Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ETIKA BISNIS

“TEORI-TEORI ETIKA BISNIS”

Disusun Oleh:
1. Melly Nur Cahyani 5190211294
2. Hiskia Damaris S. 5190211267

Dosen Pengampu:
Dwi Utami Puterisari, S.si, M.M

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS BISNIS, PSIKOLOGI DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2020
DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang…………………………………………………. 3
B. Rumusan Masalah………………………………………………3
C. Tujuan Masalah…………………………………………………3
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Etika Bisnis………………………………………….4
B. Teori Etika Bisnis………………………………………………. 5
Etika Teleologi…………………………………………………..5
Etika Deontologi………………………………………………... 6
Norma Umum…………………………………………………... 7
Bab III Kesimpulan
A. Kesimpulan…………………………………………………….. 8
Daftar Pustaka…………………………………………………………….. 9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyaknya persoalan serta munculnya berbagai kasus yang
menimpa dunia bisnis ternyata telah menimbulkan dampak positif, yaitu
semakin banyak pemikir etika bisnis yang berusaha merumuskan dan
mengembangkan berbagai teori etika bisnis.
Dalam melaksanakan bisnis tentunya etika bisnis sangat diperlukan
dalam rangka pencapaian dunia bisnis yang ditentukan. Kegiatan bisnis
yang berlandaskan etika adalah bisnis yang dilakukan berdasarkan
metode-metode yang baik serta cara berfikir yang sesuai dengan logika
dan estetika yang berkembang di masyarakat. Dengan demikian bisnis
yang berdasarkan etika akan berjalan tanpa merugikan pihak-pihak lain.
Teori etika bisnis juga memiliki latar belakang nilai-nilai moral, maka dari
itu makalah ini dibuat untuk membahas teori etika bisnis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori etika bisnis?
2. Apa saja teori-teori etika bisnis?
3. Bagaimana tahapan dari etika bisnis?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa itu etika bisnis
2. Mengetahui teori-teori etika bisnis
3. Mengetahui tahapan-tahapan etika bisnis
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian etika bisnis


Etika berasal dari kata Yunani ‘Ethos’ (jamak – ta etha), berarti
adat istiadat. Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada
diri seseorang maupun pada suatu masyarakat. Etika berkaitan dengan
nilai-nilai, tatacara hidup yang baik, aturan hidup yang baik dan segala
kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain
atau dari satu generasi ke generasi yang lain.
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan perilaku,
adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan
menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau
lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ethos yang berarti norma-
norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku
manusia yang baik. Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah
mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan
tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai
tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing
golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria)
yang berlainan.
Memahami apa yang benar dan dapat diterima atau tidak dapat
diterima berdasarkan organisasi atau masyarakat merupakan pengertian
dari etika bisnis. Kegiatan bisnis sudah terbentuk dari abad ke-21, Linda
Ferrell & O.C Ferrell (2009). Berikut merupakan pengertian etika bisnis
menurut para ahli:
1. Menurut Velasques
Etika Bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang
benar dan yang salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral
sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, industri dan prilaku.
2. Menurut Hill dan Jones
Etika Bisnis merupakan suatu ajaran untuk membedakan antara salah dan
benar guna memberikan pembekalan kepada setiap pemimpin perusahaan
ketika mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis yang
terkait dengan masalah moral yang kompleks.

B. Teori-teori etika bisnis

Teori etika bisnis meliputi sebagai berikut:


