memainkan peranan yang sangat penting untuk menyampaikan informasi tentang produk kepada masyarakat. Suka atau tidak suka, iklan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan manusia baik secara positif maupun negatif. Artinya, iklan mempunyai andil besar dalam menciptakan citra bisnis baik secara positif maupun negatif. Sayangnya, iklan justru banyak menciptakan citra bisnis yang negatif, karena banyaknya trik-trik yang kadang tidak masuk akal, dan memberi kesan menghalalkan segala cara. Memberi kesan berlebihan, mengecoh, menipu, dan mengecewakan masyarakat. Iklan sering menyebabkan citra bisnis tercemar sebagai kegiatan tipu-menipu, dan karena itu seakan antara bisnis dan etika ada gap yang tak terjembatani. Dalam pasar bebas, dimana terdapat beragam jenis barang/jasa, semua pihak berusaha dengan segala cara untuk menarik konsumen. Akibat positifnya, semua perusahaan berlomba meningkatkan kinerjanya, memperbaiki mutu produk dan servicenya, demi merebut konsumen. Akibat negatifnya, ada kecenderungan untuk membuat iklan yang melebihi kenyataan sebenarnya hanya dengan maksud menarik pembeli. Iklan berperan besar dalam menciptakan budaya masyarakat modern; budaya instan, budaya tiruan, polesan atau palsu. Manusia lalu kehilangan identitas, tunduk sebagai korban iklan, dibawah perintah dan manipulasi iklan. Manusia seakan jadi robot, dan didikte oleh iklan sehingga kehilangan jati dirinya. Pengertian Iklan : “Iklan pada hakikatnya merupakan salah satu strategi pemasaran yang bermaksud mendekatkan barang yang hendak dijual kepada konsumen. Dengan ini, iklan berfungsi mendekatkan konsumen dengan produsen. Sasaran akhir seluruh kegiatan bisnis adalah agar barang yang telah dihasilkan bisa dijual kepada konsumen” Dengan kata lain: iklan adalah suatu metode yang digunakan untuk memungkinkan barang produsen dapat dijual kepada konsumen. FUNGSI IKLAN 1. Iklan sebagai Pemberi Informasi 2. Iklan sebagai Pembentuk Pendapat Umum Ad.1: Iklan merupakan media untuk menyampaikan informasi yang sebenarnya kepada masyarakat tentang produk yang akan atau sedang ditawarkan dalam pasar. Ditekankan, bahwa iklan berfungsi untuk membeberkan dan menggambarkan seluruh kenyataan yang serinci mungkin tentang suatu produk. Sasaran iklan adalah agar konsumen dapat mengetahui dengan baik produk sehingga akhirnya memu- tuskan untuk membelinya. Sasaran iklan adalah agar konsumen dapat mengetahui dengan baik produk sehingga akhirnya memutuskan untuk membelinya. Sasaran dekat yang mendesak adalah agar konsumen tahu tentang produk itu, kegunaannya, kelebihannya, dan kemudahan- kemudahannya. Dalam kaitan ini, iklan sebagai pemberi informasi menyerahkan keputusan membeli kepada konsumen itu sendiri. Iklan sbg pemberi informasi, ada 3 pihak yang terlibat dan bertanggungjawab secara moral atas informasi tsb: (i) Produsen, yang memiliki produk (ii) Biro Iklan, yang mengemas iklan dalam
segala dimensinya: etis, estetik,
