilakukannya akan banyak menimbul
kan kerusakan alam. Selain mengakibatkan kerusakan, produsen yang tidak
amanah dapat dipastikan tidak memperhatikan ketentuan keharaman dalam
berproduksi, dan memproduksi barang dengan berlebihan (israf).
2. Profesionalisme
Wujud dari sikap amanah adalah professional. Seorang produsen yang me
miliki sikap professional segala aktifitas produksi dikerjakan dengan baik.
Setiap pekerjaan diserahkan kepada ahlinya. Artinya, untuk memproduksi
roti maka diserahkan kepada tukang roti. Membuat lukisan kaligrafi kepada
pelukis kaligrafi, dan lain sebagainya. Hal ini memiliki pengaruh bahwa se
tiap pelaku produksi Islam harus mempunyai keahlian standar untuk bisa
melaksanakan kegiatan produksi. Lebih jauh lagi, produsen harus memper
siapkan karyawannya agar memenuhi standar minimum yang diperlukan un
tuk melaksanakan kegiatan produksi.
3. Pembelajaran Sepanjang Waktu untuk Efisiensi
Tenaga kerja dalam suatu aktifitas produksi haruslah memiliki standar keahli
an. Meskipun demikian, nilai dan prinsip ekonomi Islam menuntut tenaga
kerja harus senantiasa belajar dan produsen harus pula memfasilitasinya. Hal
ini dimaksudkan agar tenaga kerja selalu meningkatkan kemampuannya,
khususnya terkait dengan penguasaan teknologi yang semakin hari semakin
berkembang. Melalui proses belajar yang terus menerus, kemungkinan ada
Addiarrahman
60 Bambang Saputra
nya produk gagal bisa diminimalkan. Hal ini disebut sebagai efek learning
curve (kurva pembelajaran) yang bisa dilihat dalam kurva berikut:
Selain nilai dan prinsip pokok tersebut, ada beberapa nilai-nilai lain yang tak
kalah penting, yaitu: khalifah, adil, dan takaful. Nilai-nilai ini tercermin dalam ke
giatan produksi sebagai berikut:
1. Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi kepada tujuan akhirat;
2. Menepati janji dan kontrak, baik dalam lingkup internal atau eksternal;
3. Memenuhi takaran, ketepatan, kelugasan, dan kebenaran;
4. Berpegang teguh pada kedisiplinan dan dinamis;
5. Memuliakan prestasi/produktivitas;
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 61
6. Mendorong ukhwah antar sesame pelaku ekonomi;
7. Menghormati hak milik individu;
8. Mengikuti syarat sah dan rukun akad/transaksi;
9. Adil dalam bertransaksi;
10. Memiliki wawasan sosial;
11. Pembayaran upah tepat waktu dan layak;
12. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam Islam.
Addiarrahman
62 Bambang Saputra
Nah, apabila seorang konsumen tidak memperhatikan aspek keharaman ini,
maka tentunya ia selain telah melanggar ketentuan Allah, juga telah mendatang
kan kerusakan bagi tubuhnya. Sama halnya dengan seseorang yang mengkon
sumsi minuman keras karena selain merusak daya pikir juga merusak organ tu
buh lain, seperti usus, ginjal, paru-paru, dan lain sebagainya.
Pertimbangan maslahah dalam konsumsi juga berimplikasi pada larangan
mengkonsumsi suatu barang dengan berlebih-lebihan (israf). Di dalam al-Qur’an
disebutkan bahwa boros atau mubazir adalah perilaku setan. Artinya, perbuatan
tersebut mendatangkan keburukan bagi manusia. Di sisi lain, seorang yang boros
berarti dia tidak memperhatikan apa yang menjadi kebutuhannya. Manusia, pada
hakikatnya tidak hanya terdiri dari jiwa dan ruh saja. Tapi juga akal dan qalbu.
Oleh karena itu, kegiatan mengkonsumsi haruslah dimaksudkan untuk meme
nuhi kebutuhan jiwa, ruh, akal, dan qalbu atau lazim dipahami sebagai kebutuhan
jasmani dan rohani. Gambar berikut menunjukkan bagaiman perilaku seorang
yang isrof dalam konsumsi.
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 63
an jasmani (‘aql dan nafs). Sebaliknya, Tuan B sangat boros dengan kecenderung
an memenuhi kebutuhan jasmani dari pada kebutuhan rohaninya. Akan tetapi,
berdasarkan paradigma ekonomi Islam, sekalipun Tuan A hemat, namun ia be
lum memaksimalkan maslahah untuk kebutuhan ‘aql (pendidikan) dan nafs (kese
hatan, psikologi, dll). Sedangkat Tuan B tidak memaksimalkan maslahah untuk
kebutuhan ruh dan qalbu-nya. Dengan demikian baik Tuan A dan B haruslah
menyeimbangkan konsumsinya.
Ingatlah kembali bagaiman hirarki kebutuhan manusia dan prinsip-prinsip
memenuhi kebutuhan tersebut. Pencapaian falah tidaklah semata untuk kebaha
gian duniawi, melainkan juga ukhrawi (akhirat). Untuk itu, seorang konsumen
haruslah menyeimbangkan dan memaksimalkan maslahah bagi setiap kebutuhan
nya tersebut. Keseimbangan konsumsi dengan memaksimalkan maslahah dapat
digambarkan sebagai berikut:
Addiarrahman
64 Bambang Saputra
serta senantiasa bersyukur atas apa yang diraih. Akan tetapi, qona’ah bukan ber
arti seseorang pasrah dengan kemiskinan. Melainkan menerima apapun keadaan
yang dialami dengan ikhlas. Baik kaya maupun miskin. Karena baik kaya maupun
miskin adalah ujian. Seorang yang qona’ah maka akan mendorongnya berbuat adil
dan ihsan dalam memenuhi kebutuhannya. Di samping itu, qona’ah juga men
dorong seseorang berupaya meningkatkan kualitas kehidupannya. Yaitu dengan
memaksimalkan maslahah kebutuhan jasmani dan rohaninya.
1. Faktor Pokok
Perihal pokok apa saja yang mendorong seseorang mengkonsumsi suatu
barang atau jasa? Di dalam ekonomi Islam, faktor utamanya adalah karena
manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Adanya kebutuhan
tersebut, mau tidak mau membuat manusia harus mengkonsumsi barang
atau jasa yang ia butuhkan tersebut. Di samping itu, ada beberapa faktor
pokok lainnya, yaitu:
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 65
a. Dorongan hawa nafsu sehingga manusia berkeinganan terhadap sesuatu;
b. Kewajiban mencari rezeki dan keharaman bermalas-malas;
c. Konsumsi untuk kebutuhan ibadah, seperti zakat dan haji;
d. Kewajiban menuntut ilmu.
2. Faktor Tambahan
Faktor tambahan merupakan faktor-faktor yang timbul dari upaya manusia
memenuhi kebutuhannya. Faktor ini dipicu oleh dunia luar (eksternal). Bebe
rapa faktor-faktor tambahan dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Tingkat pendapatan
b. Tingkat pendidikan
c. Perubahan tingkat kebutuhan karena adanya perubahan pola hidup
d. Kebiasaan masyarakat
e. Tingkat harga suatu barang atau jasa
f. Perkembangan mode atau style
Addiarrahman
66 Bambang Saputra
Rangkuman
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 67
9. Di dalam ekonomi Islam, faktor pokok (faktor utama) adalah karena
manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Dorongan hawa nafsu sehingga manusia berkeinginan terhadap
sesuatu.
b. Kewajiban mencari rezeki dan keharaman bermalas-malas
c. Konsumsi untuk kebutuhan ibadah, seperti zakat dan haji
d. Kewajiban menuntut ilmu
10. Sedangkan yang termasuk faktor tambahan yang dipicu oleh dunia
luar (eksternal, yaitu:
a. Tingkat pendapatan
b. Tingkat pendidikan
c. Perubahan tingkat kebutuhan karena adanya perubahan pola
hidup
d. Kebiasaan masyarakat
e. Tingkat harga suatu barang atau jasa
f. Perkembangan mode atau style.
