Anda di halaman 1dari 62

PENGARUH DAYA TARIK IKLAN, FREKUENSI

PENAYANGAN IKLAN, DAN KUALITAS IKLAN TERHADAP


EFEKTIFITAS IKLAN TELEVISI
(Survei pemirsa iklan Lemonilo di Purworejo)

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :
Indriani
182210100

PROGAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan bisnis di era digital kini semakin pesat dan ditandai

dengan semakin ketatnya persaingan antar perusahaan. Akibat keadaan

tersebut, perusahaan pada umumnya bersaing untuk mendapatkan keuntungan

yang optimal, meningkatkan nilai perusahaan dan memperkuat posisinya

dalam persaingan dengan para pesaingnya. Kegiatan pemasaran perlu

diperhatikan dan direncanakan agar tidak terlepas dari tujuan yang ingin

dicapai. Promosi sebagai sebuah strategi pemasaran juga semakin berpacu

menghadapi perkembangan globalisasi.

Pemasaran dipandang penting oleh perusahaan sebagai salah satu usaha

terintegrasi agar produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Hal ini sangat

berkaitan dengan fungsi pemasaran yaitu memperkenalkan produk tersebut

kepada konsumen pada waktu dan tempat yang sesuai. Banyak cara untuk

mempertahankan usaha ditengah persaingan antar perusahaan, antara lain

inovasi produk, diferensiasi usaha, pengembangan dan komunikasi strategi

penentuan posisi, strategi pemasaran sepanjang daur hidup produk.

Pengembangan tawaran produk baru, iklan, dan lain sebagainya. Salah satu

strategi yang sering digunakan adalah strategi iklan karena efektif

menjangkau konsumen dan menanamkan merek pada ingatan pemakainya.

Hal ini menjadikan iklan merupakan salah satu strategi yang paling banyak

digunakan oleh banyak perusahaan (Fahyuni, 2014: 3).


Iklan sebagai media informasi yang telah berperan penting

memperkenalkan dan memperkuat citra merek dari sebuah produk.

Perkembangan periklanan yang semakin pesat didukung oleh pertumbuhan

media cetak maupun media elektronik yang terus meningkat memungkinkan

iklan sebagai media informasi memilki peran penting memperkenalkan dan

memperkuat citra merek bagi sebuah produk. Iklan adalah segala bentuk

presentasi nonpribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor

tertentu yang harus dibayar. Iklan dapat merupakan cara yang berbiaya efektif

unyuk menyebarkan pesan, entah untuk membangun preferensi merek atau

untuk mendidik orang (Kotler dan Keller, 2008:244).

Sedangkan menurut Suyanto (2016: 143), periklanan merupakan salah

satu tahapan dalam pemasaran. Produk barang atau jasa, baik penamaannya,

pengemasannya, penetapan harga dan distribusinya tercermin dari kegiatan

periklanan. Tanpa adanya periklanan berbagai produk tidak akan mengalir

secara lancar ke para distributor atau penjual, bahkan sampai ke tangan

konsumen.

Agar dapat unggul dalam persaingan, salah satu jalan yang ditempuh

oleh perusahaan adalah dengan kemampuan mengelola dan menyampaikan

informasi kepada konsumennya dimana salah satu wujudnya adalah melalui

kegiatan pengiklanan (advertising). Hal ini karena periklanan dala

menyampaikan informasi dapat menjangkau konsumen potensial maupun

aktual yang lebih luas dibandingkan dengan alat promosi pemasaran yang lain

(Kloter, 2008: 225).


Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas iklan yaitu daya

tarik iklan. Menurut Shimp (2003: 416) iklan yang memiliki daya tarik yaitu

iklan yang berbeda diantara sebagian besar iklan, iklan yang serupa tidak

akan mampu membuat audience tertarik tetapi akan membuatnya bosan.

Dari berbagai jenis iklan yang tak henti-hentinya beredar di media

massa disekitar kita, efektivitas pesan ilan menjadi hal yang semakin penting

untuk dikaji dari masa ke masa, untuk membedakan iklan manakah yang ideal

maupun tidak. “iklan yang baik efektif mengandung pesan ideal yang dapat

menarik perhatian, menimbulkan rasa ingin tahu lebih lanjut, menimbulkan

keinginan, dan merangsang tindakan nyata”. (Kloter dan Keller, 2009: 553).

Pesan iklan yang ideal menurut Kotler (2008), pesan iklan harus dapat

menarik perhatian (attention), pesan iklan harus dapat mempertahankan

ketertarikan (interest), pesan iklan harus dapat membangkitkan keinginan

(desire), dan dapat menggerakkan tindakan (action). Iklan yang semakin luas

cakupan medianya dan semakin tinggi frekuensi tayangnya memungkinkan

penonton semakin sering menerima informasi iklan dan merasakan impresi

iklan tersebut (Indriarto, 2006). Frekuensi yang tinggi jika tidak didukung

dengan waktu penayangan yang tepatakan terasa sia-sia karena iklan tidak

akan menjangkau segmen pasar yang tepat. Biaya periklanan, karakteristik

khalayak, dan kesesuaian pemrograman sangat bervariasi pada jam-jam

tertentu di suatu hari dan hari-hari tertentu di suatu minggu.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), perubahan gaya hidup

memengaruhi pola konsumsi masyarakat (Kontan.co.id, 2020). Produk mie


instan kini merupakan pilihan utama konsumen selain nasi, karena sifatnya

praktis dan harganya terjangkau. Menurut data World Instant Noodles

Asosiation (WINA), Indonesia termasuk negara terbesar kedua dunia setelah

Tiongkok dalam mengomsumsi mie instan. Konsumsi mie instan di Indonesia

tahun 2018 mencapai 12,52 miliar bungkus (porsi) (Katadata.co.id., 2019).

Perkembangan pola pikir dan gaya hidup konsumen juga dapat memengaruhi

tumbuh kembangnya produksi mie instandi Indonesia. Satu sisi mie instan

merupakan produk konsumsi yang paling banyak diminati konsumen. Sisi

lainnya banyak khalayak beranggapan mengonsumsi mie instan jangka

panjang dapat berdampak buruk karena dinilai mengandung banyak bahan

sintetis.

Fenomena tersebut menjadi peluang PT Lemonilo Indonesia Sehat atau

lebih dikenal sebagai Lemonilo merupakan perusahaan FMCG (fast moving

consumer goods) berbasis teknologi yang berbasis di Jakarta Barat untuk

menciptakan produk Lemonilo yang diklaim sebagai mie instan alami sebagai

opsi mie instan yang lebih sehat. PT. Lemonilo didirikan oleh Shinta

Nurfauzia (Co-CEO), Ronald Wijaya (Co-CEO), dan Johannes Ardiant

(Chief Product & Technology). PT Lemonilo berdiri dengan mengungsung

konsep gaya hidup sehat dan memastikan bahwa produk-produknya bebas

dari bahan-bahan yang berbahaya. PT Lemonilo dalam menyampaikan

produk sebagai produsen Lemonilo dengan menawarkan produk-produknya

melalui iklan televisi yang ditonton oleh seluruh pemirsa seluruh Indonesia.

PT Lemonilo juga menyadari persaingan berbagai merek mie instan


dipasaran, diantaranya indomie, mie sedap, dan lain-lain, hal ini

menyebabkan persaingan dalam industri mie instan yang semakin ketat. Oleh

karena itu PT Lemonilo selalu menggunakan iklan-iklan yang menarik untuk

setiap produk barunya guna menghadapi persaingan.

Salah satu strategi yang digunakan untuk memenangkan persaingan

adalah dengan cara memberikan produk yang berkualitas serta iklan yang

menarik dan dapat menggugah para konsumen. Efektifitas iklan berpengaruh

terhadap produk yang diiklankan, bukan saja berdasarkan atau tidak pernah

terlihat iklan saja,tetapi juga dorongan dari faktor lain adanya keputusan

pembelian. Niat pembelian adalah kecenderungan konsumen untuk membeli

suatu merek atau melakukan tindakan terkait pembelian, yang diukur dengan

kemungkinan mereka membeli (Assael: 2001).

Menurut Indiarto (2006), apabila suatu iklan memiliki daya tarik yang

kuat akan memperbesar peluang bahwa informasi iklan akan diperhatikan.

Pesan iklan juga dibuat semenarik mungkin, informatif, dan jelas sehingga

calon konsumen dapat menilai produk berdasarkan iklan tersebut. Menurut

Kartika (2022), iklan yang ditampilkan oleh NCT Dream untuk

mempromosikan dan mengiklankan produk mie Lemonilo agar dapat dikenal

hingga dikalangan Internasional. Karena melihat dari banyaknya penggemar

NCT Dream di Indonesia yang didominasi dari kalangan generasi muda,

maka hal ini dilakukan karena perusahaan Lemonilo dan NCT Dream

memiliki tujuan yang sama, yaitu mengajak masyarakat khususnya para

generasi muda untuk mengonsumsi pola makan yang sehat .Ini memberikan
gambaran bahwa secara komunikasi, iklan Lemonilo bersama NCT Dream

“Menuju Generasi Hebat” berusaha memberikan informasi, meyakinkan atau

membujuk orang banyak melalui bahasa dan disertai gambar ilustrasi agar

calon konsumen menyukai, memilih, dan kemudian membeli barang yang

sedang diiklankan. Menurut Wright (dikutip dalam Liliweri, 2001) iklan

dapat menjadikan alat komunikasi pemasaran yang persuasif sehingga dapat

mengajak bahkan membujuk khalayak untuk membeli atau menggunakan

suatu produk mengikuti ajakan pengiklan.

Pada Januari 2022, Lemonilo resmi mengumumkan kolaborasi dengan

NCT Dream sebagai Brand Ambassador untuk iklan terbarunya. NCT Dream

merupakan boyband asal Korea Selatan yang sedang naik daun. Kerjasama ini

terjalin karena Lemonilo menyadari adanya kesamaan misi dengan NCT

Dream yaitu selalu membawa energi dan semangat anak muda, serta terus

mendukung mereka untuk mewujudkan mimpi. Selain menghadirkan produk

mie instan Lemonilo dengan kemasan spesial NCT Dream, Lemonilo juga

menghadirkan berbagai campaign dan konten, termasuk iklan Lemonilo x

NCT Dream yang dirilis pada 12 Januari 2022. Sejak pertama kali

ditayangkan di kanal YouTube Lemonilo, video iklan Lemonilo tersebut

sudah ditonton lebih dari tiga juta kali, terbukti iklan ini cukup benyak

diminati oleh penonton. Beragam iklan yang dihadirkan oleh Lemonilo

dikemas dengan apik dan menarik. Proses periklanan akan berjalan dengan

baik jika pesan dalam iklan dapat tersampaikan dan sesuai dengan minat

pemirsa. Frekuensi iklan yang tinggi dengan penayangan pada bagian hari
yang tepat akan dapat menjangkau khalayak sesuai sasaran dari produk yang

diiklankan.

Iklan terbaru dari Lemonilo versi “Apapun Dream Kamu, Wujudkan

Bersama Lemonilo X NCT Dream” resmi diluncurkan pada bulan Januari

kemarin berisi pesan mengedepankan makanan sehat dan alami, hal ini

didukung juga dengan slogan dari perusahaan Lemonilo yaitu “Dijamin

Enak, Praktis dan tanpa 3P (Pengawet, Pewarna, dan Perasa Buatan). Dapat

disimpulkan bahwa Lemonilo mengeklaim bahwa produknya memang benar-

benar berkualitas dan menjamin bahan baku yang digunakan berasal dari

bahan-bahan alami (Suprayogi, 2022).

Lemonilo mengeluarkan iklan yang berjudul “Mie hebat untuk keluarga

sehat”. Di dalam iklan tersebut, seperti yang dikatakan oleh Shinta Nurfauzia

selaku co-CEO Lemonilo, Lemonilo ingin menyampaikan pesan bahwa gaya

hidup sehat bisa diakses oleh siapa saja dan menjadikan hidup sehat sebagai

sesuatu yang normal. Dalam kegiatan promosi, Lemonilo terlihat

membombardir iklan di televisi dengan menyuguhkan unsur produk tentang

bagaimana para konsumen Lemonilo dapat memahami produk Lemonilo

melalui iklan tersebut. Dengan adanya pesan iklan televisi yang menarik

perhatian dapat menunjang keputusan pembelian konsumen. Dalam hal minat

beli di dasarkan seberapa menariknya iklan itu melalui media televisi yang

dapat memberikan informasi terhadap konsumen, diharapkan dapat menjadi

hal yang tepat untuk mencapai tujuan dari pengiklanan tersebut. Dengan

berkolaborasi bersama NCT Dream ini nantinya akan menghadirkan banyak


inisiatif baru. Salah satunya, mie instan Lemonilo kemasan spesial NCT

Dream yang didalamnya juga terdapat satu kartu berisi tips bagaimana untuk

hidup sehat dan ada juga yang berisi photocard salah satu member NCT

Dream bagi yang beruntung. Produk mie instan Lemonilo edisi spesial NCT

Dream ini berlaku selama persediaan masih tersedia (www.lemonilo.com ).

Penelitian tentang keefektivitasan periklanan televisi dan variabel yang

memengaruhinya telah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh

Wahyu (2010) melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi efektivitas iklan pada media televisi studi pada iklan produk

sepeda motor honda. Hasil dari penelitian tersebut bahwa variabel frekuensi

penayangan iklan berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas

iklan dan semakin tinggi frekuensi penayangan suatu iklan, maka semakin

tinggi efektivitas iklan tersebut.

Indriarto (2006) menyatakan apabila suatu iklan memiliki daya tarik yang

kuat akan memperbesar peluang bahwa informasi iklan akan diperhatikan.

Dari berbagai jenis iklan yang tak henti-hentinya beredar di media massa di

sekitar kita, efektivitas pesan iklan menjadi hal yang semakin penting untuk

dikaji dari masa ke masa, untuk membedakan iklan manakah yang ideal

maupun tidak. “Iklan yang baik dan efektif mengandung pesan ideal yang

dapat menarik perhatian, menimbulkan rasa ingin tahu lebih lanjut,

menimbulkan keinginan, dan merangsang tindakan nyata.” (Kotler dan

Keller, 2009;553). Dalam penelitiannya Puspitasari mengungkapkan bahwa

pesan yang dikemas dengan menarik akan lebih efektif untuk membuat
konsumen melakukan keputusan pembelian. Ketika perhatian pemirsa tertuju

kepada iklan tersebut maka pesan-pesan iklan yang tertuang dalam iklan

tersampaikan kepada pemirsa, sehingga pemirsa dapat mengetahui produk

yang ditawarkan.

Berdasarkan paparan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang membahas tentang pengaruh daya tarik iklan, frekuensi penayangan

iklan, dan kualitas iklan terhadap efektivitas iklan televisi Lemonilo. Oleh

karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul

“Pengaruh Daya Tarik Iklan, Frekuensi Penayangan Iklan, dan Kualitas

Iklan Terhadap Efektifitas Iklan Televisi “. Studi kasus pada masyarakat

Purworejo.

B. Identifikasi Masalah

1. Banyaknya iklan di televisi tentang produk mie instan yang membuat

persaingan semakin ketat.

2. Kurangnya pengetahuan tentang Lemonilo, sehingga harus membuat daya

tarik iklan yang lebih menarik.

3. Pesan iklan Lemonilo yang masih belum bisa dipahami oleh masyarakat,

sehingga perusahaan perlu melakukan evaluasi terhadap iklan yang

ditayangkan.

C. Batasan Masalah

1. Objek penelitian ini adalah Lemonilo.


2. Subjek penelitian adalah individu yang telah melakukan pembelian produk

Lemonilo di Purworejo.

3. Variabel pada penelitian ini adalah daya tarik iklan (X1), kualitas pesan

iklan (X2), frekuensi penayangan iklan (X3) dan efektifitas iklan (Y)

4. Lokasi penelitian dilakukan di Purworejo.

D. Rumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh positif daya tarik iklan terhadap efektivitas iklan

televisipada produk Lemonilo ?

2. Apakah ada pengaruh positif kualitas pesan iklan terhadap efektifitas iklan

televisi pada produk Lemonilo ?

3. Apakah ada pengaruh positif frekuensi penayangan iklan terhadap

efektivitas iklan televisi pada produk Lemonilo ?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji pengaruh daya tarik iklan terhadap efektifitas iklan di

televisi pada produk Lemonilo.

2. Untuk menguji pengaruh kualitas pesan iklan terhadap efektivitas iklan

televisi produk Lemonilo.

3. Untuk menguji pengaruh frekuensi penayangan iklan terhadap efektivitas

iklan televisi produk Lemonilo.

F. Manfaat Penilitian
1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menjelaskan teori tentang daya tarik iklan,

kualitas pesan iklan, frekuensi penayangan iklan dan efektifitas iklan di

media televisi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menunjukkan

bukti empiris tentang pengaruh daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan

frekuensi penayangan iklan terhadapat efektivitas iklan.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pihak

Lemonilo dalam meraih konsumen dengan aspek daya tarik iklan, kualitas

pesan iklan, frekuensi penayangan iklan dan efektifitas iklan.


BAB II

KAJIAN TEORI, TINJAUN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN

RUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Iklan

Iklan adalah segala bentuk presentasi nonpribadi dan promosi

gagasan, atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar. Iklan

dapat merupakan cara yang berbiaya efektif guna menyebarkan pesan,

entah untuk membangun preferensi merek atau untuk mendidik orang

(Kloter dan Keller, 2008: 244). Sedangkan menurut Morissan (2010:

17) iklan atau advertising dapat didefinisikan sebagai “any paid form

of nonpersonal communication about an organization, product,

service, or idea by an identifed sponsor”.

Kloter (2005: 266) mengemukakan bahwa iklan dapat digunakan

untuk membangun citra jangka panjang bagi suatu produk atau

memicu penjualaan yang cepat. Iklan dapat efisien menjangkau

pembeli yang tersebar secara geografis. Bentuk iklan tertentu (iklan

televisi) dapat membutuhkan anggaran yang besar, sedangkan bentuk-

bentuk lainnya (iklan koran) tidak demikian. Hanya kehadiran iklan itu

sendiri mungkin sudah mempunyai pengaruh atas penjualan.

Konsumen mungkin percaya bahwa merek yang diiklankan secara

besar-besaran pasti menawarkan “nilai yang baik”.


Shimp (2003: 357) mengemukakan tujuan periklanan tersebut

untuk memberikan informasi tentang produk yang diiklankan

(informing), membujuk pelanggan untuk mencoba produk dan jasa

yang diiklankan (persuading), menjaga merek perusahaan tetap segar

dalam ingatan para konsumen (reminding), memberi nilai tambah pada

merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen (adding value) dan

sebagai pendamping yang memfasilitasi upaya-upaya lain dari

perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran (assisting).

Dalam suatu kegiatan periklanan, perusahaan menggunakan jasa

berbagai media untuk menyampaikan rencana pesan atau informasi

kepada audien sasaran. Untuk menyampaikan rencana pesan dan

informasi, perusahaan harus membuat khalayak sasaran tertarik akan

produk yang diiklankan.

Fungsi iklan menurut Kotler (2002:659) antara lain:

a. Informatif, dilakukan secara besar – besaran dari tahap awal

untuk membentuk permintaan pertama.

b. Persuasif, guna membentuk permintaan selektif atas suatu

merek tertentu.

c. Perbandingan, iklan persuasive ataupun perbandingan yang

bentuknya membandingkan langsung suatu merek dengan

merek lain.

d. Pengingat, untuk membujuk atau menginformasikan tetapi

mengingatkan tentang suatu produk.


2. Iklan Televisi

Televisi adalah salah satu media yang digunakan untuk periklanan.

Televisi merupakan media audiovisual yang dipercaya efektif untuk

melakukan pengiklanan. Walau biaya yang harus dikeluarkan oleh

produsen untuk belanja iklan jauh lebih mahal dari pada media yang

lain, misal media radio, koran, majalah dll, para produsen tetap

menggunakan media televisi ini sebagai media pemasarannya, karena

media televisi lebih efektif dari pada media lainnya. Tidak heran bila

saat ini iklan menyesaki atau memenuhi acara-acra televisi, terutama

progam yang banyak ditonton atau tayang pada prime time (Kloter dan

Keller, 2008: 247).

Iklan televisi juga memiliki kekurangan, karena sifat pesannya

yang cepat berlalu dan unsur-unsur kreatif yang berpotensi

mengacaukan sering ditemukan dalam iklan TV, maka pesan yang

berhubungan dengan produk dan merek itu sendiri dapat diabaikan.

