Anda di halaman 1dari 18

Sejarah Ekonomi Islam

Kelompok 2
Fiqma Sari (182010200448)
Mahendra Dwi Atmaja (182010200049)
Muhammad Reza Muslim (182010200038)
Cindy Bairawati (182010200037)
M. Fahmi Fandani (172010200260)
Ekonomi Islam adalah bagian dari aktifitas manusia
dalam rangka memenuhi kebutuhannya dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada
dengan berpedoman pada syariat yang bersumber
dari al Qur’an dan Sunnah.
Untuk mampu memahami pemikiran ekonomi Islam dengan segala bentuknya,
maka tidak dapat dilepaskan dari tokoh-tokoh yang memunculkannya. Dengan
demikian akan lebih komprehensif dan dipahami latar belakang politik, sosial,
dan budaya dari kemunculan pemikiran tersebut.

Jadi sejarah pemikiran ekonomi Islam mempelajari tentang ekonomi Islam yang
dikaitkan dengan pemikiran para tokoh mulai dari masa Rasulullah SAW hingga
saat ini dengan segala latar belakang sosial, politik dan budayanya.

Rasulullah dan sahabat hidup pada abad ke 7 Masehi


telah mempraktekkan Ekonomi Islam
Kontribusi Islam
Pada Ekonomi Modern
Islam merupakan agama yang universal dan
komprehensif. Universal artinya bahwa Islam
diperuntukkan bagi seluruh umat manusia di muka bumi
dan dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat
sampai akhir zaman. Komprehensif artinya bahwa Islam
mempunyai ajaran yang lengkap dan sempurna.
Kesempurnaan ajaran Islam dikarenakan Islam mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia dan tidak hanya aspek
spiritual, tetapi juga aspek muamalah yang meliputi
ekonomi, sosial, politik, hukum, dan lainnya.
Sebagai ajaran yang komprehensif, Islam meliputi 3
(tiga) pokok ajaran yaitu aqidah, syariah, dan akhlak.
Aqidah dan akhlak lah yang bersifat konstan, namun
syariah dapat berubah dan berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman dan peradaban yang
dihadapi para Rasul. Dalam syariah itu lah maka
umat muslim dapat mengatur kehidupannya dalam
bermuamalat, yang tentunya beracuan pada Al-
Qur’an dan hadits.
Perbankan Syari’ah sebagai salah satu instrumen ekonomi
islam yang telah terbukti mampu bertahan ditengah
terpuruknya sistem perbankan konvensional, terimplikasi
pada semakin maraknya kajian-kajian ekonomi islam di
berbagai tempat.

Para akademisi, pengamat, maupun praktisi mulai


bersemangat menganalisis perbedaan perbankan syari’ah
dengan perbankan konvensional. Lebih dari itu, mereka
sudah merambah pada kajian intensif tentang fikih muamalat
dan kajian yang lebih luas dari ilmu ekonomi Islam itu sendiri.
Filosofi dan Bentuk Pemikiran Ekonomi
Terminologi pemikiran ekonomi Islam di sini mengandung dua
pengertian, yaitu pemikiran ekonomi yang dikemukakan oleh
para sarjana Muslim dan pemikiran ekonomi yang didasarkan
atas agama Islam. Dalam realitas kedua pengertian ini sering kali
menjadi kesatuan, sebab para sarjana Muslim memang menggali
pemikirannya mendasarkan pada ajaran Islam.
Periode Pertama / Fondasi
(Masa Awal Islam – 450 H/1058 M)
Abu Hanifah (80-150 H/699-767 M)
Abu Hanifah menyumbangkan beberapa konsep ekonomi, salah satunya salam,
yaitu suatu bentuk transaksi di mana antara pihak penjual dan pembeli sepakat bila
barang yang dibeli dikirimkan setelah dibayar secara tunai pada waktu kontrak
disepakati.

