Anda di halaman 1dari 10

UJIAN AKHIR SEMESTER

“TEORI, ETIKA DAN UNDANG-UNDANG PERIKLANAN”

DISUSUN OLEH:

NAMA : MUH. ISWARI ALFARIZI ALFATAH

KELAS : A

NIM : 202125006

SEMESTER : 1

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDY ILMU KOMUNIKASI

ANGKATAN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangan dunia bisnis dewasa ini, iklan merupakan salah satu kekuatan terbesar
yang dapat digunakan untuk menarik minat konsumen sebanyak-banyaknya terhadap barang atau jasa
yang ditawarkan oleh suatu perusahaan. Penekanan utama iklan adalah akses informasi dan promosi
dari pihak produsen kepada konsumen. Secara teoritik, iklan yaitu sebagai suatu bentuk penyampaian
pesan dalam komunikasi non personal yang mengikuti alur teori yang berlaku pada ilmu komunikasi
umumnya dan khususnya komunikasi massa. Dalam kegiatan periklanan ada juga beberapa teori yang
patut diingat dan dijadikan pegangan dalam kegiatan periklanan tersebut.

Iklan pada hakikatnya merupakan salah satu strategi pemasaran yang dimaksudkan untuk
mendekatkan barang yang hendak dijual kepada konsumen, dengan kata lain mendekatkan konsumen
dengan produsen. Sasaran akhir seluruh kegiatan bisnis adalah agar barang yang telah dihasilkan bisa
dijual kepada konsumen. Secara positif iklan adalah suatu metode yang digunakan untuk memungkinkan
barang dapat dijual kepada konsumen.

Kegiatan periklanan ini juga tak lepas dari badan hokum dan etika yang harus ditaati oleh para
pelaku periklanan khususnya di Indonesia. Sebagaimana diketahui Pemerintah sudah mengatur tata cara
beriklan di dalam undang-undang pers di Indonesia, jadi etika dalam periklanan ini harus selalu dijaga
segala batasan-batasan dalam kegiatan periklanan hendaknya harus ditaati dan dipatuhi oleh para
pelaku periklanan khususnya di Indonesia jangan sampai melanggar etika dan undang-undang tang telah
ditetapkan oleh pemerintah.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam pembahasan ini yaitu menyangkut tentang teoro-
teori dalam periklanan dan bagaimana etika yang ada dan harus diketahui dalam kegiatan periklanan
kemudian apasaja undang-undang dalam periklanan.
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Definisi  Dan Teori  Dalam Periklanan

Dalam hal ini yang dimaksud periklanan adalah kegiatan atau alat dalam mempertahankan
dan melanjutkan apa yang telah diupayakan oleh produsen dalam mengenalkan produk yang
telah dipresentasikan kepada konsumen yaitu lewat berbagai media yang mendukung untuk
menarik minat konsumen, diantaranya adalah koran, radio, spanduk, leaflet, event dan lain
sebagainya. sehingga konsumen akan menjadi yakin dengan produk yang telah ditawarkan oleh
produsen.

Menurut Arens (dalam Lubis, 2007)) iklan dikatakan sebagai komunikasi informasi yang
terstruktur dan disusun bukan oleh perseorangan, biasanya dibayar untuk dan secara alami
umumnya membujuk tentang produk (barang, jasa dan ide) yang diidentifikasi sponsor lewat
berbagai media. Sedangkan menurut Tom Duncan (dalam Lubis,2007) iklan adalah hal yang
tidak pribadi, pengumuman yang dibayar oleh suatu sponsor yang diketahui. Menurut
(Blech&Blech) periklana didefinisikan sebagai bentuk pembayaran dari komunikasi nonpersonal
tentan sebuah organisasi, produk, pelayanan atau ide melalui sponsor yang teridentifikasi.

Adapun teori yang berkaitan dengan iklan, ada beberapa teori yang patut dicatat sebagai
pegangan dengan teori tersebut kita dapat menjadikannya dasar pijakan melihat konsep-konsep
iklan. Adapun dari berbagai teori periklanan yang ada kali ini akan membahas sedikit tentang
Teori Efek Minimal yaitu bagaimana teori ini berasumsi.

B.     Teori Efek Minimal

Anggapan yang beredar dimasyarakat umum kebanyakan bahwa ada korelasi positif antara
peningkatan biaya pemasangan iklan dengan banyaknya produk yang terjual dalam satuan waktu
tertentu. Kalau biaya pemasangan iklan makin besar akan makin banyak pula penjualannya
terhadap produk yang diiklankan, demikian juga bila sebaliknya kalau biaya pemasangan iklan
semakin kecil maka semakin kecil juga volume penjualan atas barang-barang atau jasa tersebut.

