Anda di halaman 1dari 5

Analisis pelanggaran etika dalam beriklan (Hago pasti Jago)

Goldheana A.K ( B75217077)

https://www.youtube.com/watch?v=wULahzknKqw

Sinopsis

Siapa yang tidak tau apa itu hago, disetiap media sosial pasti kita setidaknya menemui
iklan tentang salah satu mobile game satu ini. Game yang didalamnya terdiri dari banyak sekali
permainan, hago selalu mampu membuat iklan yang menarik mulai dari promosi bisa
menemukan pasangan sampai hal lainnya. Salah satu iklan hago yang akan dibahas penulis ada
iklan hago yang isinya melecehkan guru dimana iklan ini dimulai dengan suasana kelas yang
mencekam dikarenakan guru yang kiler lalu ada siswa yang sedang di hukum di depan kelas.
Lalu, beberapa menit kemudian ada seorang siwa yang dating lebih terlambat lagi dan dengan
santainya masuk ke kelas dan tatapan pak guru sendiri ada rasa takut sampai akhirnya sang guru
menghampiri dan membawakan tas sang murid. Alasan kenapa sang guru mau diperlakukan
seperti itu dan mempersilahkan sang murid duduk sang guru melanjutkan pelajaran yang sedang
diajarkannya adalah karena sang guru kalah setelah main hago. Ditutup dengan kata “ Hago Pasti
Jago”

Pengertian periklanan, iklan dan etika iklan.

Arens (2006: 7) mendefinisikan periklanan sebagai komunikasi nonpersonal yang


terstruktur dan tersusun atas suatu informasi, yang biasanya persuasif mengenai suatu produk
(barang, jasa atau ide) dengan memperlihatkan sponsor (merek) yang pemasangnya harus
membayar penayangannya di berbagai media. Jadi periklanan adalah seluruh proses yang
meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, penyampaian, dan umpan balik dari pesan
komunikasi pemasaran.1

Sedangkan, Iklan adalah suatu pesan komunikasi pemasaran tentang sesuatu produk yang
disampaikan melalui sesuatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan
kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Sedangkan Pengiklan adalah pemrakarsa, penyandang
dana, dan pengguna jasa periklanan. Iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu
produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media ( Rhenald Kasali , 1992).

Dalam membuat suatu iklan kita harus memikirkan bagaimana ide kreatif agar iklan ini
tidak sama dengan yang lain tapi bukan hanya kreatif iklan juga harus mengikuti etika dan
peraturan yang berlaku di masyarakat. Etika menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)
adalah Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.
Dengan adanyaa etika dan hukum yang berlaku ini iklan diharapkan dapat menampilkan sesuatu
yang dapat menjadi suatu pelajaran dan tidak melanggar hal-hal yang menjadi dasar dari etika
dan peraturan yang ada.

Menurut Sony Keraf (1993 : 142), menyatakan bahwa dalam iklan kita dituntut untuk
selalu mengatakan hal yang benar kepada konsumen tentang produk sambil membiarkan
konsumen bebas menentukan untuk membeli atau tidak membeli produk itu. 2

Iklan dan pelaku periklanan harus :

1. Jujur, benar, dan bertanggung jawab.


2. Bersaing secara sehat.
3. Melindungi dan menghargai khalayak, tidak merendahkan agama, budaya, Negara, dan
golongan, serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.
4. Melindungi dan menghargai khalayak, tidak merendahkan agama, budaya,
negara, dangolongan, serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.

1
http://nenengmeiyani250596.blogspot.com/2018/03/analisiskasus-iklan-yang-melanggar-kode.html diakses pada
jumat 4 oktober 2019
2
https://www.academia.edu/37905907/PELANGGARAN_ETIKA_DALAM_BISNIS_PADA_PT_GUDANG_GAR
AM_TUGAS_MATA_KULIAH_BISNIS_and_MANAJEMEN diakses pada jumat 4 oktober 2019
Iklan yang menyatakan kebenaran dan kejujuran adalah iklan yang beretika. Akan tetapi,
iklan menjadi tidak efektif, apabila tidak mempunyai unsur persuasif. Akibatnya, tidak akan ada
iklan yang akan menceritakan the whole truth dalam pesan iklannya.

Sederhananya, iklan pasti akan mengabaikan informasi-informasi yang bila disampaikan


kepada pemirsanya malah akan membuat pemirsanya tidak tertarik untuk
menjadi konsumen produk atau jasanya. Iklan dikomunikasikan kepada khalayak luas (melalui m
edia massa komunikasi iklan akan diterima oleh semua orang : semua usia, golongan, suku, dsb).
Sehingga iklan harus memiliki etika, baik moral maupun bisnis. Di Indonesia, sangat
menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan etika pada setiap perilaku kehidupan sehari-hari.
Tentunya hal ini membuat para pelaku iklan juga harus mematuhi apa saja yang telah diatur
dalam UU Penyiaran atau UU Pariwara Indonesia yang telah diatur agar sejalan dengan nilai-
nilai sosial-budaya masyarakat.

