Anda di halaman 1dari 16

ETIKA PERIKLANAN

DOSEN PENGAMPU : Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom

ANALISA IKLAN DULUX TERHADAP ETIKA PARIWARA


INDONESIA

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Periklanan

Disusun Oleh :
Bento Putra Fajar 44316120074

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini iklan memang menjadi alat komunikasi yang penting bagi produsen atau perusahaan untuk
dapat memperkenalkan produknya agar dapat di kenal oleh masyarakat. Iklan yang kreatif dan inovatif akan
menjadi pusat perhatian masyarakat.

Namun dalam perkembangannya, persaingan iklan menjadi kurang sehat. Pengiklan lebih mementingkan
konten dan melupakan soal etika. Padahal, kita hidup di Negara yang menjunjung tinggi nilai nilai etika.
Dibutuhkan suatu aturan yang mengikat agar tidak ada iklan yang merugikan pihak tertentu

Etika Pariwara Indonesia dibentuk dalam rangka menciptakan suasana persaingan iklan yang sehat.
Pengiklan
1.2 Perumusan Masalah
1. Pengertian iklan
2. Etika periklanan
3. Kitab Etika Pariwara Indonesia
4. Iklan yang baik

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian iklan
2. Memahami etika periklanan
3. Mengetahui Kitab Etika Pariwara Indonesia
4. Dapat menjelaskan iklan yang baik

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Iklan


Pada saat ini iklan memang menjadi alat komunikasi yang penting bagi produsen atau perusahaan untuk
dapat memperkenalkan produknya agar dapat di kenal oleh masyarakat.

Dunia periklanan Indonesia memiliki etika yang mengaturnya, namun mengapa masih banyak saja iklan-iklan
di Indonesia yang melanggar etika-etika yang telah diatur tersebut? Pertanyaan semacam ini tidak dapat
dijawab dengan mudah. Terdapat banyak faktor yang membuat suatu iklan dieksekusi, mengingat panjangnya
proses yang harus dilewati suatu agensi dalam mengeksekusi suatu iklan. Salah satu faktornya adalah
persaingan yang tidak ada habisnya.

Iklan di gunakan oleh produsen atau perusahaan untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
produk perusahaan. Informasi – informasi tersebut dapat berupa menjelaskan mengenai kegunaan,
kemampuan, cara kerja, keunggulan, kualitas, serta harga produk. Informasi mengenai produk sangat di
perlukan apalagi terhadap suatu produk yang baru di pasarkan. Hal ini di lakukan agar konsumen mengetahui
bahwa ada produk baru. Tentunya hal tersebut juga dapat membantu bagi produsen atau perusahaan dalam
membangun citra produk.

2.2 Etika Periklanan


• Menurut Dewan Periklanan Indonesia (DPI), etika adalah sekumpulan norma perilaku yang dibuat oleh
sekelompok tertentu yang harus di taati oleh individu atau kelompok individu yang menjadi anggotanya
atas dasar moralitas baik-buruk atau benar-salah untuk hal tertentu.Etika adalah lini arahan atau
aturan moral dari sebuah situasi dimana seseorang bertindak dan mempengaruhi tindakan orang atau
kelompok lain. Definisi etika ini juga berlakuuntuk kelompok media sebagai subjek etis yang ada.
Pilihan-pilihan etis juga harus berdasarkan kaidah norma atau nilai yang menjadi prinsip utama
tindakan etis.

• Sedangkan etika periklanan adalah ukuran kewajaran nilai dan kejujuran didalam sebuah iklan.
Menurut Persatuan Perusahaan Periklanan Indoneasia (P3I), etika periklanan adalah seperangkat
norma dan padan yang mesti dikuti oleh para politis periklanan dalam mengemas dan
menyebarluaskan pesan iklan kepada khalayak ramai baik melalui media massa maupn media ruang.
Menurut EPI (Etika Pariwara Indonesia), etika periklanan adalah ketentuan-ketentuan normatif yang
menyangkut profesi dan usaha periklanan yang telah disepakati untuk dihornati, ditaai, dan ditegakkan
oleh semua asosiasi dan lembaga pengembangannya.