1. Etika teleologi
Etika teleologi ini berasal dari bahasa yunani yaitu “telos” yang
artinya tujuan. Dengan pengertian etika teleologi yaitu sebagai tolak
ukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau
dicapai dengan suatu tindakan, atau berdasarkan akibat yang
ditimbulkan oleh akibat tindakan itu sendiri. Misalnya, mencuri bagi
teleologi tidak dinilai baik atau buruk berdasarkan tindakan, melainkan oleh
tujuan dan akibat dari tindakan itu. Kalau tujuannya baik, maka tindakan itu
dinilai baik. Seperti, seorang anak kecil yang mencuri demi biaya
pengobatan ibunya yang sedang sakit. Atas dasar ini, dapat disimpulkan
bahwa etika teleologi ini lebih situasional, karena tujuan dan akibat
suatu tindakan ini bisa sangat tergantung pada situasi khusus tertentu.
Dua aliran etika teleogi diantaranya:
a. Egoisme Etis, egoisme etis ini atau etika egoisme ini adalah bahwa
tindakan dari setiap orang adalah mengerjar kepentingan pribadi
dalam memajukan dirinya sendiri.  Egoisme ini baru menjadi
persoalan serius ketika ia cenderung menjadi hedonistis, yaitu ketika
kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata
sebagai kenikmatan fisik yang bersifat vulgar.
b. Utilitarianisme, berasal dari bahasa latin utilis memiliki arti
“bermanfaat”. Menurut teori etika ini utilitariasme ini adalah suatu
perbuatan baik jika perbuatan itu membawa manfaat itu harus
menyangkut lebih dari satu orang melainkan kelompok, masyarakat
sebagai keseluruhan. Dalam rangka pemikiran utilitarianisme, kriteria
untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah “the greatest
happiness of the greatest number”, kebahagiaan terbesar dari jumlah
orang yang terbesar. Utilitarianisme , teori ini cocok sekali dengan
pemikiran ekonomis, karena cukup dekat dengan Cost-Benefit Analysis.
Manfaat yang dimaksudkan utilitarianisme bisa dihitung sama seperti kita
menghitung untung dan rugi atau kredit dan debit dalam konteks bisnis .
Utilitarianisme terbagi menjadi dua macam, yaitu Utilitarianisme
Perbuatan (Act Utilitarianism) dan Utilitarianisme Aturan (Rule
Utilitarianism)
2. Etika Deontologi
Istilah ‘deontologi’ berasal dari kata Yunani deon, yang berarti
kewajiban. Karena itu, etika deontologi ini menekankan kewajiban
manusia untuk bertindak secara baik. Misalnya, suatu tindakan bisnis
akan dinilai baik oleh etika deontologi bukan karena tindakan itu
mendatangkan akibat baik bagi pelakunya, melainkan karena tindakan
itu sejalan dengan kewajiban si pelaku. Seperti, memberikan
pelayanan yang baik kepada semua konsumen, dan sebagainya. Atas
dasar itu, etika deontologi sangat menekankan motivasi, kemauan baik
dan watak yang kuat dari pelaku.‘Mengapa perbuatan ini baik dan
perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’, deontologi menjawab:
‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena
perbuatan kedua dilarang’. Yang menjadi dasar baik buruknya
perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan deontologi sudah diterima
dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah satu teori etika
yang terpenting. Ada tiga prinsip yg harus di penuhi, yaitu :
a. Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan
berdasarkan kewajiban. 
b. Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya
tujuan dari tindakan itu melainkan tergantung pada kemauan baik
yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan itu, berarti
kalaupun tujuan tidak tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik.
c. Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban adalah hal
yang niscaya dari tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap
hormat pada hukum moral universal.
Bagi Kant, Hukum Moral ini dianggapnya sebagai perintah tak
bersyarat (imperatif kategoris), yang berarti hukum moral ini berlaku
bagi semua orang pada segala situasi dan tempat. Perintah Bersyarat
adalah perintah yang dilaksanakan jika orang menghendaki akibatnya,
atau jika akibat dari tindakan itu merupakan hal yang diinginkan dan
dikehendaki oleh orang tersebut. Perintah Tak Bersyarat adalah
perintah yang dilaksanakan begitu saja tanpa syarat apapun, yaitu
tanpa mengharapkan akibatnya, atau tanpa mempedulikan apakah
akibatnya tercapai dan berguna bagi orang tersebut atau tidak.
3. Norma Umum
Norma umum terbagi menjadi 3, yaitu sebagai berikut:
a. Norma sopan santun, norma sopan santun adalah norma yang
mengatur perilaku dan sikap lahiriah dalam pergaulan sehari-hari.
b. Norma hukum adalah norma yang dituntut keberlakuannya secara
tegas oleh masyarakat karena dianggap perlu dan niscaya demi
keselamatan dan kesejahteraan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat.
c. Norma moral, yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku manusia
sebagai manusia. Norma moral ini menyangkut aturan tentang baik
buruknya, adil tidaknya tindakan dan perilaku manusia seajuh ia
dilihat sebagai manusia.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Etika bisnis dapat menilai perilaku manusiawi berstandar moral dan
memberikan ketepatan nasehat tentang bagimana bertindak dan
bermoral pada situasi tertentu.
2. Etika tidak akan bisa dipahami jika seseorang mengesampingkan nilai-
nilai moral.
3. Teori etika dapat membantu para pengambil keputusan untuk bisa
memberikan penilaian, apakah sebuah keputusan itu sudah etis atau
belum.
4. Berdasarkan dengan teori etika bisnis, maka adanya etika bisnis
diharapkan semua yang terlibat memiliki nilai (value), nilai yang
seharusnya ada dalam etika bisnis yang meliputi, keadilan, kejujuran,
trasnparasi, dan sikap profesional yang bersumber pada keluhuran
moral.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Mulyaningsih dan Dr. Hj. Tinneke Hermina. 2017. Etika bisnis.
CV Kimfa Mandiri
Ferrell Linda dan O.C Ferrell. 2009. Ethical Business. London. DK
Essential Managers
http://ameliaputrisuitela97.blogspot.com/2016/12/pengertian-etika-bisnis-
menurut-para.html
(diakses pada tanggal 12 Februari jam 11.04 WIB)
http://yuumenulis.wordpress.com/2012/11/07/teori-etika-etika-bisnis/

(diakses pada tanggal 12 Februari jam 10.46 WIB)

Anda mungkin juga menyukai