Lagi pula, sejumlah besar iklan dan material non-progam pada televisi

menciptakan kekacauan yang mempermudah konsumen untuk

mengabaikan atau melupakan iklan (Kloter dan Keller, 2008: 248).

Bagi pemilik stasiun televisi, iklan adalah sumber pendapatan.

Semakin banyak iklan, pendapatan yang diperoleh juga akan semakin

besar. Namun tidak demikian dengan penontonnya. Semakin banyak

iklan, penonton semakin tidak demikian tidak senang karena

terganggu. Tidak sedikit yang langsung beralih channel televisi lain,


begitu jeda iklan muncul ditengah acara yang sedang dinikmatinya.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan terhadap pemirsa televisi di

Amerika (Rizal dan Furinto, 2009), sebagian besar responden tidak

tertarik meliha iklan dan memilih menghindar dengan mengganti

channel lain. Meskipun demikian, ada juga yang menurut pemirsa

iklan tersebut menarik. Semua itu tentunya merupakan tantangan bagi

para marketer, bagaimana membuat iklan yang menarik sekaligus iklan

tersebut dapat diingat oleh konsumen.

Televisi merupakan media yang praktis karena sudah terdapat di

seluruh dunia industri. Sebagai salah satu media periklanan yang

efektif, televisi media personal dan demontratif yang unik, tetapi

memiliki sisi lainnya yaitu mahal dan cenderung pada permasalahan

kompetitif (Shimp, 2014:198).

a. Kekuatan iklan televisi yaitu :

1) Iklan televisi merupakan salah satu cara unik dalam

memperagakan produk. Merupakan cara yang efektif untuk

menjangkau konsumen secara simultan, baik melalui indra

pendengaran atau indra penglihatan.

2) Televisi juga memiliki nilai intrusi yang lebih baik dari

media lainnya. Artinya iklan televisi melibatkan indra

seseorang dan menarik perhatian bahkan jika orang tersebut

menolak iklan tersebut.


3) Keuntungan relatif dari iklan televisi adalah

menggabungkan suatu kemampuan untuk memberikan

hiburan dan menghasilkan kegembiraan.

4) Produk yang diiklankan di suatu televisi dapat disajikan

dalam bentuk unik, lebih menarik dan tidak biasa.

5) Televisi memiliki cara yang unik untuk menjangkau

konsumen satu persatu, seperti seorang endorser yang

membantu dalam memperkenalkan produk.

6) Televisi juga efektif dalam menjangkau konsumen akhir,

iklan televisi dikatakan efektif dalam hal tenaga penjualan

dan pengecer.

b. Keterbatasan iklan televisi yaitu :

1) Bertambahnya biaya periklanan yang meningkat.

Keterbatasan yang lain yaitu mengenai penurunan jumlah

penonton. Berbagai progam televisi kabel, internet, serta

hiburan dan yang lainnya mengurangi jumlah penonton.

2) Terdapat keterbatasan mengenai segmentasi penonton yang

bermacam-macam. Pengiklan tidak dengan mudah menarik

penonton yang homogen dalam jumlah yang cukup besar

ketika iklan tersebut berlangsung di program tertentu.

3) Mengenai ketika penonton televisi menghabiskan waktu

untuk berpindah/beralih dari stasiun televisi yang satu ke

stasiun televisi yang lain yang disebut zapping (memindah


stasiun televisi) atau zipping (mempercepat tayangan

televisi yang direkam).

3. Efektivitas Iklan Televisi

Menurut Shimp (2014: 218) iklan dapat dikatakan efektif jika

dapat menyelesaikan dan mencapai tujuan pembuat iklan. Pada taraf

minimum, iklan yang baik atau efektif memenuhi beberapa

pertimbangan berikut ini, pertama iklan merupakan perwujudan dari

strategi pemasaran, yang kedua iklan yang efektif dari perspektif

konsumen, ketiga yaitu iklan menemukan jalan unik untuk menembus

ledakan iklan, keempat tidak menjanjikan sesuatu yang tidak bisa

dilakukan, yang terakhir mencegah ide kreatif yang didapat dari

strategi yang tidak jelas.

Efektifitas merupakan suatu usaha untuk mencapai sasaran yang

telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan,sesuai

dengan renaca baik dalam penggunaan data, sarana maupun waktu atau

berusaha melalui aktivitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik

untuk memperoleh hasil yang maksimal baik secara kuantitatif maupun

kualitatif (Sutrisno, 2017: 36).

Menurut Shimp (2003:415) iklan yang baik atau efektif mencakup

beberapa pertimbangan seperti :

a. Iklan harus memperpanjang suara strategi pemasaran. Iklan

bisa jadi efektif hanya bila cocok dengan elemen lain dari
strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan yang diarahkan

dengan baik dan terintegrasi.

b. Iklan harus memperpanjang suara strategi pemasaran. Iklan jadi

efektif hanya cocok dengan elemen lain dari strategi

komunikasi pemasaran yang diarahkan dengan baik dan

terintegrasi.

c. Periklanan yang efektif harus persuasif. Persuasi biasanya

terjadi ketika produk yang diiklankan dapat memberikan

keuntungan tambahan bagi konsumen.

d. Iklan harus menemukan cara yang unik untuk menerobos

kerumunan iklan. Pada pengiklan secara berkelanjutan dapat

berkompetisi dengan para pesaingnya dalam menarik perhatian

konsumen.

e. Iklan yang baik tidak pernah menjanjikan lebih dari apa yang

bisa diberikan. Intinya adalah menerangkan dengan apa adanya,

baik dalam pengertian etika serta dalam pengertian bisnis yang

cerdas.

f. Iklan yang baik mencegah ide kreatif dari strategi yang

berlebihan. Tujuan iklan adalah mempersuasi dan

mempengaruhi tujuannya bukan untuk membagus-baguskan

yang bagus dan melucu-lucukan yang lucu.

Perusahaan berusaha untuk memili media dan sarana yang

karakteristiknya cocok dengan merek yang diiklankan secara efektif


untuk mencapai khalayak sasarannya dan menyampaikan pesan yang

dimaksud. “Media periklanan merupakan metode komunikasi umum

yang membawa pesan periklanan, yaitu televisi, majalah, surat kabar,

dan sebagainya” (Shimp, 2003:504). Perusahaan berusaha untuk

memilih media sarana yang karakteristiknya cocok dengan merek yang

diiklankan secara efektif untuk mencapai khalayak sasarannya dan

menyampaikan pesan yang dimaksud.

Dalam suatu kegiatan periklanan, perusahaan menggunakan jasa

berbagai media untuk menyampaikan rencana pesan atau informasi

kepada audiens sasaran. Sebelum perusahaan menentukan masa media

yang digunakan dalam periklanan, perusahaan haruslah merencanakan

terlebih dahulu media yang digunakan. Lee & Johnson (2007:225)

berpendapat bahwa “perencaan media adalah suatu proses pengarahan

pesan periklanan ke khalayak sasaran pada waktu dan tempat yang

tepat serta menggunakan saluran yang tepat”. Tujuan perencanaan

media adalah untuk memilih apakah menggunakan media televisi,

radio, majalah, surat kabar, atau media lainnya. Sedangkan dalam

pemilihan media perlu memperhatikan faktor-faktor seperti produk

yang diiklankan, sistem distribusi produknya, editorial, kemampuan

teknis media, strategi periklanan saingan, sasaran yang dapat dicapai,

karakteristik media, serta biaya yang harus dikeluarkan.

Menurut Kotler dalam Durianto dan Liana (2004) efektivitas iklan

dapat dilihat dari dua sudut pandang hasil dan dampak yaitu dampak
komunikasi dari suatu iklan yang meliputi pengaruhnya pada

kesadaran, pengetahuan dan preferensi dan dampak terhadap penjualan

dimana dampak ini lebih sulit untuk diukur karena penjualan

dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak hanya oleh periklanan.

Efektifitas pemasaran dapat diukur dalam lingkup pencapaian

kepedulian, penyampaian pokok pikiran, keterpengaruhan sikap,

penciptaan tanggapan emosional, serta kecenderungan pilihan

pembelian. Jadi dalam mengukur efektivitas suatu iklan dapat melalui

beberapa indikator yang terkandung iklan tersebut seperti pesan iklan,

kreativitas iklan, dampak iklan kepada konsumen dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, suatu iklan dapat dikatakan efektif, apabila tujuan dari

periklanan tersebut dapat tercapai atau terlaksana.

4. Daya Tarik Iklan

Daya tarik iklan adalah sebuah kemampuan iklan untuk menarik

pasar (audience) sasaran yang dituju oleh iklan tersebut serta dapat

membujuk atau mengajak orang untuk melihat iklan tersebut

(Nugroho, 2013: 5).

Menurut Kotler (2010 : 147). Daya tarik iklan adalah segala bentuk

penyajian dan promosi ide, barang, atau jasa yang bermanfaat yang

membuat konsumen lebih menyukai atau lebih tertarik pada produk itu.

Iklan adalah kegiatan yang digunakan seseorang ataupun sekelompok

orang untuk mempengaruhi dan mengarahkan pikiran orang lain pada


suatu tujuan tertentu dengan menggunakan media tertentu. Pemasaran

modern memerlukan lebih dari sekedar mengembangkan produk yang

baik, menetapkan harga yang menarik dan membuatnya dapat

terjangkau.

Perusahaan-perusahaan juga harus berkomunikasi dengan pihak-

pihak yang berkepentingan sekarang dan yang akan datang, dan

masyarakat umum. Setiap perusahaan mau tidak mau harus terjun ke

dalam peran komunikator dan promotor (Kotler, 2010:247).

Daya tarik periklanan adalah kemampuan iklan untuk menari

perhatian atau minat para konsumen atau untuk mempengaruhi

perasaan-perasaan mereka terhadap produk, jasa atau gagasan ( Lee

dan Johnson, 2007:175 ). Jadi dapat disimpulkan bahwa daya tarik

iklan adalah kemampuan iklan unuk memukau, menarik perhatian dan

minat sasarannya. Untuk menarik pemirsanya, iklan dapat

menggunakan endorser seperti selebritis, atlet terkenal atau kokoh.

Iklan dapat juga menggunakan humor untuk menarik pemirsanya,

bahkan tema-tema erotis yang digunakan.

