Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Peranan Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pembangunan


Nasional”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebijakan Fiskal dan Moneter


Dosen Pengampu: Budi Budiman, M.Ag., M.Si

Disusun oleh:
Mela Fitria H 1178020137
Muhamad Albyan 1178020146
Muhammad Rifqi Muzakki 1178020159
Muhammad Salman Alfarizi 1178020162
Muhammad Zahid Zahran 1178020163

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI


BANDUNG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberhasilan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh banyak faktor
yang dimiliki masing-masing negara, antara lain seperti sistem ekonomi,
ketersediaan sumber daya, teknologi, efisiensi, budaya, kualitas manusia dan
kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan
menentukan seberapa besar peran pemerintah dalam proses pembangunantersebut,
serta pola kebijakan yang dilakukan. Dalam konsep ekonomi dikenal dua
kebijakan ekonomi yang utama, yaitu kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.
Kebijakan moneter merupakan pengendalian sektor moneter, sedangkan kebijakan
fiskal merupakan pengelolaan anggaran pemerintah (budget) dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peran Kebijakan Fiskal dalam Pembangunan


Peranan kebijakan fiskal dalam pembangunan dalam kenyataannya
menunjukkan bahwa volume transaksi yang diadakan oleh pemerintah di
kebanyakan negara dari tahun ke tahun bertendensi untuk meningkat lebih cepat
daripada meningkatnya pendapatan nasional. Ini berarti bahwa peranan dari
tindakan fiskal pemerintah dalam turut menentukan tingkat pendapatan nasional
lebih besar. Untuk negara-negara yang sudah maju perekonomiannya, peranan
tindakan fiskal pemerintah semakin besar dalam mekanisme pembentukan tingkat
pendapatan nasional terutama dimaksudkan agar supaya pemerintah dapat lebih
mampu dalam mempengaruhi jalannya pembangunan perekonomian.
Adapun kebijakan fiskal sebagai sarana menggalakan pembangunan
ekonomi memiliki peran:
a. Untuk meningkatkan laju investasi
Kebijakan fiskal berperan meningkatkan dan memacu laju investasi
disektor swasta dan sektor Negara. Selain itu, kebijakan fiskal juga dapat
dipergunakan untuk mendorong dan menghambat bentuk investasi tertuntu.
Dalam rangka itu pemerintah harus menerapkan kebijaan investasi berencana
di sektor publik, namun pada kenyataannya dibeberapa negara berkembang
dan tertinggal terjadi suatu problem yaitu dimana langkanya tabungan
sukarela, tingkat konsumsi yang tinggi dan terjadi investasi dijalur yang tidak
produktif dari masyarakat dinegara tersebut. Hal ini disebabkan tidak
tersedianya modal asing yang cukup, baik swasta maupun pemerintah. Oleh
karena itu kebijakan fiskal memberikan solusi yaitu kebijakan fiskal dapat
meningkatkan rasio tabungan inkremental yang dapat dipergunakan untuk
meningkatkan, memacu, mendorong dan menghambat laju investasi.
b. Untuk mendorong investasi optimal secara sosial

2
Kebijakan fiskal berperan untuk mendorong investasi optimal secara
sosial, dikarenakan investasi jenis ini memerlukan dana yang besar dan cepat
yang menjadi tangunggan negara secara serentak berupaya memacu laju
pembentukkan modal. Nantinya invesati optimal secara sosial bermanfaat
dalam pembentukkan pasar yang lebih luas, peningkatan produktivitas dan
pengurangan biaya produksi.
c. Untuk meningkatkan kesempatan kerja
Untuk merealisasikan tujuan ini, kebijakan fiskal berperan dalam hal
pengelolan pengeluaran seperti dengan membentuk anggaran belanja untuk
mendirikan perusahaan negara dan mendorong perusahaan swasta melalui
pemberian subsidi, keringanan dan lain-lainnya sehingga dari pengupayaan
langkah ini tercipta tambahan lapangan pekerjaan. Namun, langkah ini harus
juga diiringi dengan pelaksanaan program pengendalian jumlah penduduk.
d. Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidakstabilan
internasional
Kebijakan fiskal memegang peranan kunci dalam mempertahankan
stabilitas ekonomi menghadapi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal.
Dalam rangka mengurangi dampak internasional fluktuasi siklus pada masa
boom, harus diterapkan pajak ekspor dan impor. Pajak ekspor dapat menyedot
rejeki nomplok yang timbul dari kenaikkan harga pasar. Sedangkan bea impor
yang tinggi pada impor barang konsumsi dan barang mewah juga perlu untuk
menghambat penggunaan daya beli tambahan.
e. Untuk menanggulangi inflasi
Kebijakan fiskal meimiliki peran untuk menanggulangi inflasi salah
satunya adalah dengan cara penetapan pajak langsung progresif yang
dilengkapi dengan pajak komoditi, karena pajak seperti ini cendrung
menyedot sebagian besar tambahan pendapatan uang yang tercipta dalam
proses inflasi.
f. Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional
Kebijakan fiskal berperan dalam mendistribusikan pendapatan nasional
terdiri dari upaya meningkatkan pendapatan nyata masyarakat dan

3
mengurangi tingkat pendapatan yang lebih tinggi, upaya ini dapat tercipta
apabila adanya investasi dari pemerintah seperti pelancaran program
pembangunan regional yang berimbang pada berbagai sektor
perekonomian.
2.2 Peran Kebijakan Moneter dalam Pembangunan
Seperti halnya kebijakan fiskal, kebijakan moneter juga diarahkan pada
pencapaian sasaran ekonomi makro. Secara khusus kebijakan moneter ditujukan
untuk menjaga kestabilan nilai rupiah (termasuk di dalamnya kestabilan inflasi
dan nilai tukar) yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan moneter pada dasarnya diarahkan pada tercapainya keseimbangan
antara permintaan dan penawaran uang. Keseimbangan di pasar uang tersebut
merupakan cerminan dari keseimbangan di pasar-pasar Iainnya, antara Iain pasar
barang dan jasa. Sebagai gambaran, jika jumlah uang beredarlebih banyak dari
yang dibutuhkan maka akan mendorong meningkatkan katnya permintaan akan
barang dan jasa. sehingga akan meningkatkan laju inflasi. Dengan demikian,
tujuan utama kebijakan moneter adalah mengatur jumlah uang beredar yang
senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan riil perekonomian. Kebutuhan riil
perekonomian di dalam perencanaan ekonomi makro merupakan sasaran yang
ingin dicapai seperti pertumbuhan ekonomi, infiasi, dan suku bunga.
1. Kebijakan Moneter BI Sebelum UU No.23/1999
Kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia selaku
otoritas moneter mengalami dinamika sejalan tujuan sebagailnana terkandung
dalam Undang-undang yang mendasarinya. Pada saat berlakunya UU No. 13
Tahun 1968 tujuan Bank Indonesia nampak demikian kompleks, yakni selain
mencapai dan menjaga nilai rupiah, juga mengemban tugas- tugas yang terkait
dengan sektor riil. yakni mendorong kegiatan produksi dan memperluas
kesempatan kerja.
Kebijakan moneter dalam kurun waktu berlakunya undang-undang lama
tersebut memperlihatkan cukup besarnya campur tangan bank sentral terhadap
sektor produksi (sektor riil). Berbagai kebijakan yang patut dicatat dalam masa
tersebut dapat dicontohkan di bawah ini.