Mawardi (w.450 H/ 1058 M)


Pemikiran Mawardi tentang ekonomi terutama dalam bukunya yang berjudul, Al-
Ahkam al-Sulthoniyyah dan Adab al-Din wa’l Dunya. Buku yang pertama banyak
membahas tentang pemerintah dan administrasi, berisi tentang: kewajiban
pemerintah, penerimaan dan pengeluaran negara, tanah (negara dan masyarakat),
hak prerogatif negara untuk menghibahkan tanah, kewajiban negara untuk
mengawasi pasar, menjamin ketepatan timbangan dan berbagai ukuran lainnya,
serta mencegah penyimpangan transaksi dagang dan pengrajin dari ketentuan
syariah.
Periode Kedua
(450-850 H/1058-1446 M)
Nasiruddin Tusi (w. 485 H/ 1093 M)
Ia dikenal sebagai ahli dalam bidang astronomi, astrologi, matematika,
dan tentu saja dalam bidang ilmu sosial. Karyanya dalam bidang
ekonomi terutama ditemukan dalam kitabnya yang berjudul Akhlaq e-
Nasiri (Nasirian Ethnics).

Ibn Khaldun (732-808 H/ 1332-1404 M)


Ia menulis banyak buku, antara lain; Muqadimah, Syarh Al-Burdah, sejumlah
ringkasan atas buku-buku karya Ibn Rusyd, sebuah catatan atas buku Matiq,
ringkasan (mukhtasar) kitab al— Mahsul karya Fakhr al-Din al-Razi (ushul
fiqh), sebuah buku tentang matematika, dan sebuah buku sejarah yang
terkenal, Al-Ibar wa Diwan Al-Mubtada’ wa Al-Khabar fi Tarikh al-Arab wa
al-‘Ajam wa al-Barbar.
Periode Ketiga
(850-1350 H/1446-1932 M)
Shah Waliullah (114-1176 H/1703-1762 M)
Pemikiran ekonomi Shah Waliullah dapat ditemukan dalam karyanya yang
terkenal berjudul, Hujjatullah al-Baligha, di mana ia banyak menjelaskan
rasionalitas dari aturan-aturan syariat bagi perilaku 68 manusia dan
pembangunan masyarakat. Menurutnya, manusia secara alamiah adalah
makhluk sosial sehingga harus melakukan kerja sama antara satu orang
dengan orang lainnya.
Muhammad Iqbal (1289-1356 H/1873-1938 M)
Muhammad Iqbal memiliki pemikiran-pemikiran ekonomi yang brilian.
Pemikirannya memang tidak berkisar tentang hal-hal teknis dalam ekonomi,
tetapi lebih kepada konsep-konsep umum yang mendasar. Dalam karyanya,
Puisi dari Timur, ia menunjukkan tanggapan Islam terhadap kapitalisme Barat
dan reaksi ekstrem dari komunisme.
Periode Kontemporer
(1930 M –sekarang)
Era tahun 1930-an merupakan masa kebangkitan kembali intelektualitas di
dunia Islam. Zarqa membagi topik-topik kajian dari para ekonom di masa ini
menjadi tiga kelompok tema, yaitu:
1. Perbandingan sistem ekonomi islam dengan sistem ekonomi lainnya,
khususnya kapitalisme dan sosialisme;
2. Kritik terhadap sistem-sistem ekonomi konvensional, baik dalam tataran
filosofi maupun praktikal;
3. Pembahasan yang mendalam tentang ekonomi Islam itu sendiri, baik
secara mikro maupun makro.
Menurut Muhammad Nejatullah Siddiqi, ada 3 fase untuk
menguraikan sejarah pemikiran ekonomi islam, diantaranya :

