Anda di halaman 1dari 2

Pengaruh Tanggung Jawab Moral Terhadap

Krisis Ekonomi
Pada umumnya, masyarakat sering mengasosiasikan ekonomi dengan
uang, padahal pengertian ekonomi tidak sesempit itu. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), ekonomi adalah ilmu mengenai asas-asas produksi,
distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti hal keuangan,
perindustrian, dan perdagangan. Jika masyarakat lapar, ada sebagian masyarakat
yang memproduksi makanan, jika masyarakat ingin tempat tinggal, ada
sebagian masyarakat yang menyediakan tempat tinggal, jika masyarakat ingin
bepergian, ada sebagian masyarakat yang menyediakan jasa angkutan. Hal-hal
tersebut bertujuan untuk menciptakan situasi di mana masyarakat dapat
memenuhi kebutuhannya. Namun, hal tersebut tidak hanya dapat dicapai
dengan mengelola kebutuhan secara proporsional. Dalam praktiknya, moral
memiliki peran dalam menciptakan kesetimbangan ekonomi suatu negara.

Dalam masyarakat, moral sering dipahami sebagai baik atau buruknya


perilaku seseorang. Seseorang yang mencuri uang dianggap memiliki moral
yang buruk, seseorang yang membantu orang lain dianggap memiliki moral
yang baik. Namun, cakupan moral dalam ekonomi tidak sesederhana itu. Dalam
dunia ekonomi, cakupan “tanggung jawab moral” bisa jadi sangat kompleks dan
memiliki dampak yang sangat luas hingga dapat menyebabkan krisis ekonomi
yang luar biasa atau disebut moral hazard.

Istilah moral hazard, biasanya diucapkan oleh perusahaan asuransi.


Ketika ada pihak yang memiliki tanggung jawab moral tertentu, tetapi tidak
memiliki tanggung jawab legal. Misalnya asuransi kebakaran rumah, dimana
pemilik rumah membayar premi, sementara perusahaan asuransi akan
membayar ganti rugi jika rumah tersebut terbakar. Dalam hal ini, ada saja
pemilik rumah yang mengurangi standard keamanan rumahnya karena merasa
telah aman dengan membayar premi asuransi. Untuk mencegah hal demikian,
pihak asuransi mewajibkan semua pelanggannya untuk menjaga rumah mereka
seoptimal mungkin dari kebakaran, misalnya dengan menyediakan tabung
pemadam api, dengan membangun rumah menggunakan bahan yang tak mudah
terbakar, pengecekan listrik dan bahan-bahan yang mudah terbakar. Sehingga
jika kebakaran terjadi karena disebabkan ketidakpatuhan pihak pemilik rumah,
perusahaan asuransi tidak akan menggantinya. Sayangnya tidak semua moral
hazard bisa diatasi semudah itu, dan itulah yang bisa menyebabkan krisis
ekonomi dengan skala luas.

Hal ini pernah menimpa negara adidaya Amerika Serikat dan Eropa
dalam kasus berbeda dari asuransi, yaitu sebuah kebijakan. Mulai sejak tahun
2008, 4.4 juta kepala keluarga di AS kehilangan pekerjaan, lembaga keuangan
di Eropa banyak yang tutup, kekayaan negara AS terkuras untuk membayar
kredit macet rakyatnya, harga emas, saham, obligasi di AS anjlok sampai jadi
sangat murah. Hal tersebut adalah dampak dari diberlakukannya kebijakan
untuk memberikan kredit rumah kepada siapapun yang memintanya. Mereka
mendapatkan “kredit khusus” untuk orang-orang yang tidak mampu, kredit itu
disebut dengan subprime mortage atau “kredit rumah di bawah primer”. Lebih
tepat disebut “kredit rumah di bawah standard”.

Krisis ekonomi akhirnya pecah tahun 2008 ketika terlalu banyak kredit
macet terjadi, terlalu banyak orang menjual rumahnya, sampai penawaran
rumah melampaui permintaan rumah. Harga rumah berhenti naik, malah
cenderung turun. Para pemilik rumah panik, karena nilai jual rumahnya merosot
sehingga tidak lagi bisa menjadi penjaminan jika mereka tidak mampu
membayar kredit, baik untuk kredit rumah itu sendiri, maupun kredit barang
konsumsi yang mereka beli dengan kartu kredit.

Anda mungkin juga menyukai