2.3 Kitab Etika Pariwara Indonesia


EPI adalah produk dari Dewan Periklanan Indonesia (DPI) yang merupakan penyempurnaan atas Tata Krama
dan Tata Cara Periklanan Indonesia (TKTCPI) yang pertama kali diikrarkan pada tgl. 17 September 1981.

Tata Krama Isi Iklan

1. Hak Cipta: Penggunaan materi yang bukan milik sendiri, harus atas ijin tertulis dari pemilik atau pemegang
merek yang sah.

2. Bahasa: (a) Iklan harus disajikan dalam bahasa yang bisa dipahami oleh khalayak sasarannya, dan tidak
menggunakan persandian (enkripsi) yang dapat menimbulkan penafsiran selain dari yang dimaksudkan oleh
perancang pesan iklan tersebut. (b) Tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif seperti “paling”, “nomor
satu”, ”top”, atau kata-kata berawalan “ter“. (c) Penggunaan kata ”100%”, ”murni”, ”asli” untuk menyatakan
sesuatu kandungan harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang
otentik. (d) Penggunaan kata ”halal” dalam iklan hanya dapat dilakukan oleh produk-produk yang sudah
memperoleh sertifikat resmi dari Majelis Ulama Indonesia, atau lembaga yang berwenang.

3. Tanda Asteris (*): (a) Tanda asteris tidak boleh digunakan untuk menyembunyikan, menyesatkan,
membingungkan atau membohongi khalayak tentang kualitas, kinerja, atau harga sebenarnya dari produk
yang diiklankan, ataupun tentang ketidaktersediaan sesuatu produk. (b) Tanda asteris hanya boleh digunakan
untuk memberi penjelasan lebih rinci atau sumber dari sesuatu pernyataan yang bertanda tersebut.

4. Penggunaan Kata ”Satu-satunya”: Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata “satusatunya” atau yang
bermakna sama, tanpa secara khas menyebutkan dalam hal apa produk tersebut menjadi yang satu-satunya
dan hal tersebut harus dapat dibuktikan dan dipertanggungjawabkan.
5. Pemakaian Kata “Gratis”: Kata “gratis” atau kata lain yang bermakna sama tidak boleh dicantumkan
dalam iklan, bila ternyata konsumen harus membayar biaya lain. Biaya pengiriman yang dikenakan kepada
konsumen juga harus dicantumkan dengan jelas.

6. Pencantum Harga: Jika harga sesuatu produk dicantumkan dalam iklan, maka ia harus ditampakkan
dengan jelas, sehingga konsumen mengetahui apa yang akan diperolehnya dengan harga tersebut.

7. Garansi: Jika suatu iklan mencantumkan garansi atau jaminan atas mutu suatu produk, maka dasar-dasar
jaminannya harus dapat dipertanggung- jawabkan.

8. Janji Pengembalian Uang (warranty): (a) Syarat-syarat pengembalian uang tersebut harus dinyatakan
secara jelas dan lengkap, antara lain jenis kerusakan atau kekurangan yang dijamin, dan jangka waktu
berlakunya pengembalian uang. (b) Pengiklan wajib mengembalikan uang konsumen sesuai janji yang telah
diiklankannya.

9. Rasa Takut dan Takhayul: Iklan tidak boleh menimbulkan atau mempermainkan rasa takut, maupun
memanfaatkan kepercayaan orang terhadap takhayul, kecuali untuk tujuan positif.

10. Kekerasan: Iklan tidak boleh – langsung maupun tidak langsung -menampilkan adegan kekerasan yang
merangsang atau memberi kesan membenarkan terjadinya tindakan kekerasan.

11. Keselamatan: Iklan tidak boleh menampilkan adegan yang mengabaikan segi-segi keselamatan,
utamanya jika ia tidak berkaitan dengan produk yang diiklankan.