1. Fase pertama dimulai pada abad ke-1 sampai abad ke-5 Hijriyah (11M)
tentang dasar ekonomi islam, kemajuan, dan stagnasi.
2. Fase kedua dimulai pada abad ke-11 sampai ke-15 Masehi, fase cemerlang
yang meninggalkan warisan intelektual yang sangat kaya.
3. Fase ketiga dimulai pada tahun 1446 hingga 1932 Masehi tentang
tertutupnya pintu ijtihad (independen judgement).
8 Fase Perkembangan Pemikiran
Ekonomi Islam beserta
Karakteristiknya
Fase ke-1 Rasulullah SAW dan Khulafa Al Rasyidah
Fase Rasulullah SAW dimulai sejak kerasulan Muhammad SAW sampai wafatnya Nabi SAW (11
H./632 M.). Pada periode ini kekuasaan penentuan hukum sepenuhnya berada di tangan
Rasulullah SAW. Sumber hukumnya adalah Al-Qur'an dan sunnah Nabi SAW. Periode
Rasulullah ini merupakan periode revolusi sosial, politik dan ekonomi. Berpondasi pada
penyelesaian persoalan sosial, politik dan ekonomi dibangun.
Periode Khulafa’ al Rasyidah dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW sampai Mu'awiyah
bin Abu Sufyan memegang tampuk pemerintahan Islam pada tahun 41H./661 M. Sumber
fiqh pada periode ini, disamping Al-Qur'an dan sunnah Nabi SAW, juga ditandai dengan
munculnya berbagai ijtihad para sahabat. Pada masa ini, khususnya setelah Umar bin al-
Khattab menjadi khalifah (13 H./634 M.), ijtihad merupakan upaya yang luas dalam
memecahkan berbagai persoalan hukum yang muncul di tengah masyarakat.

Fase ke-2 Pembentukan Awal Fiqh


Dalam penedekatan ekonomi, fase ini merupakan pembangunan tahap awal
fiqh iqtishad. Karakter pemikiran ekonomi Islam pada masa ini lebih kepada
mashlahah dan mafsadat, bersifat normatif, berwawasan positif, dan obyek
pembahasannya lebih condong kepada mikroekonomi. Periode ini terjadi
pada masa Amawiyah Awal. Diantara tokoh-tokohnya antara lain; Zaid bin
Ali, Imam Abu Hanifah, Abdurrahman al-Awza’i, Malik bin Annas.
Fase ke-3 Formalisasi Kebijakan Publik
Periode ini terjadi pada masa Amawiyah Akhir. Karakter pemikiran ekonomi
Islam pada masa ini juga lebih kepada mashlahah dan mafsadat, bersifat
normatif, berwawasan positif, namun obyek pembahasannya sudah
melebar pada persoalan makro ekonomi. Beberapa tokohnya antara lain
adalah Abu Yusuf dan As Syaibani.

Fase ke-4 Pemantapan Kebijakan Publik


Periode ini terjadi pada masa Abbasiyah Awal. Karakter pemikiran ekonomi
Islam pada masa ini adalah penekanan pada pengelolaan APBN. Beberapa
tokohnya antara lain; Abu Ubaid, Yahya bin Umair dan Al Mawardi.
Fase ke-5 Kemapanan Ekonomi
Negara pada puncak kemakmuran dan peradaban, tetapi terlena dengan
kemewahan dunia, sehingga esensi moral menurun. Tokoh pada masa ini
ialah : Abu hamid Al-Ghazali, Nasiruddin At Tussi, Ibn Taimiyah, As
Syatibi, Ibn Khaldun, dan Al Magrizi

Fase ke-6 Fatwa


Pemikiran ekonomi Islam tidak banyak berkembang, hanya berupa fatwa yang
didasarkan pada pendapat imam-imam madzhab sebelumnya. Fase ini
terjadi pada masa Utsmaniyah Awal hingga Utsmaniyah Pertengahan.
Diantara tokohnya adalah; Syah Waliallah (w.1176H/1762M).
Fase ke-7 Modernisasi
Tidak banyak dijumpai pemikiran ekonomi islam, karna dipenuhi
dengan pemikiran ekonomi barat. Periode ini dimulai dari masa
Ustmaniyah hingga pasca perang dunia ke 2.

Fase ke-8 Kebangkitan Pemikiran Ekonomi Islam


Pasca perang dunia ke 2 hingga saat ini. Tokoh pemikiran ekonomi islam
adalah M. Abdul Mannan, Sayyed Mahmud Taleghani, Baqr Ash
Shadr, Taqiyyudin An Nabhanni, M Najetullah Siddiqi, Umar Chapra,
Sayyed Nawab Heidar Naqvi dan Monzer Kahf.
Kehidupan Rasulullah dan masyarakat muslim di
masa beliau adalah teladan yang paling baik,
termasuk dalam bidang ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai