Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia periklanan di Indonesia sekarang ini sudah

sanggat pesat. Banyaknya iklan-iklan khususnya di media televisi membuat

khalayak binggung menentukan produk mana yang ia butuhkan, apalagi

banyak bermunculan produk-produk sejenis di pasaran itu semua membuat

khalayak lebih selektif dalam menentukan produk mana yang ia pilih, produk-

produk sejenis tersebut harus biasa memposisikan produknya berbeda

dengan kompetitornya agar dapat membedakan dan membuat suatu ciri atau

image dimata targetnya.

Ditengah ketatnya persaingan tersebut, iklan sebagai suatu konsep

dan strategi dalam memposisikan suatu produk berperan penting dalam

mengkomunikasikan ide-ide kreatif kepada khalayak agar tujuan dari

periklanaan tersebut dapat dengan mudah diterima oleh targetnya.

Definisi iklan menurut Wright yang dikutip oleh Alo Liliweri : iklan

adalah suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan yang sangat

penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang,

memberikan layanan serta gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu

dalam bentuk informasi yang persuasif.[1]


Adapun tujuan iklan antara lain sebagai cara untuk memberitahukan

peluncuran produk atau jasa baru, untuk meningkatkan keinginan masyarakat

dan meningkatkan penjualan segala cara dilakukan agar tujuan ini tercapai

untuk mempromosikan produknya sehingga tercipta dan tertanam suatu

image atau citra produk perusahaan yang baik dalam benak target sasaran

ataupun khalayak pada umumnya. Citra atau brand image tersebut sangat

penting dalam pembentukn identitas suatu produk sebagai pembeda dengan

produk-produk sejenis yang ada di pasaran, image tersebut di bentuk dengan

mengasosiasikan produk dengan gagasan tertentu yang melekat dalam

benak khalayak, tiap orang memiliki motivasi khusus dalam melakukan

pembelian suatu produk baik untuk memenuhi kebutuhan fungsional atau

kebutuhan emosional, disinilah brand image menjadi penting dalam

membangun hubungan yang konsisten antara brand dan emosional appeal

dan symbolic values nya.

Salah satu media yang digunakan dalam menyampaikan iklan adalah

televisi. Televisi lebih digemari oleh masyarakat Indonesia karena sebagai

media hiburan televisi mampu menampilkan unsur audio dan visual yang

lebih menarik dibandingkan media-media lainnya. Media televisi menjadi

semakin efektif untuk media promosi khususnya dalam bentuk periklanaan

karena selain dapat menampilkan gambar dan suara juga dapat

menampilkan animasi ataupun foto-foto bergerak dalam bentuk flash yang

akan membuat kesan khusus yang berbeda dengan media-media lain, hal

tersebut akan mempermudah dalam pembentukan image suatu produk,


media televisi juga memungkinkan dalam waktu yang relative singkat pesan

dapat sampai kepada pemirsanya dalam jumlah yang besar, media televisi

juga merupakan media yang sering digunakan oleh masyarakat di Indonesia

pada umumnya. Penggunaan periklanan dengan menggunakan media

televisi juga terus berkembang dan mengalami perbaikan-perbaikan seiring

dengan kemajuan teknologi dan juga pola pikir masyarakat yang semakin

cerdas dan keritis terhadap sesuatu.

Karena itulah iklan televisi yang merupakan salah satu hasil

perkembangan teknologi komunikasi memiliki peranan penting sebagai media

dalam menyampaikan pesan periklanaan. Perhatian terhadap iklan televisi

akan semakin besar jika materinya dibuat dengan standar teknis yang tinggi

atau menggunakan tokoh-tokoh ternama sebagai pemerannya.[2]

Berbagai jenis iklan produk yang mewakili berbagai macam

perusahaan ditayangkan oleh televisi, perusahaan tersebut bersaing untuk

mendapatkan pasar yang ada. Jenis iklan yang ada bervariatif, inovatif,

kreatif, dan komunikatif sehingga menarik pehatian dan minat calon

konsumen agar membeli produk yang ditawarkan.

Akibat dari sebuah persaingan iklan adalah semakin kreatifnya para

produsen memasang iklan dalam menarik minat para calon konsumen dan

konsumen tetap. Ini dapat dilihat dari timbulnya macam-macam iklan yang

terus ditampilkan dilayar televisi para konsumen tersebut. Langkah tersebut

merupakan salah satu dari sekian cara didalam strategi kreatif guna menarik

suatu kesan tertentu pada konsumen yang dituju. Pekerjaan membuat iklan
dan yang berhubungan dengan itu biasa dikenal dengan istilah “pekerjaan

kreatif”. Rhenald Kasali dalam bukunya mengutip pernyataan Gilson,

seorang rekanan pada sebuah perusahaan konsultan periklanan Gilson &

Frankel di New York, dan Berkmen, Profesor dalam bidang organisasi dan

manajemen bisnis pada university of Miami yang mendefinisikan “pekerjaan

kreatif” sebagai proses penggambaran, penulisan, perancangan, dan

produksi sebuah iklan, yang merupakan jantung dan jiwa industri periklanan.

[3]

Oleh karena itu PT. Kao dan PT Johnson and Johnson sebagai

pengiklan atau sebagai produsen, dan pihak biro iklan dituntut untuk

menggunakan media televisi sebaik mungkin untuk iklan-iklan Biore dan

Clean and clear.

Persaingan pada kategori produk pembersih wajah sangatlah tinggi.

Segmen pasar yang dibidik kedua produk ini adalah para remaja yang

karakternya begitu mudah tergiur. Perpindahan dari satu merek ke merek lain

sangat rentan terjadi. Dengan kata lain, tingkat loyalitas di kategori ini amat

rendah. Loyalitas konsumen di kategori ini merupakan yang paling rendah,

sebenarnya, mereka loyal bukan pada brand, tapi loyal pada image yang di

bangun oleh produk tersebut.

Melihat fenomena yang telah diuraikan sebelumnya, guna tetap eksis

dalam pasar, sudah selayaknya PT. Kao dan PT. Johnson and Johnson

memikirkan alternatif strategi sebagai salah satu alat untuk menanamkan

image positif dalam benak konsumen. Dalam hal ini PT. Kao dan PT.
Johnson and Johnson menganggap bahwa media televisi merupakan media

yang paling efektif dalam mempromosikan dan memperkenalkan produknya

pada khalayak luas.

Pada iklan televisi, ada beberapa teknik visual yang dapat digunakan

untuk membuat iklan yang dramatis dan mempunyai kemampuan menjual

yang kuat. Dalam iklan Biore, pengiklan bermaksud memperlihatkan manfaat

yang ada di dalam produk dengan mendemonstrasikan pada khalayak cara

pemakaiaan produk untuk dijadikan aspek penting dalam menyampaikan

pesan periklanaan agar iklan tersebut mendapatkan perhatian dari khalayak.

Sedangkan pada iklan Clean and clear pengiklan lebih mengarahkan pada

alur cerita kepada khalayak yang berisi penggalan gaya hidup dan aktivitas

remaja yang sesuai dengan produk yang diiklankan dan nantinya diharapkan

akan menarik perhatian khalayak.

Jika dilihat dari iklan Biore, PT. Kao berusaha untuk mempengaruhi

khalayak dengan manfaat yang ada pada produk biore dan dijadikan sebuah

persuasi untuk mencoba manfaat yang ada pada produk tersebut.

Sedangkan pada iklan Clean and clear, PT Jhonshon and Jhonshon

memberikan gambaran kepada khalayak tentang masalah-masalah yang

dialami oleh remaja-remaja pada umumnya seperti tumbuh jerawat dan

ketakutan-ketakutan yang ditimbulkan setelahnya, yaitu timbul

ketidakpercayaan pada dirinya yang berpengaruh pada aktivitas atau

kegiatan yang ingin di lakukan oleh remaja tersebut.


Hal-hal yang telah disebutkan diatas merupakan strategi kreatif dalam

penyampaian pesan yang digunakan PT. Kao dan PT. Johnson and Johnson

dalam membuat suatu image citra pada produknya guna mempromosikan

produk dan akhirnya akan mendorong penjualan. Oleh karena itu penulis

tertarik untuk meneliti “Pengaruh Iklan Produk Kecantikan Terhadap Brand

Image Pada Remaja SMU Negri 1 Pamulang (Analisis Terhadap Iklan Biore

Versi Re Born Skin Dengan Iklan Clean and clear Versi Internet)”.

B. Pembatasan Masalah

Menurut Mardalis di dalam bukunya disebutkan bahwa, “Pembatasan

masalah dimaksudkan, agar peneliti membatasi ruang lingkup penelitiannya

secara tegas dan jelas. Hingga dapat diketahui secara terperinci masalah

yang akan diteliti dan tidak akan menjadi sedemikian luas dan kabur.

1. Pembatasan Materi

Materi yang dibahas dalam penelitian ini secara garis besar adalah

mengenai Pengaruh Iklan Produk Kecantikan Terhadap Brand Image

Pada Remaja SMU Negri 1 Pamulang (Analisis Terhadap Iklan Biore

Versi Re Born Skin Dengan Iklan Clean and clear Versi Internet).

Pesan yang bersifat informatif, menarik, dan tepat sasaran pada

tayangan iklan tersebut memungkinkan penonton dapat memahami

artinya dengan tepat dan diharapkan mampu masuk kedalam benak


konsumen sehingga dapat merangsang pola pikir dan emosi dalam

pembentukan suatu image atau citra produk itu sendiri.

Dengan memberikan batasan materi penelitian ini, maka dapat

menghindari pembahasan yang semakin meluas dan mengurangi

ketidakfokusan dalam penelitian, dengan begitu penulis melakukan

pembatasan materi sebagai berikut :

a. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang timbul pada khalayak akibat dari pesan

komunnikasi yang mampu membuat mereka melakukan sesuatu.[4]

Pengaruh dalam penelitian ini diartikan pada daya yang timbul pada

masyarakat maupun khalayak luas dengan penggunaan teknik

visualisasi demonstrasi dan slace of life pada iklan biore dan clean and

clear di televisi sehingga menimbulkan image terrtentu terhadap

brand.

b. Iklan

Iklan merupakan bentuk kegiatan komunikasi non personal

yang disampaikan lewat media dengan membayar ruang yang

dipakainya untuk menyampaikan pesan yang bersifat membujuk

(persuasif) kepada konsumen oleh perusahaan, lembaga non

komersial, maupun pribadi yang berkepentingan.[5] Dimana dalam

penelitian ini penulis meneliti iklan Biore versi “Re born skin” dan iklan

Clean and clear versi “Internet”.

c. Produk Kecantikan
Produk merupakan barang atau jasa yang dibuat dan ditambah

gunanya atau nilaiya dalam proses produksi dan menjadi akhir dari

produk itu.[6]Kecantikan berarti Keelokan (tentang wajah, muka atau

kemolekan).[7] Jadi produk kecantikan ialah barang atau jasa yang

digunakan untuk memberikan unsur keindaahan, kecantikaan dan

keelokan pada bagian tertentu seseorang agar terlihat indah dan

menarik.

d. Brand Image (citra merek)

Citra merek merepresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek

dan di bentukya dari informasi dan pengalaman massa lalu terhadap

merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang

berupa keyakinaan dan preferensi terhadap suatu merek.[8]

e. Remaja

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya Psikologi Remaja

mengungkapkan bahwa definisi remaja untuk masyarakat Indonesia

sebagai pedoman umum kita dapat menggunakan batasan usia 11-24

tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia .[9]

Yang akan dijadikan objek penelitian adalah siswi pada SMU Negri 1

Pamulang Tangerang, yang usianya berada pada rentan usia remaja

untuk masyarakat Indonesia . Sesuai dengan segmentasi konsumen

antara umur 15 sampai dengan 18.

2. Pembatasan Lokasi
Pembatasan Lokasi yang ditetapkan oleh peneliti adalah siswi SMU1

Pamulang Tangerang, didasarkan pada bahwa mereka merupakan remaja

yang aktif dan mempunyai berbagai macam kegiatan. Dimana dalam

kegiatan tersebut mereka harus tampil penuh percaya diri, dan hal tersebut

bisa didapatkan dengan cara memakai produk kecantikan wajah.

Selain itu, sebagian besar siswi SMU Negri 1 Pamulang

Tangerang sebagai populasi penelitian juga pernah melihat iklan Biore dan

Clean and clear di TV.

3. Pembatasan Waktu

Pembatasan waktu dalam penelitian ini dimulai pada Mei 2009 sampai

dengan Agustus 2009.

C. Perumusan Masalah

Iklan yang ditampilkan di televisi turut menentukan pilihan dari apa

yang dipertimbangkan seseorang, karena tujuan iklan tersebut adalah

meningkatkan minat membeli produk yaitu merubah perilaku konsumen

dengan mempengaruhi seseorang atau konsumen dari produk pesaing untuk

menggunakan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk yang diiklankan

sampai pada tahap tingkat keterlibatan konsumen itu dalam pembelian suatu

produk menjadi sangat tinggi. Hal tersebut dapat tercapai, salah satunya

adalah iklan yang disampaikan sesuai dengan target audience yang dituju.
Perumusan masalah disini dikaitkan dengan objek penelitian penulis

adalah : “Bagaimana Pengaruh Iklan Produk Kecantikan Terhadap Brand

Image Pada Remaja SMU Negri 1 Pamulang (Analisis Terhadap Iklan Biore

Versi Re Born Skin Dengan Iklan Clean and clear Versi Internet).

D. Tujuan Penelitian

Maksud dari adanya tujuan penelitian ini adalah untuk dapat

mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi tujuan penelitian.

1. Untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh iklan Biore versi “Re born

skin” dan iklan Clean and clear versi “Internet” di televisi terhadap Brand

Image pada siswi SMU 1 Pamulang.

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh iklan produk kecantikan

terhadap Brand Image pada remaja SMU Negri 1 Pamulang (Analisis iklan

Biore versi Reborn Skin dengan Clean and Clear versi Internet)

E. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Penulis berharap dalam melakukan penelitian ini penulis dapat

menguji sejauh mana implementasi dari teori komunikasi, khususnya

dalam periklanaan. Selain itu penulis dapat mengunakan teori-teori

komunikasi di masyarakat luas sekaligus memberikan sumbangan bagi

pengembangan konsep-konsep dan teori dari ilmu komunikasi, khususnya

komunikasi massa.
2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi atau bisa memberikan

bahan masukan, informasi dan data yang berguna dan factual bagi

perusahaan, produsen (pengiklan), serta stasiun TV dan biro-biro iklan

untuk meningkatkan kualitas, mempersiapkan, dan merencanakan sebuah

kegiatan periklanan sebagai bagian dari aktifitas promosi guna mencapai

hasil yang baik dan bermanfaat bagi konsumen.

BAB II

TINJAUAAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauaan literatur

Literatur digunakan untuk mengungkap teori-teori komunikasi

terdahulu yaitu yang relevan, sedangkan teori untuk menjelaskan variabel

yang diteliti. Iklan Biore dan Clean and clear di televisi merupakan proses

komunikasi yang ditujukan kepada Khalayak menggunakan media massa

yaitu televisi dengan maksud mendukung tujuan pemasaran produk tersebut


dengan menumbuhkan image khusus kedalam benak target nya. Dalam

menyampaikan pesan kedunya memiliki perbedaan dalam proses visualisasi

namun dalam proses komunikasi yang dilakukan relatif serupa.

Untuk lebih jelas mengetahui bagaimana proses komunikasi iklan ini

berlangsung, terlebih dahulu akan menjelaskan pengertian komunikasi dan

proses-proses komunikasi lain yang menyertainya.

1. Hakikat komunikasi

“Istilah komunikasi secara etimologis atau menurut kata asalnya,

berasal dari kata latin, dan bersumber dari kata communis yang berarti

sama. Sama disini maksutnya adalah sama makna yaitu sama makna

mengenai suatu hal.[10]

Menurut Everett M. Rogers komunikasi adalah proses dimana

suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih,

dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.”[11]

Dari pengertian tersebut jelas bahwa komunikasi melibatkan

sekuran-kurangnya dua orang. Diantara keduanya terjadi perpindahan

pesan, sehingga pihak kedua mendapatkan informasi relative baru

(menurutnya) dan mengakibatkan ia, yang awalnya tidak tahu menjadi

tahu.

Dengan komunikasi, manusia dapat menyampaikan gagasan dan

sikapnya akan sesuatu hal kepada orang lain. Sehingga diharapkan

dengan melakukan komunikasi tersebut, pihak komunikator dapat


mempengaruhi komunikannya. Dalam mengubah perilaku komunikan,

terlebih dahulu melewati beberapa tahapan, dari mulai merubah pola pikir

(kognitif), yang kemudian bias mengubah sikap (afektif), dan akhirnya

merubah perilaku (konatif).

Agar komunikasi berjalan efektif, maka komunikasi harus berjalan

komunikatif. Komunikasi yang komunikatif dan efektif dapat terjadi apa

bila terdapat dua orang atau lebih yang berperan sebagai komunikator

(penyampai pesan) dan komunikan (penerima pesan) memiliki kesamaan

pola pikir (frame of referens) kesamaan bahasa. Apabila komunikan

memaknai pesan yang sama dengan komunikator, maka komunikasi

tersebut telah berjalan efektif.

Jenis-jenis komunikasi, yaitu :[12]

a. Komunikasi dengan diri sendiri ( Intrapersonal Communication )

komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi

yang terjadi di dalam diri individu, atau dengan kata lain proses

berkomunikasi dengan diri sendiri.

b. Komunikasi antar pribadi ( Interpersonal communication )

Komunikasi antar pribadi yang dimaksud di sini adalah

proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih

secara tatap muka.

c. Komunikasi kelompok
yaitu komunikasi yang menunjukan suatu proses komunikasi dimana

pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di

depan khalayak yang lebih besar.

d. Komunikasi massa ( Mass Communication )

yaitu sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana

pesannya di kirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang

sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio,

televisi, surat kabar, majalah dan lain-lain”.sedangkan tujuan dari

komunikasi massa sendiri yaitu untuk menyebarluaskan atau

menyampaiakan informasi dengan meratakan pengetahuan,

merangsang pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kegembiraan

dalam hidup seseorang.

Dalam komunikasi massa pesan periklanaan dikemas dan

disampaikan melalui media-media massa yang ada untuk menjangkau

khalayak yang tersebar luas, penggunaan media masa dirasa efektif

karena memiliki sifat karakteristik tersendiri. Untuk mengetahui keefektifan

dan karakteristik media massa tersebut akan dijelaskan dalam penjelasan

berikut.

