Anda di halaman 1dari 14

MENYINGKAP MAKNA PESAN DALAM IKLAN TEH

SARIWANGI VERSI “SAATNYA UNTUK BICARA”


SEBUAH KAJIAN SEMIOTIKA BARTHES

Disusun oleh :

NAMA : DESTRI RAMADHANA


NIM 1800030034
MATA KULIAH : KOMUNIKASI VISUAL

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2021
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan dunia modern kita saat ini sangat tergantung pada
iklan. Tanpa iklan para produsen dan distributor tidak akan dapat
menjual barangnya, sedangkan di sisi lain para pembeli tidak akan
memiliki informasi yang memadai mengenai produk-produk barang
dan jasa yang tersedia di pasar. Bagi sebagian perusahaan iklan
melalui media televisi menjadi alternatif pilihan yang menarik karena
selain jangkauannya luas, juga adanya unsur hiburan yang sangat
mendukung pembentukan persepsi konsumen terhadap suatu produk.
Dari perspektif pembangunan merek, iklan televisi memiliki dua
kekuatan yang sangat penting. Pertama, ia dapat menjadi sarana
efektif yang menunjukkan secara langsung atribut-atribut produk dan
menjelaskan manfaat-manfaat produk yang berhubungan dengan
konsumen. Sedangkan yang kedua, iklan televisi menjadi sarana yang
mendorong untuk secara dramatis memotret pengguna, gambaran
penggunaan, kepribadian merek serta hal-hal tak terwujud lainnya
dari merek tersebut (Kotler, 2008)
Pemirsa televisi setiap hari disuguhi berbagai macam tayangan
program televisi baik berita maupun non berita. Di sela-sela tayangan
program acara tersebut, pemirsa televisi juga akan mendapatkan
tayangan berbagai macam iklan yang tujuannya untuk menawarkan
berbagai macam barang dan jasa (Afdjani dan Soemirat, 2010).
Sebuah produk atau jasa yang sukses di pasar harus tercatat
dalam ingatan konsumen yang mempercayainya. Sebab itu mau tidak
mau periklanan harus berpijak pada pasar. Pemasar harus mencari
cara yang efektif agar sebuah informasi yang benar dari produk dapat
sampai ke konsumen dan mampu memenuhi kebutuhan, keinginan,
dan kepuasan konsumen. Dalam hal ini periklanan mempunyai tugas
yang tidak ringan (Indriarto, 2012).
Iklan yang efektif adalah sebuah iklan yang bersifat dapat
membujuk masyarakat tertarik untuk mencoba produk yang
ditawarkan. Suatu iklan yang efektif juga dapat berdampak kepada
pembelian, pengingatan dan persuasi dari para konsumen. Apabila
kegiatan periklanan telah dilakukan maka dalam jangka panjang
atau jangka pendek akan terlihat sejauh mana merek dari produk
yang diiklankan diterima oleh masyarakat. Masyarakat yang tertarik
pada saat melihat iklan dari suatu produk maka akan dilakukan
pembelian dan dapat menjadi konsumen tetap.
Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi yang
menggunakan bermacam-macam sarana agar dapat mempengaruhi
para penonton (audience), agar tujuan utama dibuatnya suatu iklan
dapat tercapai dengan hasil yang maksimal. Misalnya dalam suatu
periklanan produk yang diiklankan dapat meningkat (Zulkifli.
2015).
Salah satu iklan yang menarik untuk diperhatikan adalah iklan
“teh sariwangi”. Apa yang ditawarkan dari sebuah minuman teh?.
Tentu saja citarasa teh yang khas dan manfaat bagi kesehatan yang
dipercaya selama lintas generasi. Dari beragam jenis teh yang ada di
pasaran, memang ada beberapa yang diyakini mampu membantu
dalam proses diet misalnya teh hijau. Lalu apa istimewanya teh celup
yang ditawarkan sariwangi?. Boleh dibilang yang istimewa hanyalah
pada iklan dan kemasannya dalam bentuk celup, sementara teh
lazimnya disajikan dalam bentuk teh tubruk (Indriarto, 2012 ).
Sariwangi mengambil sisi yang berbeda dari sebuah teh.
Positioning-nya tidak semata-mata consumers goods biasa. Produk ini
masuk kedalam budaya dan perilaku masyarakat Indonesia yang gemar
ngumpul-ngumpul. Hal inilah yang dibidik oleh sariwangi. Dalam
sebuah komunitas atau keluarga, sariwangi hadir ditengahtengah
sebagai elemen penyatu sekaligus penghangat (Unilever.co.id).
Sariwangi menempatkan diri sebagai sebuah produk yang enak
dikonsumsi bersama-sama secara akrab. Teh menyatukan mereka yang
berbeda dalam. satu meja dan memberi ruang bagi masingmasing
pihak yang berbeda untuk berbicara, menjadi eksis dan menunjukkan
siapa mereka. Sedangkan disisi lain, satu pihak juga diposisikan untuk
mendengarkan dan terbuka (Indriarto, 2012).
