Dalam hal ini fungsi iklan mirip dengan fungsi propaganda politik yang berusaha
mempengaruhi massa pemilih. Dengan kata lain, fungsi iklan adalah untuk
menarik massa konsumen untuk membeli produk itu. Caranya dengan
menampilkan model iklan yang manupulatif, persuasif, dan tendensius dengan
maksud untuk menggiring konsumen untuk membeli produk tersebut. Karena itu,
model iklan ini juga disebut sebagai iklan manipulatif
Secara etis, iklan manipulasi jelas dilarang karena iklan semacam itu benar-
benar memanipulasi manusia, dan segala aspek kehidupannya, sebagai alat
demi tujuan tertentu di luar diri manusia. Iklan persuasif sangat beragam
sifatnya sehingga kadang-kadang sulit untuk dinilai etis tidaknya iklan
semacam itu. Bahkan batas antara manipulasi terang-terangan dan persuasi
kadang-kadang sulit ditentukan.
2. Iklan sebagai pendapat umum
Untuk bisa membuat penilaian yang lebih memadai mengenai iklan persuasif, ada
baiknya kita bedakan dua macam persuasi: persuasi rasional dan persuasi non-
rasional. Persuasi rasional tetap mengahargai otonomi atau kebebasan individu
dalam membeli sebuah produk, sedangkan persuasi non-rasional tidak
menghiraukan otonomi atau kebebasan individu.
Ada beberapa persoalan etis yang ditimbulkan oleh iklan, khususnya iklan yang manipulatif
dan persuasif non-rasional.
Ketiga, yang menjadi persoalan etis yang serius adalah bahwa iklan
manipulatif dan persuasif non-rasional malah membentuk dan menentukan
identitas atau citra memiliki barang sebagaimana ditawarkan iklan. Ia belum
merasa diri penuh kalau belum memakai minyak rambut seperti diiklankan
bintang film terkenal, dan seterusnya. Identitas manusia modern lalu hanyalah
identitas massal, serba sama, serba tiruan, serba polesan, serba instan.
4. iklan merongrong rasa keadilan sosial masyarakat
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa iklan yang dan karena itu secara moral dikutuk
adalah iklan yang secara sengaja menyampaikan pernyataan yang tidak sesuai dengan
kenyataan dengan maksud menipu atau yang menampilkan pernyataan yang bisa
menimbulkan penafsiran yang keliru pada pihak konsumen yang sesungguhnya berhak
mendapatkan informasi yang benar apa adanya tentang produk yang ditawarkan dalam
pasar.
Jadi, paling tidak ada tiga kondisi yang bias dikategorikan sebagai menipu :
1. Pernyataan yang salah secara sengaja dengan maksud memperdaya orang lain
2. Pertanyataan yang salah itu berkaitan dengsn janji kepada pihak yang dituju untuk
mengatakan apa adanya
3. Pernyataan salah itu diberikan kepada orang yang berhak mengetahui kebenarannya
4. Kebebasan Konsumen
Setelah kita melihat fungsi iklan, masalah etis dalam iklan, dan makna etis dari menipu dalam iklan,
ada baiknya kita singgung sekilas mengenai peran iklan dalam ekonomi, khususnya pasar. Iklan
merupakan suatu aspek pemasaran yang penting, sebab iklan menentukan hubungan antara produsen dan
konsumen. Secara lebih konkrit, iklan menentukan pula hubungan penawaran dan permintaan antara
produsen dan pembeli, yang pada gilirannya ikut pula menentukan harga barang yang dijual dalam pasar.
Kode etik periklananan tentu saja sangat diharapkan untuk membatasi pengaruh iklan ini. Tetapi,
perumusan kode etik ini harus melibatkan berbagai pihak: ahli etika, konsumen (atau lembaga konsumen), ahli
hukum, pengusaha, pemerintah, tokoh agama dan tokoh masyarakat tertentu, tanpa harus berarti merampas
kemandirian profesi periklanan. Yang juga penting adalah bahwa profesi periklanan dan organisasi profesi
periklanan perlu benar-benar punya komitmen moral untuk mewujudkan iklan yang baik bagi masyarakat.
Namun, kalau ini pun tidak memadai, kita membutuhkan perangkat legal politis, dalam bentuk aturan
perundang-undangan tentang periklanan beserta sikap tegas tanpa kompromi dari pemerintah, melalui
departemen terkait, untuk menegakkan dan menjamin iklan yang baik bagi masyarakat. bertentangan
Ditinjau dari segi fungsi atau model iklan, kita bisa langsung menyimpulkan bahwa iklan
yang disajikan dalam bentuk persuasi non-rasional bertntangan dengan prinsip kebebasan
konsumen. Namun, kita juga bisa mempertanyakan, apakah iklan yang menggunakan kebebasan
individu? Betapa pun rasionalnya persuasi itu, sulit sekali mempertanyakan bahwa iklan akan
tetap netral dan tetap menghargai kebebasan konsumen.
Iklan informatif pun belum tentu netral dan tidak merongrong kebebasan konsumen dalam
menentukan pilihan barang dan jasa tertentu. Ditinjau dari sudut pandang Galbraith, iklan yang
informatif tidak lagi netral karena informasi yang disampaikan telah menciptakan kebutuhan atau
paling kurang keinginan dalam diri konsumen.
5. Studi kasus
Contoh kasus produk shampoo Pantene, Dove dan Sunsilk pada
media iklan televisi :
Pada shampoo Dove mereka juga menampilkan model dan penyanyi terkenal, mereka juga
menyatakan bahwa Dove adalah shampoo terbaik dan para artis tersebut menampilkan rambut
indah setelah menggunakan shampoo tersebut. Selain menampilkan rambut indah para artis juga
menyatakan bahwa shampoo Dove lebih baik dan mereka berkata Dove I Love It.
Contoh kasus produk shampoo Pantene, Dove dan Sunsilk pada
media iklan televisi :
C. Analisis dari segi Etika Bisnis :
Jadi, menurut kelompok kami dapat disimpulkan bahwa produk-produk shampoo yang mempromosikan
shampoonya melalui media iklan televisi masih kurang baik. Hal ini disebabkan produk yang
ditayangkan saling menjatuhkan satu sama lain, dan juga belum terbukti kenyataannya seperti yang
diperlihatkan oleh artis-artis pada produk shampoo tersebut. Konsumen juga merasa dibuat bingung
untuk memutuskan produk shampoo mana yang sesuai dengan jenis rambut para konsumen.
Etika secara moral para produsen juga harus menjalankan kewajibannya untuk bertanggung jawab atas
iklan yang ditayangkan. Bertanggung jawab atas memberikan informasi yang jelas agar para konsumen
tidak merasa kecewa telah menggunakan produknya. Dan memberikan fakta bukan janji-janji palsu atas
penayangan iklan produk mereka.
Berdasarkan sudut pandang keadilan konsumen, kenyataannya masih banyak konsumen yang belum
mendapat keadilan penuh setelah menggunakan produk shampoo. Hal ini dikarenakan produsen
shampoo memasang iklan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Kenyataan bahwa tidak semua warga
Indonesia yang memiliki rambut lurus dan indah, tetapi iklan-iklan shampoo yang ditampilkan dimedia
televisi menampilkan artis-artis yang setelah menggunakan shampoo tersebut akan memiliki rambut
lurus, indah dan tidak rontok, kenyataannnya tidak semua orang yang memakai shampoo akan memiliki
rambut lurus dan tidak rontok.
Contoh kasus produk shampoo Pantene, Dove dan Sunsilk pada
media iklan televisi :
D.Solusi: