Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ETIKA BISNIS

“ANALISIS IKLAN BERETIKA DAN TIDAK BERETIKA BISNIS”

DISUSUN OLEH :

NYIMAS NURMEITA SARI

01012622125009

ANGKATAN 50 – KELAS WEEKEND


Analisa Contoh Iklan Beretika Bisnis Baik dan Buruk

Dalam perkembangan dunia bisnis dewasa ini, iklan merupakan salah


satu kekuatan terbesar yang dapat digunakan untuk menarik minat konsumen sebanyak-
banyaknya terhadap barang atau jasa yang ditawarkan oleh suatu
perusahaan. Penekanan utama iklan iklan adalah adalah akses dan promosi dari
pihak produsen kepada konsumen. Secara teoritik, iklan yaitu sebagai suatu
bentuk penyampaian pesan dalam komunikasi non personal yang mengikuti
alur teori yang berlaku pada ilmu komunikasi umumnya dan khususnya komunikasi
massa. Dalam kegiatan periklanan ada juga beberapa teori yang patut diingat dan
dijadikan pegangan dalam kegiatan periklanan tersebut.
Iklan pada hakikatnya merupakan salah satu strategi pemasaran yang
dimaksudkan untuk mendekatkan barang yang hendak dijual kepada konsumen, dengan
kata lain mendekatkan konsumen dengan produsen. Sasaran akhir seluruh kegiatan
bisnis adalah agar barang yang telah dihasilkan bisa dijual kepada konsumen. Secara
positif iklan adalah suatu metode yang digunakan untuk memungkinkan barang dapat
dijual kepada konsumen.
Kegiatan periklanan ini juga tak lepas dari badan hokum dan etika yang harus
ditaati oleh para pelaku periklanan khususnya di Indonesia. Sebagaimana diketahui
Pemerintah sudah mengatur tata cara beriklan di dalam undang-undang pers di
Indonesia, jadi etika dalam periklanan ini harus selalu dijaga segala batasan-batasan
dalam kegiatan periklanan hendaknya harus ditaati dan dipatuhi oleh para pelaku
periklanan khususnya di Indonesia jangan sampai melanggar etika dan undang-undang
tang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Hal yang menjadi sorotan masalah iklan adalah sejauh mana komitmen moral
atau etika bisnis yang dimiliki perusahaan dalam mempertanggung jawabkan materi
atau isi pesan yang yang disampaikan disampaikan kepada masyarakat. Hal ini ini
sangat penting mengingat produk dipasaran sangat banyak jumlahnya, dan pengetahuan
konsumen tentang produk lebih banyak didapat dan dan informasi informasi produsen.
Etika bisnis dalam mengkampanyekan produk kepada khalayak sasaran memang
penting dipahami oleh pihak produsen. Hal ini agar masyarakat tidak merasa tertipu
oleh sajian-sajian iklan yang “bombastis” yaitu masyarakat mendapat informasi yang
sebenarnya dari produk yang diiklankan.
Berikut ini contoh iklan beretika buruk yang ditayangkan di televisi nasional
indonesia yang melanggar etika di masyarakat, contoh mudahnya adalah iklan-iklan
yang menampilkan adegan seksual yang tidak sesuai dengan etika yang ada di
masyarakat dan juga melanggar beberapa pasal pada Etika Pariwara Indonesia (EPI)
yang menjadi pedoman bagi industri iklan untuk membuat iklan yang baik dengan tanpa
melanggar etika-etika yang ada di masyarakat.
Contoh dari iklan beretika buruk yang ditayangkan di televisi nasional Indonesia
dengan melanggar pasal Etika Pariawara Indonesia (EPI) adalah iklan “Softener So
Klin” untuk varian Twlight Sensation. Iklan pelembut pakaian tersebut dinilai tidak
memperhatikan peraturan siaran iklan, pembatasan muatan seksual, ketentuan
perlindungan anak dan remaja, serta normal kesopanan. Iklan tersebut terlihat berulang
kali menyorot bagian paha dan dada model wanita di dalamnya.
Dalam Undang-undang No.32 tahun 2002 tentang penyiaran pasal 46, poin 3d
disebutkan bahwa dilarang untuk menampilkan siaran yang berkaitan dengan hal-hal
yang bertentangan dengan kesusilaan masyarakat dan nilai-nilai agama. Jika dilihat dari
sudut pandang etika, tentu adegan iklan ini sangat bertentangan karena dapat merusak
moral dari orang yang melihatnya, apalagi yang masih belum dapat mengerti
keseluruhan dari pesan iklan tersebut. Dalam etika pariwara Indonesia yang mengatur
tentang gender yaitu poin 3.3.3 juga dibatasi untuk eksekusi iklan yang berisi
“Seksualitas” bahwa baik pria maupun wanita tidak boleh dieksploitasi secara seksual.
Tentu iklan Softener So Klin” untuk varian Twlight Sensation mengeksploitasi
pemeran wanita untuk dapat menarik minat dari mayarakat agar melakukan pembelian
produk Softener So Klin” untuk varian Twlight Sensation.
Iklan yang menjadi sarana komunikasi utama untuk merebut
pasar. Harus juga dibarengi dengan inovasi dan ide-ide kreatif yang tidak melanggar
Etika Pariawara Indonesia (EPI). Agar terciptanya sebuah iklan yang
bagus tanpa ada sisi kontroversialnya.
Contoh dari iklan beretika baik yang ditayangkan di televisi nasional Indonesia
dan tidak melanggar pasal Etika Pariawara Indonesia (EPI) adalah iklan Susu Nutrilon
Royal : Life Starts Here?. Iklan yang menggambarkan keceriaan anak-anak dalam
bermain dan menunjukkan bahwa setiap anak berhak untuk bermimpi dan memiliki
impian yang berbeda-beda.
Iklan Susu Nutrilon Royal : Life Starts Here? tidak melanggar pasal Etika
Pariawara Indonesia (EPI) Dalam Undang-undang No.32 tahun 2002 tentang penyiaran
pasal 46 yaitu poin 3d disebutkan bahwa dilarang untuk menampilkan siaran yang
berkaitan dengan hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan masyarakat dan nilai-
nilai agama.
Secara umum Iklan Susu Nutrilon Royal : Life Starts Here? Mengandung etika
secara umum seperti jujur dalam arti tidak memuat konten yang tidak sesuai dengan
kondisi produk yang diiklankan, tidak memicu konflik SARA, tidak mengandung
pornografi, tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, tidak plagiat dan
tidak melanggar etika bisnis seperti tidak saling menjatuhkan produk tertentu dan
sebagainya.
Terdapat paling kurang 3 prinsip moral sehubungan dengan penggagasan
mengenai etika dalam iklan. Ketiga prinsip itu adalah :
1. Masalah kejujuran dalam iklan
Prinsip ini berhubungan dengan kenyataan bahwa bahasa penyimbol iklan
seringkali dilebih-lebihkan, sehingga bukannya menyajikan informasi mengenai
persediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen, tetapi mempengaruhi
bahkan menciptakan kebutuhan baru. Maka yang ditekankan di sini adalah bahwa isi
iklan yang dikomunikasikan haruslah sungguh-sungguh menyatakan realitas
sebenarnya dari produksi barang dan jasa. Sementara yang dihindari di sini, sebagai
konsekuensi logis, adalah upaya
manipulasi dengan motif apa pun juga.

