Anda di halaman 1dari 4

Pengantar Periklanan

Nama : Muhammad Yasin Anshary


NIM : 1610414310025

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
BANJARMASIN
2019
Iklan Aplikasi Permainan Hago di Berhentikan.

Sebuah Perusahaan barang ataupun jasa biasanya mempersuasi konsumen mereka


dengan cara mengiklankan barang maupun jasa yang disediakan. Semua penyedia barang
atau jasa menggunakan iklan untuk mempromosikan produk mereka kepada khalayak banyak
untuk menarik minat masyarakat agar bisa membeli atau memakai layanan jasa yang
ditawarkan oleh sebuah perusahaan.
Iklan menurut Jefkins (1997: 5) adalah pesan penjualan persuasif yang ditargetkan
kepada calon konsumen yang berpotensi atas barang atau jasa yang ditawarkan dengan
biaya yang rendah. Sedangkan Supriyanto (2008:9) mengatakan bahwa iklan adalah promosi
barang, jasa, dan ide yang memiliki bayaran dari perusahaan yang ingin diiklankan.
Lalu Tjiptono (2008:226) mengatakan bahwa iklan adalah suatu komunikasi yang tidak
langsung yang memiliki dasar informasi mengenai keunggulan dan juga keuntungan suatu
produk maupun jasa. Dapat disimpulkan bahwa iklan adalah komunikasi yang memberikan
informasi mengenai suatu produk yang bertujuan untuk mempersuasi konsumen melalui
media dan berbayar.
Fungsi iklan pun beragam, mulai dari memberi informasi mengenai barang dan jasa,
mempersuasi, memberikan ingatan, menambahkan nilai. Memberi informasi merupakan
fungsi iklan yang bertujuan untuk membuat konsumen sadar akan barang dan jasa yang
diiklankan dan memberikan pengetahuan baru tentang barang dan jasa. Mempersuasi
dimaksud untuk membujukcalon konsumen untuk membeli dan mencoba barang dan jasa
yang disediakan. Memberikan ingatan bermaksud untuk menjaga ingatan konsumen
terhadap merk perusahaan dan barang maupun jasa yang ditawarkan. Menambahkan nilai
memiliki pengaruh terhadap pandangan konsumen terhadap merek perusahaan, barang
maupun jasa yang ditawarkan. Contohnya adalah lebih berkualitas, lebih bergengsi, lebih
unggul, dan lain sebagainya (Shimp, 2003:357).
Menurut Bertens (2000:277), terdapat empat penilaian iklan, yaitu:
1. Maksud pengiklan: maksud dan tujuan dari iklan didapatkan dari informasi yang ada
pada iklan tersebut dan dianalisa menggunakan etika moral. Tidak menghasur,
menjelekkan pesaing, dan juga tidak menyesatkan konsumen.
2. Isi iklan: isi dari iklan dapat menjadi contoh apakah isi iklan sesuai dengan etika moral.
3. Keadaan publik yang dituju: sasaran iklan harus spesifik dan jelas dan publik dapat
membuat keputusan berdasarkan etika moral, publik harus memiliki pengetahuan
yang cukup mengenai barang atau jasa yang diiklankan.
4. Kebiasaan di bidang periklanan: memiliki aturan main yang telah disepakati baik
langsung maupun tidak langsung dan biasanya tidak dapat dipisahkan dari etos
masyarakat.
Maka dari itu, iklan tidak boleh melanggar nilai-nilai etis yang sudah disebutkan diatas.
Lalu iklan memiliki etika periklanan secara umum, seperti jujur (membuat konten yang sesuai
dengan kondisi barang atau jasa yang akan diiklankan), tidak memicu konlik SARA, tidak
mengandung pornografi, tidak bertentangan dengan norma yang berlaku, tidak melanggar
etika bisnis seperti menjatuhkan barang atau jasa tertentu, dan tidak plagiat. Terdapat pula
kontrol terhadap iklan, yaitu:
1. Kontrol oleh pemerintah: pemerintah memiliki tugas yang cukup penting yaitu harus
melindungi masyarakat dari terpaan iklan. Sehingga pemerintah harus memiliki
peraturan tegas untuk mengatur periklanan di masyarakat.
2. Kontrol oleh pengiklan: pengiklan harus memiliki kode etik, norma, maupun pedoman
yang telah disetujui oleh lembaga periklanan.
3. Kontrol oleh masyarakat: terdapat lembaga yang mengontrol iklan untuk melindungi
masyarakat (Bertens, 2000: 274)
Baru-baru ini terdapat berita bahwa iklan dari aplikasi permainan, Hago. Iklan tersebut
sudah ada di televisi dan diminta oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk dihentikan
penayangannya karena tidak sesuai dengan etika-etika yang berlaku di masyarakat. Terlebih
lagi di iklan tersebut memperlihatkan suatu lembaga penting, yaitu lembaga pendidikan.
Pada iklan tersebut diceritakan bahwa terdapat seorang anak yang sedang dihukum
didepan kelas, lalu terdapat anak yang datang dengan telat ke dalam kelas. Sang guru melihat
anak yang telat itu dan langsung memberikan perlakuan yang special, yaitu dengan
mengambil tas anak yang telat dan mempersilakannya untuk duduk. Teman sekelasnya
terlihat kebingungan. Ternyata hal tersebut terjadi karena sang guru kalah bermain permainan
di aplikasi Hago dengan anak yang telat tersebut.
Hal ini tentu saja diberikan sanksi oleh KPI dan banyak stasiun televisi yang diminta untuk
menghentikan penayangan iklan aplikasi permainan Hago. Tidak sampai disitu, Komisioner
KPI Pusat, Nuning Rodyah juga meminta para pengiklan harus mengikuti etika yang berlaku
di masyarakat dan juga memerintahkan seluruh stasiun televisi yang terkait untuk melakukan
evaluasi internal atas program iklan yang telah ditayangkannya. Nuning juga berpesan untuk
mengacu pada Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan juga Standar Program Siaran (SPS).
Perusahaan aplikasi permainan Hago Indonesia juga sudah menyampaikan perminta
maafnnya kepada seluruh pihak yang terkait terutama kepada seluruh guru di Indonesia
karena telah memberikan perspektif buruk terhadap guru dengan adegan interaksi antara
guru dan murid yang dianggap tidak sesuai dengan etika di masyarakat. Meskipun pada
awalnya pihak Hago Indonesia bermaksud untuk membantu meningkatkan hubungan antara
guru dan murid melalui iklan ini (Dewi, 2019)
Dari cerita pada iklan aplikasi permainan Hago tersebut sudah dipastikan bahwa iklan
tersebut melanggar nilai-nilai dan etika yang berlaku di masyarakat. Bukan hanya nilai dan
etika sosial tetapi juga etika periklanan.
Mulai dari penilaian iklan, iklan aplikasi permainan Hago ini melanggar isi iklan yang
disebutkan bahwa isi iklan sesuai dengan etika moral tetapi pada praktiknya iklan aplikasi
permainan Hago justru melanggar etika moral.
Lalu dalam etika periklanan secara umum juga melanggar karena iklan ini bertentangan
dengan norma yang berlaku. Seharusnya pihak perusahaan Hago Indonesia bisa lebih
mengaitkan isi iklan dengan etika dan norma yang berlaku di masyarakat agar iklan bisa
diterima dan mendapatkan respon yang positif oleh khalayak banyak. Lembaga penyiaran
ataupun televisi juga seharusnya bisa berpacu kepada pedoman mengenai periklanan yang
sudah diberlakukan sehingga tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk lembaga
produksi iklan juga seharusnya memberikan saran dan arahan agar iklan aplikasi permainan
Hago ini tidak melanggar etika-etika periklanan yang sudah ditetapkan.
Kesimpulan menurut saya, dalam pembuatan sebuah iklan untuk produk atau jasa yang
ditawarkan juga memiliki aturan dan etika dalam pembuatan tersebut agar tidak ada
pertentangan ataupun sindiran yang terjadi dimasyarakat. Seperti yang terjadi di iklan hago
tersebut melanggar nilai-nilai dan etika yang berlaku dimasyarakat. Jadi seharusnya
pengiklan Hago harus memperhatikan isi iklan dengan etika dan norma yang berlaku
dimasyarakat agar bisa diterima dan mendapat respon positif oleh seluruh khalayak banyak.

Daftar Pustaka :
Bertens, K. (2000). Pengantar Etika Bisnis. Jakarta: Kanisius.
Dewi, R. K. (2019, Mei 14). Retrieved from
nasional.kompas.com: https://nasional.kompas.com/read/2019/05/14/19451131/kpi-minta-
stasiun-televisi-stop-penayangan-iklan-hago-ini-alasannya
Jefkins, F. (19996). Periklanan. Jakarta: Erlangga.
Shimp, T. (2003). Periklanan Promosi&Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran.Terpadu,
Jilid I ( edisi 5). Jakarta: Erlangga.
Supriyanto, S. (2008). Meraih Untung dari Spanduk hingga Billboard. Yogyakarta: Pustaka
Grhatama.
Tjiptono, F. (2008). Strategi Pemasaran. Yogyakarta: CV. Andi Offiset.

Anda mungkin juga menyukai