2. Hakikat Komunikasi Massa

Bertujuan untuk mempengaruhi massa dengan menggunakan

media agar pesan dapat tersebar luas dengan waktu bersamaan, media

televisi sangat efektif untuk mempengaruhi khalayak.


Menurut Schramm ada syarat tertentu yang harus diperhatikan

agar penyampaian pesan dapat diterima dengan baik yakni:

a. “Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa


sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud,
b. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada
pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran sehingga
sama-sama dapat dimengerti,
c. Pesan harus dapat membangkitkan kebutuhan pribadi pihak
sasaran dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh
kebutuhan itu,
d. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh
kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok dimana sasaran
berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang
dikehendaki”.[13]

Ada pun karakteristik Komunikasi Massa adalah sebagai berikut:

a. Komunikasi Massa bersifat umum. Maksudnya yaitu pesan

komunikasi melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang

b. Massa bersifat heterogen. Maksudnya yaitu massa dalam

Komunikasi Massa terdiri dari orang-orang yang heterogen yang

meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang

berbeda, dengan budaya yang beragam, berasal dari bermacam-

macam lapisan masyarakat, serta mempunyai perbedaan yang

berbeda-beda. Oleh karena itu berbeda pula kepentingan, standar

hidup, derajat kehormatan, kekuasaan dan pengaruh

c. Media massa menimbulkan keserempakan. Maksudnya

keserempakan kontak dalam sejumlah besar penduduk dalam jarak

yang sangat jauh dari kantor dan penduduk tersebut berada dalam

keadaan terpisah satu sama lain


d. Hubungan komunikator dan komunikan bersifat non pribadi.

Maksudnya yaitu karena komunikan yang anonim dicapai oleh orang-

orang yang dikenal hanya dalam peranannya yang bersifat umum

secara komunikator.

Jadi, Komunikasi Massa diartikan sebagai salah satu jenis

komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,

heterogen, dan anonim melalui media massa cetak maupun elektronik,

sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Menurut Steven M. Chaffe efek pendekatan pada perubahan yang

terjadi pada khalayak komunikasi massa dikenal dengan istilah tiga

perubahan, yaitu:

1. “Perubahan kognitif, efek kognitif terjadi bila ada perubahan


pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek
ini berkaitan dengnan transmisi pengetahuan, keterampilan,
kepercayaan, atau informasi.
2. Perubahan afektif, efek afektif timbul bila ada perubahan pada
apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalaya. Efek ini ada
hubungannya dengan emosi, sikap atau nilai.
3. Perubahan behavioral, efek behavioral merujuk pada perilaku
nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan,
kegiatan atau kebiasaan berperilaku.”[14]

Pada penjelasaan diatas telah disebutkan tentang efek perubahan

pada pesan komunikasi massa namun akan lebih baik apabila pesan

komunikasi massa tersebut di sajikan atau dikemas dalam bentuk

penampilan yang menarik dan juga kretif apalagi jika pesan tersebut

berhubungan dengan kegiatan promosi atau pemasaraan suatu produk,

kegiatan-kegiatan kretif dan juga proses pengemasan atau penyampaiaan

bentuk pesan tadi merupakan kegiatan periklanaan.


3. Hakikat iklan

Menurut Rhenald Kasali “Periklanan adalah seluruh proses yang

meliputi penyiapan dan penyampaian iklan. Sedangkan iklan, sebagai

bentuk pesan terhadap suatu produk yang disampaikan melalui media

ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat”.[15]

Pengaruh iklan sangat besar terhadap khalayak karena kita ketahui

setiap hari dapat kita lihat iklan ada dimana-mana, produsen menawarkan

produknya kepada masyarakat dengan berbagai cara dan media televisi

menjadi sarana mengenalkan produknya, karena itu iklan dituntut harus

kreatif agar memiliki perbedaan dan ciri ataupun visualisasi tersendiri saat

khalayak menyaksikaannya hal ini betujuan, agar khalayak dapat dengan

mudah membedakan antara satu produk dengan produk lainya apalagi

banyak bermunculan produk-produk sejenis di pasaran membedakan ciri

dapat membuat image tersendiri bagi iklan tersebut di benak targetnya.

Media periklanan dapat berupa media cetak (printed matters)

seperti koran, majalah, iklan pos, catalog, direktori, bulletin, leaflet dan

juga media elektronik seperti radio, film, telepon, faksimili dan pajangan

diluar (outdoor) seperti poster, pamphlet, papan nama, neonsign, papan

reklame, spanduk, dan sebagainya.

Dalam memilih media periklanan pun harus dengan berbagai

pertimbangan seperti kemampuan, daya jangkau dan karakteristik target.

Dalam pembuatan iklan agar pesan yang disampaikan tidak terbuang-


buang dengan sia-sia, kita juga harus paham apa dan kapan target kita

biasa menggunaan media tersebut salah satu contoh penggunaan media

televisi dalam penelitiaan yang saya lakukan, karena hampir sebagian

besar aktivitas yang dilakukan target dilakukan di depan televisi.

4. Hakikat Iklan di televisi

Menurut J.B Wahyudi dalam buku Media Komunikasi Massa

Televisi,

“Televisi sebagai media massa , mempunyai banyak kelebihan


dalam penyampaian pesan-pesannya, dibandingkan dengan media
massa yang lain, karena pesan-pesan yang disampaiakannya
melalui gambar dan suara secara bersamaan (sinkron) dan hidup,
sangat cepat (actual) terlebih lagi dalam siaran langsung (life
broadcast), dan dapat menjangkau ruang yang sangat luas.”[16]

Dari penjelasan diatas dapat diuraikan karakteristik media televisi

yaitu merupakan media yang dapat menyajikan unsur audio dan visual

secara bersamaan, selain itu televisi juga memiliki kelebihan-kelebihan di

antara media lainnya kelebihan tersebut sebagai berikut :

1. “Efisiensi Biaya
Banyak pengiklan memandang televisi sebagai media yang paling
efektif untuk menyampaikan pesan-pesan komersilnya. Salah satu
keunggulannya adalah kemampuan menjangkau khalayak sasaran
yang sangat luas. Jutaan orang menonton televisi secara teratur.
Televisi menjangkau khalayak sasaran yang dapat dijangkau media
lainnya, tetepi juga khlayak yang tidak terjangkau oleh media cetak.
Jangkauan masal menimbulkan efisiensi biaya untuk menjangkau
setiap kepala.

2. Dampak yang Kuat


Keunggulan yang lainnya adalah kemampuannya menimbulkan
dampak yang kuat terhadap konsumen, dengan tekanaan pada
sekaligus dua indra : penglihataan dan pendengaraan. Televisi juga
mampu menciptakaan kelenturan bagi pekerjaan-pekerjaan kretif
dengan mengkombinasikan gerak, kecantikan, suara, warna,
drama dan humor.

3. Pengaruh yang Kuat


Akhirnya, televisi mempunyai kemampuan yang kuat untuk
mempengaruhi persepsi khalayak sasaran. Kebanyakan
masyarakat meluangkan waktunya di muka televisi sebagai sumber
berita, hiburan dan sarana pendidikan. Kebanyakan calon pembeli
lebih percaya pada perusahaan yang mengiklankan produknya di
televisi daripada yang tidak sama sekali. Ini adalah cermin
bonafiditas pengiklan.

Tetapi selain memiliki kelebihan media televisi juga memiliki

kelemahan, kelemahan tersebut sebagai berikut :

1. Biaya yang Besar


Kelemahan yang paling serius dalam beriklan di televisi adalah
biaya absolut yang sangat ekstrem untuk memproduksi dan
menyiarkan siaran komersial. Sekalipun biaya untuk menjangkau
setiap kepala adalah rendah, biaya absolute dapat membatasi niat
pengiklaan. Biaya produksi termasu biaya pembuatan film dan
honorium artis yang terlibat, bias menghabiskan jutaan rupiah.
Belum lagi penyiarannya yang harus diulanh-ulang pada jam-jam
siaran utama.

2. Khalayak yang Tidak Selektif


Sekalipun berbagai teknologi yang telah di perkenalkan untuk
menjangkau sasaran yang selektif, televisi tetap sebagai media
yang tidak selektif, segmentasinya tidak setajam surat kabar dan
majalah. Jadi, iklan-iklan yang disiarkan di televisi memiliki
kemungkinaan menjangkau pasar yang tidak tepat.

3. Kesulitan Teknis
Media ini juga tidak luwes dalam pengaturan teknis. Iklan yang
sudah di buat tidak dapat diubah begitu saja jadwalnya, apalagi
menjelang jam-jam penyiaraan.” [17]

Namun diantara kelebihan dan kekurangannya tetep televisi

menjadi media yang paling di gemari hampir seluruh masayarakat

Indonesia karena menarik dan mampu menampilkan unsur audio dan

visual secara bersamaan. Dalam menayangkan iklan di televisi biasanya


menggunakan berbagai teknik visualisasi agar iklan mudah di ingat dan

memberikan kesan khusus di benak target sasarannya, hal itu juga akan

membuat daya tarik tersendiri bagi iklan tersebut. Dengan adanya teknik

visualisasi yang baik dalam penyampaian pesan iklan, tentunya akan

menarik minat khalayak untuk menonton iklan tersebut.

5. Hakikat Teknik Visualisasi

Teknik visualisasi merupakan salah satu strategi penyampaian

pesan melalui media massa yaitu televisi, teknik visualisasi merupakan

perpaduan antara teknik penyajian visual dan juga teknik penyamaian

pesan melalui ide-ide kreatif seperti penggunaan spokenpersons,

testimonisal, demonstrasi dan lain-lainnya semuanya di padu dengan

formulasi tertentu setiap teknik visualisasi memiliki karakteristiknya

tersendiri lebih jelaskan akan disampaikan pan penjelasan berikutnyanya.

Karena karakteristik televisi sebagai media yang dapat menyiarkan unsur

audio dan visual scara bersamaan membuat pekerjaan kreatif ini bias

dilakukan dengan maksimal ,tapi karena kelebihan itu jagan membuat

para pengiklan atau agency iklan cepat puas tetapi mereka harus benar-

benar kreatif dan tahu siapa target yang dihadapinya agar pesan

komunikasi yang sudah dirancang dapat dengan mudah masuk ke benak

target dengan menggunakan teknik penyampaiaan menggunakan

visualisasi yang disukai sesuai dengan karakteristik target. Karena teknik

visualisasi yang tepat akan membuat iklan tesebut berada terus di ingat
dalam benak target dan secara tdak langsung akan membentuk citra

tersendiri pada iklan tersebut.

Dari penjelasan diatas disimpulkan betapa pentingnya teknik-teknik

visualisasi dalam periklanaan yang menggunakan media televisi, agar ide-

ide pesan yang kreatif dapat dengan mudah ditangkap oleh target

sasaran, karena biayasanya khalayak lebih suka menonton siaran televis

atau iklan yang memilki perpaduan antara gambar-gambar visual hidup

yang menarik dan serasi dengan unsur-unsur lainnya seperti suara,

animasi, ataupun, tulisan-tulisan, Itu semua terangkum dalam teknik

visualisasi yang baik, dan teknik visualisasi yang biasa digunakan dalam

sebuah iklan ialah :

Spokesperson Menampilkan “announcer” / “presenter” yang

berbicara dan mendemonstrasikan produk dengan

latar belakang (setting) ruangan yang alami..


Testimonial Menampilkan seseorang yang telah dikenal dan

dipercaya khalayak, untuk berbicara tentang

pengalaman menggunakan produk.


Demonstratio Demonstrasi produk (biasanya tentang cara

n penggunaan, hasil yang diperoleh, dsb.)


Closeups Penampakan produk secara dramatis (misal : cara

menggunakan, bentuk produk, hasil, dsb.)


Slace of Life Dramatisasi solusi yang ditawarkan produk, yang

menimbulkan kebahagiaan bagi konsumennya

(konsumen memiliki masalah yang hanya bisa

diselesaikan oleh produk).


Story line Iklan memiliki jalan cerita sehingga seperti film

pendek.
Costomer Iklan yang menampilkan tanya-jawab dengan

interview khalayak (konsumen) mengenai pendapatnya tentang

produk.
Vignettes & Biasanya digunakan untuk mengiklankan produk-

Situations produk murah. Menggambarkan bagaimana

konsumen menikamati produk seperti mereka

menikamati hidup. Iklan didominasi dengan audio

yang menyajikan jingle dengan lirik yang sesuai

dengan situasi yang digambarkan (penggambaran

kepuasaan yang ditawarkan produk.


Direct Product Iklan yang menggambarkan perbandingan produk

Comparison dengan kompetitornya.


Still Visual iklan tidak menggunakan gambar bergerak,

Photographs namun menggunakan gambar-gambar statis hasil

& Artwork fotografi yang telah diatur sedemikian rupa.


Animation Iklan menggunakan gambar bergerak yang

merupakan hasil animasi.


Rotoscope Iklan menggunakan visual yang merupakan
kombinasi antara gambar bergerak dan animasi.

Combination Iklan menggunakan kombinasi teknik-teknik visual


yang telah digambarkan di atas.

Penelitian yang peneliti ambil lebih menitikberatkan pada teknik

visualisasi demonstrasi dan slace of life karena iklan-iklan yang saya teliti

yaitu iklan dalam kategori produk kecantikan remaja lebih sering


menggunakan teknik visualisasi ini. Agar lebih jelas tentang teknik

visualisasi tersebut maka akan di jelaskan sebagai berikut.

1. Demonstrasi

Untuk beberapa jenis produk, teknik ini digemari karena karena

televisi merupakan medium yang ideal untuk memperlihatkan suatu

produk bekerja, bagaimana cara pemakaian, cara kerja dan juga hasil

yang diperoleh setelah menggunakan produk tersebut.Karena hanya

mendemonstrasikan suatu produk teknik ini seakan-akan membuat

khalayak berada di dalam berada di dalam situasi tersebut karena

penggunaan kamera atau teknik pengambilan gambarnya membuat

seakan-akan kamera tersebut adalah mata anda. Pengunaan teknik ini

harus memperhatikan beberapa ketentuan yaitu pesan yang dibuat

harus dapat dipercaya dan secara hukum demonstrasi harus cocok

dengan pemakaiaan yang sebenarnya, dengan alasan ketantuan

kedua biyasanya sebagian biro iklan mengharuskan para peserta

dalam produksi iklan menandatangani surat pernyataan tertulis resmi

bahwa peristiwa-peristiwa tersebut terjadi seperti apa yang muncul di

layar televisi.

2. Slace of Life

Merupakan kisah yang benar-benar terjadi dalam kehidupan

yang diuraikan dengan cara mengesankan dengan harapan

melibatkan pemirsa pada titik berfikir. Jadi target akan melihat

permasalahannya seperti yang sesungguhnya terjadi dan akan


mendapatkan imbalan-imbalannya berupa penyelesaian masalah

tersebut dengan bantuan produk yang diiklankan, di dalam teknik

visualisasi ini penting untuk memiliki sebuah cerita yang dapat

menghubungkan targetnya dengan produk dan pemilihan cerita harus

disesuaikan dengan karakteristik target, agar target atau sasaran

merasa bahwa cerita atau permasalahan tersebut memang benar-

benar terjadi pada dirinya.

Dari kedua teknik tersebut memiliki inti yang sama yaitu bagai

mana menyampaikan pesan periklanaan yang baik agar pesan yang

disampaikan dapat diterima dengan baik oleh targetnya. Dalam

penelitian yang peneliti lakukan lebih menitikberatkan pada brand

image yang akan di bentuk oleh pesan tersebut jadi sebelumnya akan

dijelaskan tentang brand image tersebut.

6. Hakikat Brand Image (Citra merek)

Merek adalah nama, tanda, simbol desain, atau kombinasi hal-hal

tersebut yang ditujukan untuk mengidentifikasikan dan mendifrensiasi

(membedakan) barang atau layanaan suatu penjual dari barang dan

layanaan penjual lain atau competitor.[18]

Suatu merek pada gilirannya memberi tanda pada konsumen

mengenai sumber produk tersebut dan melindungi konsumen maupun

produsen dari para competitor yang berusaha memberikan produk-produk

yang tampak identik.


Secara utuh bahwa istilah merek adalah label yang tepat dan layak

untuk menggambarkan suatu objek yang dipasarkan. Sebuah merek

terkenaldan terpecaya merupaka asset yang sangat tinggi nilainya.

Sebenarnya, konsumen pada hakikatnya bukan membeli produk, tetepi

membeli merek suatu produk.

Karena dalam perkembangannya, peran merek telah meluas dan

mengalami perubahan. Merek bukan hanya sekedar tanda melainkan

sudah mencerminkan gaya hidup atau serangkaiaan gagasan sehingga

untuk suatu merek pelanggan bersedia mengeluarkan uang lebih banyak.


[19]
Sedangkan citra merek dapat diartikan atau dipahami sebagai bentuk-

bentuk asosiasi yang muncul dalam pikiran konsumen ketika konsumen

tersebut membayangkan sebuah merek tertentu. Asosiasi secara

sederhana dapat diartikan sebagai pikiran , gambar atau bayang-bayang

khusus yang dimiliki oleh seorang konsumen mengenai sebuah merek.

Hal ini kurang lebih sama ketika seseorang memiliki pikiran, gambar, atau

bayangan megenai orang lain.

Citra merek terbentuk melalui pengenalan merek. Identitas merek


bersama dengan sumber-sumber informasi yang lain dikirimkan
kepada konsumen melalui media komunikasi. Informasi ini
diperlukan sebagai stimuli dan diserap (apperception) oleh indra,
lalu ditafsirkan oleh konsumen. Proses penafsirannya dilakukan
dengan membuat asosiasi berdasarkan pengalaman masas lalu
dan kemudian mengartikannya. Proses inilah yang disebut sebagai
persepsi.Berdasarkan persepsi konsumen inilah citra merek
terbentuk.[20]

Citra merek dari suatu produk adalah apa yang ada di benak

konsumennya. Citra merek merupakan total dari keseluruhan


pengetahuan yang diketahui tentang suatu merek yang didapat dari

pengalaman , iklan, pembicaraan dari mulut ke mulut, kemasan,

pelayanan jasa, dan lain-lain yang dipersepsikan secara selektif

berdasarkan kepercayaan dan nilai-nilai sosial.

Pada umumnya suatu merek tertanam dalam ingatan kita beserta

dengan pikiran-pikiran atau asosiasi-asosiasi tertentu.Asosiasi-asosiasi ini

dapat dikonsepsikan beerdasarkan tipe, favourability, kekuatan dan

keunikannya.

Pada prinsipnya, citra berada pada sisi penerima (konsumen). Bila

citra berada pada sisi penerima, maka identitas pada sisi pengirim.

Kewajiban sang pengirim adalah untuk memperjelas arti, maksud, dan

panggilan dari merek tersebut. Citra adalah hasil. Dengan kata lain citra

adalah suatu penguraian isi sandi atau kode.

Jean Noel Keferer mengatakan bahwa:

Citra yang efektif melakukan tiga hal, yaitu mementapkan karakter


produk dan usulan nilai. Kedua, menyampaikan karakter itu dengan
cara yang berbeda sehingga tidak dikacaukan oleh karakter pesaing,
Ketiga, memberikan kekuatan emosional yang lebih dari sekedar
citra merek.[21]

Jika dikaitkan dalam periklanaan, citra merek dipengaruhi unsur-

unsur yang ada dalam sebuah iklan salah satunya ialah teknik visualisasi,

teknik visualisasi digunakan untuk mengenalkan suatu merek dan

menstimuli target dengan pesan yang dilakukan dengan menggunakan

media televisi, dan pada akhirnya stimuli atau pesan tersebut ditafsirkan

dengan menggunakan asosiasi-asosiasi yang telah dirancang


sebelumnya oleh pengiklan. Namun hasil akhir ada di tangan target

karena target sendirlah yang akan mengartikan isi pesan tersebut.

B. Kerangka Teori

Untuk dapat menyelesaikan permasalah diperlukan suatu teori, dalil

dan gagasan agar dapat diterima kebenarannya dalam masyarakat. Teori

dapat berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu pengetahuan yang

sistematis dan memberikan arah pada penelitian. Menurut Kerlinger yang

dikutip oleh Jalaludin dalam bukunya Metode Penelitian Komunikasi, Teori

adalah “Himpunan atau konstruksi atau konsep, definisa atau proposisi yang

mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan

relasi diantara variabel – variabel untuk menjelaskan untuk menjelaskan dan

meramalkan gejala tersebut.”[22]

Kerangka teori merupakan uraian mengenai dasar teori atau model

yang digunakan sebagai acuan utama penelitian dan alat mencapai suatu

pengetahuan, serta untuk membimbing penelitian Sehingga dimaksudkan

untuk memberikan gambaran atau batasan – batasan tentang teori – teori

yang akan dipakai sebagai landasan penelitian ini.

“Kerangka teori berisi pokok-pokok pikiran yang menjadi titik tolak atau

landasan dalam menyoroti masalah, sehinmgga menggambarkan juga dari

sudut mana masalah penelitian disoroti. Uraian-uraiannya berisi tentang

keadaan seharusnya atau kondisi ideal mengenai berbagai variable dan

gejala didalamnya yang merupakan bagian dari masalah penelitian. Oleh


karena itu kerangka teori berfungsi juga sebagai tolak ukur untuk menguji

kondisi variable dan gejala didalamnya yang sama berdasarkan hasil

pengumpulan dan pengolahan data.”[23]

Berdasarkan pendapat tersebut, maka penulis dalam penelitian in

menggunakan teori – teori yang sesuai dengan judul penelitian yaitu,

Pengaruh Iklan Produk Kecantikan Terhadap Brand Image pada Remaja

SMU Negri 1 Pamulang (Analisis Terhadap Iklan Biore Versi Re Born Skin

dengan Iklan Clean and Clear Versi Internet).

Teori – teori yang berkaitan ialah :

1. Teori Stimulus Organisme Respon (S - O - R)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan model teori S O R yang

berasal dari model stimulus – respons atau lebih popular dengan sebutan

teori S – R ini menjelaskan pengaruh yang terjadi pada pihak penerima

(receiver) sebagai akibat dari komunikasi, menurut teori ini dampak atau

pengaruh yang terjadi pada pihak penerima pada dasarnya merupakan

suatu reaksi tertentu dari stimulus tertentu. Dengan demikian besar

kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh itu terjadi,

tergantung pada isi dan penyajian stimulus.

Menurut De Fleur, “ Penerima khalayak atas berbagai stimulus

yang disampaikan melalui media massa berbeda antara yang satu orang

dengan orang yang lainnya. Karena setiap orang mempunyai karakteristik

personalitas sendiri-sendiri. Hal ini berarti, bahwa pengaruh yang terjadi


tidak semata-mata disebabkan oleh adanya stimulus respons, tetapi juga

ditentukan oleh faktor–faktor personalitas. Dengan kata lain, meskipun

pesan (stimulus) yang disampaikan media massa sama, namun akibat

yang terjadi dikalangan khalayak akan berbeda antara satu orang dengan

orang yang lainnya.”[24]

Model S O R dapat digambarkan sebagai berikut :

S ------------------------ O ------------------------ R

Sebagaimana terlihat dalam gambar, model ini memberikan gambaran

tentang ketiga elemen penting : Stimulus (S) yakni pesan, Organisme (O),

dalam hal ini pihak penerima (receiver) dan Respon (R) yakni akibat atau

pengaruh yang telah terjadi.[25]

Pada dasarnya prinsip ini merupakan reaksi terhadap stimuli

tertentu. pesan (S) yang disampaikan kepada pihak penerima (O) adalah

sama, namun penerima memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam

menangkap pesan yang disampaikan. Hal ini disebabkan karena pesan

yang diterima oleh seseorang akan diolah terlebih dahulu dalam gudang

inderawi (sensory storage) yang selanjutnya penerima akan merespon (R)

pesan-pesan yang diterima sesuai dengan kebutuhan khalayak.

Dengan demikian teori ini mencakup unsur – unsur sebagai berikut :

a. Pesan (Stimulus, (S))

b. Komunikan (Organisme, (O))

c. Efek (Respon, (R))

Adapun bagan teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut :


ORGANISME:
STIMULUS - Perhatian
- Pengertian
- Penerimaan

Respon
(perubahan Sikap)

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan

mungkin dapat diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika

ada perhatian dari komunikan dan kemudian diteruskan pada proses

berikutnya dimana komunikan akan menjadi mengerti terhadap pesan

tersebut. Setelah komunikan mengolahnya maka pada saat itulah

terjadinya Organisme (perhatian, pengertian, dan penerimaan) maka

terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap atau disebut juga Respon.

Teori ini berhubungan dengan teori pengetahuan konsumen,

karena apabila stimuli dapat diterima dan menimbulkan respon (berupa

pembentukan citra produk, pemakaian produk dan kesetiaan konsumen

terhadap suatu produk), maka iklan tersebut berhasil mempengaruhi

konsumen dan bahkan dapat menjadi produk yang paling diingat.


Dengan demikian, dalam penelitian ini yang menjadi stimulus ialah

pesan iklan biore dan clean and clear yang mengunakan teknik visualisasi

demonstrasi dan silce of life organisemnya ialah siswi SMU Negri 1

Pamulang dan responya ialah image produk yang ingin diciptakan produk

tersebut sebagai produk kecantikaan remaja. Hubungan antara stimulus –

respon diwarnai oleh hubungan sebab – akibat. Di mana penjelasan

stimulus – respon akan mengemukakan bahwa organisme menghasilkan

perilaku tertentu, jika ada kondisi stimulus tertentu.

Untuk mengetahui lebih jelas tentang stimulus-stimulis yang peneliti

teliti maka sebelumnya akan dijelaskan sebagai berikut:

2. Konsep Demonstrasi

Merupakan salah satu dari berbagai teknik visualisasi di dalam

dunia periklanaan menggambarkan Demonstrasi produk (biasanya

tentang cara penggunaan, hasil yang diperoleh, dsb). Dalam penelitian ini

teknik demonstrasi tersebut memiliki formulasi yaitu cara pemakaian, cara

kerja dan hasil yang diperoleh, dari ketiga dimensi tersebut dapat di

jelaskan sebagai berikut :

a. Cara Pemakaiaan

Menjelaskan bagaimana cara pemakaian produk tersebut dimulai dari

memulai hingga selesai biasanya akan ditonjolkan kelebihan-

kelebihannya seperti apakah penggunaannya praktis mudah


digunakan atau keunikan dalam cara pemakaiaan misalnya cara

khusus yang berbeda dengan produk-produk kompetitornya.

b. Cara Kerja

Memperlihatkan cara kerja atau produk bekerja menjelaskan manfaat-

manfaat apa saja yang ada di dalam produk tersebut kelebihan-

kelebihannya biasanya digunakan animasi berupa gambar-gambar

ataupun tulisan-tulisan bergerak agar menarik dan lebih mudah

menjelaskan kepada terget tentang cara kerja produk tersebut.

c. Hasil yang Diperoleh

Bagian akhir dari proses demonstrasi yang juga merupakan inti dari

pesan yaitu perubahan yang akan didapat setelah target

menggunakan produk tersebut biasanya akan diperlihatkan juga

perbedaan sebelum menggunakan produk dan sesudah menggunakan

produk dengan hasil yang memuaskan.