Addiarrahman
68 Bambang Saputra
Tes Formatif
Pilihan Ganda:
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat!
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 69
5. Di dalam ilmu ekonomi konvensional, kegiatan produksi me
miliki dua motif utama yaitu ....
a. Memaksimalkan keuntungan bagi perusahaan
b. Memaksimalkan kepuasan dan keuntungan
c. Memaksimalkan maslahah
d. Memaksimalkan pendapatan
e. Semua jawaban benar semua.
6. Tujuan produksi dalam ekonomi Islam adalah ....
a. Memaksimalkan keuntungan bagi perusahaan
b. Memaksimalkan kepuasan dan keuntungan
c. Memaksimalkan maslahah
d. Memaksimalkan pendapatan
e. Semua jawaban benar semua.
7. Ukuran keharaman dalam berproduksi dapat dilihat dengan
dua cara, yaitu:
a. Keharaman benda dan harga
b. Keharaman benda dan pendapatan
c. Keharaman benda dan proses
d. Keharaman benda dan kegunaan
e. Keharaman benda dan produksi
8. Yang termasuk faktor-faktor produksi, kecuali....
a. Teknologi d. Kualitas dan kuantitas SDM
b. Modal e. SDA
c. Harga
9. Dibawah ini merupakan faktor pokok konsumsi Islam, kecuali...
a. Dorongan hawa nafsu sehingga manusia berkeinginan
terhadap sesuatu.
b. Kewajiban menuntut ilmu
c. Perubahan tingkat kebutuhan karena adanya perubahan
pola hidup.
d. Konsumsi untuk kebutuhan ibadah
e. Kewajiban untuk mencari rezeki.
Addiarrahman
70 Bambang Saputra
10. Faktor – faktor konsumsi Islam dibagi menjadi 2, yaitu faktor
pokok dan faktor tambahan. Yang termasuk fakor tambahan
adalah....
a. Penemuan teknologi yang tepat
b. Kewajiban untuk menuntut ilmu
c. Tingkat pendidikan
d. Penggunaan barang atau jasa yang tepat sehingga
tidak terjadi kelangkaan.
e. Keharaman bermalas-malasan.
ESSAY
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 71
BAB V
KONSEP DISTRIBUSI
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mempelajari materi pada bab ini, para siswa diharapkan mampu
memahami teori produksi dan teori konsumsi di dalam ekonomi Islam.
Pokok bahasan meliputi motif berproduksi, nilai-nilai Islam dalam produksi,
konsep maslahah dalam konsumsi, serta perilaku konsumen islami.
T eori produksi dan konsumsi telah kita pelajari. Selanjutnya kita akan
memahami bagaimana konsep distribusi di dalam ekonomi Islam.
Memahami konsep produksi sangat penting karena kegiatan ekonomi
tidak pernah lepas dari bagaimana kita memproduksi, mendistribusi, dan meng
konsumsi barang dan jasa. Akan tetapi di dalam konsepsi Islam, distribusi tidak
hanya bermakna mendistribusikan barang dan jasa saja. Lebih dari itu, juga ber
makna mendistribusikan pendapatan, kesempatan kerja, serta kemaslahatan.
Pada bab ini, peserta didik diajak diarahkan dengan pendekatan yang sangat
sederhana untuk memahami konsep distribusi tersebut. Bagi peserta didik, agar
mudah memahami konsep distribusi maka ingatlah kembali teori produksi, kon
sumsi, serta visi ekonomi Islam untuk mencapai falah dengan memaksimalkan
maslahah. Adapun konsep distribusi yang dimaksud pada bab ini adalah dalam
perspektif mikro.
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 73
PETA KONSEP
PETA KONSEP
KONSEP DISTRIBUSI
Moral Islam dalam
Distribusi
Bentuk Kepemilikan:
Pribadi, Umum, Negara
Distribusi Pendapatan Distribusi Kesempatan
Kerja
1. Dharuriyah
2. Hajiyah 1. Mudharabah
3. Tahsiniyah 2. Muzara’ah
3. Musaqah
ketimpangan sosial terbuka lebar. Yang kaya semakin kaya, dan yang miskin
semakin miskin. Di kota-kota besar, kita melihat gubuk-gubuk di sekitar gedung-
gedung pencakar langit. Dalam konteks bernegara, kita juga menyaksikan feno
mena ketimpangan antara negara maju dan negara ketiga atau negara berkem
bang. Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat besar, namun hingga saat
ini angka kemiskinannya masih tinggi.
Terhadap kondisi itu, ada kelompok yang abai dna menganggap fenomena
itu wajar adanya. Dalih mereka adalah pertarungan hidup. Siapa yang kuat dialah
yang menang. Jika tidak mau miskin, maka harus giat bekerja dan menguasai
modal (kapitalisme-liberal). Sementara ada pula yang berpendapat tidak boleh
ada kesenjangan sosial. Semua orang harus bisa menikmati sumber daya ekonomi
yang tersedia. Tidak ada yang boleh memonopoli. Sumber daya ekonomi harus
dikuasai negara dan negaralah yang mengaturnya untuk kepentingan rakyat
(sosialisme).
Addiarrahman
74 Bambang Saputra
Pandangan demikian, sangat berbeda dengan konsep ekonomi Islam. Miskin
atau pun kaya merupakan kehendak Allah swt. Manusia diuji oleh Allah swt. de
ngan kekayaan maupun kemiskinan. Adapun yang terbaik adalah mereka yang
bertaqwa. Yaitu mereka yang bisa mewujudkan ketaqwaannya dan keimanannya
tidak hanya ibadah mahdah seperti sholat dan puasa, tetapi juga dalam perilaku
sehari-hari. Misalnya, peduli terhadap sesama, menyantuni anak yatim, orang-
orang fakir-miskin, serta senantiasa menebar kemaslahatan bagi seluruh orang
yang ada di sekitarnya. Adapun terhadap harta kekayaan, sedikit atau pun banyak
ia tetap bersyukur dan selalu berusaha memenuhi kebu
tuhan hidupnya dengan maslahah. Key Concept
Berdasarkan cara pandang yang demikian, konsep
distribusi dalam ekonomi Islam bertitik tolak pada konsep Ada tiga bentuk
kepemilikan dalam
kepemilikan. Ada tiga bentuk kepemilikan yang menjadi
ekonomi Islam:
dasar untuk mewujudkan keadilan distribusi. Pengakuan
terhadap ketiga bentuk kepemilikan ini pada dasarnya di 1) Kepemilikan
maksudkan agar manusia bisa memenuhi kebutuhan hi pribadi;
dupnya, dan lebih penting lagi agar manusia bisa meraih 2) Kepemilikan
umum;
falah dengan memakmurkan bumi Allah. Ketiga bentuk
3) Kepemilikan
kepemilikan tersebut adalah sebagai berikut: negara.
1. Kepemilikan individu (individual property)
Kepemilikan pribadi adalah hasil usaha seseorang yang diperoleh dari dan
dengan cara yang halalan thaiyiban. Adanya aturan kehalalan dalam kepemilik
an pribadi mengandung makna bahwa pada prinsipnya Islam mengukui ada
nya kepemilikan pribadi, namun haruslah diperoleh dari kegiatan usaha yang
halal lagi baik dan lebih penting lagi tidak menimbulkan kerugian (zalim) bagi
orang lain atau kerusakan lingkungan. Bisa jadi seseorang berbisnis yang ha
ram, dan ia kaya raya dengan bisnis tersebut. Namun, kepemilikan pribadi
yang diperoleh dengan cara yang haram tersebut, tidak akan mendatangkan
maslahah apalagi mencapai falah.
Di samping itu, kepemilikan pribadi yang diperoleh dari cara-cara yang
haram bertolak belakang dengan visi ekonomi Islam. Hanya sistem ekonomi
kapitalisme-liberal saja yang tidak memperhatikan nilai dan norma. Yang di
utamakannya adalah bagaimana bisa memaksimalkan kepuasan dan keun
tungan.