12. Perlindungan Hak-hak Pribadi: Iklan tidak boleh menampilkan atau melibatkan seseorang tanpa terlebih
dahulu memperoleh persetujuan dari yang bersangkutan, kecuali dalam penampilan yang bersifat massal,
atau sekadar sebagai latar, sepanjang penampilan tersebut tidak merugikan yang bersangkutan.

13. Hiperbolisasi: Boleh dilakukan sepanjang ia semata-mata dimaksudkan sebagai penarik perhatian atau
humor yang secara sangat jelas berlebihan atau tidak masuk akal, sehingga tidak menimbulkan salah
persepsi dari khalayak yang disasarnya.

14. Waktu Tenggang (elapse time): Iklan yang menampilkan adegan hasil atau efek dari penggunaan
produk dalam jangka waktu tertentu, harus jelas mengungkapkan memadainya rentang waktu tersebut.

15. Penampilan Pangan: Iklan tidak boleh menampilkan penyia-nyiaan, pemborosan, atau perlakuan yang
tidak pantas lain terhadap makanan atau minuman.

16. Penampilan Uang: (a) Penampilan dan perlakuan terhadap uang dalam iklan haruslah sesuai dengan
norma-norma kepatutan, dalam pengertian tidak mengesankan pemujaan ataupun pelecehan yang
berlebihan. (b) Iklan tidak boleh menampilkan uang sedemikian rupa sehingga merangsang orang untuk
memperolehnya dengan cara-cara yang tidak sah. (c) Iklan pada media cetak tidak boleh menampilkan uang
dalam format frontal dan skala 1:1, berwarna ataupun hitam-putih. (d) Penampilan uang pada media visual
harus disertai dengan tanda “specimen” yang dapat terlihat Jelas.
17. Kesaksian Konsumen (testimony): (a) Pemberian kesaksian hanya dapat dilakukan atas nama
perorangan, bukan mewakili lembaga, kelompok, golongan, atau masyarakat luas. (b) Kesaksian konsumen
harus merupakan kejadian yang benar-benar dialami, tanpa maksud untuk melebih-lebihkannya. (c)
Kesaksian konsumen harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis yang ditanda tangani oleh konsumen
tersebut. (d) Identitas dan alamat pemberi kesaksian jika diminta oleh lembaga penegak etika, harus dapat
diberikan secara lengkap. Pemberi kesaksian pun harus dapat dihubungi pada hari dan jam kantor biasa.

18. Anjuran (endorsement): (a) Pernyataan, klaim atau janji yang diberikan harus terkait dengan kompetensi
yang dimiliki oleh penganjur. (b) Pemberian anjuran hanya dapat dilakukan oleh individu, tidak diperbolehkan
mewakili lembaga, kelompok, golongan, atau masyarakat luas.

19. Perbandingan: (a) Perbandingan langsung dapat dilakukan, namun hanya terhadap aspek-aspek teknis
produk, dan dengan kriteria yang tepat sama. (b) Jika perbandingan langsung menampilkan data riset, maka
metodologi, sumber dan waktu penelitiannya harus diungkapkan secara jelas. Pengggunaan data riset
tersebut harus sudah memperoleh persetujuan atau verifikasi dari organisasi penyelenggara riset tersebut. (c)
Perbandingan tak langsung harus didasarkan pada kriteria yang tidak menyesatkan khalayak.

20. Perbandingan Harga: Hanya dapat dilakukan terhadap efisiensi dan kemanfaatan penggunaan produk,
dan harus diserta dengan penjelasan atau penalaran yang memadai.

21. Merendahkan: Iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung.

22. Peniruan: (a) Iklan tidak boleh dengan sengaja meniru iklan produk pesaing sedemikian rupa sehingga
dapat merendahkan produk pesaing, ataupun menyesatkan atau membingungkan khalayak. Peniruan
tersebut meliputi baik ide dasar, konsep atau alur cerita, setting, komposisi musik maupun eksekusi. Dalam
pengertian eksekusi termasuk model, kemasan, bentuk merek, logo, judul atau subjudul, slogan, komposisi
huruf dan gambar, komposisi musik baik melodi maupun lirik, ikon atau atribut khas lain, dan properti. (b) Iklan
tidak boleh meniru ikon atau atribut khas yang telah lebih dulu digunakan oleh sesuatu iklan produk pesaing
dan masih digunakan hingga kurun dua tahun terakhir.

23. Istilah Ilmiah dan Statistik: Iklan tidak boleh menyalahgunakan istilah-istilah ilmiah dan statistik untuk
menyesatkan khalayak, atau menciptakan kesan yang berlebihan.

24. Ketiadaan Produk: Iklan hanya boleh dimediakan jika telah ada kepastian tentang tersedianya produk
yang diiklankan tersebut.

25. Ketaktersediaan Hadiah: Iklan tidak boleh menyatakan “selama persediaan masih ada” atau kata-kata
lain yang bermakna sama.

26. Pornografi dan Pornoaksi: Iklan tidak boleh mengeksploitasi erotisme atau seksualitas dengan cara apa
pun, dan untuk tujuan atau alasan apa pun.

27. Khalayak Anak-anak: (a) Iklan yang ditujukan kepada khalayak anakanak tidak boleh menampilkan hal-
hal yang dapat mengganggu atau merusak jasmani dan rohani mereka, memanfaatkan kemudahpercayaan,
kekurangpengalaman, atau kepolosan mereka. (b) Film iklan yang ditujukan kepada, atau tampil pada segmen
waktu siaran khalayak anakanak dan menampilkan adegan kekerasan, aktivitas seksual, bahasa yang tidak
pantas, dan atau dialog yang sulit wajib mencantumkan kata-kata “BimbinganOrangtua” atau simbol yang
bermakna sama

2.4 Iklan Yang Baik

Untuk menarik konsumen, sebuah perusahaan harus berusaha membuat iklan yang baik dan efektif. Kriteria
tersebut akan mengena konsumen sehingga tertarik membeli produk yang Anda tawarkan. Guna mampu
menyampaikan ikan yang baik dan efektif, Advestising agency membantu Anda mendesainkan iklan dengan
kriterian iklan baik dan efektif. Apa saja criteria iklan yang harus diperhatikan?

1. Tujuan Iklan Harus Jelas

Jasa advertising agency semarang membantu Anda dalam mendesainkan iklan dengan tujuan yang jelas.
Iklan dimanfaatkan untuk mengenalkan produk yang Anda tawarkan serta menyukainya. Memberikan
pengetahuan tentang kesadaran untuk membeli produk Anda hal yang harus diperhatikan. Bagaiman Anda
harus mengemas iklan dengan informasi lengkap, alasan mengapa konsumen harus mengguunakan produk
Anda akan membuat mereka lebih sadar agar membeli produk Anda.

2. Media Pemasaran yang Tepat

Produk yang ditawarkan dengan media pemasaran yang tepat akan mudah dikenal oleh masyarakat. Media
penayangan iklan melalui televisi, radio, atau media cetak seperti brosur, iklan di surat kabar dan
memanfaatkan pemasaran didunia maya akan meningkatkan penjualan Anda. Oleh karena itu biro iklan di
semarang akan membantu Anda mendesainkan iklan yang menarik dan tepat sararan.

3. Kemasan Iklan Unik, Kreatif, dan Tepat Sasaran

Alasan tepat yang diberikan Anda kepada konsumen akan mempengaruhi konsumen sehingga mereka
menggunakan produk Anda. Hal ini merupakan hal penting dalam sebuah iklan karena informasi bermanfaat
ini akan meningkatkan pengetahuan sasaran konsumen Anda. Selain itu, sasaran iklan harus di pilih menuruk
kelompok sasaran produk Anda. Contohnya, sebuah iklan perumahan dengan desain rumah modern
minimalis cocok di miliki oleh pasangan suami isteri yang baru saja menikah. Untuk meningkatka penjualan,
Anda harus mengemas iklan semenarik mungkin. Desain iklan berwarna warni dengan isi iklan yang padat,
jelas, dan menarik mampu membuat konsumen Anda tergiur membeli produk Anda. Jika Anda ingin
meyakinkan konsumen, testimony dari konsumen yang telah menggunakan produk atau jasa Anda dapat
dicantumkan sehingga kemasan iklan menjadi lebih informatik melingkupi alasan dan informasi produk
lainnya.

BAB III ANALISA KASUS

3.1 INDOMIE
Indomie merupakan salah satu produk unggulan dari PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Produk ini
sangat diminati masyarakat karena harganya yang murah, mudah di sajikan dan mudah didapatkan. Indomie
memiliki keunikan pada varian rasa Selera Indonesia, seperti rendang, empal gentong, coto Makassar dan
berbagai rasa lainnya.

Produk brand lain sulit menyaingi indomie yang telah menjadi brand top of mind di mata masyarakat.
Walaupun competitor memasang harga yang lebih murah, namun pilihan kebanyakan masyarakat tetap
kepada Indomie. Beberapa brand mencoba menyaingi dengan produk yang lebih sehat, tetap saja, Indomie
menguasai pasar Indonesia dikarenakan rasanya yang enak.

Strenght
• Sudah menjadi top of mind di mata masyarakat Indonesia
• Pemasaran sudah sampai ke luar negri, bahkan sudah memiliki pabrik di luar negri
• Harga murah
• Produk mudah didapat
• Banyak variant bentuk dan rasa

Weaknes
• Menjadi produk makanan yang dinilai kurang sehat karena mengandung MSG
• Harga lebih mahal jika dibandingkan produk pesaing
Opportunitty
• Kesibukan masyarakat yang sangat tinggi sehingga ingin makanan yang instant atau cepat saji
• Masyarakat menyukai makanan dengan harga yang murah dan mengenyangkan

Treat
• Banyak kampanye tentang hidup sehat yang melarang konsumsi makanan instant
• Banyak produk mie dalam kemasan cup yang lebih mudah disajikan

Segmentation
• Masyarakat kelas menengah kebawah
• Usia 10 sampai dengan 50 tahun
• Tinggal di daerah perkotaan dan pedesaan di Indonesia

Targeting
• Masyarakat kelas menengah keatas
• Usia 10 sampai dengan 50 tahun
• Masyarakat dengan kesibukan tinggi
• Tinggal di daerah perkotaan dan pedesaan di Indonesia

Positioning
• Indomie Brand Mie Instant yang menjadi Top Of Mind

Iklan Indomie Versi 45th Anniversary

Link : https://www.youtube.com/watch?v=XuJUFhPl5IE
Iklan indomie ini dianggap sebagai iklan yang baik karena tidak melanggar etika. Selain itu, visual yang hampir
menyerupai suasana di masa lalu. Kita diajak untuk bernostalgia dengan gambaran yang disajikan oleh iklan
tersebut.
3.1 MIE SEDAAP

Mie Sedaap merupakan produk pangan unggulan dari wings food. Keunikan dan kreatifitas pembuatan iklan
menjadi daya tarik tersendiri. Namun terkadang ide yang out of the box menjadi kontroversi karena dinilai
terjadi pelanggaran di dalamnya.

