Anda di halaman 1dari 3

Dian Nurhayati

5190211259
Resume Etika Bisnis

Iklan Dan Dimensi Etisnya


Definisi Iklan
Iklan atau dalam bahasa Indonesia formalnya pariwara adalah promosi barang, jasa,
perusahaan dan ide yang harus dibayar oleh sebuah sponsor. Pemasaran melihat iklan sebagai
bagian dari strategi promosi secara keseluruhan. Komponen lainnya dari promosi termasuk
publisitas, relasi publik, penjualan, dan promosi penjualan.
Menurut Thomas M. Garret, SJ, iklan dipahami sebagai aktivitas-aktivitas yang lewatnya
pesan-pesan visual atau oral disampaikan kepada khalayak dengan maksud menginformasikan
atau memengaruhi mereka untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi, atau untuk
melakukan tindakan-tindakan ekonomi secara positif terhadap idea-idea, institusi-institusi tau
pribadi-pribadi yang terlibat di dalam iklan tersebut.
Iklan adalah salah satu alat pemasaran yang penting. Dengan iklan perusahaan ingin
menarik perhatian calon konsumen tentang barang atau jasa yang ditawarkannya. Banyak
orang memutuskan membeli suatu barang atau jasa karena pengaruh iklan yang sedemikian
atraktif tampilan visualnya. Kecermatan menimbang dan rasionalitas pemikiran seringkali
‘kalah wibawa’ dengan semangat hedonis yang ditawarkan iklan. Tapi selalu saja banyak orang
yang kemudian kecewa, karena spesifikasi atau manfaat barang yang dibeli tidak seperti yang
ditawarkan.
Fungsi iklan
Pada umumnya kita menemukan dua pandangan berbeda mengenai fungsi iklan.Keduanya
menampilkan dua model iklan yang berbeda sesuai dengan fungsinya masing-masing ,yaitu
iklan sebagai pemberi informasi dan iklan sebagai pembentuk pendapat umum.

Iklan sebagai Pemberi Informasi


Pendapat pertama melihat iklan terutama sebagai pemberi informasi. Iklan merupakan
media untuk menyampaikan informasi yang sebenarnya kepada masyarakat tentang produk
yang akan atau sedang ditawarkan dalam pasar. Yang ditekankan di sini adalah bahwa iklan
berfungsi untuk membeberkan dan menggambarkan seluruh kenyataannya yang serinci
mungkin tentang suatu produk. Sasaran iklan adalah agar konsumen dapat mengetahui dengan
baik produk itu sehingga akhirnya memutuskan untuk membeli produk itu. Namun, apakah
dalam kenyataannya pembeli membeli produk tersebut atau tidak, itu merupakan sasaran paling
jauh. Sasaran dekat yang lebih mendesak adalah agar konsumen tahu tentang produk itu,
kegunaannya, kelebihannya, dan kemudahan-kemudahannya.
b.
Iklan sebagai pembentuk pendapat umum
Berbeda dengan fungsi iklan sebagai pemberi informasi, dalam wujudnya yang laik iklan
dilihat sebagai suatu cara untuk mempengaruhi pendapat umum masyarakat tentang sebuah
produk. Dalam hal ini fungsi iklan mirip dengan fungsi propaganda politik yang berusaha
mempengaruhi massa pemilih. Dengan kata lain, fungsi iklan adalah untuk menarik massa
konsumen untuk membeli produk itu. Caranya dengan menampilkan model iklan yang
manupulatif, persuasif, dan tendensius dengan maksud untuk menggiring konsumen untuk
membeli produk tersebut. Karena itu, model iklan ini juga disebut sebagai iklan manipulatif.

