Anda di halaman 1dari 15

“Etika Bisnis dalam Dunia Periklanan”

Disusun oleh:

NIKE AMELIA PUTRI EFENDI

NPM : 201003632110331

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS SEMARANG

2021
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, perusahaan-perusahaan sangat gencar dalam


melakukan promosi produknya. Hampir setiap hari kita terpapar dengan gencarnya promosi
produk melalui iklan. Iklan dapat dilihat dimana saja. Saat kita berkendara untuk beraktivitas di
setiap harinya, banyak sekali baliho, spanduk maupun banner iklan terlihat. Saat pergi ke pusat
perbelanjaan, lembaran-lembaran leaflet dapat kita jumpai dan dapatkan. Di dalam rumah
melalui media televisi, iklan pun hadir silih berganti.

Di era digital saat ini, melalui telepon seluler ataupun internet, iklan pun menghampiri
kita. Dengan banyaknya iklan yang menyebar di segala bentuk media promosi, maka semakin
sering kita terpapar dengan informasi dari iklan produk tersebut. Namun kita perlu cermati pula,
informasi yang kita terima sudah sesuaikah dengan etika yang ada. Informasi melalui iklan yang
kita temui tiap harinya, ada yang memenuhi nila-nilai etika, adapula yang tidak. Kita sebagai,
calon konsumen, harus kritis terhadap materi iklan yang ditampilkan. Materi iklan yang baik
adalah materi yang dengan mudah dikenali dan secara tidak langsung tersimpan dalam alam
bawah sadar kita mengenai produk yang diiklankan tersebut. Berbagai proses kreatif ditampilkan
dalam menyajikan iklan di tiap media. Namun apakah semua sudah sesuai dengan Etika
Pariwawa Indonesia (EPI) yang dikeluarkan oleh Dewan Periklanan Indonesia. Dalam Etika
Pariwara Indonesia, amandemen 2014 halaman 3 disebutkan bahwa EPI ini mengukuhkan
adanya kepedulian yang setara pada industri periklanan, antara keharusan untuk melindungi
konsumen atau masyarakat, dengan keharusan untuk dapat melindungi para pelaku periklanan
agar dapat berprofesi dan berusaha – dan memperoleh imbalan dari profesi atau usaha tersebut –
secara wajar.

Dapat kita temui berbagai macam iklan yang materinya tidak sesuai dengan etika dan
moral. Baik itu melalui media cetak, elektronik dan sebagainya. Pesan yang disampaikan agak
berlebihan dan bisa multitafsir, sehingga dapat menjerumuskan. Terkadang pesan tersebut
seharusnya tidak dapat dikonsumsi semua usia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan etika dalam beriklan ?
2. Bagaimana etika dalam periklanan yang baik dan benar?
3. Bagaimana contoh dan tanggapan anda tentang periklanan yang beretika dan tidka
beretika?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa maksud dari etika dan beriklan
2. Untuk mengetahui etika dalam periklanan yang baik dan benar
3. Untuk mengetahui contoh dan tanggapan tentang periklanan yang beretika dan tidak
bereika.
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Etika Dalam Beriklan

Sebuah bisnis dipandang dari tiga sudut pandang yaitu sudut pandang ekonomis, moral
dan hukum. Secara sudut pandang ekonomis, bisnis adalah kegiatan ekonomis untuk
menghasilkan untung. Good business adalah bisnis yang membawa banyak untung. Tujuan
bisnis adalah memaksimalkan keuntungan. Secara sudut pandang moral, mencari keuntungan
dalam bisnis adalah sah dan wajar, asal tidak dicapai dengan merugikan pihak lain. Sedangkan
secara sudut pandang hukum, bisnis yang baik adalah bisnis yang patuh pada hukum. Dapat
disimpulkan bahwa bisnis yang baik adalah bisnis yang menghasilkan untung, dan diperbolehkan
oleh sistem hukum, serta sesuai moral.