Strenght :
• Harga jual yang murah
• Dibandingkan produk pesaing, mie sedaap cenderung lebih murah
• Produk mudah didapat

Weaknes :
• Menjadi produk makanan yang dinilai kurang sehat karena mengandung MSG
• Harga lebih mahal jika dibandingkan produk pesaing
• Variant kurang banyak

Opportunitty :
• Kesibukan masyarakat yang sangat tinggi sehingga ingin makanan yang instant atau cepat saji
• Masyarakat menyukai makanan dengan harga yang murah dan mengenyangkan

Treat :
• Banyak kampanye tentang hidup sehat yang melarang konsumsi makanan instant
• Banyaknya produk dengan varian rasa yang beragam
Segmentation
• Masyarakat kelas menengah kebawah
• Usia 10 sampai dengan 50 tahun
• Tinggal di daerah perkotaan dan pedesaan di Indonesia

Targeting
• Masyarakat kelas menengah keatas
• Usia 10 sampai dengan 50 tahun
• Masyarakat dengan kesibukan tinggi
• Tinggal di daerah perkotaan dan pedesaan di Indonesia

Positioning
• Produk Mie Sedaap milik PT. Wingsfood memposisikan diri sebagai market leader karena telah meraih
The Most Valuable Brand tahun 2004.

Iklan Mie Sedap – Papa Hidup Lagi

Link : https://www.youtube.com/watch?v=JpsoR-cRVmc
Iklan mie sedaap versi “Papa Hidup Lagi” menjadi iklan yang buruk. Iklan ini menimbulkan kontroversi, karena
dianggap tidak baik untuk anak – anak. Dalam iklan ini di tampilkan seorang ayah dan anak perempuannya,
lalu datang ketua RT untuk mengajak sang ayah kerja bakti. Namun sang ayah menyuruh anaknya berbohong
bahwa sang ayah sudah meninggal. Ketika Ketua RT menyampaikan bahwa konsumsi untuk kerja baktinya
adalah Mie Sedaap, si ayah muncul dari persembunyianya.
Iklan ini menimbulkan kesan buruk karena dianggap mengajarkan anak untuk melakukan perbuatan bohong.
Iklan ini melanggar Pasal 49 ayat (1) SPS KPI yang menyatakan soal kewajiban berpedoman pada EPI.
Dalam EPI Bab III, A. 3.1.2 menyebutkan bahwa iklan tidak boleh memperlihatkan anak-anak dalam adegan-
adegan yang menyesatkan atau tidak pantas dilakukan oleh mereka. Selain itu Mie Sedaap juga melanggar
pasal 10 Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) yang berbunyi Lembaga Penyiaran wajib memperhatikan dan
melindungi kepentingan anak-anak, remaja dan atau perempuan serta pasal 49 ayat (3) huruf h dan Standar
Program Siaran (SPS) yang berbunyi program siaran dilarang menayangkan hal-hal yang bertentangan
dengan kesusilaan masyarakat dan nilai-nilai agama.
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Iklan merupakan hal yang penting dalam pemasaran. Dari iklan, masyarakat dapat mengetahui keberadaan
produk. Tanpa adanya iklan, penjualan produk tidak akan maksimal. Maka wajib bagi setiap pemasar untuk
meingiklankan produk dan brandnya.

Namun dalam pembuatan iklan, harus memperhatikan etika agar terjadi persaingan yang sehat. Etika
Pariwara Indonesia dibuat dalam rangka mengartur pengiklan, agar membuat sebuah iklan yang menarik
tanpa harus menjatuhkan atau merugikan pihak tertentu. Etika Pariwara Indonesia dibentuk bukan untuk
membatasi kreatifitas pembuat iklan, namun lebih sebagai tuntunan bagi pelaku iklan, dan dapat memacu
pengiklan untuk mengembangkan kreatifitas mereka.

4.2 Saran
Perusahaan diharapkan untuk dapat menyajikan iklan yang menarik dengan tuntunan Etika Pariwara
Indonesia supaya tercipta persaingan yang sehat. Selain itu, pelaku iklan juga harus dapat memberikan
pemikiran atau ide – ide yang lebih kreatif dan inovatif agar mendapat perhatian dari masyarakat
DAFTAR PUSTAKA

Etika Pariwara Indonesia

https://id.wikipedia.org/wiki/Indomie

https://id.wikipedia.org/wiki/Mie_Sedaap

Anda mungkin juga menyukai