2. Beberapa Persoalan Etis


Ada beberapa persoalan etis yang ditimbulkan oleh iklan, khususnya iklan yang manipulatif
dan persuasif non-rasional. Pertama, iklan merongrong otonomi dan kebebasan manusia.
Dalam banyak kasus ini jelas sekali terlihat. Iklan membuat manusia tidak lagi dihargai
kebebasannya dalam menentukan pilihannya untuk membeli produk tertentu. Banyak pilihan
dan pola konsumsi manusia modern sesungguhnya adalah pilihan iklan. Manusia didikte oleh
iklan dan tunduk pada kemauan iklan, khususnya iklan manupulatif dan persuasif yang tidak
rasional. Ini justru sangat bertentangan dengan imperatif moral Kant bahwa manusia tidak
boleh diperlakukan hanya sebagai alat demi kepentingan lain di luar dirinya, termasuk dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pada fenomena iklan manipulatif, manusia benar-
benar menjadi objek untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dan tidak sekedar di beri
informasi untuk membantunya memilih produk tertentu.
Kedua, dalam kaitan dengan itu, iklan manipulatif dan persuasif non-rasional menciptakan
kebutuhan manusia dengan akibat manusia modern menjadi konsumtif. Secara ekonomis hal
ini tidak baik karena dengan demikian akan menciptakan permintaan ikut menaikkan daya beli
masyarakat. Bahkan, dapat memacu prduktivitas kerja manusia hanya memenuhi kebutuhan
hidupnya yang bertambah dan meluas itu. Namun, di pihak lain muncul masyarakat konsumtif,
di mana banyak dari apa yang dianggap manusia sebagai kebutuhannya sebenarnya bukan
benar-benar kebutuhan.
Ketiga, yang menjadi persoalan etis yang serius adalah bahwa iklan manipulatif dan
persuasif non-rasional malah membentuk dan menentukan identitas atau citra memiliki barang
sebagaimana ditawarkan iklan. Ia belum merasa diri penuh kalau belum memakai minyak
rambut seperti diiklankan bintang film terkenal, dan seterusnya. Identitas manusia modern lalu
hanyalah identitas massal, serba sama, serba tiruan, serba polesan, serba instan.
Keempat, bagi masyarakat Indonesia dengan tingkat perbedaan ekonomi dan sosial yang
tinggi, iklan merongrong rasa keadilan sosial masyarakat. Iklan yang menampilkan yang serba
mewah sangat ironis dengan kenyataan sosial di mana banyak anggota masyarakat masih
berjuang untuk sadar hidup. Iklan yang mewah tampil seakan tanpa punya rasa solidaritas
dengan sesamanya yang miskin.
3. Makna Etis Menipu dalam Iklan
Entah sebagai pemberi informasi atau sebagai pembentuk pendapat umum, iklan pada
akhirnya membentuk citra sebuah produk atau bahkan sebuah perusahaan di mata masyarakat.
Citra ini terbentukk bukan terutama karena bunyi atau penampilan iklan itu sendiri, melainkan
terutama terbentuk oleh kesesuaian antara kenyataan sebuah produk yang diiklankan dengan
apa yang disampaikan dalam iklan itu, entah secara tersurat ataupun tersirat. Karena itu, iklan
sering dimaksudkan sebagai media untuk mengungkapkan hakikat dan misi sebuah perusahaan
atau produk.
Prinsip etika bisnis yang paling relevan di sini adalah prinsip kejujuran, yakni mengatakan
hal yang benar dan tidak menipu. Prinsip ini tidak hanya menyangkut kepentingan banyak
orang, melainkan juga pada akhirnya menyangkut kepentingan perusahaan atau bisnis
seluruhnya sebagai sebuah profesi yang baik
4. Kebebasan Konsumen
Setelah kita melihat fungsi iklan, masalah etis dalam iklan, dan makna etis dari menipu
dalam iklan, ada baiknya kita singgung sekilas mengenai peran iklan dalam ekonomi,
khususnya pasar. Iklan merupakan suatu aspek pemasaran yang penting, sebab iklan
menentukan hubungan antara produsen dan konsumen. Secara lebih konkrit, iklan menentukan
pula hubungan penawaran dan permintaan antara produsen dan pembeli, yang pada gilirannya
ikut pula menentukan harga barang yang dijual dalam pasar.
Kode etik periklananan tentu saja sangat diharapkan untuk membatasi pengaruh iklan ini.
Tetapi, perumusan kode etik ini harus melibatkan berbagai pihak: ahli etika, konsumen (atau
lembaga konsumen), ahli hukum, pengusaha, pemerintah, tokoh agama dan tokoh masyarakat
tertentu, tanpa harus berarti merampas kemandirian profesi periklanan.

Anda mungkin juga menyukai