Menurut Shimp (2003:468) daya tarik iklan yang sering digunakan

dalam iklan yaitu :

a. Daya tarik peran pendukung (endorser)

Banyak iklan mendapat dukungan (endorsement) eksplisit dari

berbagai tokoh popular. Selain dukungan dari para selebriti,


produk-produk juga menerima dukungan eksplisit dari kaum

non selebriti.

b. Daya tarik humor dalam periklanan

Penerapan rasa humor sebagai daya tarik iklan merupakan hal

yang bagus karena dapat menarik perhatian membangkitkan

minat. Menurut Shimp (2003:472).

c. Daya tarik rasa takut

Para pengiklan mencoba memotivasi para pelanggan untuk

mengolah informasi dan melakukan tindakan dengan

menggunakan daya tarik rasa takut yang menyebutkan

konsekuensi negatif jika tidak menggunakan produk yang

diiklankan, atau konsekuensi negatif dari perilaku yang tidak

baik.

d. Rasa bersalah sebagai pemikat

Para pengiklan dan komunikator pemasaran lainnya

menyajikan rasa bersalah dan mencoba untuk membujuk para

calon pelanggan dengan menegaskan atau menyimpulkan

bahwa rasa bersalah dapat dihapus dengan menggunakan

produk yang dipromosikannya.

e. Pemakaian unsur seksual didalam periklanan

Materi seksual dalam periklanan beryindak sebagai daya tarik

untuk mengambil perhatian yang juga mempertahankan

perhatian tersebut untuk waktu yang lebih lama.


f. Daya tarik musik iklan

Musik latar, nada-nada popular dan aransemen klasik

digunakan untuk menarik perhatian, menyalurkan pesan-pesan

penjualan, menentukan tekanan emosional untuk iklan, dan

memengaruhi suasana hati para pendengar.

Pada dasarnya konsumen pasti ingin membeli produk yang

berkualitas. Akan tetapi jika kualitas antara beberapa produk sangat

seimbang, mungkin akhirnya iklan suatu produklah yang dijadikan

dasar oleh seorang konsumen untuk membeli produk yang diminati

(Situmorang, 2008). Maka dalam hal ini, daya tarik iklanlah yang akan

mempengaruhi persepsi konsumen sehingga iklan tersebut dapat

efektif. Wahyu (2010) melakukan penelitian tentang analisis faktor-

faktor yang mempengaruhi efektivitas iklan pada media televisi (Studi

Pada Iklan Produk Sepeda Motor Honda). Hasil dari penelitian tersebut

bahwa variabel frekuensi penayangan iklan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap efektivitas iklan dan semakin tinggi frekuensi

penayangan suatu iklan, maka semakin tinggi efektivitas iklan tersebut.

Daya tarik iklan sangat penting karena akan meningkatkan

keberhasilan komunikasi dengan pemirsa (Sutisna, 2003). Karena pada

dasarnya setiap konsumen pasti ingin membeli produk yang

berkualitas, akan tetapi jika kualitas antara beberapa produk sangat

seimbang, hal ini memungkinkan konsumen untuk memilih produk

berdasarkan dari iklan yang menawarkan produk yang diminati


(Situmorang, 2008). Maka dalam hal ini, daya tarik iklan dapat

mempengaruhi persepsi konsumen sehingga iklan tersebut dapat

efektif.

5. Frekuensi Penayangan Iklan

Frekuensi adalah beberapa banyak orang terekpos oleh media,

belum termasuk ekspos oleh iklan (Morissan, 2010: 198). Pengertian

lain dari frekuensi adalah jumlah rata-rata waktu mereka yang

terjangkau memiliki peluang terekspos oleh pesan merek dalam suatu

periode waktu tertentu.

Menurut Kloter dan Amstrong (2008: 161) frekuensi iklan adalah

ukuran jumlah waktu rata-rata orang di pasar sasaran terpapar iklan.

Sedangkan menurut Shimp (2003: 529) frekuensi iklan adalah jumlah

waktu dalam suatu periode dimana para anggota audiens sasaran

diekspos kepada sarana media (melihat, membaca, atau mendengar)

yang termasuk dalam jadwal media tertentu. Dari definisi diatas dapat

disimpulkan bahwa frekuensi iklan adalah jumlah rata-rata dalam suatu

periode dimana audiens sasaran dihadapkan pada sarana media yang

telah dijadwalkan sebelumnya.

Jika iklan tidak memilik waktu yang tepat saat di siarkan maka

sasaran pun tidak sesuai target. Maka harusnya iklan memiliki waktu

yang tepat untuk mendapatkan perhatian yang baik dan saat halayak
umum menonton segmen tasi penonton pemograman televisi di bagi

menjadi tiga menurut Shimp (2014: 530).

a. Waktu utama (Prime time )

Periode anatara jam 20:00 dan 23:00 (atau antara jam 19:00

dan 22:00 di beberapa negara bagian) dikenal sebgai prime

time. Program yang terbaik dan termahal ditayangkan, para

pengiklan

harus membayar mahal untuk periode ini .

b. Siang hari (Day time)

Periode yang dimulai dengan tayangan berita di pagi hari

(subuh) berlangsung sampai 16:30 dikenal sebagai siang hari

(day time). Program – program berita untuk orang dewasa dan

anak-anak. Program di sore hari, opera sabun, talk show, dan

berita keuangan.

c. Waktu Tambahan (Fringe Times)

Masa sebelum dan sesudah waktu utama disebut fringe time.

Awal fringe time pada sore hari dan khususnya ditujukan

kepada

anak-anak tetapi menjadi lebih beroritasi kepada orang dewasa

bilamana waktu uta mendekat.

Menurut Kloter dan Amstrong (2008: 161) frekuensi iklan adalah

ukuran jumlah waktu rata-rata orang dipasar sasaran terpapar iklan.

Banyak pengiklan percaya audien sasaran memerlukan sejumlah besar


paparan agar iklan tersebut berhasil. Karena salah satu faktor

pengulangan iklan adalah faktor lupa. Jadi, agar iklan efektif perlu

diperhatikan frekuensi penayangan iklan. Namun, jika terlalu sering

dalam penayangannya, juga akan menimbulkan efek negatif yaitu akan

membosankan (Kloter dan Keller, 2008: 253).

6. Kualitas Pesan Iklan

Menurut Morisson (2010: 226) suatu pesan iklan dan promosi

biasanya terdiri dari pesan yang sederhana yang mudah dimengerti

namun adakalanya merupakan pesan kompleks yang lebih sulit untuk

dipahami. Strategi bauran media meluas dengan tingkat jangkaun yang

tinggi akan lebih cocok digunakan pada pesan sederhana yang

dimengerti audiensi. Tetapi, jika suatu pesan merek merupakan pesan

yang relatif rumit, maka strategi media yang menggunakan bauran

media yang terkonsentrasi akan lebih tepat digunakan.

Menurut Durianto dan Liana (2004), memformulasikan pesan iklan

harus memperhatikan apa yang dikatakan (isi pesan), bagimana

mengatakannya secara simbolis (format iklan), dan siapa seharusnya

yang mengatakan (sumber pesan). Pesan iklan sama seperti pendorong,

yaitu suatu kegiatan yang menunjukkan segala kebutuhan dari calon

pembeli.

Puspitasari (2009) mengungkapkan bahwa pesan yang dikemas

dengan menarik akan lebih efektif untuk membuat konsumen


melakukan keputusan pembelian. Ketika perhatian pemirsa tertuju

kepada iklan tersebut makan pesan-pesan iklan yang tertuang dalam

iklan tersampaikan kepada pemirsa, sehingga pemirsa dapat

mengetahui produk yang ditawarkan.

Menurut Kotler (2005: 254) idealnya, pesan itu harus menarik

perhatian (attention), mempertahankan ketertarikan (interest),

membangkitkan keinginan (desire), dan menggerakan tindakan

(action). Pesan iklan dapat berupa angka, huruf, dan kalimat yang

mampu menjalankan suatu sistem. Pesan iklan sama seperti pendorong,

yaitu suatu kegiatan yang menunjukan segala kebutuhan dari calon

pembeli.

Menurut Situmorang (2008), pesan iklan dapat dibuat berdasarkan :

a. Tingkat diingkannya, yaitu iklan harus mengatakan suatu hal

yang diingkan atau menarik dari produk tersebut.

b. Keekseklusifannya, yaitu pesan harus mengatakan sesuatu

yang eklusif atau yang membedakan dan tidak terdapat pada

semua merek di dalam kategori produk yang sama.

c. Tingkat dipercayainya, yaitu dimana pesan iklan tersebut dapat

dipercaya atau dibuktikan.

Bovee dan Thil (2007:7) menyatakan cara untuk menjadikan

kualitas iklan yang baik yaitu ;

a. Sediakan informasi yang praktis


Berilah penerima kesan informasi yang berguna, apakah

informasi ini untuk membantu mereka melakukan tindakan

yang diinginkan atau untuk memahami kebijakan baru

perusahaan.

b. Berikan fakta, bukan kesan

Gunakan kalimat konkret, detail yang spesifik dan informasi

yang jelas, meyakinkan, akurat dan etis.

c. Perjelas dan padatkan informasi

Berikan pokok-pokok informasi yang paling penting daripada

memberikan semua informasi. Sebagian besar pebisnis

profesional menemukan ciri mereka berada pada serbuan banjir

data dan informasi dan pesan-pesan yang jelas dan ringkas

lebih efektif daripada yang tidak.

d. Nyatakan tanggung jawab dengan tepat.

Tulislah pesan-pesan yang menghasilkan respon spesifik dari

penerima tertentu. Nyatakan secara jelas apa yang diharapkan

dari penerima pesan atau apa yang dapat dilakukan untuk

mereka.

e. Bujuk orang lain dan tawarkan rekomendasi

Tunjukkan kepada penerima pesan secara tepat, bagaimana

mereka akan mendapatkan manfaat dengan memberikan respon

atas peran anda sesuai dengan cara yang anda inginkan.

Menyebutkan manfaat bagi para penerima pesan merupakan


kunci untuk membujuk pemberi kerja, rekan sekerja, pelanggan

atau klien untuk menyetujui rencana tindakan atau membeli

produk.

B. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka menjadi salah satu acuan dalam melaksanakan penelitian

sehingga dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian

yang dilakukan. Adapun tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu sebagai berikut :

1. Sufa dan Munas (2012) melakukan penelitian dengan menggunakan

variabel bebas daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi

penayangan iklan. Variabel terikatnya adalah efektivitas iklan televisi.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa ketiga variabel bebas yaitu daya

tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas iklan.

