Anda di halaman 1dari 3

Periklanan dalam Perspektif Etika Bisnis Islam

Produsen periklanan harus memastikan bahwa kampanye iklan mereka tidak melampaui norma atau
hukum sosial meskipun banyak iklan di negara-negara Muslim atau di luar mencerminkan nilai-nilai
bebas masyarakat barat, yang mempengaruhi norma-norma sosial masyarakat. . Menurut Rice dan Al
Mossawi , pemasar atau produsen periklanan di dunia Muslim akan mendapatkan keuntungan
dengan memperoleh pemahaman tentang nilai-nilai Islam.

Agar iklan sesuai dengan nilai-nilai Islami yang bersumber dari Al-Qur'an dan Al-Hadits serta sesuai
dengan etika bisnis Islami, kita dapat mencontoh strategi pemasaran yang digunakan Nabi saat
melakukan aktivitas perdagangan. Iklan Islami diperkenalkan sebagai solusi etika kontemporer saat
ini dan sebaliknya. masalah. Oleh karena itu tidak melanggar nilai kemanusiaan, nilai Islam Arselhan
menjelaskan bahwa apa yang diiklankan harus halal seluruhnya, dipromosikan melalui saluran
halal, oleh perusahaan halal, dan dengan menggunakan bahan promosi halal. Di Indonesia
sendiri, dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 17 ayat
dijelaskan bahwa pelaku usaha periklanan adalah dilarang membuat iklan yang: ŷ menipu konsumen
mengenai kualitas, jumlah, bahan, penggunaan dan harga tarif barang dan/atau jasa serta ketepatan
waktu penerimaan barang dan/atau jasa y menipu jaminan/jaminan barang dan/atau atau layanan y
mengandung informasi yang keliru, keliru, atau tidak akurat terkait barang dan/atau layanan; ý tidak
memuat informasi mengenai risiko penggunaan barang dan/atau jasa y mengeksploitasi kejadian
dan/atau seseorang tanpa seizin pihak yang berwenang atau pihak yang berwenang persetujuan
orang yang bersangkutan y melanggar etika dan/atau ketentuan perundang-undangan tentang
periklanan
Sebelumnya dalam Pasal 10 juga dijelaskan bahwa pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/
atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang
menawarkan, mempromosikan, mengiklankan.
Jika melihat beberapa penjelasan di atas, baik dengan etika bisnis dalam Islam, periklanan, dan
periklanan dalam Islam, ditambah dengan peraturan perundang-undangan, maka jelas bahwa
iklan. periklanan harus mengandung nilai-nilai moral yang luhur

METODE

Rancangan penelitian itu sendiri ibarat peta jalan bagi peneliti yang memandu dan menentukan arah
proses penelitian secara tepat dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. . Hal ini
dilakukan untuk menggali isu-isu spesifik dan kontekstual secara mendalam, khususnya yang
berkaitan dengan etika beriklan di televisi dalam perspektif Islam.

Auerbach dan Silverstein juga menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menganalisis dan menginterpretasikan teks dan hasil wawancara dengan maksud untuk menemukan
makna dari suatu fenomena. . Penelitian ini juga bersifat deskriptif yaitu data yang dikumpulkan
berkaitan dengan etika iklan di televisi dalam pandangan Islam dideskripsikan secara jelas sehingga
mudah dipahami oleh orang lain.
Objek penelitian ini adalah beberapa produk iklan yang tayang di televisi pada tanggal 21 Agustus
2020 yaitu berupa produk kecantikan, minuman berenergi, dan makanan/kue.

HASIL DAN DISKUSI

Sebelum membahas etika iklan televisi dalam Islam, penelit mengawali dengan urgensi dan melalui
teologi khususnya televisi Menunit Morison di era globalisasi saat ini, banyak jenis media komunikasi
yang dapat digunakan untuk promosi . Promosi yang dilakukan oleh perusahaan dapat menggunakan
kologi seperti facebook, instagram, website, radio, televisi, billboard digital, dan lain sebagainya Di
Indonesia, Inlevisi tok masih menjadi favorit perusahaan untuk mempromosikan produk agar dikenal
di masyarakat. Hal tersebut dapat dibat pada tabel berikut Tabel 2 Pengendalian Biaya Iklan pada
Media di Indonesia Tahun 2019 Total Rp
Media

Televisi : 143

Media cetak : 22

Radio : 1.7

Persentase (%)

Televisi : 85%

Media cetak : 13%

Radio : 2%

Sumber: (Nielsen, 2020)

Jika dilihat dari tabel, televisi menduduki peringkat pertama atau disukai masyarakat karena mudah
diakses dan hampir seluruh masyarakat Indonesia memiliki televisi. Secara rinci, sepanjang tahun
2019, kategori layanan online menjadi penyumbang belanja iklan terbesar dengan total belanja iklan
sebesar Rp 10,3 triliun dan tumbuh 2% dibandingkan tahun sebelumnya. Kemudian selanjutnya
adalah kategori perawatan rambut sebesar Rp 9.2 triliun Walaupun jika dilihat dari pertumbuhan
iklan melalui televisi yang sangat pesal, masih terdapat beberapa iklan yang secara moral dan etika
tidak sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dikarenakan masih adanya iklan yang mengandung hal-hal
seperti penipuan, janji palsu, melebih-lebihkan, memanfaatkan wanita yang menampakan
auratnya, dan sebagainya.
Dalam studi sebelumnya, ditemukan bahwa 74,043% responden setuju bahwa iklan umumnya
melebih-lebihkan penawaran mereka dan membuat janji palsu.
Kita tahu bahwa dalam sebuah iklan promosi, produk yang disampaikan harus memiliki konten yang
mengandung maslahah. Ini juga bukan hanya perusahaan yang mencari keuntungan. Namun juga
mengedukasi masyarakat di seluruh Indonesia dengan menonton iklan yang berisi tuntunan atau
etika yang menganut agama Islam, mengingat mayoritas konsumen adalah muslim.
Selanjutnya peneliti mencoba menganalisis permasalahan yang muncul terkait dengan etika
periklanan di televisi yang berlebihan atau tidak mengikuti etika bisnis Islami seperti
penipuan, menampilkan alat kelamin wanita, janji palsu menampilkan sesuatu yang berlebihan. dan
lain sebagainya yang sering kita jumpai setiap hari. Memang dalam dunia pertelevisian dan
periklanan ada beberapa lembaga yang mengawasi seperti Komisi Penyiaran Indonesia Z Produk
Snack/Biskuit
Dalam iklan produk tersebut, perusahaan ingin memberikan pesan bahwa sarapan cukup dengan
biskuit dan Anda akan langsung kenyang. Peneliti mengatakan bahwa iklan tersebut dikhawatirkan
mengandung penipuan. Hal ini dikarenakan pada pagi hari kita membutuhkan nutrisi dan karbohidrat
yang cukup untuk melakukan aktivitas hingga siang hari. Tentu saja, tidak cukup hanya makan biskuit
saja Dalam Islam, produsen harus mempromosikan dan dengan jujur. Hal ini dapat dilakukan dengan
konten yang kreatif dan inovatif tanpa ada unsur apapun di sana. Allah berfirman dalam Al-Qur'an
surah An Nahl ayat 5 yang artinya: «Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan dusta
hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang
yang berdusta.» Hubungan antara tauhid, iman, dan kejujuran dalam ayat tersebut sangat jelas
Untuk itu perusahaan yang ingin mempromosikan produknya harus jujur dalam menjelaskan
produknya dan tidak menipu masyarakat dengan kalimat yang tidak masuk akal seperti produk
biskuit di atas.

Anda mungkin juga menyukai