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 75
2. Kepemilikan Umum (al-Milkiyyah al-‘Ammah/ collective property)
Para ahli fikih mendefenisikan bahwa yang dimaksud dengan kepemilikan
umum itu adalah:
Pertama, fasilitas atau sarana umum yang menjadi kebutuhan umum
masyarakat, seperti air, padang rumput, jalan-jalan umum;
Kedua, barang tambang, seperti tambang minya dan gas bumi, emas
dan logam mulia lainnya, timah, besi, uranium, batu bara, dan lain sebaginya;
Ketiga, sumber daya alam yang bentukan materinya sulit untuk dimiliki
individu, seperti laut, sungai, danau.
3. Kepemilikan negara (state property)
Kepemilikan negara pada dasarnya turunan dari kepemilikan umum. Mak
sudnya adalah bahwa posisi negara adalah mengambil alih kepemilikan
umum untuk pendistribusiannya secara adil. Negara harus menjamin agar
kepemilikan umum tidak dieksploitasi oleh seseorang atau kelompok untuk
keuntungan pribadi. Di samping itu, negara bertugas menjamin pelestarian
dan pembaruannya. Artinya, segala sumber-sumber ekonomi yang me
nyangkut hajat orang banyak tidak boleh dimiliki oleh individu dan tidak
boleh bebas diperjual belikan atau dimonopoli oleh pihak tertentu, seperti
minyak dan gas bumi, tambang emas dan tembaga, hutan, dan lain sebagai
nya.
Addiarrahman
76 Bambang Saputra
Kedua, pemanfaatan hak milik haruslah diarahkan pada sektor ekonomi
yang berkesinambungan, sehingga seorang muslim harus mengoptimalkan nilai
maslahah dan produktivitas kekayaannya. Harta tidak boleh dibiarkan mengang
gur (idle) karena bisa habis termakan zakat. “Investasikanlah harta agar tidak habis
dimakan zakat,” demikian sabda Nabi Muhammad saw. Di dalam al-Qur’an juga
ditegaskan bahwa “Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu
dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada
mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah
sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (Q.S. at-Taubah [9] : 35)
Ketiga, adanya alokasi kekayaan yang dimanfaatkan untuk kepentingan
non-ekonomi (fi sabilillah), seperti wajib menunaikan zakat, bersedekah, infak,
dan lain sebagainya. Hal ini dimaksud bukanlah untuk mengurangi harta yang
dimiliki. Di dalam al-Qur’an justeru dijelaskan bahwa berzakat, bersedekah, ber
infak akan mengembangkan harta yang dimiliki.
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 77
kan dengan cara yang berlebih-lebihan atau pelit. Kita harus mendistribusikan
kekayaan yang dimiliki secara seimbang untuk kebutuhan jasmani maupun rohani.
B. Distribusi Pendapatan
Setelah memahami beberapa poin penting terkait dengan moral Islam dalam dis
tribusi, selanjutnya marilah kita pahami bagaimana caranya kita mendistribusikan
pendapatan yang kita peroleh dari setiap usaha atau kerja yang halal lagi baik.
Cobalah ingat kembali hirarki kebutuhan seorang muslim! Ada tiga tingkat kebu
tuhan yang harus kita penuhi, yaitu: kebutuhan dharuriyah, hajiyah, dan tahsiniyah.
Sektor-sektor kebutuhan yang harus dipenuhi berdasarkan ketiga tingkatan ter
sebut adalah agama (din), akal (‘aql atau pendidikan), jiwa (nafs), harta (mal) dan
keturunan (nasl). Berdasarkan hirarki kebutuhan ini, marilah kita buat daftar
kebutuhan yang harus dipenuhi oleh individu atau keluarga.
Addiarrahman
78 Bambang Saputra
Harta (mal) • Pekerjaan (guru, • Gaji yang cukup • Memiliki
buruh, tani, dan pekerjaan berbagai usaha
pegawai, yang tidak sehingga sumber
karyawan, dll) eksploitataif pendapatan
• Meninggalkan • Pembagian bertambah
warisan warisan yang adil
Keturunan • Pernikahan • Istri-suami yang • Kecantikan,
(nasl) • Keluarga yang sholehah-sholeh; tetampanan, dll
sakinah, • Anak-anak yang • Rumah mewah
mawaddah, sehat, cerdas, dan lengkap dengan
rahmah, dan sholehah-sholeh fasilitas lainnya.
amanah • Rumah yang
• Rumah memenuhi
standar kesehatan
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 79
C. Distribusi Kesempatan Kerja
Setalah membahas distribusi pendapatan, selanjutnya marilah kita memahami
konsep distribusi kesempatan kerja. Konsep ini merupakan dikembangkan untuk
menjawab permasalahan ketidak-adilan distribusi yang berimbas pada pengang
guran. Di berbagai negara, baik maju maupun berkembang, masalah pengang
guran sangat menjadi perhatian pemerintah.
TUGAS KELOMPOK: Ting ginya angka pengangguran ber akibat
• Carilah informasi mengenai me nur unnya perkembangan ekonomi dan
data pengangguran di Indo juga menunjukkan rendahnya pemerataan ke
nesia pada tahun 2012 di sejahteraan di suatu negara. Pengentasan peng
internet atau media lainnya angguran ini, sering kali menjadi isu politik
• Tuliskan analisa kelompok bagi para politikus untuk menarik simpati
Anda di sebuah kertas, kemu masyarakat pada saat pemilihan umum.
dian kumpulkan kepada guru Karena persoalan pengangguran berakar
untuk selanjutnya didiskusi dari adanya ketidak-adilan distribusi kesem
kan di kelas dan dinilai. patan kerja, maka ilmu ekonomi Islam menye
diakan konsep tersendiri untuk mengetas per
masalahan tersebut. Beberapa pakar telah mengembangkan konsep manajamen
zakat produkti dan wakaf produktif untuk mengurangi pengangguran. Sebenar
nya, ada konsep lain yang telah berkembang sejak zaman Rasulullah saw. Konsep
yang dimaksud adalah konsep mudharabah.
Mudharabah pada dasarnya bentuk transaksi atau akad di antara dua pihak
dalam bentuk kerja sama. Pihak pertama disebut sohibul mal atau pemilik modal
menyediakan 100% modal untuk keperluan usaha. Sedangkan pihak kedua dise
but mudharib atau pengelola yang memiliki keahlian (skill). Sohibul mal menyerah
kan seratus persen modal untuk selanjutnya dikelola oleh mudharib pada bidang
usaha yang sesuai dengan keahliannya. Jika bidang usaha tersebut ditentukan oleh
sohibul mal maka disebut dengan mudharabah muqaiyyadah. Sedangkan bila mudharib
diberikan kebebasan memilih bidang usaha yang akan dikembangkan dari modal
yang diberikan, maka disebut dengan mudharabah muthlaqah. Keuntungan dari
usaha tersebut dibagi berdasarkan nisbah atau persentase yang ditentukan diawal.
Misalnya 40% untuk sohibul mal dan 60% untuk mudharib. Apabila terjadi kerugian
yang bukan disebabkan oleh kelalaian mudharib, maka sohibul mal menanggung
rugi modal 100% dan mudharib rugi dari segi waktu, tenaga, dan pikiran.
Addiarrahman
80 Bambang Saputra
Gambar 5.1 Skema Akad Mudharabah
Dari skema akad mudharabah di atas, dapat dipahami bahwa pada dasarnya
akad mudharabah memiliki semangat pendistribusian kesempatan kerja kepada
pihak-pihak yang tidak memiliki modal. Sebagaimana diketahui, persoalan modal
seringkali menjadi batu penghalang bagi pengusaha atau seorang yang hendak
memulai usahanya. Dengan adanya transaksi mudharabah ini tentunya kendala
tersebut bisa diatasi. Oleh karena itu, sekiranya mereka yang memiliki modal
mau mendistribusikan kesempatan kerja melalui akad mudharabah, tentunya selain
bisa meraih keuntungan karena mengivestasi modal ke sektor ekonomi rill, juga
bisa menyelamatkan pihak lain dari pengangguran.