2. Legasari, Indarti dan Restuti (2013) melakukan penelitian dengan

menggunakan variabel bebas daya tarik iklan, kreativitas iklan dan

kredibilitas endorser. Variabel terikatnya adalah efektivitas iklan dan sikap

konsumen. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa variabel bebas yaitu

daya tarik iklan, kreativitas iklan dan kredibilitas endorser berpengaruh

positif dan signifikan terhadap efektivitas iklan dan sikap konsumen.


3. Ardinsyah, Arifin dan Fanani (2012) melakukan penelitian dengan

menggunakan vaiabel bebas daya tarik iklan, sedangkan variabel

terikatnya adalah efektifitas iklan. Dari penelitian ini diperoleh hasil

bahwa variabel daya tarik iklan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap efektifitas.

4. Arfianto (2010) melakukan penelitian dengan menggunakan variabel

bebas daya tarik iklan, kualitas pesan iklan, dan frekuensi penayangan

iklan, sedangkan variabel terikatnya adalah efektivitas iklan. Dari

penelitian ini diperoleh hasil bahwa variabel daya tarik iklan, kualitas

pesan iklan, dan frekuensi penayangan iklan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap efektivitas iklan.

5. Wahyu (2010) melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi efektivitas iklan pada media televisi (Studi Pada Iklan

Produk Sepeda Motor Honda). Hasil dari penelitian tersebut bahwa

variabel frekuensi penayangan iklan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap efektivitas iklan dan semakin tinggi frekuensi penayangan suatu

iklan, maka semakin tinggi efektivitas iklan tersebut.

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka dapat disusun kerangka pemikiran

penelitian seperti pada gambar berikut :

Daya Tarik Iklan


(X1)
H1+

H2+
Kualitas Pesan Iklan Efektifitas Iklan
(X2) (Y)

H3+
Frekuensi
Penayangan Iklan
(X3)

Gambar 1

Kerangka Pikir

D. Pengembangan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian yang kebenarannya masih lemah, sehingga harus

diuji secara empiris (hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti di bawah

dan “thesa” yang berarti kebenaran). Hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah

penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan

sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang

relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban

teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.

(Sugiyono, 2004).
1. Daya Tarik Iklan berpengaruh positif terhadap Efektivitas Iklan

Iklan yang disampaikan dengan kata-kata dan ilustrasi yang mudah

dimengerti akan menarik perhatian konsumen. Karena daya tarik sebuah

iklan itu adalah seberapa besar iklan mampu menarik perhatian konsumen

(Indiarto, 2006). Dalam menampilkan pesan iklan yang mampu

membujuk, mampu membangkitkan dan mempertahankan ingatan

konsumen akan produk yang ditawarkan, memerlukan daya tarik bagi

pemirsa sasaran. Daya tari iklan sangat penting karena akan meningkatkan

keberhasilan komunikasi dengan pemirsa. Efektifitas iklan dipengaruhi

tersebut. Hal ini berarti dengan menariknya sebuah iklan, maka

masyarakat akan semakin tertarik untuk melihat dan memperhatikan iklan

sehingga iklan tersebut dapat efektif. Karena pada dasarnya setiap

konsumen pasti ingin membeli produk yang berkualitas, akan tetapi jika

kualitas antara beberapa produk sangat seimbang, hal ini memungkinkan

konsumen untuk memilih produk berdasar dari iklan yang menawarkan

produk yang diminati (Situmorang, 2008:57).

Penelitian yang telah dilakukan Dasmansyah dan Annisa (2019),

Legasari, Indiarti dan Resruti (2013) dari hasil penelitian tersebut

memperoleh hasil bahwa daya tarik iklan memiliki pengaruh positif

terhadap efektivitas iklan. Saat pelanggan tertarik terhadap produk yang di

iklankan, maka iklan tersebut sudah efektif dalam mengiklankan produk.


Maka dalam hal ini, daya tarik iklan dapat mempengaruhi persepsi

konsumen sehingga iklan tersebut dapat efektif.

H1 : Daya tarik iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan


2. Kualitas Pesan Iklan berpengaruh terhadap Efektivitas Iklan

Ketika masyarakat mampu memahami dan merespon baik struktur

pesan yang ada pada iklan yang ditayangkan maka iklan tersebut termasuk

iklan efektif (Arifin, 2005). Idealnya sebuah pesan seharusnya

mendapatkan perhatian (attention), menarik minat (interest),

membangkitkan keinginan (desire), dan menyebabkan tindakan (action),

atau model AIDA (Kloter, 2005:254).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Arfianto (2010), diperoleh hasil

bahwa variabel kualitas pesan iklan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap variabel efektivitas iklan sepeda motor merek Honda. Penelitian

lain mengenai variabel kualitas pesan iklan dilakukan oleh Sufa dan

Munas (2012), hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa variabel

kualitas pesan iklan berpengaruh terhadap efektivitas iklan televisi Mie

Sedap. Suatu iklan tidak perlu memaksa menjajalkan banyak pesan atau

informasi mengenai suatu produk. Cukup dengan satu atau beberapa unsur

iklan tersebut dirancang untuk memberikan impact atau dampak kepada

pemirsa, sehingga pemirsa dapat menangkap informasi yang ditampilkan

dalam pesan iklan tersebut. Sebuah pesan yang mampu berkomunikasi

dengan tepat kepada khalayak, diharapkan dapat meningkatkan efektivitas

iklan produk.

H2 : Kualitas pesan iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan.

3. Frekuensi Penayangan Iklan berpengaruh positif terhadap Efektivitas

Iklan
Teori advertising media menyebutkan, iklan akan memberikan hasil

efektif apabila disampaikan pada tingkat frekuensi efektif, kemudian

menerpa pemirsa dalam jumlah efektif, serta seharusnya ditampilkan pada

masa pembelian berlangsung (Sihombing, 2010). Menurut Morissan

(2010: 201) sebuah pesan dinilai jika memiliki jangkauan efektif, jika

ditayangkan antara tiga sampai 10 kali. Semakin tinggi frekuensi

penayangan iklan, maka akan semakin banyak audiensi yang bisa

dijangkau namun demikian harus diingat bahwa penayangan iklan lebih

dari 10 kali dinilai berlebihan, sedangkan iklan yang ditayangkan kurang

dari tiga kali dinilai tidak memiliki cukup jangkauan. Frekuensi yang

tinggi jika tidak didukung dengan waktu penayangan yang tepat akan

terasa sia-sia karena iklan tidak akan menjangkau segmen pasar yang tepat

(lee dan Johnson, 2007:268).

Penelitian mengenai variabel frekuensi penayangan iklan juga

dilakukan oleh Satriya (2012), hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa variabel frekuensi penayangan iklan berpengaruh positif terhadap

efektivitas iklan Jarum Super. Pengulangan suatu iklan merupakan strategi

untuk mendekati konsumen, karena suatu pesan yang sama senantiasa

diulang-ulang pada akhirnya akan berakibat diingatnya pesan tersebut.

Sebuah Penelitian lain yang dilakukan oleh Tri dan Yuli (2015), bahwa

frekuensi penayangan iklan mempunyai pengaruh signifikan dan bersifat

positif terhadap efektivitas iklan. Hasil ini menunjukkan frekuensi

penayangan iklan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi


efektivitas iklan melalui media televisi. Semakin tingginya frekuensi iklan

ditayangkan di televisi, maka masyarakat akan semakin sering melihat

iklan tersebut. Dengan terpaan iklan yang berkali - kali pemirsa akan lebih

mudah mengingat iklan dan pesan dari iklan akan cepat tersampaikan.

H3 : Frekuensi penayangan iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas

iklan.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desian Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif karena data yang

didapatkan berupa angka dari angket kuisioner. Pendekatan penelitian yg

dihasilkan termasuk ke dalam teknik survei. Penelitian ini artinya penelitian

kuantitatif karena data yg diperoleh berupa angka asal angket atau berita

umum. Pendekatan penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam tenik survei.

Survei (informasi lapangan) atau selengkapnya self-administered informasi

lapangan ialah metode pengumpulan data utama menggunakan

menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu (Jogiyanto,

2017).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kota Purworejo.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2022 sampai dengan selesai.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang digunakan

oleh penelitian untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiono,

2015:61). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga Purworejo

yang sudah pernah melihat iklan Lemonilo.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiono, 2016: 81). Teknik pengambilan sampel

untuk penelitian ini adalah non probability sampling yaitu, menggunakan

teknik purposive sampling. Menurt Sugiono (2016: 84) non probability

sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi

peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

menjadi sampel. Sedangkan teknik purposive sampling adalah teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2016:85).

Sampel pada penelitian ini sebanyak 150 dengan pertimbangan yaitu :

a. Individu mengerti dan pernah menyaksikan iklan Lemonilo lebih dari

satu kali dan pernah melakukan pembelian produk.

b. Individu berusia minimal 17 tahun karena dianggap sudah dewasa

dalam berfikir.

Menurut Roscoe dalam Sugiono (2019: 143) mengatakan ukuran

sampel yang layak untuk penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.

Maka dari itu, sampel pada penelitian ini sebanyak 150 karena sudah

cukup dan lebih dari jumlah sampel minimum.


D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yaitu suatu sifat nilai dari orang, obyek atau

kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2015:3).

1. Variabel Bebas atau Independent

Menurut Sugiono (2015:4), variabel independen adalah variabel

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel lain (terikat).

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Daya Tarik

Iklan (X1), Kualitas Pesan Iklan (X2), Frekuensi Penayangan Iklan (X3).

2. Variabel Terikat atau Dependen

Menurut Sugiyono (2015:4), variabel dependen adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel dependen

(bebas). Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Efektifitas Iklan (Y).

E. Definisi Operasional Variabel

Variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Daya Tarik Iklan

Daya tarik iklan adalah kemapuan iklan untuk memukau, menarik

perhatian dan minat (audience) sasarannya (Riyanto, 2008:28). Dalam

penelitian ini daya tarik yang digunakan adalah daya tarik emosional.
Menurut Morisson (2010: 344) daya tarik emosional adalah daya tarik

yang berhubungan dengan kebutuhan sosial konsumen dalam pembelian

suatu produk. Sehingga variabel daya tarik iklan yang digunakan indikator

yang dikembangkan oleh Sudharsono (2010) yaitu :

a. Ciri khas pemeran iklan

b. Gaya dari pemeran iklan

c. Penjiwaan terhadap peran yang dibawakan

d. Kemampuan menghidupkan cerita

2. Kualitas Pesan Iklan

Menurut Kotler (2005:2850) iklan akan lebih efektif apabaila

pesannya sama dengan lingkungannya. Kualitas pesan iklan yang baik,

akan meningkatkan efektivitas iklan. Menurut Kotler (2002:633) idealnya,

pesan itu harus menarik perhatian (Attention), mempertahankan

ketertarikan (Interest), membangkitkan keinginan (Desire), dan

menggerakan tindakan (Action). Pesan iklan dapat berupa angka, huruf,

dan kalimat yang mampu menjalankan suatu sistem. Pesan iklan sama

seperti pendorong, yaitu suatu kegiatan yang menunjukkan segala

kebutuhan dari calon konsumen. Indikator yang digunakan menurut

(Kloter dan Armstrong, 2001: 117) yaitu :

a. Attention (iklan menarik perhatian pemirsa)

b. Interest (iklan menarik minat pemirsa)

c. Desire (iklan membangkitkan keinginan pemirsa)

d. Action (iklan menyebabkan tindakan pemirsa)


3. Frekuensi Penayangan Iklan

Menurut Kloter dan Amstrong (2008:161) Frekuensi iklan adalah ukuran

jumlah waktu rata-rata orang dipasar sasaran terpapar iklan. Frekuensi

penayangan adalah jumlah berapa kali didalam jangka waktu tertentu

dimana rata-rata orang atau rumah tangga terpapar pesan (Kotler dan

Keller, 2008:209). Frekuensi yang tinggi jika tidak didukung dengan

waktu penayangan yang tepat akan terasa sia-sia karena iklan tidak akan

menjangkau segmen pasar yang tepat (lee dan Johnson, 2007:268).

Pengulangan iklan dianggap merupakan teknik yang paling ampuh untuk

melekatkan pesan di benak konsumen. Indikator yang dikembangkan oleh

Indriyanti dan Ilhalauw (2002), serta Shimp (2003:530) yaitu :

a. Iklan muncul lebih dari 10 kali sehari

b. Iklan lebih banyak muncul dari iklan produk lain

c. Iklan ditayangkan pada waktu yang utama

d. Iklan ditampilkan di berbagai stasiun televisi yang berbeda

4. Efektivitas Iklan

Iklan yang efektif adalah iklan yang mengkomunikasikan

keuntungan-keuntungan yang spesifik, iklan yang menekankan pada

tindakan spesifik yang harus diambil oleh konsumen. Shimp (2003: 415)

iklan juga disebut efektif bila dapat mencapai tujuan-tujuan yang ingin

dicapai oleh pengiklan. Perspektif ini mendefinisikan efektivitas

periklanan dari sisi “keluaran” (output), sedangkan efektivitas dari sisi

“masukan” (input) atau dalam pengertian komposisi iklan.


Menurut Kotler dalam Durianto dan Liana (2004) efektivitas iklan

dapat dilihat dari dua sudut pandang hasil atau dampak komunikasi dari

suatu iklan yang meliputi pengaruhnya pada kesadaran, pengetahuan dan

preferensi, dan yang kedua adalah dampak terhadap penjualan dimana

dampak ini lebih sulit untuk diukur karena penjualan dipengaruhi oleh

banyak faktor, tidak hanya oleh periklanan.

Efektivitas iklan dinilai tinggi dilihat dari brand recognizing (merek

dikenali oleh yang melihat), menarik, dan mampu menyampaikan pesan

mengenai merek atau produk yang diiklankan (Percy dan Rositter, 1992,

Back dan Till, 2005). Maka indikator untuk variabel ini adalah iklan

diingat, pesan iklan dipahami, dan merek dikenali. Indikator yang

digunakan yaitu :

a. Konsumen mengenal merek yang diiklankan

b. Iklan mudah diingat oleh konsumen

c. Pemahaman keunggulan dari produk yang ditawarkan

d. Iklan mampu mempengaruhi kepercayaan kosumen

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan

menggunakan kuesioner. Metode kuesioner adalah teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara membagi daftar pertanyaan tertulis yang

telah dirumuskan sebelumnya kepada responden dengan tujuan untuk


memperoleh data berupa jawaban-jawaban para responden (Kuncoro,

2013: 183).

Penelitian ini menggunakan google form, dibuat dengan menggunakan

pertanyaan tertutup, model pertanyaan tersebut telah disediakan jawabannya,

sehingga responden hanya memilih alternatif jawaban yang sesuai dengan

pendapat atau pilihannya.

G. Pengukuran Data

Dengan melakukan penyebaran kuesioner responden untuk mengukur

persepsi responden digunakan Skala Likert (Sugiono, 2015:102). Pertanyaan

dalam kuesioner dibuat dengan menggunakan skala 1-5 untuk mewakili

pendapat dari responden. Nilai untuk skala tersebut adalah :

a. Sangat Setuju :5

b. Setuju :4

c. Netral :3

d. Tidak Setuju :2

e. Sangat Tidak Setuju : 1

H. Pengujian Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan uji validitas dan uji realibitas,

pengujian ini untuk menguji pertanyaan yang ada didalam kuesioner.

1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur pada

kuesioner tersebut (Ghozali, 2018:51). Untuk menguji validitas dilakukan

dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator

dengan total konstruk, atau yang biasa dikenal dengan rumus Product

Moment (Ghozali, 2018:52). Product Moment dengan kriteria pengujian

yaitu jika 53 nilai Pearson Correlation > 0,3, maka butir

pertanyaan/pernyataan dinyatakan valid (Sugiyono, 2019:180). Alat

analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas data adalah

dengan koefisien korelasi menggunakan bantuan software Statistical

Package for the Social Science (SPSS) 20.0 for windows.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Ghozali (2018:45) adalah alat untuk mengukur suatu

kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu

kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Rumus untuk

mengukur reliabilitas menggunakan rumus Cronbach Alpha (α). Suatu

konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai

Croncbach Alpha > 0,70 (Nunnaly dalam Ghozali, 2018:46).

I. Pengujian Hipotesis

Alat anlisis data yang digunakan untuk melakukan dan menganalisis

kemungkinan mempenaruhi faktor keputusan pembelian seperti daya tarik


iklan, frekuensi penayangan iklan, kualitas penayangan iklan terhadap

efektifitas iklan televisi adalah analisis regresi linier berganda dan uji

hipotesis. Uji regresi memiliki fungsi untuk memprediksi besarnya nilai

variabel Y apabila variabel X ditambah.

1. Analisis Regresi Linier Berganda

Pada penelitian ini penulis menggunakan analisis regresi linier

berganda karena penulis hanya menggunakan dua variabel yaitu variabel

independen dan dependen. Pengujian dalam mengukur sebesar apa

pengaruh (X) terhadap (Y), dengan menggunakan metode regresilinier

berganda. Penelitian ini memakai rumusan alisisregresi linier berganda.

(Sugiyono, 2013:48) menyatakan analisisregresi berganda dilakukan jika

jumlah variabel bebasnya minim Persamaan regresi digunakan untuk

menggambarkan garis regresi. Persamaan regresi adalah sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Keterangan:

Y = Efektifitas iklan

X1 = Daya tarik iklan

X2 = Kualitas pesan iklan

X3 = Frekuensi penayangan iklan

a = Kosntanta

e = Eror (variabel bebas lain diluar modelregresi)

b1, b2, b3 = Koefisien regresi


Setelah koefisien regresi diperoleh, maka dilakukanlah uji hipotesis

yaitu uji tuntuk menguji perbedaan dua sampel pada variabel

interval/rasio. Dan untuk mengetahui apakah efektivitas antara variabel X

dengan Y signifikan atau tidak signifikan.

2. Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

Menurut Ghozali (2018:170) uji statistik t digunakan untuk

mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen dan variabel

dependen. Tingkat signifikan penelitian adalah 0.05. untuk mengetahui hal

tersebut, maka dapat dilihat dari p value, dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika p value <0,05 (a=5%) berarti terdapat pengaruh signifikan variabel

independen dengan variabel dependen.

b. Jika p value > 0,05 (a=5%) berarti tidak terdapat pengaruh signifikan

variabel independen dengan variabel dependen.

c. Jika nilai standardized coefficients beta positif, artinya terdapat

pengaruh positif variabel independen terhadap variabel dependen.

d. Jika nilai standardized coefficients beta negatif, artinya terdapat

pengaruh negatif variabel independen terhadap variabel dependen.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

membagikan kuesioner secara online kepada responden. Proses

pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti dengan membagikan

kuesioner berbentuk google form yang disebar melalui Whatsapp

kepada konsumen mie Lemonilo. Kuesioner yang disebarkan sebanyak

150 kuesioner, semua kuesioner dijawab dengan lengkap, memenuhi

kriteria dan semua layak untuk dianalisis. Pengumpulan data dilakukan

mulai tanggal 15 Maret sampai 5 April 2023.

2. Deskripsi Karakteristik Responden

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

dalam tabel berikut:

Tabel 1
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki – laki 40 27%
Perempuan 110 73%
Jumlah 150 100%
Sumber: Data Primer Diolah, 2023
Tabel 1 menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin

laki-laki sebanyak 40 orang (27%), sedangkan responden berjenis

kelamin perempuan sebanyak 110 orang (73%).

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 2
Responden Berdasarkan Usia
Umur Jumlah Persentase
17 - < 25 tahun 107 71%
25 - < 35 tahun 41 27%
35 - < 45 tahun 2 1%
≥ 45 tahun 0 0%
Jumlah 150 100%
Sumber: Data Primer Diolah (2023)

Berdasarkan tabel 2, menunjukkan bahwa responden yang berusia

17 - < 25 tahun sebanyak 107 orang (71%), usia 25 - < 35 tahun

sebanyak 41 orang (27%), usia 35 - < 45 tahun sebanyak 2 orang

(1%) dan yang berusia ≥ 45 tahun sebanyak 0 orang (0%). Usia

yang mendominasi dalam penelitian ini adalah 17 - < 25 tahun.

c. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 3
Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase
Pelajar/ Mahasiswa 81 54%
PNS 2 1%
Pengusaha/ Wirausaha 3 2%
Wiraswasta 3 2%
Karyawan Swasta 30 20%
Lainnya 32 21%
Jumlah 150 100%
Sumber: Data Primer Diolah (2023)

Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa responden yang bekerja

sebagai Pelajar/ mahasiswa sebanyak 81 orang (54%), PNS

sebanyak 2 orang (1%), Pengusaha/ wirausaha sebanyak 3 orang

(2%), Wiraswasta sebanyak 3 orang (2%), Karyawan swasta

sebanyak 30 orang (20%), dan responden dengan pekerjaan

lainnya sebanyak 32 orang (21%).

d. Karakter responden berdasarkan pendapatan

Karakteristik responden berdasarkan pendapat dapat dilihat dalam

Tabel berikut:

Tabel 4
Responden Berdasarkan Pendapatan
Pendapatan per bulan Jumlah Persentase
< Rp. 1.000.000 82 55%
Rp. 1.000.000 - < Rp. 2.000.000 38 25%
Rp. 2.000.000 - < Rp. 3.000.000 16 11%
≥ Rp. 3.000.000 14 9%
Jumlah 150 100%
Sumber: Data Primer Diolah (2023)

Berdasarkan tabel 4, menunjukkan responden yang memiliki

pendapatan <Rp. 1.000.000 sebanyak 82 orang (55%),

pendapatan Rp. 1.000.000 -< Rp. 2.000.000 sebanyak 38 orang

(25%), pendapatan Rp. 2.000.000 -< Rp. 3.000.000 sebanyak 16


orang (11%), dan pendapatan ≥ Rp. 3.000.000 sebanyak 14 orang

(9%).

B. Hasil Uji Instrumen

1. Uji Instrumen

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan

pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan

diukur pada kuesioner tersebut (Ghozali, 2018:51). Untuk menguji

validitas dilakukan dengan melakukan korelasi bivariate antara

masing-masing skor indikator dengan total konstruk, atau yang biasa

dikenal dengan rumus Product Moment (Ghozali, 2018:52). Product

Moment dengan kriteria pengujian yaitu jika nilai Pearson

Correlation > 0,3, maka butir pertanyaan/pernyataan dinyatakan

valid (Sugiyono, 2019:180). Hasil uji validitas data dari 30

responden dapat dilihat dalam tabel 5 berikut:

Tabel 5
Hasil Uji Validitas
Variabel Item Pearson r min
Pertanyaan Correlation
X1.1 0,898
X1.2 0,892
Daya Tarik Iklan (X1) 0,3
X1.3 0,890
X1.4 0,917
Frekuensi Penayangan iklan X2.1 0,829 0,3
(X2) X2.2 0,838
X2.3 0,866
X2.4 0,867
X3.1 0,905
X3.2 0,919
Kualitas Iklan (X3) 0,3
X3.3 0,879
X3.4 0,901
Y1.1 0,893
Y1.2 0,824
Efektifitas Iklan (Y) 0,3
Y1.3 0,905
Y1.4 0,890
Sumber: Data Primer Diolah (20230

Berdasarkan hasil uji validitas di atas menunjukkan bahwa pearson

correlation per item pernyataan lebih dari 0,3, dapat dikatakan bahwa item

pernyataan kuesioner terbukti valid, artinya bahwa semua butir pernyataan dalam

kuesioner tersebut dapat mengukur variabel penelitian.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menurut Ghozali (2018:45) adalah alat untuk mengukur suatu

kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu

kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

peryataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Rumus untuk

mengukur reliabilitas menggunakan rumus Cronbach Alpha (α). Suatu

konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Croncbach

Alpha > 0,70 (Nunnaly dalam Ghozali, 2018:46).

Tabel 6
Hasil Uji Reliabilitas
Cronbach’s
Item Cronbach’s Nilai
Variabel Alpha if Item
pertanyaan Alpha Reliabel
Deleted
Daya Tarik Iklan X1.1 0,804 0,841 0,7
(X1) X1.2 0,805
X1.3 0,799
X1.4 0,789
X2.1 0,791
Frekuensi
X2.2 0,796
Penayangan Iklan 0,829 0,7
X2.3 0,780
(X2)
X2.4 0,787
X3.1 0,798
Kualitas Iklan X3.2 0,798
0,841 0,7
(X3) X3.3 0,802
X3.4 0,802
Y1.1 0,793
Efektifitas Iklan Y1.2 0,808
0,943 0,7
(Y) Y1.3 0,785
Y1.4 00,795
Sumber: Data Primer Diolah (2023)
Berdasarkan hasil uji reliabilitas di atas menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s
Alpha per variabel lebih dari 0,7. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
instrumen tersebut terbukti reliabel. Instrument yang reliabel yaitu pernyataan
dalam kuesioner konsisten dalam mengukur 63 konstruk atau variabel
penelitian, sehingga dapat digunakan untuk mengumpulkan data selanjutnya.
C. Analisis Data

1. Analisis Regeresi Berganda

Hasil uji regresi berganda dalam penelitian ini dapat dilihat dalam
tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7
Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda
Standardized
p-value
Variabel Coefficients Keterangan
(sig)
Beta
Daya Tarik
0,250 0,001 Positif dan signifikan
Iklan (X1)
Frekuensi
Penayangan 0,171 0,014 Positif dan signifikan
Iklan (X2)
Kualitas 0,513 0,000 Positif dan signifikan
Iklan (X3)
Sumber: Data Primer Diolah (2023)

Berdasarkan tabel 7, model persamaan regresi linier berganda yang


dapat dituliskan pengujian tersebut adalah:
Y = 0,250 X1 + 0,171 X2 + 0,513 X
Dengan interprestasi persamaan regresi sebagai berikut:
a. b1 = 0,250, artinya daya tarik iklan (X1) berpengaruh positif,
dengan nilai Standardized Coeficients Beta = 0,250. Hasil ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi daya tarik iklan, maka dapat
diharapkan iklan juga semakin efektif.
b. b2 = 0,171, artinya kualitas pesan iklan (X2) berpengaruh positif,
dengan nilai Standardized Coeficients Beta = 0,171. Hasil ini
menunjukkan bahwa semakin baik kualitas pesan iklan, maka
diharapkan efektivitas iklan juga semakin baik.
c. b3 = 0,513, artinya frekuensi penayangan iklan (X3) berpengaruh
positif, dengan nilai Standardized Coeficients Beta = 0,326. Hasil
ini menunjukkan bahwa semakin meningkat frekuensi penayangan
iklan, maka diharapkan efektivitas iklan juga semakin meningkat.

2. Hasil Uji Signifikan


Berdasarkan tabel 7, diketahui bahwa variabel bebas yang terdiri
dari daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan
iklan menghasilkan nilai Standardized Coeficients Beta yang bernilai
positif dan p value kurang dari 0,05 sehingga Ha diterima, yang
berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel independen
(X) secara parsial terhadap variabel dependen (Y).
a. Uji Hipotesis 1 (H1)
H1: Daya Tarik Iklan berpengaruh positif terhadap Efektifitas
Iklan.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa nilai pvalue sebesar
0,001 (kurang dari 0,05), dan nilai koefisien regresi bernilai positif
sebesar 0,250 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti
daya tarik iklan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
efektivitas iklan.
Hal ini berarti daya tarik iklan yang tinggi akan meningkatkan
efektivitas suatu iklan, sehingga hipotesis pertama diterima. Dalam
penelitian Arfianto (2010), daya tarik iklan juga berpengaruh
terhadap efektivitas iklan. Hal tersebut dibuktikan juga oleh hasil
penelitian ini yang menunjukkan daya tarik iklan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi efektivitas iklan melalui media
televisi. Daya tarik yang ditampilkan dalam suatu iklan akan
menarik pemirsa untuk selalu melihat iklan tersebut dan akan selalu
mengingatnya. Daya tarik iklan seperti pemeran iklan Lemonilo
mempunyai ciri khas yang unik, pemeran iklan memiliki gaya
tersendiri, pemeran iklan Lemonilo dapat menjiwai peran yang
dibawakan, dan pemeran iklan frestea dapat menghidupkan suasana
cerita akan membuat khalayak terhibur, sehingga mendorong
pemirsa untuk melakukan pembelian produk. Hal ini dapat
menjelaskan bahwa iklan yang ditampilkan efektif.
b. Uji Hipotesis 2 (H2)
H2: Kualitas Pesan Iklan berpengaruh positif terhadap
Efektivitas Iklan.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa nilai p value
sebesar 0,014 (kurang dari 0,05), dan nilai koefisien regresi
bernilai positif sebesar 0,171 sehingga Ha diterima dan Ho
ditolak yang berarti kualitas pesan iklan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap efektivitas iklan.
Hal ini berarti kualitas pesan iklan yang baik akan
meningkatkan efektivitas suatu iklan, sehingga hipotesis kedua
diterima serta mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Arfianto (2010) yang menyatakan bahwa kualitas pesan
berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan. Pesan iklan
Lemonilo yang disampaikan dengan baik, jelas serta
memberikan informasi secara tepat akan dapat mempengaruhi
mindset pemirsanya. Pemirsa akan terpengaruh oleh pesan yang
disampaikan setelah melihat iklan tersebut sehingga dapat
membujuk pemirsa untuk menjadi konsumen dari produk
Lemonilo. Jika iklan yang ditampilkan dapat membuat pemirsa
menjadi konsumen, maka dapat dikatakan bahwa iklan tersebut
efektif. Oleh sebab itu maka pesan iklan juga berpengaruh
terhadap efektivitas iklan.
c. Uji Hipotesis 3 (H3)
H3: Frekuensi Penayangan Iklan berpengaruh positif terhadap
Efektivitas Iklan.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa nilai pvalue sebesar
0,000 (kurang dari 0,05), dan nilai koefisien regresi bernilai
positif sebesar 0,513 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak yang
berarti frekuensi penayangan iklan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap efektivitas iklan.
Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi penayangan iklan
yang tinggi akan meningkatkan efektivis iklan, sehingga
hipotesis ketiga diterima dan mendukung penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya oleh Arfianto (2010). Hasil ini
menunjukkan frekuensi penayangan iklan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi efektivitas iklan melalui media
televisi. Semakin tingginya frekuensi iklan ditayangkan di
televisi, maka khalayak akan semakin sering melihat iklan
tersebut. Dengan penayangan iklan yang berkali-kali pemirsa
akan lebih mudah mengingat iklan dan pesan dari iklan akan
cepat tersampaikan.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan dari hasil data dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa:

1. Daya tarik iklan berpengaruh positif dan signifikan pada efektivitas


iklan. Artinya semakin tinggi daya tarik iklan yang diciptakan
perusahaan, maka efektivitas iklan tersebut semakin tinggi.
2. Kualitas pesan iklan berpengaruh positif dan signifikan pada efektivitas
iklan. Artinya semakin tinggi kualitas pesan iklan yang diciptakan
perusahaan, maka efektivitas iklan tersebut semakin tinggi.
3. Frekuensi penayangan iklan berpengaruh positif dan signifikan pada
efektivitas iklan. Artinya semakin tinggi frekuensi penayangan iklan
yang dilakukan perusahaan, maka efektivitas iklan tersebut semakin
tinggi.