4
a) Kebijakan Moneter Sebelum 1983
Pengendalian moneter dilakukan secara. langsung, yakni antara lain:
- Pengenaan pagu kredit
- Penetapan suku bunga deposito dan kredit bank-bank
- Penyediaan kredit likuiditas untuk sektor ekonomi tertentu
Kebijakan ini dilatarbelakangi kondisi selama masa oil boom, di mana
pertumbuhan ekonomi tinggi, ketergantungan pada ekspor minyak, neraca
pembayaran mengalami surplus, dan penerimaan pajak rendah.
b) Kebijakan (Paket) Juni 1983
Setelah berakhirnya maasa oil boom tersebut pertumbuhan ekonomi
merosot, neraca pernbayaran defisit, dan terjadi penurunan harga minyak dan
harga barang-barang ekspor nonmigas sehingga dikeluarkan paket kebijakan
Juni 1983 dengan pokok-pokok kebijakan sebagai berikut:
- Penghapusan pagu kredit perbankan
- Pemberian kebebasan kepada bank-bank untuk menetapkan kebijakan
perkreditan, termasuk penetapan suku bunga pinjaman dan deposito
berjangka
- Pembatasan kredit likuiditas Bank Indonesia hanya untuk sektor yang
berprioritas tinggi.
Dengan adanya Pakjun 1983, maka dalam menentukan suku bunga Bank
Indonesia melakukannya secara tidak langsung, yakni melalui reserve
requirement ratio, discount window, dan open market operation (diciptakan
SBI dan SBPU).

c) Kebijakan (Paket) Oktober 1988


Kebijakan yang memberikan iklim kebebasan (deregulasi) tersebut terus
berlanjut dengan munculnya paket 27 Oktober 1988 (Pakto'88) yang secara
umum berisi pokok-pokok sebagai berikut:
- Pemberian peluang untuk membuka cabang bank dan lembaga keuangan
bukan bank (LKBB) pendirian bank baru, dan BPR

5
- Pemberian kebebasan bagi bank-bank untuk mengembangkan produk
simpanan (skim tabungan) dan sertifikat deposito
- Pembukaan dan perluasan bank devisa, pendirian bank campuran (joint
venture banks) dan pembukaan cabang bank asing yang keduanya wajib
menyediakan 50% dari kreditnya untuk ekspor.
- Mengefektifkan implementasi kebijakan moneter (cadangan wajib
minimum diturunkan dari 15% menjadi 2%)
- Mendorong perkembangan pasar modal
Pakto'88 dilatarbelakangi oleh tingginya kebutuhan dana antuk
pembangunan sehingga mobilisasi dana masyarakat perlu ditingkatkan. Di
samping itu juga merupakan upaya untuk memperbaiki kinerja ekspor
nonmigas yang merosot waktu itu, selain untuk menyempurnakan institusi
keuangan yang belum dilakukan pada Pakjun'83.
d) Kebijakan (Paket) Januari 1990
Kebiiakan lanjutan di bidang moneter yang lain adalah dikeluarkannya paket
Januari 1990 yang merupakan upaya penyempurnaan atau langkah untuk
mengatasi ekses-ekses paket kebiiakan sebelumnya, yakni antara lain:
- Mengurangi tekanan inflasi dan kelebihan likuiditas yang dapat
mengganggu upaya pengerahan dana
- Menghilangkan distorsi terhadap mekanisme pasar untuk pembentukan
suku bunga yang wajar.
Pokok-pokok kebijakan yang ditempuh dalam Paket Januari 1990 sebagai
berikut:
- Mewajibkan sekurang-kurangnya 20% dari total kredit bank untuk KUK.
- Kredit likuiditas terbatas pada berprioritas tinggi, seperti produksi pangan,
pengadaan pangan, koperasi dan investasi.
e) Paket Februari 1991
Sekitar setahun sejak Pakjan'90, muncul paket kebijakan Februari 1991
(Pakfeb'91) yang secara umum merupakan upaya untuk mendorong
beroperasinya perbankan dengan prinsip kehati-hatian, yakni:
- Pengelolaan perbankan secara profesionaol dan berhati-hati.