informatif, dsb. (iii) Bintang Iklan, model, atau pelaku dalam tayangan, photo, gambar iklan. Dalam hal ini, tanggungjawab moral atas informasi yang benar tentang sebuah produk pertama-tama dipikul oleh produsen. Pihak produsen harus memberikan semua data dan informasi yang akurat dan benar tentang produk yang diiklankan. Antara produsen dengan biro iklan dilakukan persetujuan tentang isi iklan untuk mencegah ketidaksesuaian informasi. Ini penting untuk mengetahui tanggung jawab produsen dan biro iklan apabila terjadi pelanggaran etis atas nilai-nilai moral tertentu dalam masyarakat, serta kemungkinan kerugian yang dialami pihak konsumen. Jadi jika iklan tertentu mendapat sambutan negatif karena informasinya yang palsu, Biro Iklan tidak bisa dituntut karena sudah ada persetujuan pihak produsen. Kecuali jika iklan tsb melenceng dari kesepakatan, maka Biro Iklanlah yang bisa dituntut. Biro Iklan harus mendapat kepastian bahwa data itu benar. Sejauh iklan berfungsi semata-mata sebagai pemberi informasi, iklan tetap menghargai kebebasan para konsumen untuk memutuskan dalam membeli sebuah produk. Atas dasar ini, untuk sementara kita bisa mengatakan bahwa sejauh iklan memberi informasi yang benar, kekeliruan dalam membeli suatu produk tidak bisa dibebankan sepenuhnya kepada iklan. Sejauh konsumennya bebas menentukan pilihannya, akibat apapun yang terjadi dalam membeli produk itu tetap menjadi tanggungjawab pembeli. Iklan yang ideal adalah sejauh mungkin memberi informasi sedemikian rupa sehingga tidak sampai memperdaya atau menipu konsumen. Dalam perkembangan dimasa yang akan datang iklan informatif akan lebih digemari, karena: 1. Masyarakat semakin kritis dan tidak lagi mudah dibohongi oleh iklan-iklan yang tidak mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya. Pengalaman juga mengajarkan konsumen utk tidak terlalu percaya dan peduli akan omongan iklan. 2. Masyarakat sudah bosan dengan berbagai iklan yg menyesatkan dan melebih-lebihkan suatu produk. 3. Peran lembaga Konsumen semakin gencar membe- rikan informasi yang benar dan akurat kepada kon- sumen, dan menjadi tantangan serius bagi iklan. Ad. 2 : Iklan sebagai Pembentuk Pendapat Umum dalam hal ini fungsi iklan mirip fungsi kampanye politik yang mempengaruhi masa pemilih. Dengan kata lain fungsi iklan adalah untuk menarik massa konsumen untuk membeli produk itu. Caranya dengan menampilkan model iklan yang manipulatif, persuasif, dan tendensius dengan maksud untuk menggiring konsumen untuk membeli produk tersebut. Karena itu model iklan ini juga disebut sebagai iklan manipulatif. Secara etis, iklan manipulatif jelas dilarang karena iklan semacam benar- benar memanipulasi manusia, dan segala aspek kehidupannya, sebagai alat demi mencapai tujuan. Iklan persuasif sangat beragam sehingga kadang sulit untuk dinilai etis tidaknya Iklan persuasi terdiri dari: a. Persuasi rasional, dan b. Persuasi non rasional. Yang rasional tetap menghargai kebebasan individu dalam membeli sebuah produk, sebalik-nya persuasi non rasional tidak menghiraukan otonomi atau kebebasan individu. Suatu persuasi dianggap rasional sejauh daya persuasinya terletak pada isi argumennya dan bukan pada cara penyampaian argumen itu. Persuasi rasional bersifat impersonal. Iklan ini tidak memanipulasi atau memanfaatkan aspek kelemahan psikologis manusia untuk memukau konsumen, melainkan memberikan pertimbangan rasional mengenai keadaan barang yang ditawarkan. Berbeda dengan persuasi rasional, persuasi non rasional umumnya hanya memanfaatkan aspek (kelemahan) psikologis manusia untuk membuat konsumen bisa terpukau, tertarik, dan terdorong untuk membeli produk yang diiklankan itu. Daya persuasinya terletak pada isi argumen yang bersifat rasional, melainkan pada cara penampilan. Maka yang dipentingkan adalah kesan yang ditampilkan dengan memanfaatkan efek suara (desahan), mimik, lampu, gerakan tubuh, dsb. Juga logika iklan