B. Implikasi Penelitian
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini menjadi tambahan bukti empiris bagi teori yang

melandasi hubungan yang telah digambarkan dalam model penelitian.

Karena penelitian ini telah dapat membuktikan adanya pengaruh daya

tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan

terhadap efektifitas iklan. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat

dikatakan bahwa penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Arfianto (2010) dan Sufa (2012), yang menyatakan

bahwa variabel daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi
penayangan iklan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

efektivitas iklan.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daya tarik iklan, kualitas

pesan iklan, dan frekuensi penayangan iklan berpengaruh positif dan

signifikan pada efektivitas iklan produk Lemonilo, oleh karena itu

ketiga variabel tersebut perlu diperhatikan oleh perusahaan, karena

dengan semakin tingginya daya tarik iklan, kualitas pesan iklan, dan

frekuensi penayangan iklan yang dimiliki perusahaan, efektivitas iklan

tersebut akan semakin meningkat.

3. Implikasi Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi para peneliti yang hendak melakukan penelitian pada topik


yang sama, sebaiknya penelitian dilakukan pada lokasi yang lebih luas,
yaitu tidak hanya pada pemirsa televisi di kota Purworejo saja, namun
bisa dibandingkan dengan kota lain disekitar Purworejo maupun objek
pada produk lainnya. Dengan demikian akan diperoleh gambaran yang
lebih obyektif atas kondisi persaingan periklanan pada saat ini. Bagi
peneliti berikutnya sebaiknya menambahkan variabel independen selain
daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan.
DAFTAR PUSTAKA

Adyas, D., & Khairani, A. (2019). Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas
Pesan Iklan dan Frekuensi Penayangan Iklan Terhadap Efektivitas Iklan TV
Tokopedia. JRB-Jurnal Riset Bisnis, 2(2), 95-101.

Anhar, D. (2018). Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi
Penayangan Iklan, Terhadap Efektifitas Iklan Televisi Sprite. Jurnal Ilmu
Manajemen Mulawarman (JIMM), 2(2).

Ardiansyah, Lutfi, Zainul Arifin dan Dahlan Fanani, 2012. “Pengaruh Daya Tarik
Iklan Terhadap Efektivitas Iklan : Surfey Terhadap Iklan Honda Versi Band
Nidji.” Jurnal Universitas Brawijaya.

Arfianto, W., &Sutopo, S. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Efektivitas Iklan Pada Media Televisi (Studi Pada Iklan Produk Sepeda
Motor Honda) (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).

Arifin, Ali (2005) Seni Menjual, Andi, Yogyakarta.

Bovee dan Thill., (2007) Komunikasi Bisnis, Edisi Kedelapan, Indeks, Jakarta

Dewi, R. (2021). Analisis Pengaruh Green Product Dan Harga Terhadap


Keputusan Pembelian Mie Lemonilo (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Malang).

Durianto, Darmadi dan C. Liana. 2004. “Analisis Efektivitas Iklan Televisi


Softener Soft & Fresh di Jakarta dan Sekitarnya dengan Menggunakan
Consumer Decision Model.” Jurnal Ekonomi Perusahaan, Vol. 11, No. 1,
Hal. 35-55.

El Madja, N. M. (2021). Representasi Makna Iklan Mi Lemonilo Tahun 2020


Episode “Mie Hebat Untuk Keluarga Sehat”(Analisis Semiotik Charles
Morris). Jurnal Lensa Mutiara Komunikasi, 5(2), 162-173.

Ghozali, I. (2008). Aplikasi Analisis Multivariat dengan progam IBM SPPSS 25.
Edisi 9. Semarang: Universitas Diponegoro
Halimah, N. (2020). Persepsi Konsumen tentang Iklan Kartu Smartfren Terhadap
Keputusan Pembelian (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah
IAIN Metro) (Doctoral dissertation, IAIN Metro).

Indiyanti, I. Satya dan J. J. O. I. Ihalauw. 2002. “Pengulangan Pesan Suatu Iklan


dalam Proses Pembelajaran Konsumen: Studi Terhadap Iklan Pasta Gigi
Pepsodent.” Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. 8, No.1, Hal. 36-52.

Indriarto, Fidelis. 2006. “Studi Mengenai Faktor Kekhawatiran dalam Proses


Penyampaian Pesan Iklan.” Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol. 5, No.
3, Hal. 243-268.

Irhamna, M. R. (2018). Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, dan
Celebrity Endorse Terhadap Efektivitas Iklan Televisi Mie Indomie (Survei
Pemirsa Iklan Mie Indomie Pada Mahasiswa FEB ULM Banjarmasin).

Kartika, D. D. (2022). Pengaruh Kredibilitas Endorser, Daya Tarik Iklan, Dan


Brand Image Terhadap Minat Beli Konsumen (Studi Pada Konsumen
Produk Mie Instan Lemonilo di Lumajang).

Kotler Philip. 2010. Marketing Management. Elentventh Edition, Prentice Hall


International Editions, USA

Kotler, Philip and Gary Armstrong, 2010. Priciples of Marketing. Edisi 9 Prentive
Hall Inc. New Jersey

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2008. “Principle of Marketing”. New Jersey:
Prentice Hall. Inc.

Kotler, Philip dan K. L Keller. 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi Ketiga Belas
Jilid I . Erlangga, Jakarta.

Kotler, Philip., Gary Amstrong, 2001. Dasar-Dasar Pemasaran: Principle of


Marketing 7e. Erlangga. Jakarta

Kotler, Philip., Keller, K.L., 2008. Manajemen Pemasaran. Erlangga. Jakarta

Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta:
Erlangga

Lee, Monle & Johnson, Carla. 2007. Prinsip-prinsip Periklanan Dalam Perspektif
Global. Jakarta: Kencana.

Legasari, V.E., Sri Indiarti dan Sri Restuti, 2013. Pengaruh Daya Tarik Iklan,
Kreativitas Iklan dan Kredibilitas Endorser Terhadap Efektivitas Iklan dan
Sikap Konsumen pada Sabun Pemutih Wajah Merek Olay di Kota
Pekanbaru. Jurnal Ekonomi, Vol. 21, No. 3.

Prihatin, E. W. (2015). Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan,


Frekuensi Penayangan Iklan Terhadap Efektivitas Iklan Televisi (Studi pada
Konsumen Frestea di Kota Purworejo) (Doctoral dissertation, Manajemen-
FE).

Puspitasari, Intan. 2009. “Pengaruh Efektivitas Iklan Terhadap Pembentukan


Brand Awareness”. Tesis Tidak Diterbitkan. Program Magister Manajemen
Universitas Diponegoro.

Rachmah, S. M. (2022). Pengaruh Iklan Terhadap Keputusan Pembelian Mie


Lemonilo. International Journal of Social and Management Studies, 3(4),
82-88.

Saputra, V. E., & Widyatmoko, W. (2019). Pengaruh Kualitas Pesan Iklan dan
Kreativitas Iklan Terhadap Daya Tarik Iklan “Udah Waktunya Pake GO-
JEK–Vertibokek”. Prologia, 3(1), 289-298.

Sari, D. K., & Pancaningrum, E. (2020). Efektivitas Iklan Indomie Versi Ayam
Geprek Di Televisi Dengan Menggunakan Metode Analisa Epic Model
(Doctoral dissertation, STIE PGRI Dewantara Jombang).

Satriya, Jimy. 2013. Efektifitas Iklan Media Televisi Djarum Super My Great
Adventure Menggunakan EPIC Model. Fakultas Ekonomi Universitas
Brawijaya, Malang.

Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi: Aspek Tambahan Komunikasi


Pemasaran Terpadu. 5 ed. Jakarta: Erlangga.

Sihombing, Indra Jaya., 2010b, “Frekuensi, Jumlah Audiens, dan Masa Beriklan”
Suara Merdeka, 8 Mei 2010, Hal 1.

Situmorang, J. R. 2008. “Mengapa Harus Iklan?” Jurnal Administrasi Bisnis, Vol.


1, No. 2 Hal. 188-200

Sudharsono, Widyantoro. 2010. “Pengaruh Iklan dengan Unsur Humor di Televisi


: Study Kasus Terhadap Iklan Rokok Starmild di Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.”

Sufa, F., &Dwiyanto, B. M. (2012). Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas
Pesan Iklan, dan Frekuensi Penayangan Iklan Terhadap Efektivitas Iklan
Televisi Mie Sedap (Survei Pemirsa Iklan Mie Sedap Pada Mahasiswa Kost
di sekitar Undip Tembalang, Semarang) (Doctoral dissertation, Fakultas
Ekonomika dan Bisnis).
Sugiyono, 2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Suprayogi, A. D. (2022). Makna Pesan Iklan: Lemonilo “Apapun Dream Kamu,
Wujudkan Bersama Lemonilo X NCT Dream”(Analisis Semiotika Charles
Sanders Pierce) (Doctoral dissertation, IAIN Kediri).

Sutisna. 2003. “Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran”. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Tampi, D., Soegoto, A. S., & Sumarauw, J. S. (2016). Pengaruh kualitas produk,
harga, dan daya tarik iklan terhadap keputusan pembelian sepeda motor
honda scoopy pada PT. Daya Adicipta Wisesa. Jurnal EMBA: Jurnal Riset
Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 4(1).

Vidiasari, Y., & Yuniati, T. (2015). Analisis Efektivitas Iklan Pada Media
Televisi Terhadap Iklan Produk Sepeda Motor Yamaha. Jurnal Ilmu dan
Riset Manajemen (JIRM), 4(11).

Wibowo, S. F., & Karimah, M. P. (2012). Pengaruh iklan televisi dan harga
terhadap Keputusan Pembelian Sabun Lux (survei pada pengunjung Mega
Bekasi Hypermall). JRMSI-Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia, 3(1),
1-15.

Widowati, T. I. (2015). Pengaruh kreativitas iklan, kualitas pesan iklan, dan daya
tarik iklan terhadap sikap pada merek melalui efektivitas iklan pada iklan
merek “X” di Surabaya. Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen.

Anda mungkin juga menyukai