PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
informasi, iklan dapat tetap dapat tampil menarik tanpa keinginan untuk memanipulasi
masyarakat.
Sehubungan dengan iklan sebagai pemberi informasi yang benar kepada konsumen,
ada tiga pihak yang terlibat dan bertanggung jawab secara moral atas informasi yang
disampaikan sebuah iklan. Pertama, produsen yang memeiliki produk tersebut. Kedua, biro
iklan yang mengemas iklan dalam segala dimensi etisnya: etis, estetik, infomatif, dan
sebagainya. Ketiga, bintang iklan.
Dalam perkembangan di masa yang akan datang, iklan informatif akan lebih di
gemari. Karena, pertama, masyarakat semakin kritis dan tidak lagi mudah didohongi atau
bahkan ditipu oleh iklan-iklan yang tidak mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya.
Kedua, masyarakat sudah bosan bahkan muak dengan berbagai iklan hanya melebih-lebihkan
suatu produk. Ketiga, peran Lembaga Konsumen yang semakin gencar memberi informasi
yang benar dan akurat kepada konsumen menjadi tantangan serius bagi iklan.
3
yang mengandalkan persuasi rasional lebih menekankan isi iklan yang mau disampaikan
.jadi,kebenaran iklan itulah yang ditonjolkan dan dengan demikian konsumen terdorong
untuk membeli produk tersebut.maka,iklan semacam itumemang berisi informasi yang
benar,hanya saja kebenaran informasi tersebut ditampilkan dalam wujud yang sedemikian
menonjol dan kuat sehingga konsumen terdorong untuk membelinya.dengan kata
lain,persuasinya didasarkan pada fakta yang bisa dipertanggung jawabkan.
Berbada dengan persuasi rassional, non-rasional umumnya hanya memanfaatkan
aspek (kelemahan) psikologis manusia untuk membuat konsumen bisa terpukau, tertarik, dan
terdorong untuk membeli produk yang diiklankan itu. Daya persuasinya tidak pada argumen
yang berifat rasional, melainkan pada cara penampilan. Maka, yang di pentingkan adalah
kesan yang ditampilkan dengan memanfaatkan efek suara (desahan), mimik, lampu, gerakan
tubuh, dan semacamnya. Juga logikaiklan tidak diperhatikan dengan baik.
Iklan yang menggunakan cara persuasi dianggap tidak etis kalau persuasi itu bersifat
non-rasional. Pertama, karena iklan semacam itu tidak mengatakan mengenai apa yang
sebenarnya, melainkan memanipulasi aspek psikologis manusia melalui penampilan iklan
yang menggiurkan dan penuh bujuk rayu. Kedua, karena iklan semacam ini merongrong
kebebasan memilih pada konsumen. Konsumen dipaksa dan didorong secara halus untuk
mengikuti kemauan pengiklan , bukan atas dasar pertimbangan yang rasional dan terbukti
kebenaranya.
4
2. Kedua, dalam kaitan dengan itu, iklan manipulatif dan persuasif non-rasional
menciptakan kebutuhan manusia dengan akibat manusia modern menjadi
konsumtif. Secara ekonomis hal ini tidak baik karena dengan demikian akan
menciptakan permintaan ikut menaikkan daya beli masyarakat. Bahkan, dapat
memacu prduktivitas kerja manusia hanya memenuhi kebutuhan hidupnya yang
bertambah dan meluas itu. Namun, di pihak lain muncul masyarakat konsumtif, di
mana banyak dari apa yang dianggap manusia sebagai kebutuhannya sebenarnya
bukan benar-benar kebutuhan.
3. Ketiga, yang menjadi persoalan etis yang serius adalah bahwa iklan manipulatif
dan persuasif non-rasional malah membentuk dan menentukan identitas atau citra
memiliki barang sebagaimana ditawarkan iklan. Ia belum merasa diri penuh kalau
belum memakai minyak rambut seperti diiklankan bintang film terkenal, dan
seterusnya. Identitas manusia modern lalu hanyalah identitas massal, serba sama,
serba tiruan, serba polesan, serba instan.
4. Keempat, bagi masyarakat Indonesia dengan tingkat perbedaan ekonomi dan
sosial yang tinggi, iklan merongrong rasa keadilan sosial masyarakat. Iklan yang
menampilkan yang serba mewah sangat ironis dengan kenyataan sosial di mana
banyak anggota masyarakat masih berjuang untuk sadar hidup. Iklan yang mewah
tampil seakan tanpa punya rasa solidaritas dengan sesamanya yang miskin.
Kendati dalam kenyataan praktis sulit menilai secara umum etis tidaknya iklan
tertentu, ada baiknya kami paaparkan beberapa prinsip yang kiranya perlu diperhatikan dalam
iklan.
1. Pertama, iklan tdak boleh menyampaikan informasi yang palsu dengan maksud
memperdaya konsumen. Masyarakat dan konsumen tidak boleh diperdaya oleh
iklan untuk membeli produk tertentu. Mereka juga tidak boleh dirugikan hanya
karenatelah diperdaya oleh iklan tertentu.
2. Kedua, iklan wajib menyampaikan semua informasi tentang produk tertentu,
khususnya menyangkut keamanan dan keselamatan manusia.
3. Ketiga, iklan tidak boleh mengarah pada pemaksaan, khususnya secara kasar dan
terang-terangan.
4. Keempat, iklan tidak boleh mengarah pada tindakan yang bertentangan dengan
moralitas: tindak kekerasan, penipuan, pelecehan seksual, diskriminasi,
perendahan martabat manusia dan sebagainya.
5
2.3 Makna Etis Menipu dalam Iklan
Entah sebagai pemberi informasi atau sebagai pembentuk pendapat umum, iklan pada
akhirnya membentuk citra sebuah produk atau bahkan sebuah perusahaan di mata
masyarakat. Citra ini terbentukk bukan terutama karena bunyi atau penampilan iklan itu
sendiri, melainkan terutama terbentuk oleh kesesuaian antara kenyataan sebuah produk yang
diiklankan dengan apa yang disampaikan dalam iklan itu, entah secara tersurat ataupun
tersirat. Karena itu, iklan sering dimaksudkan sebagai media untuk mengungkapkan hakikat
dan misi sebuah perusahaan atau produk.
Prinsip etika bisnis yang paling relevan di sini adalah prinsip kejujuran, yakni
mengatakan hal yang benar dan tidak menipu. Prinsip ini tidak hanya menyangkut
kepentingan banyak orang, melainkan juga pada akhirnya menyangkut kepentingan
perusahaan atau bisnis seluruhnya sebagai sebuah profesi yang baik.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa iklan yang dan karena itu secara moral
dikutuk adalah iklan yang secara sengaja menyampaikan pernyataan yang tidak sesuai
dengan kenyataan dengan maksud menipu atau yang menampilkan pernyataan yang bisa
menimbulkan penafsiran yang keliru pada pihak konsumen yang sesungguhnya berhak
mendapatkan informasi yang benar apa adanya tentang produk yang ditawarkan dalam pasar.
Jadi, paling tidak ada tiga kondisi yang bias dikategorikan sebagai menipu :
1. Pernyataan yang salah secara sengaja dengan maksud memperdaya orang lain
2. Pertanyataan yang salah itu berkaitan dengsn janji kepada pihak yang dituju untuk
mengatakan apa adanya
3. Pernyataan salah itu diberikan kepada orang yang berhak mengetahui
kebenarannya
Dengan kata lain, berdasarkan prinsip kejujuran, iklan yang baik dan diterima secara moral
adalah iklan yang mem beri pernyataan atau informasi yang benar sebagaimana adanya.
6
Kode etik periklananan tentu saja sangat diharapkan untuk membatasi pengaruh iklan
ini. Tetapi, perumusan kode etik ini harus melibatkan berbagai pihak: ahli etika, konsumen
(atau lembaga konsumen), ahli hukum, pengusaha, pemerintah, tokoh agama dan tokoh
masyarakat tertentu, tanpa harus berarti merampas kemandirian profesi periklanan. Yang juga
penting adalah bahwa profesi periklanan dan organisasi profesi periklanan perlu benar-benar
punya komitmen moral untuk mewujudkan iklan yang baik bagi masyarakat. Namun, kalau
ini pun tidak memadai, kita membutuhkan perangkat legal politis, dalam bentuk aturan
perundang-undangan tentang periklanan beserta sikap tegas tanpa kompromi dari pemerintah,
melalui departemen terkait, untuk menegakkan dan menjamin iklan yang baik bagi
masyarakat. bertentangan
Ditinjau dari segi fungsi atau model iklan, kita bisa langsung menyimpulkan bahwa
iklan yang disajikan dalam bentuk persuasi non-rasional bertntangan dengan prinsip
kebebasan konsumen. Namun, kita juga bisa mempertanyakan, apakah iklan yang
menggunakan kebebasan individu? Betapa pun rasionalnya persuasi itu, sulit sekali
mempertanyakan bahwa iklan akan tetap netral dan tetap menghargai kebebasan konsumen.
Iklan informatif pun belum tentu netral dan tidak merongrong kebebasan konsumen
dalam menentukan pilihan barang dan jasa tertentu. Ditinjau dari sudut pandang Galbraith,
iklan yang informatif tidak lagi netral karena informasi yang disampaikan telah menciptakan
kebutuhan atau paling kurang keinginan dalam diri konsumen.
Kedua produk shampoo ini sama-sama berasal dari PT Unilever Tbk. Shampoo Sunsilk lebih
dulu diperkenalkan dibandingkan shampoo dove. Tidak jauh berbeda dengan iklan yang
ditayangkan keduanya. Kedua shampoo tersebut mempromosikan produknya dengan
7
menampilkan artis dan penyanyi yang sama-sama terkenal, yang menampilkan rambut indah
setelah menggunakan shampoo tersebut. Pada shampoo Sunsilk selain menampilkan artis
terkenal mereka juga lebih meyakinkan konsumen dengan bekerja sama oleh para pakar
rambut di dunia. Sunsilk juga menampilkan performance Ariel bagi wanita yang beruntung
menggunakan shampoo sunsilk.
Pada shampoo Dove mereka juga menampilkan model dan penyanyi terkenal, mereka juga
menyatakan bahwa Dove adalah shampoo terbaik dan para artis tersebut menampilkan
rambut indah setelah menggunakan shampoo tersebut. Selain menampilkan rambut indah
para artis juga menyatakan bahwa shampoo Dove lebih baik dan mereka berkata Dove I Love
It.
BAB III
8
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian bahasan “ Iklan dan Dimensi Etisnya“ dapat disimpulkan bahwa :
Hendaknya menggunakan iklan dengan bijak sehingga tidak menimbulkan kontrofersi di
masyarakat. Dalam periklanan kita tidak dapat lepas dari etika. Dimana di dalam iklan itu
sendiri mencakup pokok-pokok bahasan yang menyangkut reaksi kritis masyarakat Indonesia
tentang iklan yang dapat dipandang sebagai kasus etika periklanan. Sebuah perusahaan harus
memperhatikan etika dan estetika dalam sebuah iklan dan terus memperhatikan hak-hak
konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
9
Dr. A. Sonny Keraf. 1995. Etika Bisnis. Tuntutan dan Relevansinya. Pustaka Filsafat
Sutrisna Dewi. 2016. Etika Bisnis kKonsep Dasar Implementasi & Kasus. Denpasar :
Udayana University Press
https://harisdwikurniawan95.blogspot.co.id/2016/10/iklan-dan-dimensi-etisnya.html
10