Anda di halaman 1dari 3

Etika dan Sistem Ekonomi

Etika pada intinya mempelajari perilaku atau tindakan manusia baik individu maupun kelompok
atau lembaga yang dianggap baik atau tidak. Hal ini dapat dinilai dengan melihat manfaat dan
kerugian yang ditimbulkan akibat tindakan seseorang, tindakan dalam menciptakan kebahagiaan
seseorang, dan kemampuan tindakan dalam meningkatkan keimanan/kesadaran spiritual
seseorang

Sistem ekonomi adalah seperangkat unsur (manusia, lembaga, wilayah, sumber daya) yang
terkoordinasi untuk mendukung peningkatan produksi serta pendapatan untuk menciptakan
kemakmuran masyarakat. Berpegang pada pemahaman ini maka seharusnya semua konsep
ekonomi bersifat etis. Namun dalam pengimplementasiannya sistem ekonomi seperti komunis,
kapitalis, dan Pancasila memunculkan beberapa dampak negative. Dampak yang paling sering
tampak adalah kerusakan lingkungan, selain itu adanya ketimpangan social antara yang kaya
dengan yang miskin. Ada juga kecenderungan korupsi, kolusi dan nepotisme.

Kesimpulannya adalah bahwa sistem ekonomi dapat memunculkan persoalan yang bersifat tidak
etis. Etis tidaknya suatu tindakan lebih disebabkan oleh tingkat kesadaran individual para pelaku
dalam aktivitas ekonomi (oknum birokrasi, pejabat Negara, pemimpin perusahaan) bukan pada
sistem ekonomii yang dipilih suatu Negara.

Pengertian dan Peranan Bisnis

Bisnis dimaknai sebagai kegiatan menghasilkan barnag dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Maka aktivitas bisni sudah ada sejak manusia ada di bumi karena manusia selalu
memerlukan barang dan jasa untuk bertahan hidup.

Pada zaman dahulu kegiatan bisnis umat manusia adalah berburu dan mengumpulkan barang-
barnag yang sudah disediakan alam. Kemudian seiring berkembangnya peradaban dan
perkembangan zaman mulai timbul pertukaran barang dengan barang atau barter. Lalu dengan
diperkenalkan uang sebagai alat tukar menukar ditunjang dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, saat ini tidak ada satu ornang atau satu Negara yang mampu memenuhi kebutuhan
barang dan jasanya sendiri sehingga timbullah pertukaran atau perdagangan antar Negara.
Pengertian aktivitas bisnis kini menjadi lebih luas. Aktivitas bisnis bukan saja kegiatan dalam
menghasilkan barang dan jasa tetapi juga termasuk kegiatan mendistribusikan barang dan jasa
kepada pihak-pihak yang membutuhkan serta aktivitas lain yang mendukung kegiatan produksi
dan distribusi barang dan jasa. Kini aktivitas bisni menjadi tulang punggung perekonomian
Negara. Kegiatan bisnis menjadi sumber penerimaan pokok dalam APBN melalui perpajakan,
bea masuk, dan cukai. Kegiatan bisnis juga menjadi sumber penghasilan dan lapangan pekerjaan
bagi banyak orang. Ditinjau dari beberapa manfaat ini maka dapat dikatakan bahwa aktivitas
bisnis bersifat etis.

Namun dalam realita masih dijumpai pro dan kontra tentang etis tidaknya suatu aktivitas bisnis.
Sonny Keraf mengungkapkan dua pandangan mengenai aktivitas bisnis. Pandangan praktis-realis
melihat tujuan bisnis adalah mencari keuntungan, sementara pandangan idealis memandang
bahwa tujuan pokok bisnis adalah memenuhi kebutuhan masyarakat dan keuntungan adalah
akibat dari kegiatan bisnis. Kaitannya dengan etika dua pandangan ini mempunyai konsekuensi
yang berbeda berdasarkan tingkat kesadaran para pelaku bisnis.

Lawrence, Weber, dan Post menyatakan budaya etis sebagai pemahaman tak terucap dari semua
karyawan tentang perilaku yang dapat dan tidak dapat diterima. Yang menentukan derajad
keetisan sebuah kegiatan bisnis adalah orang kunci di belakang bisnis bukan bisnis itu sendiri.

Lima Dimensi Bisnis

1. Dimensi ekonomi
Dari sudut pandang ekonomi bisnis adalah kegiatan produktif dengan tujuan memperoleh
keuntungan. Bisnis adalah tulang punggung kegiatan ekonomi tanpa bisnis tidak ada
kegiatan ekonomi. Bagi para pelaku bisnis berusaha untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya adalah sah-sah saja. Ilmu manajemen dan akuntansi mengajarkan teknik
untuk memperoleh keuntungan optimal. Sebenarnya keuntungan merupakan ukuran
tingkat efisiensi perusahaan karena keuntungan menggambarkan hasil yang diperoleh
setelah dikurangi harta yang dikorbankan.
2. Dimensi etis
Dilihat dari dimensi etis bisnis masih menjadi pro dan kontra, hal ini dikarenakan belum
semua pihak memiliki pemahaman yang sama mengenai pengertian etika dan ukuran
yang tepat untuk menilai etis tidaknya suatu tindakan bisnis. Maka diperlukan acuan
khusus untuk membahas bisnis dari dimensi etis. Acuan yang dipakai yaitu (a) defenisi
etika adalah tinjauan kritis tentang baik tidaknya suatu perilaku atau tindakan (b) ukuran
penilaian menggunakan tiga tingkat kesadaran, yaitu kesadaran hewani (teori egoism),
kesadaran manusiawi (teori utilitarianisme), dan kesadaran spiritual/transcendental (teori
teonom).
Dari dua acuan di atas dapat dijelaskan pertama, kegiatan bisnis adalah kegiatan
produktif artinya kegiatan menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa untuk
kehidupan manusia. Hal ini menandakan bahwa bisnis bersifat etis. Kedua, bila dilihat
dari pihak yang mem[eroleh manfaat dan keuntungan dari suatu kegiatan bisnis (masalah
keadilan distribusi keuntungan) dan tindakan bisnis dalam merealisasikan keuntungan itu,
isu etika muncul untuk memberikan penilaian atas dampak negative yang ditimbulkan
bagi masyarakat dan lingkungan alam.
3. Dimensi hukum

Anda mungkin juga menyukai