3. Konsep Slace of Life

Dramatisasi solusi yang ditawarkan produk, yang menimbulkan

kebahagiaan bagi konsumennya (konsumen memiliki masalah yang

hanya bisa diselesaikan oleh produk). Pada penelitian ini teknik visualisasi

tersebut memeiliki formula yaitu keadaan sulit + pemecahaan =

kebahagiaan, dari ketiga dimensi tersebut dapat di jelaskan sebagai

berikut :

a. Keadaan sulit
Dijelaskan tentang permasalahan yang sedang di hadapi penjelasan

tersebut menggunakan sebuah kisah atau cerita yang dialami

biasanya menggunakan kisah-kisah yang sering terjadi di dalam

kehidupan target sebenarnya, penyajianya biasanya dengan cara

mendramatisasi keadaan agar dampak dari permasalahan terlihat

begitu hebat dan benar-benar harus di carikan solusinya.

b. Pemecahaan

Akan diperlihatkan sebuah pemecahan permasalahan dengan

menggunakan produk yang di iklankan produk dijadikan seebagai

tokoh utama atau pahlawan atas permasalahaan yang sedang di alami

disini juga digambarkan kelebihan-kelebihan dan manfaat yang

terkandung didalam produk dalam mengatasi permasalahan yang

dialami, biasanya juga digunakan animasi-animasi bergerak saat

menjelaskan manfaat yang terdapat produk.

c. Kebahagiaan

Bagian akhir dari teknik slice of life yaitu kebahagiaan yang di dapat

setelah menggunakan produk dan merupakan bagian akhir dalam

sebuah kisah, akan di gambarkan kegembiraan-kegembiraan dari

permasalahan yang telah diselesaikan dengan baik.

Setiap khalayak akan menerima stimulus yang sama yang

disampaikan oleh suatu media namun khalayak akan mengartikannya


berbeda-beda, walaupun pesan stimulus yang disampaikan sama namun

dampaknya atau pengaruh yang terjadi akan berbeda satu sama lainnya,

ini disebabkan setelah menerima sitimuli atau pesan setiap khalayak

mempersepsikan dulu stimuli atau pesan tersebut dan setiap khalayak

biasanya memiliki perbedaan dalam mempersepsikan stimuli, itu

disebabakan karena setiap khalayak memiliki perbedaan pengalaman-

pengalaman, menurut Desiderato yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat

“Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan.”[26] Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli

inderawi (sensori stimuli).

Persepsi berperan penting dalam pembentukan citra karena

berdasarkan persepsi targetlah brand image akan terbentuk. Untuk

mengetahui persepsi khalayak dalam merespon pesan-pesan dapat

diterangkan dalam teori selective Influence

4. Teori Selective Influence

” Selective Influence Theory (teori selective influence) adalah teori


yang mempelajari tentang bagaimana khalayak merespon pesan-pesan
iklan dari media massa. Teori Selective Influence diperkenalkan oleh
Malvin Defleur (1989) dengan empat prinsip:
1. Selective attention (memilih memperhatikan pesan tertentu).
2. Selectiive preception (memilih mempersepsikan pesan tertentu).
3. Selective Recall (memilih mengigat pesan tertentu).
4. Selective action (memilih membuat tindakan tertentu)”.[27]

Selective attention, perbedaan responden dalam merespon suatu

pesan terjadi karena perbedaan kognitif dan orang lebih memilih pesan

yang dianggapnya menarik. Selective perception, pada prinsip ini yang


perlu diperhatikan dalam pilihan pesan harus memperhatikan persepsi,

perbedaan ini dikarenakan adanya perbedaan faktor-faktor kognitif, minat

dan kepercayaan pengetahiaan, sikap dan kebutuhan, nilai-nilai maka

individu secara selektif pula mempersepsikan suatu pesan yang ada.

Dengan demikian terdapat perbedaan penerimaan pesan yang diperepsi

oleh penerima karena terdapat perbedaan kognisi itu. Selective recall,

maka terdapat juga prinsip bahwa seseorang cenderung memilih kembali

hanya pesan-pesan yang diingat saja. Selective action akhirnya terlihat

bahwa bertindak yang sesuai dengan pesanpun setiap orang akan

memilih dan memilih tindakan manakah yang tepat dan yang tidak.

Setiap orang memeiliki cara yang berbeda dalam menilai suatu stimuli

atau rangsangan dari suatu objek. Orang dapat memiliki persepsi atas

objek yang sama karena tiga proses persepsi, antara lain :[28]

1. ”Perhatian selektif

Orang terlibat kontak dengan sangat banyak rangsangan

harian. Seseorang tidak mungkin dapat menanggapi keseluruhan

rangsangan-rangsangan tersebut karena sebagian besar rangsangan

akan disaring menjadi sebuah proses yang dinamakan perhatian

selektif. Perhatian seletif artinya orang akan memilah-milah

rangsangan yang diterimanya. Rangsangan yang menurutnya menarik

dan sesuai dengan keinginannya itulah yang dipilih. Orang-orang yang

berbeda dalam pasar mungkin tidak memperhatikan suatu pesan

kecuali jika pesan itu lebih menonjol dibandingkan dengan rangsangan


lain disekitarnya. Teknik visualisasi yang berbeda dan unik dan

menonjol akan diperhatikan oleh target sebagai perhatian selektif.

2. Distorsi selektif

Distorsi selektif adalah kecenderungan orang untuk mengubah

informasi kedalam pengertian pribadi dan menginterpretasikan

informasi dengan cara yang akan mendukung pra- konsepsi tersebut.

Orang akan mengubah pesan lewat sebuah teknik visualisasi yang

telah menarik perhatiaanya kedalam pengertian pribadi dan

menginterpretasikan pengertian tersebut.

3. Ingatan Selektif

Orang cenderung akan melupakan banyak hal yang mereka

pelajari, namum akan cenderung mengingat informasi yang

mendukung pandangan dan keyakinaan mereka. Artinya orang akan

mengigat hal-hal yang berkesan di benaknya karena mungkin hal itu

sejalan dengan yang iya yakini. Teknik visualisasi yang mampu

menyentuh emotional target dengan memberi kesan tersendiri akan

ingatan selektif di benak konsumen.

Akhirnya proses akhir dari suatu perencanaan strategi

penyampaiaan pesan periklanaan ialah respon yang diinginkan yaitu

pada penelitian ini ialah pembentukan brand image.

5. Teori Brand image (Kerangka Ekuitas Merek)


Untuk mengetahui bagaimana suatu brand image terbentuk

sebelumnya akan dijelaskan melalui kerangka ekuitas merek yang

dikemukakan oleh Terence A Shimp dalam bukunya untuk menguraikan

secara mendalam tiap-tiap dimensinya

[29]

PENGETAHUAN AKAN MEREK

Citra Merek Kesadaran

Akan
Merek

Dukungan Kekuatan, Jenis-jenis Asosiasi Kemampuan untuk Pengenalan


dan Keunikan Asosiasi Merek mengigat Merek terhadap Merek

Merek

Evaluasi keseluruhan Manfaat Atribut


(sikap)
Pengalaman Simbolis fungsional

Hal-hal yang berhubungan Hal-hal yang tidak


dengan produk (contoh warna, berhubungan dengan
ukuran, desain) produk (contoh harga,

kemasan, pemakaian
,

Dari bagan diatas menunjukan Pengetahuan Akan Merek memiliki

dua dimensi yaitu: Kesadaran akan merek dan juga Citra Merek.

Kesadaran merek merupakan kemampuan sebuah merek untuk muncul

dalam benak konsumen ketika mereka sedang memikirkan kategori

produk tertentu dan seberapa mudahnya nama tersebut dimunculkan.

Kesadaran akan merek memiliki dua tingkatan yaitu: kenal akan merek

dan mampu mengingat merek. Kenal akan merek (brand recognation)

mencerminkan tingkat kesadaran yang cenderung dangkal, sedangkan

kemampuan untuk mengingat merek (brand recall) mencerminkan

kesadaran yang lebih dalam.

Dimensi kedua dari pengetahuan akan merek ialah Citra Merek.

Citra Merek (brand image) dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang

muncul dibenak konsumen ketika mengigat sebuah merek tertentu.

Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk

pemikiraan atau citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek, merek

tersebut dihubungkan dengan pemikiran atau asosiasi tertentu dalam


memori kita. Seperti diperlihatkan pada bagan diatas asosiasi tersebut

dapat dikonseptualisasi berdasarkan Jenis-jenis Asosiasi Merek dan

Dukungan Kekuatan dan Keunikan Asosiasi Merek. Dan jenis-jenis

asosiasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :[30]

1. Product Attributes
Sebuah brand bisa memunculkan sejumlah atribut produk
tertentu dalam pikiran konsumen yang mengingatkannya pada
karakteristik brand tersebut.
2. Consumer Benefit
Sebuah brand harus bisa memberikan suatu nilai tersendiri bagi
konsumennya yang akan dilihat oleh konsumen sebagai manfaat yang
diperolehnya ketika dia membeli atau mengkonsumsi produk tersebut.
Consumer benefit terdiri dari:
- Functional benefit
Merupakan serangkaian benefit yang didapatkan karena produk
dapat melaksanakan fungsi utamanya.
- Emotional benefit
Merupakan serangkaian benefit yang didapatkan karena produk
dapat memberikan perasaan yang positif kepada konsumen.
- Self-Expressive benefit
Merupakan serangkaian benefit yang didapatkan ketika sebuah
brand dianggap bisa mewakili ekspresi pribadi seseorang.
Konsumen seringkali menghubungkan ekspresi pribadinya dengan
endorser yang digunakan dalam iklan.
3. Brand Personality
Brand personality dapat didefinisikan sebagai perangkat
karakter personal yang akan diasosiasikan konsumen terhadap suatu
brand tertentu.
4. User Imagery
User imagery dapat didefinisikan sebagai serangkaian
karakteristik manusia yang diasosiasikan dengan ciri-ciri tipikal dari
konsumen yang menggunakan brand ini.
5. Organizational Association
Konsumen seringkali menghubungkan produk yang dibelinya
dengan kredibilitas perusahaan yang memproduksinya. Hal ini
kemudian mempengaruhi persepsinya terhadap sebuah brand yang
dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
6. Brand Customer Relationship
Sebuah brand harus bisa menciptakan hubungan dengan
konsumennya. Hal ini bisa diukur dengan tujuh dimensi, yaitu:
a. Behavioral Interdependence, misalnya konsumen merasa
tergantung pada brand X.
b. Personnal Commitment, misalnya konsumen merasa loyal
terhadap brand X.
c. Love and Passion, misalnya konsumen akan merasa kecewa
apabila tidak menggunakan brand X.
d. Nostalgic Connection, misalnya brand X mengingatkan
konsumen akan suatu kenangan di massa lalu.
e. Self-concept Connection, misalnya brand X mengingatkan
konsumen akan dirinya sendiri.
f. Intimacy, misalnya konsumen merasa familiar (sangat dekat)
dengan brand X.
g. Partner Quality, misalnya konsumen merasa brand X dapat
mengerti
kebutuhan.