6
- Peningkatan peran Bank Indo-nesia dalam pembinaan perbankan.
f) Paket Mei 1993
Sebagai dampak dari paket sebelumnya yang akhirnya menyebabkan
perbankan enggan untuk memperluas kredit, dan adanya ketentuan kehati-
hatian perbankan yang membatasi perluasan kredit, maka muncul Paket Mei
1993 yang secara umum merupakan upaya untuk mendorong peningkatan
kredit dalam batas yang aman bagi stabilitas perekonomian. dengan pokok-
pokok sebagai berikut:
- Menyempurnakan beberapa ketentuan perbankan agar kondusif bagi
perluasan kredit vang sehat.
- Mendorong perbankan untuk menangani masalah kredit macet secara
konsepsional.
- Mendorong perluasan pembiayaan perbankan bagi usaha kecil dan
mengah.
- Tetap mengendalikan pertumbuhan jumlah uang beredar dan kredit
perbankan dalam batas yang aman bagi stabilitas ekonomi.
2. Kebijakan Moneter BI Setelah UU No.23/1999
Dengan adanya UU No. 23/ 1999 yang diberlakukan sejak tanggal 17
Mel 1999, maka tujuan Bank Indonesia menjadi hanya "mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah" atau biasa disebut dengan istilah tujuan tunggal (single
objective). Kestabilan nilai rupiah tersebut dapat dilihat dari sisi kestabilan
terhadap harga-harga dalam negeri (laju inflasi), dan kestabilan terhadap harga-
harga luar negeri (nilai tukar). Tugas pokok di bidang moneter dalam undang-
undang tersebut dirumuskan sebagai "menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter). Dalam kaitan ini tercermin nuansa independensi pada dua sisi, yakni
Bank Indonesia menetapkan sasaran kebijakan moneter (Goal Independence) dan
Bank Indonesia
menetapkan cara yang diperltlkali untuk Inencapai sasaran tersebut (Instruntent
Independence).
Dalam pengertian inflasi sebagai sasaran tunggal, maka kebijakan Bank
Indonesia dalam mengendalikan inflasi secara tidak langsung juga mengendalikan

7
nilai tukar (kurs). Namun demikian kurs rupiah bukan merupakan sasaran akhir,
tetapi Bank Indonesia menjaga valotilitas kurs dalam rangka mencapai target
inflasi. Ditetapkannya sasaran tunggal inflasi adalah dilatarbelakangi oleh
pemikiran bahwa dalam jangka panjang kebijakan moneter hanya dapat
mempengaruhi laju inflasi, Di Sisi lain inflasi yang rendah arat bagi tercapainya
sasaran ekonomi makro lainnya, seperti pertutnlnlhan ekonomi yang tinggi dan
tingkat pengangguran yang rendah. Selanjutnya target inflasi yang ditctapkan
tersebut dapat menjadi acuan bagi kebijakan ekonomi lainnva. Hal ini disebutkan
dalam Undang-undang No. 23/1999 bahwa Bank Indonesia pada awal tahun
mengumumkan besaran-besaran moneter dengan memperhatikan sasaran laiu
inflasi.
2.3 Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter di Masyarakat Secara Umum
Secara umum dampak serta manfaat dari diberlakukannya Kebijakan Fiskal
dan Moneter di Masyarakat adalah sebagi berikut:
a. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada suatu negara menjadi tujuan dari
diberlakukannya kebijakan fiskal (fiscal policy). Saat perekonomian
meningkat maka perkembangan bisnis semakin nyata dan masyarakat akan
memperoleh pendapatan yang tinggi pula. Pendapatan masyarakat yang tinggi
menjadi tolak ukur kesejahteraan bangsa secara keseluruhan. Upaya
pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui fiscal policy
adalah dengan mengurangi pajak. Di sisi kebijkan moneter pengaturan nilai
suku bunga dapat memacu persaingan dan aktivitas ekonomi sebuah negara.
Kebijakan suku bunga bisa membuat nilai mata uang menguat dan
meningkatkan posisi mata uang tersebut saat digunakan dalam perdagangan
internasional. Semakin subur ladang perekonomian di dalam dan luar negeri
membuat banyak orang mendapatkan imbasnya. Hal seperti peningkatan
tingkat pendapatan dan pengurangan pengangguran bisa terjadi. Jika hal ini
berjalan lama, pertumbuhan ekonomi negara-pun mampu tercapai.
b. Membuka Lapangan/Kesempatan Kerja

8
Seperti yang disinggung di atas, peningkatan kegiatan ekonomi berarti
kebutuhan tenaga kerja-pun akan naik. Kenaikan ini tentunya membuat
banyak lapangan kerja menjadi tersedia. Contoh saja, melalui kebijakan
moneter yang baik, para investor asing banyak yang datang dan membuka
perusahaannya di sini. Jika sudah begitu, masyarakat makin mudah mendapat
pekerjaan.
Di sisi fiskal kebijakan yang bisa diambil yakni mengurangi pajak.
Dengan menerapkan kebijakan tersebut, perekonomian akan terdorong dan
menyebabkan perusahaan-perusahaan melakukan ekspansi. Hal ini akan
secara bersamaan mendorong lapangan meningkatnya lapangan pekerjaan
untuk mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.
c. Menciptakan Kestabilan Harga
Harga barang tentu berkaitan dengan jumlah uang yang beredar dalam
masyarakat. Jumlah uang beredar ini sangat mempengaruhi tingkat inflasi.
Selama banyak uang beredar banyak, nilai inflasi akan tinggi. Nilai inflasi
inilah yang menimbulkan peningkatan harga. Jika tidak hati – hati dalam
mengontrol hal ini, inflasi dapat menyebabkan krisis seperti pada tahun 1998
dan 2008 lalu.
Jika sampai terjadi krisis, harga – harga barang melejit tinggi. Jika sudah
begitu banyak orang tidak mampu memenuhi kebutuhannya karena harganya
yang tinggi, hal inilah yang menyebabkan tingkat kemiskinan akan meningkat.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam
rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh
pemerintah untuk membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan
pembangunan. Atau dengan kata lain, kebijakan fiskal adalah kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran Negara.
Sedangkan kebijakan moneter adalah peraturan ataupun keputusan yang diambil
bank demi mempengaruhi perkembangan faktor-faktor moneter agar sesuai
dengan target yang ingin dicapai.
Pengambilan kebijakan fiskal dan moneter yang tepat akan mempengaruhi
lancar tidaknya proses pembangunan yang akan dilaksanakan pemerintah dalam
rangka pemperbaiki perekonomian, semakin lancar pembangunan akan
berdampak semakin lancarnya distribusi barang dan jasa sehingga akan membuat
iklim investasi semakin baik. Investor akan berani untuk menginvestasikan modal
yang dimiliki di negara yang mempunyai pembangunan infrastruktur yang baik
sehingga semakin banyak investasi maka akan membuat perekonomian di negara
tersebut semakin baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alim, Sahid. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro Kebijakan Moneter dan
Fiskal. Bandung: Sinar Press.

Arief, Amril. 2002. "Peranan Kebijakan Moneter dalam Pembangunan Ekonomi


Nasional." Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan, vol. 3, no.1.

Isnaini, Desi. 2017. “Peranan Kebijakan Fiskal dalam Sebuah Negara”AL-INTAJ


Vol. 3, No. 1. Bengkulu: IAIN Bengkulu.

Rahayu, Ani Sri. 2014. Pengantar Kebijakan Fiskal. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudirman, I. Wayan. 2011. Kebijakan Fiskal dan Moneter: Teori dan Empirikal.
Jakarta: Kencana.

11

Anda mungkin juga menyukai