Cerita yang sederhana, tetapi sangat menggugah tergambar jelas
dalam tayangan iklan teh sari wangi versi “Saatnya untuk bicara”.
Mungkin tanpa sadar kita juga pernah mengalaminya di rumah.
Tergambar dengan jelas suasana yang harmonis antara suami dan istri
dalam berkomunikasi satu sama lainnya.
Teh sari wangi sendiri merupakan merek lokal Indonesia yang
diperkenalkan tahun 1973 dalam format teh celup- suatu cara modern
untuk minum teh yang berbeda dengan teh tubruk. Sari Wangi hadir
sebagai merek teh celup yang menginspirasi keluarga Indonesia untuk
terus menjaga hubungan antara suami dan istri, dengan berkomunikasi
dan mengutarakan keinginannya masing-masing sehingga tidak terjadi
kesalahpaham diantara keduanya.
Persepsi masyarakat pemirsa terhadap iklan dipengaruhi oleh
banyak hal, diantaranya adalah karakteristik individu yang membuat
persepsi. Oleh karena itu, bagaimana efektivitas iklan teh sariwangi
menarik untuk diteliti. Hal ini lah yang menjadi latar belakang
penelitian dengan judul “Makna Pesan Dalam Iklan teh sari wangi
Versi “saatnya untuk bicara”
TINJAUAN PUSTAKA
A. Periklanan
1. Pengertian Periklanan
Iklan adalah bagian dari bauran promosi (promotion mix)
dan bauran promosi adalah bagian dari bauran pemasaran
(marketing mix). Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai
pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada
masyarakat lewat suatu media. Sedangkan periklanan
(advertising) adalah segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor
untuk melakukan presentasi dan promosi nonpribadi dalam bentuk
gagasan, barang atau jasa (Amstrong and Kotler, 2002).
Dalam periklanan bahasa yang digunakan memiliki ciri
pokok, yaitu meraih tujuan sebagaimana yang dikehendaki oleh
pengiklan. Apapun macam bahasa yang digunakan dan
bagaimanapun struktur serta gaya pesan yang digunakan dalam
sebuah iklan, yang jelas pesan tersebut mampu serta dapat
mewujudkan tujuan iklan dan sebisa mungkin dapat
mengkomunikasikan bahasa dengan baik sesuai dengan norma
yang disampaikan dari produsen, yaitu pihak penghasil produk
(yang bertindak sebagai komunikator) kepada konsumennya (yang
bertindak sebagai khalayak penerima pesan, komunikan atau
audience-nya).
Bahasa iklan adalah bahasa yang sekurang-kurangnya
terdapat dua hal, yaitu bentuk bahasa dan cara penyampaiannya.
Bentuk bahasa menyangkut fungsi dan konteks, sedangkan cara
penyampaiannya berkaitan dengan pemakaian bahasa yang
berkesan (Widyatama, 2011).
Dalam komunikasi periklanan, ia tidak hanya menggunakan
bahasa sebagai alatnya, tetapi juga alat komunikasi lainnya seperti
gambar, warna, dan bunyi. Iklan disampaikan melalui dua saluran
media massa, yaitu (1) media cetak (surat kabar, majalah, brosur,
dan papan iklan atau billboard dan (2) media elektronik (radio,
televisi, film). Pengirim pesan adalah, misalnya, penjual produk,
sedangkan penerimanya adalah khalayak ramai yang menjadi
sasaran.
Karena itu iklan tidak sekadar media komunikasi, namun
yang terpenting adalah muatan konsep komunikasi massa
yang terkandung di dalamnya, terlebih lagi konsep itu harus
mampu mewakili maksud produsen untuk mempublikasikan
produk-produknya, serta konsep tersebut harus dipahami oleh
pemirsa sebagaimana yang di maksud oleh si pencipta iklan
tersebut.
2. Tujuan Periklanan
Iklan dibuat dengan tujuan sebagai media untuk mendorong
hard sell yang bagus. Untuk mencapai hal ini, secara minimal
iklan harus mempunyai kekuatan untuk mendorong,
mengarahkan, dan membujuk khalayak untuk mengakui
kebenaran pesan dari iklan, dan secara maksimal dapat
mempengaruhi kesadaran khalayak untuk mengkonsumsi produk
dan jasa yang diiklankan. Menurut Junaedi (2013) tujuan iklan
yaitu:.
a. Sebagai media informasi Iklan ditujukan untuk
menginformasikan suatu produk barang dan jasa kepada
khalayak. Tidak hanya dalam produk tetapi juga hal lainnya.
b. Untuk Mempengaruhi konsumen Iklan dapat mengarahkan
konsumen untuk mengkonsumsi produk barang atau jasa
tertentu, atau mengubah sikap agar sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh pengiklan.
c. Untuk mengingatkan konsumen Iklan ditujukan agar konsumen
selalu mengingat produk tertentu sehingga tetap setia
mengkonsumsinya..
B. Teori Semiotika
1. Pengertian Semiotika

Semiotika merupakan suatu ilmu atau metode analisis untuk


mengkaji tanda dan segala hal yang berhubungan dengan tanda.
Kata ‘semiotik” sendiri berasal dari bahasa Yunani, semeion yang
berarti “tanda” atau seme, yang berarti “penafsir” tanda.
Contohnya, asap yang membumbung tinggi menandai adanya api.
Semiotika berusaha menjelaskan jalinan tanda atau ilmu tentang
tanda; secara sistematik menjelaskan esensi, ciri-ciri, dan
bentuk suatu tanda, serta proses signifikasi yang menyertainya
(Alex Sobur, 2004).
Secara sederhana semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda.
Semiotika mempelajari tentang sistem-sistem, aturan-aturan,
konvensi- konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut
mempunyai arti (Kriyantono, 2007). Semiotik berupaya
menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi di
balik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena sistem tanda
sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda
tersebut.
Menurut Peirce, sebuah tanda itu mengacu pada sebuah
acuan dan pemaknaan adalah fungsi utamanya. Hal ini sesuai
dengan definisi dari tanda itu sendiri, yaitu sebagai sesuatu
yang memiliki bentuk fisik, dan harus merujuk pada sesuatu
yang lain. Dari tanda tersebut Peirce ingin mengidentifikasikan
partikel dasar dari tanda dan menggabungkannya kembali semua
komponen ke dalam struktur tunggal. Peirce menggunakan teori
segitiga makna (triangle meaning) yang terdiri atas : (Rachmat,
2006). a.Sign (tanda) adalah sesuatu fisik yang dapat ditangkap
oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk
(mepemaknaankan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Acuan tanda
ini disebut objek.
b.Object (objek) adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari
tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. c. Interpretant
(interpretan) adalah konsep pemikiran dari orang yang
menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna yang
ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah
tanda.

Berdasarkan lingkup pembahasannya, semiotika dibedakan atas


tiga macam berikut (Vera 2014) :
a. Semiotika Murni (Pure)
Pure semiotic membahas tentang filosofis semiotika, yaitu
berkaitan dengan metabahasa, dalam arti hakikat bahasa secara
universal. Misalnya, pembahasan tentang hakikat bahasa
sebagaimana dikembangkan oleh Saussure dan pierce.
b. Semiotika Deskriptif (Descriptive)
Descriptive semiotic adalah lingkup semiotika yang membahas
tentang semiotika tertentu, misalnya sistem tanda tertentu atau
bahasa tertentu, secara deskriptif.
c. Semiotika Terapan (Applied)
Applied semiotic adalah lingkup semiotika yang membahas
tentang penerapan semiotika pada bidang atau konteks
tertentu, misalnya dengan kaitanya sistem tanda sosial, sastra,
komunikasi, periklanan, dan lain sebagainya.
Dalam buku penelitian kualitatif yang ditulis oleh Burhan
Bungin (2010), pada umumnya ada tiga masalah yang hendak
diulas dalam analisis semiotik yaitu :
a. Masalah makna (the problem of meaning).
b. Masalah tindakan (the problem of action) atau pengetahuan
tentang bagaimana memperoleh sesuatu melalui pembicaraan.
c. Masalah koherensi (problem of coherence) yang
menggambarkan bagaimana membentuk suatu pola
pembicaraan masuk akal (logic) dan dapat dimengerti
(sensible).

Pembahasan
A. Makna Pesan dalam Iklan Teh Sariwangi Versi Saatnya Untuk
Bicara

Iklan televisi Teh Sariwangi versi saatnya untuk bicara dalam


konteks makna dapat diamati sebagai suatu upaya menyampaikan
pesan dengan menggunakan perangkat tanda dalam suatu sistem. Iklan
Teh Sariwangi versi saatnya untuk bicara masih diperlukan adanya
pemaknaan lebih lanjut, sehingga konsumen jelas dalam menafsirkan
maksud dari iklan tersebut. Permasalahan dalam pemaknaan iklan ini
misalnya tujuan dari iklan yang mengajak pada konsumen untuk
berbagai dengan cara melakukan pembelian teh sariwangi.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui makna yang
berbentuk dalam iklan Teh Sariwangi versi saatnya untuk bicara di
televisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : lokasi dalamm
iklan Teh Sariwangi versi saatnya untuk bicara terbagi menjadi
beberapa bagian yaitu ; ruang terbuka dan tertutup. Pada ruang
tertutup yaitu dalam rumah dan ruang terbuka berada di perjalanan
pulang menuju kerumah.
Lokasi terbuka yaitu dimana sepasang suami dn istri dalam perjalanan
menuju kerumah mereka,lalu sang suami memberitahukan kabar
gembira kepada istrinya bahwa dirinya di berikan promosi jabatan di
perusahaannya sehingga penghasilannya pun meningkat, dan istrinya
tersebut diminta untuk tidak bekerja lagi, sementara istrinya hanya
terdiam mendengar cerita tersebut, sebenarnya dia ingin mengutarakan
isi hatinya, tapi dia tidak mampu untuk berbicara, karena tidak kondisi
keadaan dan waktu yang tidak tepat.
Diruang tertutup : pada saat setibanya di rumah, sang istri lalu
langsung menyediakan teh sari wangi untuk suaminya yang duduk
santai diruang tamu, sambil minum teh sariwangi, sang istri
mengungkapkan pendapatnya kalau dia masih ingin terus bekerja
karena ingin membantu suaminya dan juga untuk kepentingan mereka
dan anak-anaknya.
1. Makna Denotasi
Pada lapisan denotasi dapat dilihat bahwa setting waktu terjadi
pada siang hari. Situasi digambarkan menunjukkan sepasang
suami istri sedang berkomunikasi tentang keadaan perekonomian
mereka yang bertambah baik.
2. Makna Konotasi
Dalam iklan ini, elemen-elemen verbal dan visual yang ada,
seperti beragam penampilan aktor, pemilihan latar dan properti,
preferensi kombinasi warna, serta ide atau gagasan yang
disampaikan melalui elemen verbal pada dasarnya memiliki
makna konotasi beragam. Dalam iklan ini ditampilkan sebuah
cerita pada Teh Sariwangi versi saatnya untuk bicara terlihat
sepasang suami istri sedang berbicara padasaat perjalanan pulang
dan ketika dirumah. sehingga konsumen jelas dalam menafsirkan
maksud dari iklan tersebut. Permasalahan dalam pemaknaan iklan
ini misalnya tujuan dari iklan yang mengajak pada konsumen
untuk berani berkomunikasi atau berani mengungkapkan
keinginannya masing-masing antara suami dan istri selama
kegiatan tersebut sangat positif dan bermanfaat untuk kepentingan
bersama.
3. Mitos
Berdasarkan hasil analisis makna denotasi dan konotasi, dapat
dijelaskan bahwa iklan ini mengandung mitos bahwa berani untuk
bicara adalah merupakan tindakan tindakan yang sangat efektif
selamatindakan tersebut tidak merugikan pihak suami ataupun
istri. Dengan berkomunikasi sambil minum teh saringi
menciptakan suasana keharmonisan dan kedamaian di rumah
tangga tersebut. lokasi dalam iklan Teh Sariwangi versi saatnya
untuk bicara terbagi menjadi beberapa bagian yaitu ; ruang terbuka
dan tertutup. Lokasi terbuka yaitu dimana sepasang suami dn istri
dalam perjalanan menuju kerumah mereka,lalu sang suami
memberitahukan kabar gembira kepada istrinya bahwa dirinya di
berikan promosi jabatan di perusahaannya sehingga
penghasilannya pun meningkat, dan istrinya tersebut diminta
untuk tidak bekerja lagi, sementara istrinya hanya terdiam
mendengar cerita tersebut, sebenarnya dia ingin mengutarakan isi
hatinya, tapi dia tidak mampu untuk berbicara, karena tidak
kondisi keadaan dan waktu yang tidak tepat.