Michael Scudson mengemukakan teorinya yang membantah anggapan ini. Menurutnya yang
terjadi malah sebaliknya, ada korelasi negatif antara biaya pemasangan iklan dengan volume
penjualan produksi. Artinya semakin besar biaya pemasangan iklan akan mempengaruhi makin
kecilnya volume penjualan dan sebaliknya semakin kecil biaya yang dikeluarkan untuk
memasang iklan mengakibatkan semakin besar volume penjualan. Teori ini kemudian dia sebut
dengan “Teori Efek Minimal”.
Contoh ; Penjualan narkoba yang merupakan produk berbahaya bagi manusia tapi tetap laris
padahal produk-produk itu tidak pernah diiklankan melalui media massa kepada khlayak.

Jadi menurut teori efek minimal ini, iklan memberikan efek yang sangat kecil atau efek
minimal yang pada saat sesuatu produk benar-benar sangat diperlukan oleh para pembeli dalam
kurun waktu tertentu. Demikian “Teori Efek Minimal” ini berasumsi tentang pengaruh iklan
terhadap kebutuhan konsumen.

C. Pentingnya Etika dalam  Iklan

Sebelumnya, istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’
yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu,
tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan atau adat, akhlak,watak, perasaan,
sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.

Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh
Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul
kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukanatau ilmu tentang adat
kebiasaan (K.Bertens, 2000). Dalam kegiatan periklanan juga etika sangat penting untuk
dipatuhi dan di jaga oleh setiap pelaku periklanan.

Berbicara tentang Iklan, Iklan dibagi menjadi dua macam yaitu iklan yang persuasif dan iklan
yang informatif. Iklan yang persuasif biasanya ditemukan pada produk-produk yang bukan
kebutuhan umum. Iklan tersebut  berusaha untuk menarik hati dan membujuk konsumen untuk
membeli produknya. Sedangkan iklan yang informatif adalah iklan yang menyediakan informasi
dan memperkenalkan suatu hal. Namun didalam dunia periklanan tidak ada yang namanya murni
iklan persuasif ataupun iklan yang informatif. Iklan selalu mengandung unsur dari keduanya.
Ketika mengiklankan  sesuatu, iklan tersebut pasti d buat seinformatif dan semenarik mungkin
untuk menarik hati konsumenya.

Berbahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan bagian dari identitas bangsa. Berbicara
yang baik seharusnya disosialisasikan di kalangan anak muda, publik figur, selebritis dan
politikus di negeri ini. Rusaknya kaidah berbahasa tampaknya didominasi oleh bahasa iklan di
media massa, baik media cetak maupun elektronik. Penggunaan bahasa dan istilah asing dalam
periklanan di Indonesia sudah sangat banyak ditemui. Akan tetapi penggunaan bahasa asing
menjadi tren dalam periklanan. Penggunaan bahasa asing yang berlebihan menurut saya juga
tidak baik karena di Indonesia tidak banyak masyarakat yang mengerti bahasa asing.
Industri periklanan merupakan suatu tuntutan kebutuhan komunikasi dan pemasaran dunia.
Usaha periklanan akan berperan dalam menentukan pembangunan sesuai cita-cita dan falsafah
bangsa. Oleh karena itu periklanan di Indonesia harus senantiasa aktif, positif dan kreatif dan
harus menjunjung tinggi kaidah dalam berbangsa. Hal itu sebagai pemicu pembangunan di
Indonesia sendiri.  Periklanan harus beretika dan sesuai nilai luhur bangsa ini. Periklanan di
Indonesia seharusnya tidak hanya memperoleh manfaat dari perkembangan ekonomi
dunia. Tetapi, iklan harus mengimbangi pengaruh negatif dalam iklan tersebut yang mungkin
saja akan timbul. Antara iklan satu sama lain harus saling menghormati agar tercipta periklanan
yang sehat, jujur dan bertanggung jawab.

Dibalik banyaknya iklan yang ditawarkan ternyata menyimpan suatu persoalan yaitu etika
dalam beriklan. Iklan di Indonesia banyak kasus penipuan terhadap konsumen bahkan
pembodohan. Semakin berkembangnya iklan di Indonesia maka semakin banyak
permasalahannya. Oleh karena itu, periklanan di Indonesia khususnya harusnya menjaga etika
dalam iklan karena sangat penting menjaga kaidah dan etika dalam berbahasa karena itu akan
mempengaruhi produk itu sendiri.