Selain mudharabah ada lagi transaksi yang sama-sama memiliki semangat
mendistribusikan kesempatan kerja kepada pihak-pihak yang memiliki keterba
tasan sumber daya ekonomi. Akad-akad yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Muzara’ah, kerja sama di bidang pertanian antara pemilik lahan dan petani
penggarap yang hasilnya dibagi berdua, atau lazim juga dikenal sebagai “paroan
sawah”. Adapun bibit yang ditanam bisa berasal dari petani bisa juga dari pemilik
lahan. Akad seperti ini memberikan kesempatan kerja kepada pihak petani yang
tidak memiliki tanah, tapi memiliki keahlian bertani. Penduduk Iran menyebut
akad ini dengan istilah al-Mukhabarah. Namun, al-mukhabarah menurut Imam
asy-Syafi’i merupakan pengolahan lahan oleh petani dengan imbalan hasil per
tanian, sedangkan bibit pertanian disediakan oleh pemilik lahan.
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 81
Musaqah, kerja sama antara pemilik kebun atau tanaman dengan pengelola
atau penggarap untuk memelihara dan merawat kebun atau tanaman pada masa
tertentu sampai tanaman itu layak panen. Sebagai imbalannya, pengelola/peng
garap berhak mendapat bagian tertentu dari hasil kebun
Key Concept tersebut sesuai dengan perjanjian yang dibuat antara
pemilik dengan penggarap. Dengan akad ini, orang-orang
Distribusi
yang memiliki keahlian memelihara dan merawat kebun
kesempatan kerja
dapat dilakukan atau tanaman bisa mendapatkan pekerjaan, sekalipun dia
dengan metode: tidak memiliki lahan untuk ditanami tanaman.
mudharabah,
muzara’ah, SETELAH memahami beberapa akad yang memiliki se
musaqah, serta
mangat pendistribusian kesempatan kerja, dapat dipahami
bentuk lainnya
yang tidak bahwa masalah pengangguran tidak sama-mata disebab
melanggar prinsip kan minimnya kegiatan usaha yang padat karya (membu
Islam. tuhkan banyak tenaga kerja), akan tetapi juga disebabkan
karena banyaknya pihak yang memiliki keterbatasan mo
dal. Sedangkan, ia memiliki keahlian atau skill yang bisa dikembangkan dalam
suatu bidang usaha. Di sisi lain, pihak-pihak yang memiliki modal tidak mau
menginvestasikan modalnya melalui skema tranksasi sebagaimana telah dijelaskan
karena merasa khawatir modalnya tidak kembali. Ada juga yang merasa tranksasi
tersebut tidak adil karena lebih menguntungkan mereka yang tidak memiliki
modal. Pandangan seperti ini merupakan pengaruh cara pandang kapitalisme
yang mendewakan optimalisasi kepuasan dan keuntungan.
Agar akad-akad yang mendistribusikan kesempatan kerja tersebut bisa dite
rapkan dengan baik, maka pihak-pihak yang memiliki keterbatasan modal ditun
tut untuk terus meningkatkan kemampuannya. Baik yang bersifat keahlian teknis
maupun keahlian menajemen. Dengan keahlian teknis, seseorang bisa dipercaya
untuk melakoni suatu usaha. Akan tetapi, agar kepercayaan itu bisa sepenuhnya
didapat, maka harus didukung dengan keahlian manajemen. Keahlian manaje
men ini terlihat dengan sikap professional dalam mengelola suatu bisnis.
Addiarrahman
82 Bambang Saputra
Rangkuman
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 83
7. Mudharabah pada dasarnya bentuk transaksi atau akad di antara dua
pihak dalam bentuk kerja sama. Pihak pertama disebut sohibul mal atau
pemilik modal, sedangkan pihak kedua disebut mudharib atau yang memiliki
keahlian (skill).
8. Jika bidang usaha yang ditentukan oleh sohibul mal maka disebut de
ngan mudharabah muqaiyyadah, sedangkan bila mudharib diberikan
kebebasan memilih bidang usaha yang akan dikembangkan dari modal
yang diberikan disebut dengan mudharabah muthlaqah
9. Muzara’ah adalah kerja sama di bidang pertanian antara pemilik lahan
dan petani penggarap yang hasilnya dibagi berdua atau yang dikenal
sebagai “paroan sawah”.
10. Musaqah adalah kerja sama antara pemilik kebun atau tanaman dengan
pengelola atau penggarap untuk memelihara dan merawat kebun atau
tanaman pada masa tertentu sampai tanaman itu layak dipanen.
Addiarrahman
84 Bambang Saputra
Tes Formatif
Pilihan Ganda:
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat!
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 85
5. Kerja sama antara pemilik kebun atau tanaman dengan pe
ngelola atau penggarap untuk memelihara dan merawat
kebun atau tanaman sampai layak panen disebut ....
a. Mudharib d. Musaqah
b. Muzara’ah e. Mudharabah
c. Mudharabah muthlaqah
6. Pembagiaan bentuk kepemilikan berdasarkan subyeknya
merupakan pendapat dari pakar .....
a. Monzer Kahf
b. Karl Max
c. Muhammad Nejatullah Siddiqie
d. Ziaul Haq
e. M.A. Manan
7. Menurut M.A Manan, ada beberapa moral Islam yang harus
diperhatikan dalam distribusi, yaitu.....
a. Negara mengambil alih kepemilikan umum untuk pendis
tribusiannya secara adil.
b. Pemanfaatan hak milik baik secara ekonomi maupun
non-ekonomi tidak boleh merugikan orang lain atau me
nimbulkan kerusakan lingkungan.
c. Kepemilikan negara turunan dari kepemilikan umum.
d. Hasil usaha seseorang yang diperoleh dari dan dengan
cara yang halalan thaiyiban
e. Jawaban benar semua.
8. Pengertian kepemilikan umum menurut ahli fikih adalah ....
a. Menguasai salah sat saja, materi benda atau manfaatnya.
b. Pemanfaatan hak milik haruslah diarahkan pada sektor
ekonomi yang berkesinambungan.
c. Sumber daya alam yang bentukan materinya sulit untuk
dimiliki individu.
d. Kepemilikan negara merupakan turunan dari kepemilikan
umum.
e. Memperhatikan keseimbangan dan tidak berlaku boros
atau kikir.
Addiarrahman
86 Bambang Saputra
9. Yang termasuk kebutuhan akal (‘Aql) yaitu....
a. Makan d. Sekolah
b. Sholat e. Pernikahan
c. Wisata
10. Kerja sama antara pemilik kebun atau tanaman dengan pe
ngelola untuk memelihara dan merawat kebun disebut .....
a. Mudharib d. Musaqah
b. Muzara’ah e. Mudharabah
c. Mudharabah muthlaqah
ESSAY
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 87
BAB VI
MEKANISME
PASAR ISLAMI
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mempelajari materi pada bab ini, para siswa diharapkan mampu
memahami mekanisme pasar Islami. Pemahaman mengenai mekanisme
pasar Islami ini sangat penting karena berkaitan erat dengan proses terjadi
permintaan dan penawaran serta pembentukan harga yang adil.
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 89
PETA KONSEP
PETA KONSEP
Mekanisme Pasar Islami
Sistem Moral
Persaingan sehat
Kejujuran
Keterbukaan
Keadilan
Peran Pasar Jenis Pasar
Distribusi barang/
jasa
Persaingan Tak Persainga
Efisiensi Produksi
Sempurna n
Distribusi
Pendapatan
Persaingan
Monopolistik
Monopoli
Oligopoli
Campur Tangan
Pemerintah
Rekayasa Penawaran
dan permintaan
Tadlis (Penipuan)
Gharar (Ketidakpastian)
Addiarrahman
90 Bambang Saputra
barang atau jasa. Pertemuan antara permintaan dan penawaran terbentuklah
harga. Aktifitas ekonomi tidak akan pernah bisa dilepaskan dari mekanisme
pasar. Apapun bentuk sistem ekonominya, baik kapitalis, sosialis, maupun sistem
ekonomi Islam. Akan tetapi, masing-masing memiliki pandangan yang berbeda
mengenai mekanisme pasar. Perbedaan pandangan ini secara prinsip disebabkan
oleh perbedaan paradigma serta visi dari suatu sistem ekonomi.