Analisa

Disini Hago ingin mengenalkan dirinya sebagai aplikasi game yang keren dan jago, iklan
ini ditayangkan diberbagai stasiun televise di Indonesia dan memicu banyak sekali orang-orang
yang tidak setuju dan merasa tersinggung juga dianggap melecehkan seorang guru yang berjasa
bagi hidup kita. KPI sendiri sudah member surat teguran kepada pihak televise yang
menayangkan iklan hago ini. Begini isi dari surat teguran KPI:

“Komisi Penyiaran Indonesia (“KPI”) Pusat berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun


2002 tentang Penyiaran (“UU Penyiaran”), berwenang mengawasi pelaksanaan peraturan dan
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (“P3 dan SPS”) KPI Tahun 2012 serta
memberikan sanksi terhadap pelanggaran P3 dan SPS. Berdasarkan pengaduan masyarakat,
pemantauan dan hasil analisis, KPI Pusat telah menemukan pelanggaran pada Program Siaran
Iklan “Hago Pasti Jago” yang ditayangkan oleh stasiun Trans 7 pada tanggal 11 Mei 2019 pukul
13.37 WIB.

Iklan tersebut menampilkan adegan guru yang memaafkan siswa yang terlambat masuk
kelas, bahkan membawakan tas dan menyilakan duduk, sebagai konsekuensi karena ia kalah
bermain game dengan siswa tersebut. Muatan yang sama sebelumnya juga tayang pada tanggal 6
Mei 2019 pukul 18.23 WIB. KPI Pusat menilai muatan demikian tidak layak ditayangkan karena
dapat memberi pengaruh negatif terhadap khalayak yang menonton, terutama anak-anak dan
remaja, terkait sikap menghormati sosok seorang guru. Jenis pelanggaran ini dikategorikan
sebagai pelanggaran atas larangan program siaran iklan menayangkan hal-hal yang bertentangan
dengan kesusilaan masyarakat.

KPI Pusat memutuskan bahwa tayangan tersebut telah melanggar Pedoman Perilaku
Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 43 serta Standar Program Siaran
Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 58 Ayat (4) huruf h. Berdasarkan pelanggaran
tersebut, KPI Pusat memberikan sanksi administratif Teguran Tertulis.
Sesuai dengan Pasal 5 UU Penyiaran, penyiaran diarahkan untuk menjaga dan
meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati diri bangsa. Menyikapi muatan tidak
pantas pada iklan tersebut, KPI Pusat mengimbau kepada saudara agar segera menghentikan
iklan yang dimaksud.

Saudara wajib menjadikan P3 dan SPS KPI Tahun 2012 sebagai acuan utama dalam
penayangan sebuah program siaran. Demikian agar surat sanksi administratif Teguran Tertulis
ini diperhatikan dan dipatuhi. Atas perhatiannya kami sampaikan terima kasih. “

Bahkan muncul petisi yang menunjukkan bahwa banyak yang tidak menyukai dan tidak
menyetujui iklan hago ini. Seperti yang terdapat pada gambar, petisi yang dibuat oleh
Muhammad habibie ini sudah ditanda tangani oleh 9759 orang dari target 10.000 tanda tangan
tetapi KPI telah membuat surat teguran untuk iklan tersebut pada 14 mei 2019 sedangkan petisi
ini dibuat 5 bulan yang lalu.3

Kesimpulan

Iklan hago ini dianggap tidak mendidik dan menyalahi aturan moralitas oleh karenanya
diharapkan iklan hago ini segera diberhentikan dari seluruh siaran di stasiun televise Indonesia.
Sebagai alat komunikasi, etika memainkan peran yang sangat penting bagi dunia bisnis maupun
profesi periklanan.

Dalam periklanan, etika dipandang sebagai seperangkat prinsip-prinsip moral yang menjadi
pedoman etika komunikasi antara penjual dan pembeli dan juga bisnis periklanan. Sedangkan cirri-

3
https://www.change.org/p/komisi-penyiaran-indonesia-iklan-hago-melecehkan-guru diakses pada sabtu 5 oktober
2019
ciri iklan yang baik yaitu: tidak memuat konten yang tidak sesuai dengan kondisi produk yang
diiklankan, tidak memicu konflik SARA, tidak mengandung pornografi, tidak bertentangan dengan
norma-norma yang berlaku, tidak melanggar etika bisnis contoh saling menjatuhkan produk tertentu,
dan yang terakhir tidak plagiat.

Anda mungkin juga menyukai