D.    Iklan Harusnya Yang Mendidik

Dalam periklanan, etika dan persaingan yang sehat sangat diperlukan untuk menarik
konsumen. Karena dunia periklanan yang sehat sangat berpengaruh terhadap kondisi ekonomi
suatu negara. Sudah saatnya iklan di Indonesia khususnya itu bermoral dan beretika.
Berkurangnya etika dalam beriklan membuat keprihatinan banyak orang kususnya dikalangan
masyarakat dan konsumen. Tidak adanya etika dalam beriklan akan sangat merugikan bagi
masyarakat, selain itu juga bagi ekonomi suatu negara dengan secara tidak sadar iklan yang tidak
beretika akan menghancurkan nama mereka sendiri bahkan negaranya sendiri. Saat ini banyak
kita jumpai iklan-iklan di media cetak dan media elektronik menyindir dan menjelek-jelekkan
produk lain. Memang iklan tersebut menarik, namun sangat tidak pantas karena merendahkan
produk saingannya.

Di Indonesia iklan-iklan yang dibuat seharusnya sesuai dengan kebudayaan kita dan bisa
memberikan pendidikan bagi banyak orang. Banyak sekali iklan yang tidak beretika dan tidak
sepantasnya untuk di iklankan. Makin tingginya tingkat persaingan menyebabkan produsen lupa
atau bahkan pura-pura lupa bahwa iklan itu harus beretika. Banyak sekali yang melupakan etika
dalam beriklan. Iklan sangat penting dalam menentukan posisi sebuah produk. Sekarang ini
banyak ditemukan iklan yang terlalu vulgar  dan liar dalam memberikan informasi kepada
masyarakat.
Iklan yang ditawarkan kepada masyarakat umumnya tidak mendidik. Dalam iklan terdapat
sifat yang menunjukan sifat matrealisme, konsumerisme dan hedonisme. Iklan yang disampaikan
seharusnya mengutamakan prinsip kebenaran. Sesuatu yang disampaikan seharusnya memang
benar-benar terjadi. Banyak produk yang memiliki kelemahan-kelemahan tertentu, namun dalam
pengiklanan terhadap masyarakat di manipulasi sehingga terlihat sempurna di mata konsumen.

Berbagai permasalahan tersebut yang bersinggungan dengan etika contohnya sebagai berikut:

      Iklan yang ditampilkan tidak mendidik


     Beberapa iklan banyak yang tidak memberikan nilai edukasi kepada masyarakat. Banyak
sekali iklan-iklan yang tidak logis. Banyak juga iklan yang menojolkan seksualitas dan
kekerasan dalam penayangannya. Sebenarnya iklan tersebut tidak layak untuk ditampilkan.

      Iklan yang ditampilkan menyerang produk lain


     Banyak produk iklan yang berusaha menjatuhkan produk lain, biasanya produk ini sejenis.
Tentunya tindakan ini sangat  tidak etis dan tidak seharusnya dilakukan karena tindakan
tersebutakan  merugikan pihak lain.

E.  Makna Etika dan Estetika Dalam Iklan

Fungsi iklan yang  pada akhirnya membentuk citra sebuah produk dan perusahaan di mata
masyarakat. Citra ini terbentuk oleh kesesuaian antara kenyataan sebuah produk yang diiklankan
dengan informasi yang disampaikan dalam iklan tersebut, Prinsip etika  dalam bisnis yang paling
relevan dalam hal ini adalah nilai kejujuran dalam menyampaikan iklan. Dengan demikian, iklan
yang membuat pernyataan salah atau tidak benar dengan maksud memperdaya konsumen adalah
sebuah tipuan semata.

Ciri-ciri iklan yang baik :


  Etis, yaitu berkaitan dengan kepantasan dalam menampilkan sebuah iklan kepda masyarakat.
  Estetis, yaitu berkaitan dengan kelayakan seperti, target market, target audiennya, kapan
harus ditayangkan?.
  Artistik, yaitu bernilai seni sehingga mengundang daya tarik khalayak yang melihat iklan
tersebut.
Contoh Penerapan Etika dalam Periklanan :
  Iklan rokok, yaitu dengan tidak menampakkan secara eksplisit orang yang sedang merokok.
  Iklan pembalut wanita, yaitu dengan tidak memperlihatkan secara realistis dengan
memperlihatkan daerah kepribadian wanita tersebut.
 Iklan sabun mandi, yaitu dengan  tidak dengan memperlihatkan orang mandi secara utuh.
Etika secara umum :
  Jujur, yaitu tidak memuat konten yang tidak sesuai dengan kondisi produk yang diiklankan.
  Tidak memicu konflik dan sara SARA.
  Tidak mengandung pornografi di dalamnya
  Tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
  Tidak melanggar etika bisnis, contoh: saling menjatuhkan produk tertentu dan sebagainya.
  Tidak plagiat atau meniru iklan produk lain.