Mekanisme pasar dalam sistem ekonomi Islam pada dasarnya bukanlah kon
sep yang baru terbentuk. Rasulullah saw. sendiri telah mempraktikkan dan mem
bentuk mekanisme pasar yang sangat baik. Hal pokok yang paling penting dipa
hami dalam sistem pasar Islami adalah sistem moral yang diajarkan Rasulullah
saw. Nilai-nilai moral tersebut sangat menentukan kelang
sungan sistem pasar yang baik, mendatangkan maslahah Key Concept
bagi penjual dan pembeli, serta menghindari kerugian
(zulm) bagi kedua belah pihak. Berikut ini beberapa sistem Sistem moral dalam
pasar islami
moral atau nilai-nilai universal yang diajarkan Rasulullah
meliputi:
saw. sebagai pelaku pasar. Persaingan yang
sehat (fair play),
1. Persaingan yang sehat (fair play)
kejujuran (honesty),
Seorang pelaku pasar haruslah menjunjung tinggi keterbukaan
prinsip persaingan yang sehat. Hal ini merupakan (transparency), dan
konsekuensi dari adanya larangan berbuat zalim atau keadilan (justice).
dizalimi (la tuzlamu wa la tuzlimu). Persaingan yang
sehat merupakan sistem moral yang hendak mewujudkan pasar yang sehat,
seimbang, mendatangkan maslahah tanpa harus merugikan satu pihak di atas
pihak yang lain. Di dalam al-Qu’an kita juga diperintahan berlomba-lomba
dalam kebaikan (fastabiqul khairat).
Menurut Adiwarman Karim, mekanisme pasar Islami bertujuan mem
bentuk keseimbangan pasar yang didasari atas semangat ‘an taradim minkum
(rela sama rela). Keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan antara
permintaan dan penawaran sehingga dengan sendirinya membentuk harga
keseimbangan. Dengan kata lain, pelanggaran terhadap prinsip ‘an tadim min
kum atau segala bentuk kecurangan, penipuan, akan membentuk sistem pa
sar yang tidak sehat, tidak seimbang, serta merugikan salah satu pihak.
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 91
Kurva 6.1 Keseimbangan Pasar Islami
2. Kejujuran (honesty)
Siapa pun orangnya, pasti tidak menyukai kebohongan. Mekanisme pasar
islami tidak akan terwujud bila para pelakunya melakukan kebohongan,
misalnya memanipulasi informasi kualitas suatu barang (asymmetric informa
tion). Rasulullah saw. adalah pedagang yang jujur. Beliau diberi gelar al-Amin
atas kejujurannya yang tidak satu pun orang yang meragukannya. Sangat ba
nyak sekali sabda Rasulullah saw. yang menegaskan pentingnya berlaku jujur
dalam aktifitas ekonomi. “Pedagang yang jujur lagi terpecaya adalah bersama-sama
para nabi, orang shadiqin dan para suhada” (H.R. Tarmidzi & Hakim). Dalam
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Bazaar, Rasulullah saw. ditanya oleh
sahabat: “Pekerjaan apakah yang paling baik ya Rasulullah? Rasulullah menjawab:
“Seorang bekerja dengan tangan sendiri dan melakukan jual beli dengan bersih”
Bahkan, dalam hadis lain Rasulullah saw. menegaskan bahwa seorang
yang beriman bisa saja berperilaku penakut dan bakhil (pelit), namun seorang
yang beriman tidak boleh berbohong atau pendusta.
Addiarrahman
92 Bambang Saputra
“Ya Rasulullah, apakah orang beriman ada yang penakut? Beliau menjawab,’Ya.’
Maka ada yang bertanya kepada beliau, ‘Apakah orang beriman ada yang bakhil (pelit,
kikir).’ Beliau menjawab, ‘Ya.’ Ada lagi yang bertanya, ‘Apakah ada orang beriman
yang pendusta?’ Beliau menjawab, ‘Tidak.’ (H.R. Malik)
3. Keterbukaan (transparency)
Keterbukaan (transparency) merupkan sistem moral yang bertujuan menja
min terwujudnya mekanisme pasar yang bebas dari segala bentuk penipuan.
Para pelaku pasar haruslah terbuka dalam menginformasikan baik kualitas
dan kuantitas barang dan jasa yang ditawarkan atau dibutuhkan oleh konsu
men. Misalnya, si membeli satu set peralatan badminton kepada si B. Karena
di pasar sangat banyak merek barang tersebut, maka si B harus menjelaskan
kualitas dan kuantitas masing-masing barang, beserta harganya. Jika si B
mendiamkan suatu informasi, misalnya barang C dengan merek yang sama
namun merupakan barang kualitas nomor 3, sedangkan si A sama sekali ti
dak dapat membedakannya, maka si B telah melanggar prinsip keterbukaan.
Dampaknya, setelah si A mengetahui kebohongan yang dilakukan si B, ten
tunya si A enggan membeli barang lain yang dia butuhkan kepada si B. Prin
sip keterbukaan ini (transparency) juga lazim dikenal dengan istilah symmetric
information.
4. Keadilan (Justice)
Cobalah Anda pikirkan bagaimana jadinya bila pedagang dengan sesuka
hatinya mengambil keuntungan tanpa memperhatikan nilai-nilai keadilan!
Perilaku seperti ini dapat merusak mekanisme pasar. Ibn Khaldun mene
gaskan bahwa harga yang murah dapat melemahkan perekonomian karena
pedagang menjadi lesu dengan keuntungan yang sedikit, begitu juga harga
yang mahal juga melemahkan perekonomi karena para pembeli enggan ber
belanja karena tingginya harga barang-barang yang merek butuhkan. Arti
nya, para pelaku pasar haruslah menjunjung tinggi nilai keadilan. Boleh saja
penjual mengharapkan keuntungan, namun tidak diperoleh dengan cara yang
zalim. Begitupun pembeli, tentu sangat berharap harga murah. Akan tetapi
tidak mengkonsumsi barang dengan cara berlebih-lebihan (israf) atau kikir
(bakhil).
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 93
B. Peran Pasar dalam Mewujudkan Maslahah
Pasar setidaknya memiliki tiga peran penting guna mewujudkan maslahah bagi
penjual dan pembeli. Akan tetapi, ketiga peran ini hanya dapat terlaksana bila
mana para pelaku pasar menjunjung tinggi sistem moral dalam sebuah pasar
islami. Pelanggaran terhadap salahsatu nilai-nilai moral tersebut, akan berdampak
mekanisme pasar yang tidak berjalan dengan baik bahkan justeru mendzalimi
penjual atau pembeli. Tiga peran pasar yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Pertama, peran pasar dalam distribusi barang dan jasa. Pasar Islami
menjamin terdistribusinya barang dan jasa secara maksimal. Tentunya hal ini
sangat bergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran. Setiap pelaku pa
sar, baik penjual dan pembeli diperkenankan berusaha dan bekerja memaksimal
kan maslahah sepanjang tidak melanggar nilai-nilai syari’ah. Tidak diperkenankan
bagi seorang pedagang mengurangi penawaran dengan melakukan penimbunan
barang dengan harapan harga barang tersebut meningkat. Sebaliknya, pembeli
dilarang pula boros atau pelit dalam mengkonsumsi barang yang dibutuhkannya.
Kedua, peran pasar dalam efisiensi produksi. Terbentuknya harga yang
adil dalam sistem pasar islami berdasarkan pada kekuatan permintaan dan pena
waran dengan prinsip ‘an taradim minkum (rela sama rela). Harga menjadi patokan
produsen dalam memproduksi suatu barang. Tingginya harga karena kuatnya
permintaan, merangsang produsen menambah produknya di pasar. Sebaliknya,
bila harga murah dan permintaan menurun, produsen akan mengurangi produksi
terhadap barang tersebut. Dengan demikian, pasar berperan penting dalam efi
seinsi produksi.