tidak diperhatikan dengan baik. Misalnya, dengan meminum “jamu Idaman” suami akan betah di rumah. Seolah-olah jamu tsb adalah solusi satu-satunya atas keharmonisan suami istri. Akan halnya, wanita cantik dengan pakaian minim, mengiklankan mobil, iklan sabun mandi, bahkan iklan rokok. Apa ada korelasinya ? Iklan hakikatnya adalah membujuk orang untuk membeli produk. Prinsip kejujuran dalam iklan adalah mutlak. Dalam hal ini iklan tidak boleh menipu konsumen dan dilakukan dengan persuasi rasional. Sebaliknya, iklan yang menggunakan cara persuasi non rasional dianggap tidak etis, Pertama, karena iklan itu merongrong kebebasan konsumen untuk memilih dengan bujuk rayu. Kedua, iklan semacam itu didorong secara halus untuk mengikuti kemauan iklan, bukan atas dasar pertimbangan yang rasional. ETIKA YANG TIMBUL KARENA IKLAN Persoalan: 1. Iklan merongrong kebebasan (otonomi) manusia. Dalam banyak kasus jelas terlihat, di mana manusia seakan didikte oleh iklan dan seakan tunduk pada kemauan iklan, khususnya iklan manipulatif dan persuasif yang tidak rasional. Pada fenomena iklan manipulatif, manusia benar-benar menjadi objek untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dan tidak sekedar diberi informasi untuk membantunya memilih produk tertentu. Manusia modern seakan jadi budak iklan. 2. Iklan manipulatif dan persuasi non-rasional menciptakan kebutuhan manusia dan menjadikan manusia modern menjadi konsumtif. Secara ekonomis hal ini baik karena akan menciptakan permintaan dan ikut menaikkan daya beli masyarakat, dan memacu produktivitas kerja manusia demi memenuhi kebutuhan. Dipihak lain muncul masyarakat konsumtif yang membeli produk bukan semata-mata ‘kebutuhan’ 3. Yang menjadi persoalan etis bahwa iklan membentuk dan menentukan identitas manusia modern. Manusia modern merasa belum menjadi dirinya kalau belum memiliki barang sebagaimana ditawarkan oleh iklan. 4. Di Indonesia dengan tingkat perekonomian yang rendah merongrong rasa keadilan sosial masyarakat. Iklan serba mewah, ironis dengan keadaan perekonomian kita . KEJUJURAN DAN MANIPULASI DALAM IKLAN Iklan yang membuat pernyataan yang salah atau tidak benar, yaitu tidak sesuai dengan kenyataan dan memang diketahui tidak benar oleh pembuat iklan dan produsen barang tsb, dengan maksud untuk memperdaya atau mengecoh konsumen adal;ah sebuah tipuan dan harus dinilai sebagai iklan yang tidak etis. Demikian pula iklan yang secara sengaja menyembunyikan kenyataan negatif, jelas itupun dianggap penipuan. Penipu dan berbohong disini berbeda, misalnya: iklan yang memberi informasi yang salah – bukan iklan yang menipu melainkan iklan yang bohong. Karena itu secara moral tidak dikutuk. Namun apabila telah diketahui bahwa apa yang dikatakan dalam iklan itu tidak sesuai dengan kenyataan, antara lain melaui pengaduan konsumen – iklan semacam itu harus dicabut ! Jika tidak ini sudah dianggap menipu – dan harus dikutuk secara moral. Yang lebih sulit adalah bahwa dalam kenyataan praktis tidak gampang menilai sejauh mana iklan yang bohong atau sudah mengarah pada menipu. Menipu “positif”:secara sengaja mengatakan hal yang tidak dalam kenyataan dengan maksud memperdaya orang lain. Menipu “negatif”: secara sadar tidak mengatakan (me-nyembunyikan) kenyataan yang sebenarnya (kenyataan yang tidak baik, berbahaya) sehingga orang terperdaya. TIGA KONDISI YANG DIKATEGORIKAN ‘MENIPU’: (1) Pernyataan yang salah secara sengaja dengan