F.     Hukum dan  Undang-undang Periklanan di Indonesia

1.  UUPK

UUPK ialah undang-undang yang mengatur mengenai periklanan di Indonesia. Tujuan dari
suatu perlindungan konsumen adalah sebagai berikut :

  Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri.


  Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses
negative pemakaian barang dan/atau Jasa.
 Meningkatkan pemberdayaan konsumen daalm memilih menentukan dan menuntut hak-
haknya sebagai konsumen.
  menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum
dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
 Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen
sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.
  Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi
barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen.
2.  Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang PERS

Pers berdasarkan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang PERS
(untuk selanjutnya disebut UU Pers) merupakan lembaga sosial dan wahana komunikasi massa
yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan
gambar serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak,
media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia.

Dalam hal ini peran pers untuk memenuhi pengetahuan kebutuhan konsumen salah satunya
adalah melalui iklan. Namun iklan tersebut harus diberikan kepada konsumen secara tepat,
akurat dan benar.

Perusahaan iklan oleh UU Pers dilarang untuk :

  Memuat iklan yang dapat merendahkan martabat suatu agama dan/atau kerukunan hidup
antar umat beragama serta bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat.
 Memuat iklan minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat aditif lainnya tidak sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
 Memuat iklan dengan peragaan rokok dan/atau penggunaan rokok.

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran

Periklanan dapat dilakukan salah satunya melalui penyiaran, yang terorganisir dalam suatu
lembaga penyiaran. Penyiaran menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1997
tentang Penyiaran (untuk selanjutnya disebut UU Penyiaran) adalah kegiatan pemancarluasan
siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa
dengan menggunakan gelombang elektromagnetik, kabel, serat optik dan/atau media lainnya
untuk daat diterima oleh masyarakat dengan pesawat penerima siaran radio dan/atau pesawat
penerima siaran televisi atau perangkat elektronik lainnya dengan atau tanpa alat bantu.

Sedangkan pengertian siaran menurut Pasal 1 butir 2 UU Penyiaran adalah pesan atau
rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis
dan karakter lainnya yang dapat diterima melalui pesawat penerima siaran radio, televisi atau
perangkat elektronik lainnya, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, dengan atau tanpa alat
bantu.
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dalam periklanan kita tidak dapat lepas dari teori yang diterapkan, etika, hokum dan undang-
undang yang berlaku. Dimana didalam iklan itu sendiri mencakup pokok-pokok bahasan yang
menyangkut reaksi kritis masyarakat khususnya di Indonesia tentang sebuah  iklan yang dapat
dipandang sebagai kasus etika dalam periklanan. Sebuah perusahaan harus memperhatikan etika
dan estetika dalam sebuah iklan dan terus memperhatikan hak-hak konsumen dan apa yang akan
didapat dengan adanya iklan tersebut.

Maka demikian menjaga etika dalam kegiatan periklanan ini sangatlah penting karena
dengan terciptanya iklan-iklan yang baik dan mendidik maka akan baik pula citra periklanan
khususnya di Negara Indonesia yang dengan penduduknya berasal dari berbagai suku dan
bahasa.

B.     Saran
Dalam penulisan ini penulis memberikan saran yaitu dalam bisnis periklanan perlulah
adanya kontrol tepat yang dapat mengimbangi kerawanan tersebut sehingga tidak merugikan
konsumen. Sebuah perusahaan harus memperhatikan kepentingan dan hak – hak konsumen, dan
tidak hanya memikirkan keuntungan semata.
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Tania Fatima. 2007. Teori-teori periklanan dan unsure periklanan. Universitas Indonesia:
Depok
Shimp, Terence A. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu.
Erlangga : Jakarta
Kusuma Aris, Etika Bisnis ( Etika Dalam Iklan). Universitas Negeri Malang, 2014
www. Google.co.id/undang-undang Periklanan di Indonesia di akses pada 07 september 2015.

https://azmistevanov.blogspot.com/2016/01/makalah-periklanan-teori-etika-dan.html

Anda mungkin juga menyukai