Efiseinsi produksi dalam sistem pasar islami sangat berguna untuk mence
gah terdistribusinya barang dan jasa yang tidak bermanfaat atau berbahaya bagi
kehidupan manusa. Berlebih-lebihan dalam berproduksi berdampak pada keru
sakan sumber daya alam karena dieksploitasi secara besar-besaran. Sebaliknya,
produksi minuman keras sungguh pun mendatangkan keuntungan akan memba
hayakan manusia, misalnya dapat merusak kekuatan ‘aql yang harus dijaga kemas
lahatannya.
Tiga, peran pasar dalam distribusi pendapatan. Di pasar, para konsu
men membuat keputusan langsung atas pendapatannya. Maksudnya, berdasar
kan pendapatan yang diperolehnya, ia menentukan barang dan jasa apa saja yang
harus dipenuhinya dan berapa alokasi pendapatan untuk setiap kebutuhan ter
Addiarrahman
94 Bambang Saputra
sebut. Keputusan membeli atau tidak barang yang dibutuhkan, selain ditentukan
oleh pendapatan juga ditentukan oleh harga. Artinya, bisa jadi si A dengan pen
dapatannya yang cukup memedai, enggan membeli barang C karena dianggap
terlalu mahal dan pada saat yang sama ada barang substitusi yang lebih murah.
Peran pasar dalam distribusi pendapatan setidaknya akan tampak pada proses
terbentuknya upah tenaga kerja, keuntungan, dan tingkat pengembalian sebuah
produk.
***
Berdasarkan tiga peran pasar tersebut di atas, sangat jelas bagi kita bahwa aktifi
tas dalam sistem pasar islami diarahkan untuk mewujudkan maslahah bagi para
pelakunya, baik penjual maupun pembeli. Dengan kata lain, bila ketiga peran
tersebut bisa berjalan dengan baik, maka bisa dijamin aktifitas perekonomian
berkembang pesat. Baik produsen maupun konsumen memainkan perannya
masing-masing atas dasar rela sama rela. Akan tetapi, prinisp ‘an taradim minkum ini
tidak boleh dimaknai sebagai bentuk sama-sama rela menghalalkan yang haram
dan mengharamkan yang halal. Semua ini adalah perbuatan yang dilarang dan
dikecam keras oleh Nabi Muhammad saw.
TUGAS KELOMPOK:
• Diskusikanlah dengan teman kelompok Anda perilaku para pelaku pasar
yang dapat menimbulkan kerugian.
• Tulislah hasil diskusi tersebut di atas kertas, kemudian kumpulkan ke
pada guru untuk dinilai
C. Jenis-jenis Pasar
Pasar berdasarkan pola persaingan (competition) dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu: pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna. Sistem
ekonomi Islam secara prinsip bertujuan mewujudkan pola pasar persaingan sem
purna. Sebagaimana telah dijelaskan, salahsatu sistem moral dalam pasar islami
adalah persaingan yang sehat (fair play). Akan tetapi, dalam mekanisme pasar
islami bisa saja mengalami penyimpangan atau distorsi. Terjadinya distorsi ini
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 95
menyebabkan terbentuknya pasar persaingan yang tidak sempurna. Menurut
Adiwarman Karim, pembagian pasar berdasarkan pola persaingan ini dilihat dari
segi jenis barang atau jasa yang ditawarkan dan jumlah penjual. Marilah kita
pahami kedua bentuk pasar tersebut:
Addiarrahman
96 Bambang Saputra
Tabel 6.1 Karakter Persaingan Pasar
tuk mengikuti kehendak yang berlaku di pasar. Abu Yusuf, al-Ghazali, Ibn
Taimiyah, Ibn Khaldun, sangat menekankan mekanisme pasar seperti ini.
Abu Yusuf (wafat 789) menegaskan bahwa murah atau mahalnya tidak
bisa ditentukan. Murah atau mahal merupakan keten
tuan Allah. Adakalanya barang melimpah namun Key Concept
tetap mahal, sebaliknya terkadang makanan sangat
sedikit tetapi harga tetap murah. Ibn Taimiyah lebih Ciri-ciri
Pasar Persaingan
tegas lagi mengatakan bahwa harga ditentukan oleh Sempurna:
kekuatan permintaan dan penawaran. Artinya, naik
1. Ada banyak
atau turunnya harga tidak selalu disebabkan adanya
penjual
penyimpangan yang dilakukan oleh pelaku pasar. Bisa
2. Pembeli
jadi mahalnya harga karena meningkatnya perminta
memandang
an, sedangkan penawaran menurun. Bisa juga per barang sama
mintaan menur un sedang penawaran meningkat, se saja (homogen)
hingga harga menjadi turun. 3. Adanya
Perubahan dalam penawaran berarti ada pening kelebihan
katan atau penurunan dalam jumlah barang yang dita kapasistas
warkan. Sebaliknya, permintaan sangat diten tukan produksi
oleh selera dan pendapatan. Misalkan, usaha kerupuk
Budi mengalami pengurangan produksi karena harga bahan baku (ubi)
meningkat dan pekerjanya ada yang berhenti bekerja. Sedangkan, pada saat
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 97
yang sama permintaan terhadap kerupuk Budi meningkat karena selera ma
syarakat meningkat. Dalam kondisi tersebut, terjadi perubahan harga kese
imbangan karena berkurangnya jumlah produk. Yaitu dari titik equilibrium
atau keseimbangan A ke harga B. Jumlah barang penawaran bergeser dari Q1
ke Q2. Kenaikan harga bergeser dari P1 ke P2. Perhatikan kurva berikut:
Addiarrahman
98 Bambang Saputra
a. Pasar Persaingan Monopolistik
Ciri-ciri utama pasar persaingan monopolitisk adalah adanya produk
yang beragam, jumlah penjual yang banyak menjual produk yang bera
gam atau terdiferensiasi. Misalnya, produk pasta gigi dengan berbagai
merek. Ada orang lebih menyukai produk dengan merek A dan ada pula
yang menyukai produk merek B. Penjual tentunya dapat menentukan
harga masing-masing barang sesuai kisaran harga pasar.
Pada zaman Umar Ibn Khattab r.a. komoditi anggur kering dijual
dalam keadaan homogen atau tidak ada ragam merek atas produk ter
sebut. Anggur dijual dengan mekanisme pasar persaingan sempurna.
Kemudian, Hatib Ibn Abi Balta’ah kedapatan menjual anggur kering
dengan harga di bawah harga pasar. Umar berkata
tegas kepada Hatib, “Naikkan hargamu pada Key Concept
harga pasar, atau tinggalkan pasar kami.”
Tiga bentuk Pasar
Pada saat itu, harga anggur kering dengan
Persaingan Tidak
kualitas baik memang lebih tinggi, sedangkan Sempurna:
yang berkualitas rendah harganya murah. Ada
1. Pasar Persaingan
pun Hatib menjual anggur kering dengan kualitas Monopolistik
baik dengan harga murah. Oleh sebab itu, Umar
2. Pasar Monopoli
menegur Hatib dengan tegas. Artinya, bila Hatib
menjual anggur kering dengan kualitas yang ren 3. Pasar Oligopoli
dah dan dengan harga yang murah, tentunya
Umar tidak akan menegurnya. Hal ini menegaskan kembali bahwa pada
pasar persaingan sempurna, harga harus terbentuk sesuai dengan ke
kuatan permintaan dan penawaran. Adapun dalam pasar persaingan
monopolisitik, sekalipun penjualnya banyak dan barang yang dijual ter
diferensiasi, penjual dapat menentukan harga.
b. Pasar Monopoli (Ihtikar)
Secara sederhana, pasar monopoli berarti di pasar hanya ada satu pen
jual. Ia memiliki kekuatan penuh menentukan harga sesuai dengan ke
hendaknya sendiri. Penjual boleh dikatakan tidak mendapat persaingan
di pasar. Pada dasarnya, bentuk pasar seperti ini tidak dilarang ekonomi
Islam. Akan tetapi, bila kondisi monopoli itu dibentuk karena ihtikar
maka hal ini tidak boleh dilakukan. Karena ihtikar adalah upaya meng
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 99
ambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan cara menjual ba
rang lebih sedikit untuk harga yang lebih tinggi. Istilah lain disebut de
ngan penimbunan barang. Rasulullah saw. secara tegas melarang pelaku
penimbunan barang (ihtikar).
“Barang siapa yang melakukan ihtikar untuk merusak harga pasar sehingga
harga naik secara tajam, maka ia berdosa.” (H.R. Ibnu Majah dan Ahmad).
c. Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli memiliki ciri-ciri berikut: terdapat sedikit penjual dengan
barang yang homogen atau sama. Pasar oligopoli boleh dikatakan ben
tuk pertengahan antara pasar monopoli dan pasar persaingan mono
polistik. Perbedaannya, pada pasar monopoli penjual bisa menentukan
harga tanpa harus khawatir reaksi penjual lain karena ia pelaku tunggal.
Pasar persaingan monopolistik penjual bisa menentukan harga pada
kisaran tertentu yang berkembang di pasar. Sebab, apabila ia menjual di
luar kisaran harga, penjual lain yang menjual barang yang mirip akan
merebut pelanggannya. Sedangkan pada pasar oligopoli, penjual men
jual barangnya dengan memperhatikan reaksi penjual lain. Dari situ,
penjual bisa menentukan: kuantitas (jumlah) barang yang akan dipro
duksi dan menentukan harga yang akan ditawarkannya.
Addiarrahman
100 Bambang Saputra
Rekayasa penawaran (false supply) biasanya dilakukan
dengan cara penimbunan barang (ihtikar), sedangkan re
Key Concept
kayasa permintaan (false demand) dikenal sebagai bai najasy Tiga bentuk distorsi
atau jual beli yang bertujuan mempengaruhi orang lain pasar (market
untuk membeli barang dengan cara menyuruh orang lain distortion):
untuk memuji barang yang dijual penjual. Orang yang di 1. Rekayasa supply
suruh memuji itu melakukan penawaran palsu atau pura- dan demand
pura menawar barang, tetapi sama sekali tidak akan mem 2. Tadlis atau
belinya. penipuan
Tadlis atau penipuan terjadi dalam empat bentuk, 3. Taghrir atau
yaitu: penipuan menyang kut jumlah barang (quantity), ketidakpasatian
mutu barang (quality), harga barang (price) dan waktu pe
nyerahan barang (time of delivery). Begitu juga dengan taghrir, bisa terjadi dalam
bentuk ketidakpastian menyangkut jumlah barang, mutu, harga, dan waktu pe
nyerahan barang. Sebab utama hal ini terjadi adalah karena adanya informasi
yang tidak lengkap (incomplete information).
Semua bentuk-bentuk penyimpangan itu memicu perubahan sistem pasar
yang tadinya bersifar persaingan sempurna, menjadi persaingan tidak sempurna
yang terlarang. Kondisi pasar demikian dapat mengancam upaya manusia me
maksimalkan kemaslahatannya dalam mengkonsumsi maupun memproduksi ba
rang. Agar lebih mudah dipahami, perhatikan gambar di bawah ini:
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 101
Ibn Taimiyah sangat menekankan terciptanya mekanisme pasar yang sehat.
Harga terbentuk sesuai dengan penawaran dan permintaan. Tidak ada pihak
yang mengintervensi pasar. Akan tetapi, Ibn Taimiyah juga menegaskan pada
saat terjadi distorsi, pemerintah wajib mengendalikan pasar, yaitu menetapkan
harga. Penetapan harga yang dilakukan oleh pemerintah pada saat terjadi distorsi
pasar dalam istilah fikih disebut dengan tas’ir al-jabari.
Penetapan harga yang dilakukan oleh pemerintah, walaupun diperbolehkan
namun harus memenuhi persyaratan tertentu. Dengan adanya persyaratan ini,
pemerintah tidak boleh semena-mena menetapkan harga karena bisa merugikan
para pelaku pasar, baik penjual maupun pembeli. Ada enam persyaratan yang
harus dipenuhi agar pemerintah bisa menetapkan harga, yaitu:
Addiarrahman
102 Bambang Saputra
Rangkuman
1. Sistem moral dalam pasar Islam meliputi: persaingan yang sehat (fair
play), kejujuran (honesty), keterbukaan (transparency), dan keadilan
(justice).
2. Menurut Adiwarman Karim, mekanisme pasar Islam bertujuan mem
bentuk keseimbangan pasar yang didasari atas semangat ‘an taradim
minkum (rela tak rela).
3. Keterbukaan merupakan sistem moral yang bertujuan menjamin ter
wujudnya mekanisme pasar yang bebas dari segala bentuk penipuan.
4. Pasar memiliki tiga peran penting guna mewujudkan maslahah bagi
penjual dan pembeli, yaitu:
a. Peran pasar dalam distribusi barang dan jasa.
Pasar Islami menjamin terdistribusinya barang dan jasa secara
maksimal yang tentunya tergantung pada kekuatan permintaan
dan penawaran.
b. Peran pasar dalam efisiensi produksi.
Terbentuknya harga yang adil dalam sistem pasar Islami berdasar
kan pada kekuatan permintaan dan penawaran dengan prinsip ‘an
taradim minkum (rela sama rela). Harga menjadi patokan produ
sen dalam memproduksi suatu barang.
c. Peran pasar dalam distribusi pendapatan.
Dipasar para konsumen membuat keputusan langsung atas pen
dapatannya. Berdasarkan pendapatan yang diperoleh, konsumen
menentukan barang dan jasa apa saja yang harus dipenuhinya dan
berapa alokasi pendapatan untuk setiap kebutuhan tersebut.
5. Pasar berdasarkan pola persaingan (competition) dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a. Pasar persaingan sempurna
b. Pasar persaingan tidak sempurna
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 103
6. Menurut Adiwarman Karim, pembagian pasar berdasarkan pola per
saingan ini dilihat dari segi jenis barang atau jasa yang ditawarkan dan
jumlah penjual.
7. Ciri-ciri pasar persaingan sempurna, yaitu:
a. Ada banyak penjual
b. Pembeli memandang barang sama (homogen)
c. Adanya kelebihan kapasitas produksi.
8. Di pasar persaingan sempurna, penjual tidak dapat menentukan harga
disebut “price taker”. Penjual akan menjual barangnya sesuai dengan
harga yang berlaku di pasar
9. Ibn Taimiyah mengatakan bahwa harga ditentukan oleh kekuatan per
mintaan dan penawaran. Artinya, naik turunnya harga tidak selalu di
sebabkan adanya penyimpangan yang dilakukan oleh pelaku pasar.
10. Tiga bentuk pasar persaingan tidak sempurna, yaitu:
a. Pasar persaingan monopolistik
Ciri-cirinya adalah adanya produk yang beragam, jumlah penjual
yang banyak menjual produk yang beragam atau terdiferensiasi.
b. Pasar Monopoli
Pasar monopoli berarti hanya ada satu penjual, penjual memiliki
kekuatan penuh menentukan harga sesuai dengan kehendaknya
sendiri. Di dalam ekonomi Islam bentuk pasar seperti ini dilarang,
akan tetapi bila kondisi monopoli dibentuk karena ihtikar maka
tidak boleh dilakukan. Ihtikar adalah upaya mengambil keuntung
an di atas keuntungan normal dengan cara menjual barang lebih
sedikit untuk harga yang lebih tinggi. Dikenal dengan istilah pe
nimbunan barang.
c. Pasar Oligopoli.
Ciri-cirinya adalah terdapat sedikit penjual dengan barang yang
homogen atau sama. Merupakan bentuk pertengahan antara pasar
monopoli dan pasar persaingan monopolistik.
Addiarrahman
104 Bambang Saputra
11. Pada kondisi tertentu pemerintah diberikan wewenang menetapkan
harga sebagai bentuk pengawasan (hisbah)agar hak – hak penjual dan
pembeli tetap terjaga. Biasanya penetapan harga dilakukan dalam kon
disi terjadinya distorsi pasar atau penyimpangan yang menghambat
mekanisme pasar berjalan dengan adil
12. Ada tiga bentuk distorsi pasar, yaitu:
a. Rekayasa penawaran dan rekayasa permintaan.
b. Tadlis (penipuan)
c. Taghrir atau gharar (ketidakpastian, kerancuan uncertainty)
13. Tadlis atau penipuan terjadi dalam empat bentuk, yaitu:
a. Penipuan menyangkut jumlah barang (quantity)
b. Mutu barang (quality)
c. Harga barang (price)
d. Waktu penyerahan barang (time of delivery).