Dalam menjalankan bisnis, perusahaan yang menjalankan aktivitas bisnisnya harus


mengikuti norma-norma dan aturan yang berlaku. Kegiatan bisnis penuh dengan pasang surut,
siasat, taktik maupun cara- cara strategis dan bahkan saling jegal antarpesaing sering kali terjadi.
Bisnis yang dilakukan sesuai dengan aturan, norma, dan etika akan menguntungkan perusahaan
itu sendiri maupun masyarakat luas. Reputasi perusahaan yang baik pun akan didapatkan dan
menjadi sebuah competitive advantage yang sulit ditiru.

Menurut Cunningham (1999) Etika periklanan didefinisikan sebagai apa yang benar atau
baik dalam melakukan fungsi periklanannya. Hal ini berhubungan dengan pertanyaan apa yang
seharusnya dilakukan, bukan hanya dengan secara hukum dilakukan. (Drumwright, 2009)

Dapat disimpulkan bahwa iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari
pada informasi tentang keunggulan suatu produk sehingga mengubah pikiran konsumen untuk
melakukan pembelian. Iklan berfungsi sebagai pemberi informasi tentang produk yang
ditawarkan di pasar dan juga sebagai pembentuk pendapat umum tentang sebuah produk.
Sebagai pemberi informasi, maka diharapkan informasi yang diharapkan adalah informasi yang
jelas, benar dan jujur sesuai dengan hak konsumen yang terdapat pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 8 tahun 1999.
. Pentingnya Etika dalam  Iklan
Sebelumnya, istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’
yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu,
tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan atau adat, akhlak,watak, perasaan,
sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh
Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul
kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukanatau ilmu tentang adat
kebiasaan (K.Bertens, 2000). Dalam kegiatan periklanan juga etika sangat penting untuk
dipatuhi dan di jaga oleh setiap pelaku periklanan.
Berbicara tentang Iklan, Iklan dibagi menjadi dua macam yaitu iklan yang persuasif dan iklan
yang informatif. Iklan yang persuasif biasanya ditemukan pada produk-produk yang bukan
kebutuhan umum. Iklan tersebut  berusaha untuk menarik hati dan membujuk konsumen untuk
membeli produknya. Sedangkan iklan yang informatif adalah iklan yang menyediakan informasi
dan memperkenalkan suatu hal. Namun didalam dunia periklanan tidak ada yang namanya murni
iklan persuasif ataupun iklan yang informatif. Iklan selalu mengandung unsur dari keduanya.
Ketika mengiklankan  sesuatu, iklan tersebut pasti d buat seinformatif dan semenarik mungkin
untuk menarik hati konsumenya.
Berbahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan bagian dari identitas bangsa. Berbicara
yang baik seharusnya disosialisasikan di kalangan anak muda, publik figur, selebritis dan
politikus di negeri ini. Rusaknya kaidah berbahasa tampaknya didominasi oleh bahasa iklan di
media massa, baik media cetak maupun elektronik. Penggunaan bahasa dan istilah asing dalam
periklanan di Indonesia sudah sangat banyak ditemui. Akan tetapi penggunaan bahasa asing
menjadi tren dalam periklanan. Penggunaan bahasa asing yang berlebihan menurut saya juga
tidak baik karena di Indonesia tidak banyak masyarakat yang mengerti bahasa asing.
Industri periklanan merupakan suatu tuntutan kebutuhan komunikasi dan pemasaran dunia.
Usaha periklanan akan berperan dalam menentukan pembangunan sesuai cita-cita dan falsafah
bangsa. Oleh karena itu periklanan di Indonesia harus senantiasa aktif, positif dan kreatif dan
harus menjunjung tinggi kaidah dalam berbangsa. Hal itu sebagai pemicu pembangunan di
Indonesia sendiri.  Periklanan harus beretika dan sesuai nilai luhur bangsa ini. Periklanan di
Indonesia seharusnya tidak hanya memperoleh manfaat dari perkembangan ekonomi
dunia. Tetapi, iklan harus mengimbangi pengaruh negatif dalam iklan tersebut yang mungkin
saja akan timbul. Antara iklan satu sama lain harus saling menghormati agar tercipta periklanan
yang sehat, jujur dan bertanggung jawab.
Dibalik banyaknya iklan yang ditawarkan ternyata menyimpan suatu persoalan yaitu etika
dalam beriklan. Iklan di Indonesia banyak kasus penipuan terhadap konsumen bahkan
pembodohan. Semakin berkembangnya iklan di Indonesia maka semakin banyak
permasalahannya. Oleh karena itu, periklanan di Indonesia khususnya harusnya menjaga etika
dalam iklan karena sangat penting menjaga kaidah dan etika dalam berbahasa karena itu akan
mempengaruhi produk itu sendiri.

2.2 Etika yang baik dan Benar


Etika dalam periklanan mengandung arti bahwa pengiklan harus melakukan hanya iklan yang
baik yaitu iklan yang jujur. Dalam artian, iklan yang ditampilkan adalah iklan yang menampilkan
fakta-fakta yang benar, tidak berlebihan, dan tidak ada kebohongan terkait dengan ide, produk,
atau layanan yang diiklankan. Selain itu, ide, produk, layanan atau institusi harus dinyatakan
dengan jelas dalam iklan.

Etika dalam periklanan juga mengacu pada hanya ide, produk, atau layanan yang baik saya yang
harus diiklankan kepada konsumen yang tepat. Iklan-iklan berbagai produk yang dapat merusak
atau menyakiti harus dihindari seperti iklan rokok, iklan minuman keras, dan lain-lain.

Dengan kata lain, etis tidaknya iklan dapat ditentukan oleh sejauh mana iklan dapat merugikan
konsumen. Iklan yang merugikan konsumen dapat didefinisikan sebagai pelanggaran otonomi
dengan kontrol atau manipulasi, invasi privasi, dan pelanggaran hak untuk mengetahui. Berbagai
permasalah etis ini termasuk eksploitasi perempuan, persepsi subliminal, iklan untuk anak-anak,
iklan menipu, dan isu-isu lain yang dapat menyebabkan kerusakan moral masyarakat.
Prinsip Moral yang Perlu dalam Iklan
-          Prinsip Kejujuran

Prinsip ini berhubungan dengan kenyataan bahwa bahasa penyimbol iklan seringkali
dilebih-lebihkan, sehingga bukannya menyajikan informasi mengenai persediaan barang dan jasa
yang dibutuhkan oleh konsumen, tetapi mempengaruhi bahkan menciptakan kebutuhan baru.
Maka yang ditekankan di sini adalah bahwa isi iklan yang dikomunikasikan haruslah sungguh-
sungguh menyatakan realitas sebenarnya dari produksi barang dan jasa. Sementara yang
dihindari di sini, sebagai konsekuensi logis, adalah upaya manipulasi dengan motif apa pun juga.

-          Prinsip Martabat Manusia sebagai Pribadi


Bahwa iklan semestinya menghormati martabat manusia sebagai pribadi semakin
ditegaskan dewasa ini sebagai semacam tuntutn imperatif (imperative requirement). Iklan
semestinya menghormati hak dan tanggung jawab setiap orang dalam memilih secara
bertanggung jawab barang dan jasa yang ia butuhkan. Ini berhubungan dengan dimensi
kebebasan yang justeru menjadi salah satu sifat hakiki dari martabat manusia sebagai pribadi.
Maka berhadapan dengan iklan yang dikemas secanggih apa pun, setiap orang seharusnya bisa
dengan bebas dan bertanggung jawab memilih untuk memenuhi kebutuhannya atau tidak.
Yang banyak kali terjadi adalah manusia seakan-akan dideterminir untuk memilih barang
dan jasa yang diiklankan, hal yang membuat manusia jatuh ke dalam sebuah keniscayaan pilihan.
Keadaan ini bisa terjadi karena kebanyakan iklan dewasa ini dikemas sebegitu rupa sehingga
menyaksikan, mendengar atau membacanya segera membangkitkan “nafsu” untuk memiliki
barang dan jasa yang ditawarkan (lust), kebanggaan bahwa memiliki barang dan jasa tertentu
menentukan status sosial dalam masyarkat, dll.

-          Iklan dan Tanggung Jawab Sosial


Meskipun sudah dikritik di atas, bahwa iklan harus menciptakan kebutuhan-kebutuhan
baru karena perananya yang utama selaku media informasi mengenai kelangkaan barang dan jasa
yang dibutuhkan manusia, namun dalam kenyataannya sulit dihindari bahwa iklan meningkatkan
konsumsi masyarakat. Artinya bahwa karena iklan manusia “menumpuk” barang dan jasa
pemuas kebutuhan yang sebenarnya bukan merupakan kebutuhan primer. Penumpukan barang
dan jasa pada orang atau golongan masyarkat tertentu ini disebut sebagai surplus barang dan jasa
pemuas kebutuhan. Menyedihkan bahwa surplus ini hanya dialami oleh sebagai kecil
masyarakat. Bahwa sebagian kecil masyarakat ini, meskipun sudah hidup dalam kelimpahan, toh
terus memperluas batasa kebutuhan dasarnya, sementara mayoritas masyarakat hidup dalam
kemiskinan.
Di sinilah kemudian dikembangkan ide solidaritas sebagai salah satu bentuk tanggung
jawab sosial dari iklan. Berhadapan dengan surplus barang dan jasa pemuas kebutuhan manusia,
dua hal berikut pantas dipraktekkan. Pertama, surplus barang dan jasa seharusnya disumbangkan
sebagai derma kepada orang miskin atau lembaga/institusi sosial yang berkarya untuk kebaikan
masyarakat pada umumnya (gereja, mesjid, rumah sakit, sekolah, panti asuhan, dll). Tindakan
karitatif semacam ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kehidupan cultural masyarakat
akan semakin berkembang.Kedua, menghidupi secara seimbang pemenuhan kebutuhan fisik,
biologis, psikologis, dan spiritual dengan perhatian akan kebutuhan masyarakat pada umumnya.
Perhatian terhadap hal terakhir ini bisa diwujudnyatakan lewat kesadaran membayar pajak
ataupun dalam bentuk investasi-investasi, yang tujuan utamanya adalah kesejahteraan sebagian
besar masyarakat.
2.3 contoh dan tanggapan anda tentang periklanan yang beretika dan tidka beretika

Iklan yang beretika

 Menurut saya, Iklan kopi Good Day merupakan salah satu konsep iklan out the box.
Iklan yang menampilkan produk kopi dengan mengaitkan unsur cinta. Tayangan iklan kopi yang
di visualisasikan dengan ekspresi masing-masing kriteria seseorang dan di koloborasikan dengan
musik (jingle) inikah rasanya cinta. Iklan yang berdurasi 30 (detik) ini membahas tentang arti
dari makna cinta yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan bearagamnya realita
kehidupan yang di jalani setiap manusia, Good Day mencoba menampilkan melalui tampilan
visual (iklan televisi) perasaan manusia terhadap cinta. Perasaan cinta yang mungkin setiap
karekter manusia berbeda-beda dalam menjalaninya. Di gambar iklan tersebut menunjukkan
betapa nikmatnya rasa kopi good day sehingga mereka saling bertatapan dengan tujuan
mengkode bahwa kopi good day ini enak untuk diminum. Kopi good day cocok untuk diminum
saat hangat dan saat dingin. Dengan ini, strategi periklanan menampilkan jelas pesan dari iklan
brand goodday tersebut dan tentu saja dapat menarik perhatian masyarakat untuk mengonsumsi
kopi good day ini..
Menurut saya, iklan shopee di buat untuk menarik perhatian pemirsa di tv agar
masyarakat meng install aplikasi shopee dan mendaftarkan akun pada aplikasi shopee. Karena
shopee dengan menggunakan trick 10 – 10 untuk bulan depan oktober, mereka mengiming –
imingi berbagai macam produk seperti produk scarlett yang sekarang sedang digandrungi kaum
muda karena lotion viral ini memiliki aroma yang varian dan sedap. Tidak lupa shopee juga
memberikan banyak diskon mulai dari 10% hingga 70% serta shopee mengadakan gratis ongkir
bagi pengguna shopee. Hal tersebut tentunya akan menarik minat pengguna lama maupun
pengguna baru di shopee karena mereka paling suka dengan hal hal yang berbau gratis ongkir
dan diskon besar-besaran dan aplikasi shopee tentunya akan menjadi aplikasi yang paling
banyak diminati masyarakat.
Iklan enervon – C yaitu sebuah produk vitamin – c yang kegunaannya untuk daya tahan
tubuh. Produk ini bermanfaat untuk membantu menjaga daya tahan tubuh. Suplemen
multivitamin ini mengandung vitamin C, niasinamida, kalsium pantotenat, vitamin B1, vitamin
B2, vitamin B6, dan vitamin B12. Enervon C memiliki beberapa jenis, yaitu Enervon C
Multivitamin, Enervon C Multivitamin Effervescent, Enervon C Active, dan Enervon C Plus.
Selain menjaga daya tahan tubuh, Enervon C juga dapat digunakan sebagai suplemen untuk
membantu mengatasi kekurangan vitamin B dan C.
Penayangan iklan enervon –c dengan menayangkan beberapa orang yang menurun tangga
dengan keadaan lelah dan daya tahan tubuh yang kurang. Lalu mereka bersama-sama minum
enervon - c. Setelah minum mereka terasa kembali segar bugar. Hal ini termasuk etis karena apa
yang diiklankan sesuai dengan kegunaan atau manfaat dari enervon – c.