C. Hipotesis

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian.”[31] Maksud dari pengertian diatas adalah hipotesis merupakan

jawaban yang masih bersifat sementara karena masih perlu diuji

kebenarannya dan jawaban yang diberikan masih berdasarkan pada teori

yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh

melalui pengumpulan data.

1. Hippotesis Teoritis penelitian :

Terdapat Pengaruh Iklan Produk Kecantikan Terhadap Brand

Image pada Remaja Siswi SMU Negri 1 Pamulang (Analisis Terhadap

Iklan Biore Versi Re Born Skin Dan Iklan Clean and Clear Versi Internet.

2. Hipotesis Statistik :

Ho :Tidak adanya pengaruh pesan iklan Biore dan Clean and

clear di Televisi terhadap Brand Image sebagai produk kecantikan

remaja siswi SMU Negri 1 Pamulang.


Ha : Adanya pengaruh pesan pesan iklan Biore dan Clean and

clear di Televisi terhadap Brand Image sebagai produk kecantikan remaja

siswi SMU Negri 1 Pamulang.

D. Kerangka Konsep

Menurut Kerlinger “Konsep adalah abtraksi yang dibentuk dengan

menggeneralisasikan hal-hal yang khusus.”[32] Peranan konsep dalam

penelitian sangat besar karena dia adalah yang menghubungkan dunia teori

dan dunia observasi, antara abstraksi dan realitas.

Masri Singarimbun mendefinisikan konsep adalah “Abstraksi mengenai

suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah

karakteristik kejadian, keadaan kelompok atau individu tertentu.”[33]

Kerangka konsep membantu dalam menggambarkan hubungan

konsep yang diteliti. Kerangka konsep juga mendukung atau menjelaskan

latar belakang gambaran singkat dari penelitian, hal ini agar konsep dapat

diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dan diubah menjadi

variabel.

Dalam kaitannya tersebut penulis menggunakan beberapa variabel

yang menjadi fokus untuk diamati. Variabel – variabel tersebut adalah :

1. Variabel Bebas (Independen)

Variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variable

lain.”[34]
Variabel X-nya dari penelitian ini adalah iklan Biore versi Re Born Skin

dan Clean and clear versi Internet di Televisi di Televisi

2. Variabel Terikat (Dependen)

Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variable bebas. [35] Brand Image remaja SMU Negri 1 Pamulang.

Teknik visualisasi yang ada pada suatu pesan iklan dapat sangat

mempengaruhi konsumen yang menontonnya. Apalagi iklan tersebut

membuat perbedaan teknik visualisasi dengan kompetitornya, didalam

perbedaan tersebut terlihat sekali adanya image yang ingin di bentuk oleh

iklan tersebut pemilihan teknik visualisasi yang benar dan sesuai dengan

karakteristik target akan membuat isi pesan iklan itu lebih mudah dimengerti

dan membuat iklan tersebut memiliki kesan tertentu saat khalayak

melihatnya, kesan tersebut akan membekas di benak targetnya yang

nantinya akan membentuk image khusus bagi targetnya. Penelitiaan yang

peneliti teliti mengkhuskan pada dua teknik visualisasi sebagai variable x

yaitu teknik visualisasi demonstrasi dengan dimensi cara pemakaian, cara

kerja, dan hasil yang diperoleh dan silce of life dengan dimensi keadaan sulit,

pemecahaan ,dan kebahagiaan, namun pada penelitian ini dimensi cara kerja

pada variabel teknik visualisasi demonstrasi tidak digunakan karena di

sesuaikan dengan iklan yang peneliti teliti.

Sesuai dengan variable terikat atau biasa disebut sebagai variable-Y

yang penulis teliti yaitu brand image yang di bentuk oleh kedua iklan dapat

dikatakan bahwa adanya suatu teknik visualisasi pada penyampaiaan pesan


iklan tersebut yang dapat mempengaruhi pembentukan image produk, seperti

pembentukan brand image sebagai produk kecantikaan remaja. Namun

dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk mengetahui seberapa kuat

pengaruh pesan iklan lewat perbedaan teknik visualisasinya terhadap aspek

pembentukaan Brand image khalayak sasarannya.

Sehubungan dengan penjelasan diatas, maka kerangka konsep

penelitian ini dapat dilihat dalam sebaga berikut :

Tabel Opeasional Konsep

Iklan Produk Kecantikan Brand Image

Dimensi Indikator Dimensi Indikator


1. Demonstrasi Product Attributes Karakteristik produk
Perbedaan produk
Gambar dan text yang Consumer benefit
Cara memperlihat (emotional Fungsi produk
Pemaikaan kan suatu produk di pakai. benefit) Simbol produk
Pengalaman menggunakan
Brand Personality produk

User Imagery Asosiasi produk ( perangkat


karakter personal )
Gambar dan text yang
menunjukan hasil yang di Asosiasi produk ( tipikal
Hasil yang diperoleh dapat saat memakai produk konsumen yang menggunakan
Organizational produk )
Association

Hubungan produk dengan


2 . Slace of Life perusahaan yang
Cerita dan gambar yang Brand Customer memproduksinya
memperlihatkan Relationship
Keadaan Sulit permasalahaan atau keadaan
sulit. Hubungan dengan konsumen

Animasi dan text yang


menjelaskan
Pemecahan pemecahan dari suatu
permasalahaan.

Gambar yang menampilkan


kebahagiaan-kebahagiaan
Kebahagiaan yang di dapat setelah
menggunakan produk

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini berusaha untuk menjelaskan hubungan antara variabel-

variabel lebih mendalam dan lebih akurat melalui pengujian hipotesa, dengan

menganalisa gejala-gejala yang terdapat pada pesan iklan Biore dan Clean
and clear yang menggunakan teknik visualisasi demonstrasi dan silce of life

di televisi hingga pengaruhnya terhadap pembentukan brand image sebagai

produk kecantikan remaja. Sedangkan untuk menjelaskan bagaimana sampel

diambil dari populasi yang besar, agar data dari sampel tersebut dapat

dipelajari dan dihitung maka digunakan metode survey.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian eksplanatif.

Penelitian eksplanatif adalah suatu bentuk penelitian yang dapat menguji

hubungan antara dua variabel atau lebih untuk mengetahui apakah sesuatu

variabel disebabkan atau dipengaruhi oleh variabel lainnya.”[36]

Metode penelitian survey menurut Masri Singarimbun adalah

“Penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. “[37] Dalam metode

survey, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan

kuesioner, umumnya pengertian survey dibatasi pada penelitian yang

datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh

populasi, dalam penelitian ini populasinya adalah siswa-siswi SMU Negri 1

Pamulang Tanggerang.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan di SMU Negri 1 Pamulang Tanggerang.

C. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.[38] Populasi dalam

peneltian ini adalah siswi SMU Negri 1 Pamulang karena remaja khususnya

remaja putri yang suka sekali menghabiskan waktunya di televisi dan

memperhatikan segala sesuatu yang berhubungan dengan diri dan

pergaulannya sehingga iklan-iklan produk kecantikan sudah pasti tidak luput

dari perhatiaan mereka.

Penulis menetapkan populasi terhadap siswi SMU Negri 1 Pamulang

berjumlah 82 orang. Populasi yang dimaksud adalah siswi yang cenderung

mempunyai banyak waktu untuk menonton televisi.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah wakil (dari populasi). Jika jumlah sampel sama dengan

jumlah populasi, maka penelitian itu disebut sensus. Tetapi seringkali terjadi,

jumlah sampel yang diambil jauh lebih sedikit daripada jumlah populasinya.

[39] Jadi sampel merupakan sebagian dari populasi yang menjadi sumber

data sebenarnya dalam suatu penelitian.

Untuk mempermudah dalam menentukan sampel dalam penelitian ini

maka penulis menggunakan tehnik pengambilan sampel simple random

sampling. “Dikatakan simpel (sederhana) karena cara pengambilan ampel

dari semua anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan


strata yang ada dalam anggota populasi itu.[40] Untuk itu yang djadikan

sampel adalah siswi SMU Negri 1 Pamulang Tanggerang.

Untuk mempermudah dalam menentukan jumlah sampel, peneliti

menggunakan rumus Taro Yamane dengan tingkat kepercayaan 95% dan

presisi ditetapkan +10%, yakni sebagai berikut:

[41]
N
n = ---------
Nd²+1

Keterangan :
N : Populasi
n : Sampel
d : Presisi
Jumlah seluruh siswa dan siswi adalah 900 tetapi karena peneliti

hanya meneliti remaja putri jadi dapat djabarkan sebagai berikut

Siswa = 449

Siswi = Kelas X 138


Kelas XII 148 = Jadi jumlah siswi 451
Kelas XIII 165 +
900
Jadi N
n= ---------
Nd²+1

n= 451

451(0,1)²+1

n= 451
5,51

n= 81,8531

Jadi jumlah sample dari keseluruhan populasi yang telah

ditentukan adalah 81,8531 atau dibulatkan menjadi 82 siswi.

E. Teknik Pengumpulan Data

a. Kuesioner

Menurut Onong U. Effendy, Kuesioner adalah daftar pertanyaan

yang diajukan peneliti kepada responden.[42] Sedangkan menurut Kartini

kartono adalah:

“Sesuatu penyelidikan mengenai suatu masalah yang umumnya

banyak menyangkut kepentingan umum dilakukan dengan jalan

mengedarkan formulir berupa daftar pertanyaan, diajukan secara tertulis

kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan jawaban (tanggapan respon)

tertulis seperlunya”.[43]
Kesimpulan : Kusioner adalah, Sesuatu penyelidikan mengenai

suatu masalah yang bersangkutan dengan kepentingan umum dengan

cara memberikan daftar pertanyaan yang diajukan peneliti kepada

responden.

b. Studi Kepustakaan

Jalaludin Rakhmat menyatakan bahwa studi kepustakaan digunakan untuk

memberikan dasar teoritis bagi peneliti. Tujuan tinjauan kepustakaan

adalah menghubungkan penelitian dengan konteks penelitian yang lebih

luas.

Pada studi kepustakaan, data sekunder diperoleh dari sumber-sumber

berupa buku-buku di perpustakaan dengan maksud untuk referensi dalam

penyusunan penulisan skripsi ini.

F. Teknik Analisis Data

Analisa data adalah kegiatan untuk memanfaatkan data sehingga

dapat diperoleh suatu kebenaran atau tidak kebenaran suatu hipotesis atau

asumsi. Setelah data dikumpulkan dan dikelompokkan menurut

klasifikasinya, kemudian dianalisa secra eksplanatif kuantitatif.

Dalam penelitian, data yang telah diperoleh melalui proses pengisian

kuesioner maka selanjutnya dilakukan pengecekan dan pengolahan yang

diteliti satu persatu kelengkapan dan kebenaran penulisannya.

Dalam hal ini, menerapkan tentang mengevaluasi teknik visualisasi

demonstrasi dan silce of life yang ditampilkan oleh iklan biore dan Clean and
clear terhadap pembentukan brand image sebagai produk kecantikan remaja

dengan studi survey di kalangan siswi SMU Negri 1 Pamulang Tanggerang

dengan menggunakan analisis korelasi. “Hasil pengetesan dilapangan”

kemudian diuji dengan teknik statistik yang berupa teknik uji hubungan atau

yang dikenal dengan teknik korelasi. statistik yang dimaksudkan untuk

menguji ada tidaknya hubungan antar gejala – gejala tersebut.

Penelitian ini menggunakan skala data Likert, untuk dapat

memudahkan penulis menghitung nilai responden yang diperoleh menurut

Sugiyono: “…Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert

mempunyai gradasi sangat positif samapai sangat negatif, yang dapat

berupa kata-kata keperluan analisis kuantitatif.

Komposisi pilihan jawaban pada penelitian adalah sebagai berikut :

[44]
Jawaban Skor
Sangat setuju 5
Setuju 4
Teknik korelasi
Kurang setuju 3
Tidak setuju 2 dalam pengujian hipotesis
Sangat tidak setuju 1
menggunakan teknik

korelasi pearson product moment, teknik korelasi ini digunakan untuk mencari

hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variable bila data dua

variable berbentuk interval atau ratio dan sumber data dari dua variable atau

lebih yaitu sama.[45] Berikut ini adalah rumus sederhana yang dapat

digunakan untuk menghitung koefisien korelasi yaitu :

n Σ xy – (Σ x)( Σ y)
r= (n. Σ x² - (Σ x²) (n. Σ y ² -
(Σ y)²)

Keterangan :

r = Koefisien kolerasi
x = Variable bebas
y = Variable terikat
n = Sampel

Setelah itu analisis korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung

koefisien determinasi, dengan cara mengkuadratkan koefisien yang

ditemukan atau dengan lebih mudahnya dapat dilakukan melalui teknik

variable SPSS ( Statistic Package For Social Science ). Hasil yang didapat

menunjukan hubungan dari dua variable yang diteliti.

Tabel Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Korelasi


0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat[46]
Sedangkan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh iklan biore dan

clean and clear terhadap brand image remaja SMU Negri 1 Pamulang penulis

menggunakan persamaan regresi linier yaitu :

y = a + b x[47]

Dengan

Σ y - (Σ x²) - Σ x - Σ y
a =
n Σ x² - (Σ x²)

Σ xy-Σ xΣ y
b =
n Σ x² - (Σ x)²

Keterangan :

y = Variable terikat
x = Variable bebas
a = Nilai intercept
b = Koefisien arah regresi
n = Jumlah sample
Σ = Jumlah keseluruhan

[1]
Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Periklanan, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1992, hal.
20.
[2]
Frank Jefkins, Periklanan, Erlangga, Jakarta, 1995, hal. 8
[3]
Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan, PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2007, hal. 79-80
[4]
Prof. Drs Onong Uchjana Efendy, M.A, Kamus Komunikasi, Mandar Maju, Bandung, 1989, hal.
67
[5]
Rendra Widyatama, Pengantar Periklanan, Buana Pustaka Indonesia, Jakarta, 2005, hal. 15
[6]
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
Balai Pustaka, Jakarta, 2007, hal. 896
[7]
Ibid., hal. 193.
[8]
Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, PT Remaja Rosadakarya, Bandung,
2003, hal .83
[9]
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal.
14.
[10]
Onong Uchajana Effendy, Dinamika Komunikasi, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung ,1993,
hal. 2
[11]
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Rajawali Pers, Jakarta, 1998, hal.18
[12]
Hafied Cangara, op.cit, hal. 30-36.
[13]
Onong Uchajana Effendy, TV siaran dan praktek, Penerbit Alumni, Bandung , 1984, hal. 39
[14]
Jalaludin Rakhmat, Komunikasi Sosial di Indonesia, Bina Cipta, Bandung, 1980, hal. 1
[15]
Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan konsep dan aplikasinya di Indonesia, Pustaka
Umum Grafiti, 1995, hal. 9
[16]
J.B. Wahyudi, Media Komunikasi Massa televisi, Penerbit Alumni, Bandung, 1986, hal. 3
[17]
Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan konsep dan aplikasinya di Indonesia, Pustaka
Umum Grafiti, 1995, hal. 121-122
[18]
Bilson Simamora, Aura Merek, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta , 2003, hal. 3
[19]
A.B Susanto, himawan Wijanarko, Mizan, Power Branding “Membangun Brand yang
Legendaris “, Bandung , 2004, hal. 3
[20]
op Cit hal.80
[21]
Jean Noel Kapferer, Strategic Brand Management” New Approaches to Creating and
Evaluating Brand Eguity”, The Free Press, New York , 1992, hal.37-39
[22]
Jalaludin Rakhmat, Op. Cit., hal. 6
[23]
H. Hadari Namawi dan H. M. Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial Yogyakarta :
Gajah Mada University Press, 1995 )
[24]
S. Djuarsa Sendjaja, Ph.D.,dkk, Teori komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta , 2002, hal. 71
[25]
Ibid, hal. 73
[26]
Ibid, hal. 51
[27]
Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Periklanaan,PT.Aditya Bakri, Bandung , 1992, hal.153
[28]
Rhenald Kasali, Manajemen Public Relation, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama Grafis, 2005,
hal.23
[29]
Terence A Shimp, Periklanaan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu, Erlangga,
Jakarta , 2003 hal.10
[30]
http://www.b0chun.com/blog/2008/12/page/2/
[31]
Frank Jefkins, Periklanan Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, 1997, hal. 83
[32]
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999,
hal. 12
[33]
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2000, hal. 12
[34]
Jalaludin Rakhmat, Ibid
[35]
Sugiyono, Sistematika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, 2000, hal. 2-3
[36]
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, PT. Rajawali Pers, Jakarta , 1992, hal.21
[37]
Masri Singarimbun, Sofian Effendi (Editor), Metode Peneltian Survey, Edisi Revisi, PT.
Pustaka LP3ES, Jakarta, hal. 3

[38]
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, 2001, hal. 55
[39]
Sugiyono, Ibid
[40]
Sugiyono, Ibid., hal. 59
[41]
Jalaluddin Rakhmat, op.cit. 82
[42]
Kartini, Kartono, Metodologi Riset Sosial, Mandar Maju, Bandung, 1996, hal. 21
[43]
Kartini, Kartono, Ibid., hal. 217
[44]
Sugioono, Metode Penelitiaan Administrasi, Alfabeta, Bandun, 2002 hal.107
[45]
Ardy Karsadi, Metode Penelitian Sosial dan Bisnis, Jakarta, hal. 179.
[46]
Sugiono, Statistik Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung , 2001, hal.148
[47]
Husein Umar, Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, PT Gramedia Pustaka, Jakarta ,
2001, hal. 177
Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang!

Anda mungkin juga menyukai