14. Penetapan harga yang dilakukan oleh pemerintah pada saat terjadinya
distorsi pasar dalam istilah fikih disebut dengan tas’ir al-jabari.
15. Ada enam persyaratan yang harus dipenuhi agar pemerintah bisa me
netapkan harga, yaitu:
a. Komoditas atau jasa itu sangat dibutuhkan masyarakat banyak.
b. Terbukti bahwa pada pedagang melakukan kesewenangan-wenang
an dalam menentukan harga komoditas dagangan mereka.
c. Pemerintah tersebut adalah pemerintah yang adil
d. Pihak pemerintah harus melakukan studi kelayakan pasar dengan
menunjuk para ahli ekonomi.
e. Penetapan harga itu dilakukan dengan terlebih dahulu memper
timbangkan modal dan keuntungan para pedagang.
f. Ada pengawasan yang berkesinambungan dari pihak penguasa
terhadap pasar, baik yang menyangkut harga maupun stok barang,
sehingga tidak terjadi penimbunan barang oleh pedagang.
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 105
Tes Formatif
Pilihan Ganda:
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat!
Addiarrahman
106 Bambang Saputra
6. Terbentuknya harga yang adil dalam sistem pasar Islami ber
dasarkan pada kekuatan permintaan dan penawaran de
ngan prinsip ‘an taradim minkum, merupakan peran pasar
dalam .....
a. Distribusi barang dan jasa
b. Distribusi pendapatan
c. Efisiensi produksi
d. Mencari laba
e. Penjual dan pembeli.
7. Di pasar, pembeli membuat keputusan langsung atas pen
dapatannya, merupakan peran pasar dalam ...
a. Distribusi barang dan jasa
b. Distribusi pendapatan
c. Efisiensi produksi
d. Mencari laba
e. Penjual dan pembeli.
8. Sistem ekonomi Islam secara prinsip bertujuan mewujudkan
pola pasar .....
a. Persaingan tak sempurna
b. Monopoli
c. Oligopoli
d. Persaingan sempurna
e. Heterogen
9. Jumlah penjual yang banyak menjual produk yang beragam
atau terdiferensiasi merupakan ciri – ciri pasar ....
a. Persaingan monopoli d. Oligopoli
b. Tradisional e. Persaingan monopolistik
c. Modern
10. Dibawah ini merupakan bentuk penipuan atau tadlis, kecuali
...
a. Mutu barang d. Time of delivery
b. Mencari keuntungan e. Harga
c. Jumlah barang
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 107
ESSAY
Addiarrahman
108 Bambang Saputra
DAFTAR PUSTAKA
A.A Islahi. 1997. Konsepsi Ekonomi Ibn Taimiyyah. terj. Surabaya : Bina Ilmu
al-Jamal, Muhammad Abdul Mun’im. 1992. Mawsu’at al-Iqtishad al-Islami. alih
bahasa. Salahuddin Abdullah. Ensiklopedi Ekonomi Islam, Jilid 2. Malaysia :
Dewan Bahasa dan Pustaka
Al-Kaaf, Abdullah Zaky. Ttt. Ekonomi dalam Perspektif Islam. Bandung : Pustaka
Setia
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik. Jakarta :
Gema Insani
Baidhawy, Zakiyuddin. 2007. Islam Melawan Kapitalisme. Yogyakarta : Resist Book
Chapra, Muhammad Umer. 1999. Islam dan Tantangan Ekonomi; Islamisasi Ekonomi
Kontemporer. terj. Surabaya : Risalah Gusti
Chapra, Muhammad Umer. 2008. The Islamic Vision of Development in the Light of
Maqasid al-Shari’ah. London : IIIT
Choudhury, Masudul Alam. 2007. The Universal Paradigm and the Islamic World-
System: Economy, Society, Ethics and Science. London : World Scientific Publishing
Diana, Ilfi Nur. 2008. Hadis-hadis Ekonomi. Malang : UIN Malang Press
Dimyati, Ahmad. 2008. Teori Keuangan Islam: Rekonstruksi Metodologis terhadap Teori
Keuangan al-Ghazali. Yogyakarta : UII Press
Hamdani, Ikhwan. 2003. Sistem Pasar & Pengawasan Ekonomi (Hisbah) dalam Pers
pektif Ekonomi Islam. Jakarta : Nur Unsani
Haneef, Mohamed Aslam Mohamed. “Islam, the Islamic Worldview, and Islamic
Economics.” IIUM Journal of Economics & Management. Vol. 5. No. 1. 1997
Hoetoro, Arif. 2007. Ekonomi Islam Pengantar Analisis Kesejarahan dan Metodologi.
Surabaya : Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 109
Kahf, Monzer. 1995. Ekonomi Islam: Telaah Analitik terhadap Fungsi Sistem Ekonomi
Islam. terj. Yogayakarta : Pustaka Pelajar
Karim, Adiwarman A. 2007. Ekonomi Mikro Islam Edisi Ketiga. Jakarta : Raja
Grafindo
Khaldun, Ibn. 2000. Mukaddimah Ibn Khaldun. terj. Jakarta : Pustaka Firdaus
Khan. Muhammad Akram. “Islamic Economic : Nature and Need.” Journal of
Research of Islamic Economics. Vol. 1. No. 2. 1984
Manan, M.A. 1970. Islamic Economics Theory and Practice: a Comparative Study.
Berkeley : University of California
Marthon, Said Sa’ad. 2004. Ekonomi Islam di Tengah Krisis Ekonomi Global. terj.
Jakarta : Zikrul Hakim
Muflih, Muhammad. 2006. Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam.
Jakarta : Rajawali Press
Naqvi, Syed Nawab Haider. 1993. Etika dan Ilmu Ekonomi Suatu Sintesis Islam.
Jakarta : Mizan
Naqvi, Syed Nawab Haider. 2003. Menggagas Ilmu Ekonomi Islam. terj. Yogyakarta
: Pustaka Pelajar
Nasution, Mustafa Edwin. dkk. 2006. Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam. Jakarta :
Kencana
Shihab, M. Quraish. 2011. Bisnis Sukses Dunia Akhirat. Ciputat : Lentera Hati
Siddiqie, Muhammad Nejatullah. 1996. Kegiatan Ekonomi dalam Islam. terj. Jakarta
: Bumi Aksara
Sukirno, Sadono. 2005. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo
Persada
Tim P3EI. 2008 Ekonomi Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Zaman, S.M. Hasanuz. “Definition of Islamic Economics.” Journal of Research of
Islamic Economics. Vol. 1. No. 2. 1984
Addiarrahman
110 Bambang Saputra
Outline Buku Ekonomi Islam 2 untuk SMA/MA
Ekonomi Islam 1
Untuk SMA/MA 113
Bambang Saputra, SE., MSI., M.Ak., lahir di
Balikpapan pada tanggal 22 Maret 1986. Anak ke
dua dari lima bersaudara dari pasangan Bambang
Saptana dan Ibu Faridah. Menyelesaikan Sarjana
pada Jurusan Akuntansi UPN “Veteran” Yogya
karta tahun 2008 dengan predikat kelulusan Cum
Laude, Program Magister Studi Islam Pascasarjana
UII Yogyakarta dengan konsentrasi Ekonomi
Islam tahun 2010, dan Program Magister Akun
tansi Pascasarjana Fakultas Ekonomi UII Yogya
karta dengan konsenterasi Akuntansi Sektor Publik tahun 2011 dengan prdikat
kelulusan Cum Laude. Penulis saat ini aktif sebagai Konsultan PUMKM KPw BI
Balikpapan. Amanat kemasyarakatan yang sekarang sedang diemban penulis
adalah Sekertaris Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Kota Balikpapan,
Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Kota Balikpapan, dan Komisi
Ekonomi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Balikpapan.
e-mail: poetracc@yahoo.co.id
HP. : 081328742174
Addiarrahman
114 Bambang Saputra