Iklan yang tidak beretika


Menurut saya, iklan diatas termasuk iklan yang tidak beretika karena menunjukkan
pakaian yang kurang pantas ditonton oleh semua umur disana memperlihatkan bagian perut
dengan memakai pakaian crop dan berjoget ria memperlihatkan lekuk tubuh. Selain itu pula
produk yang diunggulkan tidak seberapa fokus tetapi malah bintang iklannya yang berpakaian
seksi dan menggoda. Iklan ini dibuat agar dapat menarik pembeli dari bintang iklan yang
ditampilkan. Namun sayang tujuan iklan untuk menarik pembeli kurang dominan dengan apa
yang ditayangkan. Iklan tersebut harus segera ditarik dari perputarannya di media televisi karena
selain tidak mendidik dan menjurus ke arah porno aksi, juga tidak mencerminkan sebagai iklan
yang seharusnya memberikan informasi yang berguna dan positif bagi masyarakat luas mengenai
produk tersebut.

Seharusnya suatu iklan selain menarik juga harus mendidik karena bukan hanya orang
dewasa saja yang menonton iklan tersebut melainkan semua golongan masyarakat mulai dari
anak kecil hingga dewasa. seharusnya iklan tersebut dibuat menarik dengan tidak menggunakan
unsur mengajari anak-anak untuk berpakaian yang tidak etis.
Kesimpulan

Periklanan merupakan sarana penyampaian pesan dari pelaku usaha kepada calon
konsumen untuk menarik perhatian dan memengaruhi keputusannya agar pembeli produk yang
diiklankan melalui berbagai media.

Sekarang ini, Tayangan iklan di tv sudah banyak mengerti akan etika periklanan dalam
berbisnis. Mereka juga menayangkan iklan secara informative, jelas, dan sesuai kode etik.
Namun, saya hanya menemukan satu iklan yang tidak beretika. Hal itu sudah jauh lebih baik
daripada tahun-tahun sebelumnya, penayangan iklan tidak etis marak ditayangkan. Bahwasannya
industry periklanan kini sudah layak untuk ditayangkan dan sudah lebih baik. Untuk kedepannya
saat sebelum penayangan iklan, alangkah baiknya di selektif dahulu. Karena tidak hanya orang
dewasa yang menonton tayangan iklan di tv, kalangan dari anak-anak juga menonton. Karena
tayangan iklan yang negative juga akan berdampak buruk bagi penonton iklan, mereka akan
meniru sedemikian rupa.

Anda mungkin juga menyukai