2. Masalah martabat manusia sebagai pribadi


Bahwa iklan semestinya menghormati martabat manusia sebagai pribadi semakin
ditegaskan dewasa ini sebagai semacam tuntutan imperatif (imperative
requirement). Iklan semestinya menghormati hak dan tanggung jawab setiap orang
dalam memilih secara bertanggung jawab barang dan jasa yang ia butuhkan. Ini
berhubungan dengan dimensikebebasan yang justeru menjadi salah satu sifat hakiki
dari martabat manusia sebagai
pribadi. Maka berhadapan dengan iklan yang dikemas secanggih apa pun, setiap
orangseharusnya bisa dengan bebas dan bertanggung jawab memilih untuk
memenuhi kebutuhannya atau tidak.
3. Tanggung jawab sosial yang mesti diemban oleh iklan
Ide solidaritas sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosial dari iklan.
Berhadapan dengan surplus barang dan jasa pemuas kebutuhan manusia, dua hal
berikut pantas dipraktekkan. Pertama, surplus barang dan jasa
seharusnya disumbangkan sebagai derma kepada orang miskin atau
lembaga/institusi sosial yang berkarya untuk kebaikan masyarakat pada umumnya
(gereja, mesjid, rumah sakit, sekolah, panti asuhan, dll). Tindakan karitatif semacam
ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kehidupan cultural masyarakat akan
semakin berkembang. Kedua, menghidupi secara seimbang pemenuhan kebutuhan
fisik, biologis, psikologis, dan
spiritual dengan perhatian akan kebutuhan masyarakat pada umumnya. Perhatian
terhadap hal terakhir ini bisa diwujudnyatakan lewat kesadaran membayar pajak
ataupun dalam bentuk investasi-investasi, yang tujuan utamanya adalah
kesejahteraan sebagian besar masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai