0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
34 tayangan5 halaman
Tiga kalimat:
1. Dokumen membahas analisis iklan beretika baik dan buruk berdasarkan aturan Etika Pariwara Indonesia.
2. Contoh iklan beretika buruk adalah iklan Softener So Klin yang dieksploitasi model wanitanya, sementara contoh iklan beretika baik adalah iklan Susu Nutrilon yang tidak melanggar aturan.
3. Dokumen juga menjelaskan tiga prinsip etika iklan yaitu kejujuran, martabat manus
Tiga kalimat:
1. Dokumen membahas analisis iklan beretika baik dan buruk berdasarkan aturan Etika Pariwara Indonesia.
2. Contoh iklan beretika buruk adalah iklan Softener So Klin yang dieksploitasi model wanitanya, sementara contoh iklan beretika baik adalah iklan Susu Nutrilon yang tidak melanggar aturan.
3. Dokumen juga menjelaskan tiga prinsip etika iklan yaitu kejujuran, martabat manus
Tiga kalimat:
1. Dokumen membahas analisis iklan beretika baik dan buruk berdasarkan aturan Etika Pariwara Indonesia.
2. Contoh iklan beretika buruk adalah iklan Softener So Klin yang dieksploitasi model wanitanya, sementara contoh iklan beretika baik adalah iklan Susu Nutrilon yang tidak melanggar aturan.
3. Dokumen juga menjelaskan tiga prinsip etika iklan yaitu kejujuran, martabat manus
“ANALISIS IKLAN BERETIKA DAN TIDAK BERETIKA BISNIS”
DISUSUN OLEH :
NYIMAS NURMEITA SARI
01012622125009
ANGKATAN 50 – KELAS WEEKEND
Analisa Contoh Iklan Beretika Bisnis Baik dan Buruk
Dalam perkembangan dunia bisnis dewasa ini, iklan merupakan salah
satu kekuatan terbesar yang dapat digunakan untuk menarik minat konsumen sebanyak- banyaknya terhadap barang atau jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan. Penekanan utama iklan iklan adalah adalah akses dan promosi dari pihak produsen kepada konsumen. Secara teoritik, iklan yaitu sebagai suatu bentuk penyampaian pesan dalam komunikasi non personal yang mengikuti alur teori yang berlaku pada ilmu komunikasi umumnya dan khususnya komunikasi massa. Dalam kegiatan periklanan ada juga beberapa teori yang patut diingat dan dijadikan pegangan dalam kegiatan periklanan tersebut. Iklan pada hakikatnya merupakan salah satu strategi pemasaran yang dimaksudkan untuk mendekatkan barang yang hendak dijual kepada konsumen, dengan kata lain mendekatkan konsumen dengan produsen. Sasaran akhir seluruh kegiatan bisnis adalah agar barang yang telah dihasilkan bisa dijual kepada konsumen. Secara positif iklan adalah suatu metode yang digunakan untuk memungkinkan barang dapat dijual kepada konsumen. Kegiatan periklanan ini juga tak lepas dari badan hokum dan etika yang harus ditaati oleh para pelaku periklanan khususnya di Indonesia. Sebagaimana diketahui Pemerintah sudah mengatur tata cara beriklan di dalam undang-undang pers di Indonesia, jadi etika dalam periklanan ini harus selalu dijaga segala batasan-batasan dalam kegiatan periklanan hendaknya harus ditaati dan dipatuhi oleh para pelaku periklanan khususnya di Indonesia jangan sampai melanggar etika dan undang-undang tang telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal yang menjadi sorotan masalah iklan adalah sejauh mana komitmen moral atau etika bisnis yang dimiliki perusahaan dalam mempertanggung jawabkan materi atau isi pesan yang yang disampaikan disampaikan kepada masyarakat. Hal ini ini sangat penting mengingat produk dipasaran sangat banyak jumlahnya, dan pengetahuan konsumen tentang produk lebih banyak didapat dan dan informasi informasi produsen. Etika bisnis dalam mengkampanyekan produk kepada khalayak sasaran memang penting dipahami oleh pihak produsen. Hal ini agar masyarakat tidak merasa tertipu oleh sajian-sajian iklan yang “bombastis” yaitu masyarakat mendapat informasi yang sebenarnya dari produk yang diiklankan. Berikut ini contoh iklan beretika buruk yang ditayangkan di televisi nasional indonesia yang melanggar etika di masyarakat, contoh mudahnya adalah iklan-iklan yang menampilkan adegan seksual yang tidak sesuai dengan etika yang ada di masyarakat dan juga melanggar beberapa pasal pada Etika Pariwara Indonesia (EPI) yang menjadi pedoman bagi industri iklan untuk membuat iklan yang baik dengan tanpa melanggar etika-etika yang ada di masyarakat. Contoh dari iklan beretika buruk yang ditayangkan di televisi nasional Indonesia dengan melanggar pasal Etika Pariawara Indonesia (EPI) adalah iklan “Softener So Klin” untuk varian Twlight Sensation. Iklan pelembut pakaian tersebut dinilai tidak memperhatikan peraturan siaran iklan, pembatasan muatan seksual, ketentuan perlindungan anak dan remaja, serta normal kesopanan. Iklan tersebut terlihat berulang kali menyorot bagian paha dan dada model wanita di dalamnya. Dalam Undang-undang No.32 tahun 2002 tentang penyiaran pasal 46, poin 3d disebutkan bahwa dilarang untuk menampilkan siaran yang berkaitan dengan hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan masyarakat dan nilai-nilai agama. Jika dilihat dari sudut pandang etika, tentu adegan iklan ini sangat bertentangan karena dapat merusak moral dari orang yang melihatnya, apalagi yang masih belum dapat mengerti keseluruhan dari pesan iklan tersebut. Dalam etika pariwara Indonesia yang mengatur tentang gender yaitu poin 3.3.3 juga dibatasi untuk eksekusi iklan yang berisi “Seksualitas” bahwa baik pria maupun wanita tidak boleh dieksploitasi secara seksual. Tentu iklan Softener So Klin” untuk varian Twlight Sensation mengeksploitasi pemeran wanita untuk dapat menarik minat dari mayarakat agar melakukan pembelian produk Softener So Klin” untuk varian Twlight Sensation. Iklan yang menjadi sarana komunikasi utama untuk merebut pasar. Harus juga dibarengi dengan inovasi dan ide-ide kreatif yang tidak melanggar Etika Pariawara Indonesia (EPI). Agar terciptanya sebuah iklan yang bagus tanpa ada sisi kontroversialnya. Contoh dari iklan beretika baik yang ditayangkan di televisi nasional Indonesia dan tidak melanggar pasal Etika Pariawara Indonesia (EPI) adalah iklan Susu Nutrilon Royal : Life Starts Here?. Iklan yang menggambarkan keceriaan anak-anak dalam bermain dan menunjukkan bahwa setiap anak berhak untuk bermimpi dan memiliki impian yang berbeda-beda. Iklan Susu Nutrilon Royal : Life Starts Here? tidak melanggar pasal Etika Pariawara Indonesia (EPI) Dalam Undang-undang No.32 tahun 2002 tentang penyiaran pasal 46 yaitu poin 3d disebutkan bahwa dilarang untuk menampilkan siaran yang berkaitan dengan hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan masyarakat dan nilai- nilai agama. Secara umum Iklan Susu Nutrilon Royal : Life Starts Here? Mengandung etika secara umum seperti jujur dalam arti tidak memuat konten yang tidak sesuai dengan kondisi produk yang diiklankan, tidak memicu konflik SARA, tidak mengandung pornografi, tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, tidak plagiat dan tidak melanggar etika bisnis seperti tidak saling menjatuhkan produk tertentu dan sebagainya. Terdapat paling kurang 3 prinsip moral sehubungan dengan penggagasan mengenai etika dalam iklan. Ketiga prinsip itu adalah : 1. Masalah kejujuran dalam iklan Prinsip ini berhubungan dengan kenyataan bahwa bahasa penyimbol iklan seringkali dilebih-lebihkan, sehingga bukannya menyajikan informasi mengenai persediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen, tetapi mempengaruhi bahkan menciptakan kebutuhan baru. Maka yang ditekankan di sini adalah bahwa isi iklan yang dikomunikasikan haruslah sungguh-sungguh menyatakan realitas sebenarnya dari produksi barang dan jasa. Sementara yang dihindari di sini, sebagai konsekuensi logis, adalah upaya manipulasi dengan motif apa pun juga.
2. Masalah martabat manusia sebagai pribadi
Bahwa iklan semestinya menghormati martabat manusia sebagai pribadi semakin ditegaskan dewasa ini sebagai semacam tuntutan imperatif (imperative requirement). Iklan semestinya menghormati hak dan tanggung jawab setiap orang dalam memilih secara bertanggung jawab barang dan jasa yang ia butuhkan. Ini berhubungan dengan dimensikebebasan yang justeru menjadi salah satu sifat hakiki dari martabat manusia sebagai pribadi. Maka berhadapan dengan iklan yang dikemas secanggih apa pun, setiap orangseharusnya bisa dengan bebas dan bertanggung jawab memilih untuk memenuhi kebutuhannya atau tidak. 3. Tanggung jawab sosial yang mesti diemban oleh iklan Ide solidaritas sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosial dari iklan. Berhadapan dengan surplus barang dan jasa pemuas kebutuhan manusia, dua hal berikut pantas dipraktekkan. Pertama, surplus barang dan jasa seharusnya disumbangkan sebagai derma kepada orang miskin atau lembaga/institusi sosial yang berkarya untuk kebaikan masyarakat pada umumnya (gereja, mesjid, rumah sakit, sekolah, panti asuhan, dll). Tindakan karitatif semacam ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kehidupan cultural masyarakat akan semakin berkembang. Kedua, menghidupi secara seimbang pemenuhan kebutuhan fisik, biologis, psikologis, dan spiritual dengan perhatian akan kebutuhan masyarakat pada umumnya. Perhatian terhadap hal terakhir ini bisa diwujudnyatakan lewat kesadaran membayar pajak ataupun dalam bentuk investasi-investasi, yang tujuan utamanya adalah kesejahteraan sebagian besar masyarakat.
Pendekatan sederhana untuk marketing: Panduan praktis untuk dasar-dasar marketing profesional dan strategi terbaik untuk menargetkan bisnis Anda ke pasar