maksud memperdaya orang lain (2) Pernyataan yang salah itu berkaitan dengan janji kepada pihak yang dituju untuk mengatakan apa adanya, (3) Pernyataan yang salah itu diberikan kepada orang yang berhak mengetahui kebenarannya. Contoh pertama sudah jelas, contoh kedua dan ketiga adalah pejabat pemerintah yang berjanji kepada wartawan dan masyarakat untuk mengungkap tuntas dan benar suatu kasus yang menghebohkan, dan ternyata pernyataan yang diberikan tidak sesuai kenyataan. Jadi, meski pejabat itu tidak punya maksud memperdaya wartawan dan masyarakat, tetapi karena dia sudah berjanji akan meng-ungkap kasus itu apa adanya, maka pernyataannya yang tidak sesuai itu tetap dianggap telah menipu publik. Dengan menggunakan kriteria terakhir, yaitu bahwa pernyataan salah disampaikan kepada orang yang berhak mengetahui kebenarannya, maka kita dapat menjawab persoalan iklan di atas dengan mengatakan bahwa karena konsumen adalah pihak yang berhak memperoleh informasi yang benar tentang produk apa saja, iklan yang mengatakan tidak benar ttg produk dianggap menipu, secara moral dikutuk. PIHAK-PIHAK TERKAIT YANG TERLIBAT CONTROL IKLAN: Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas dari pengaruh dan informasi dari orang lain. Namun demikian, tidak berarti bahwa pengaruh tadi membelenggu dan meniadakan kebebasan setiap individu. Pilihan2 konsumsi pribadi semakin dalam dipengaruhi dari luar oleh berbagai iklan, baik yang informatif ataupun manipulatif. Maka, sewajarnyalah iklan perlu dipertimbangkan secara matang, terutama menyangkut dampaknya pada kehidupan manusia. Jika ternyata iklim periklanan sudah mengarah pada merugikan kepentingan masyarakat. Bagaimanapun perlu diambil tindakan legal politis tertentu untuk membatasinya. 1. Kode etik periklanan sangat diharapkan untuk membatasi pengaruh iklan ini. 2. Profesi periklanan dan organisasi profesi periklanan perlu benar-benar memiliki komitmen untuk mewujudkan iklan yang baik, etis bagi masyarakat 3. Dibutuhkan perangkat legal politis dalam bentuk aturan atau Undang-undang Periklanan 4. Sikap tegas tanpa kompromi pemerintah melalui departemen terkait, untuk menegakkan iklan yang baik dan etis bagi masyarakat. KEBEBASAN KONSUMEN Setelah kita melihat fungsi iklan, masalah etika dalam iklan, dan makna etika dari menipu dsb, kita singgung mengenai peran iklan dalam perekonomi- an (pasar). Iklan merupakan aspek pemasaran yang penting, sebab iklan menentukan hubungan antara produsen dengan konsumen. Iklan menentukan pula hubungan penawaran dan permintaan antara Produsen dengan konsumen, yang pada gilirannya ikut pula menentukan harga barang yang dijual dalam pasar. John K.Galbraith, mengatakan bahwa produksi yang menciptakan permintaan, yang kemudian dipuaskannya. Artinya, bukan permintaan yang melahirkan produksi, tetapi sebaliknya. Apa yang dianggap sebagai permintaan masyarakat se- sungguhnya disebabkan, ditimbulkan, dan dicip- takan oleh adanya produksi. Demi menciptakan dan membangkitkan permintaan inilah, iklan berperan sangat penting dan strategis Persoalan moral dan etis yang timbul di sini bahwa dengan skenario ini kebebasan individu dalam menentukan kebutuhan dalam masyarakat modern sekarang hampir tidak ada. Oleh karena itu sewajarnyalah masyarakat modern berjuang secara logika agar terbebas dari belenggu iklan. Kebebasan konsumen harus diperjuangkan. Lembaga Konsumenlah yang juga harus berperan lebih aktif dan berani.