Diruang tertutup : pada saat setibanya di rumah, sang istri lalu


langsung menyediakan teh sari wangi untuk suaminya yang duduk
santai diruang tamu, sambil minum teh sariwangi, sang istri
mengungkapkan pendapatnya kalau dia masih ingin terus bekerja
karena ingin membantu suaminya dan juga untuk kepentingan
mereka dan anak-anaknya.
4. Distorsi
Iklan ini mendistorsi gagasan bahwa berani untuk berbicara dalam
hubungan suami istri dapat menciptakan keterbukaan satu sama
lainnya dengan komunikasi yang baik antara suami dan istri dapat
menciptakan suasana keluarga damai dan tentram.
PENUTUP
Kesimpulan
Elemen visual dan verbal dalam Teh Sariwangi versi saatnya untuk bicara
ini. Hal ini menandakan bahwa iklan produk teh sariwangi menawarkan solusi
berkomunikasi antara suami dan istri pada saat kondisi waktu dan tempat yang
terpat sehingga tercipta suasana yang kondusif. Lebih utama, iklan ini secara
dominan menyarankan konsep pencarian hasrat melalui beberapa penggunaan
properti, warna, serta narasi dalam scenes. Lebih jauh, iklan ini terindikasi
memiliki ideologi tersembunyi seperti telah secara implisit menawarkan berani
berbicara untuk hal yang positif sehingga dapat diterima oleh pasangan hidup kita
Dengan demikian, pajanan iklan teh sariwangi ini diyakini dapat
memengaruhi mentalitas serta psikologis konsumen dengan mendistorsi konsep
bahwa berani berbicara dalam berkeluarga untuk hal yang positif sehingga dapat
diterima oleh pasangan hidup kita.
Selain itu, mengingat bahwa lingkup penelitian ini hanya membahas
ideologi tersirat dalam suatu konten iklan teh berupa iklan di televisi, tanpa
membahas secara lebih mendalam dampak nyata pada psikologis para konsumen,
diharapkan penelitian selanjutnya dapat menyentuh elemen-elemen psikologis
para konsumen. Hal ini dapat dilakukan melalui penelitian yang lebih berorientasi
pada dampak langsung yang dirasakan khalayak umum, baik berupa survei
maupun pembagian angket.
DAFTAR PUSTAKA

Afdjani, Hadiono, (2010), “Makna Iklan Televisi : Studi Fenomenologi Pemirsa di Jakarta
Terhadap Iklan Televisi Minuman “Kuku Bima Energi Versi Kolam Susu”, Jurnal
Ilmu Komunikasi, Volume 8, hal. 96- 107

Alex. Sobur. 2004. Analisis Teks Media. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Amstrong, Gary & Kotler, P. 2002. Dasar-dasar Pemasaran. Jilid 1, Alih Bahasa
Alexander Sindoro dan Benyamin Molan. Jakarta: Penerbit Prenhalindo.

Indrianto, N. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi
Pertama. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

Junaedi, Fajar. (2013). Komunikasi Massa Pengantar Teoritis. Yogyakarta: Santusta

Widyatama, Rendra. 2011. Teknik menulis naskah iklan: agar tepat kena sasaran.
Cakrawala: Yogyakarta

Zulkifli. 2015. Kebijakan Harga Dalam Hubungannya Dengan Pengambilan Keputusan


Pembelian Suatu Produk. Jurnal Adminika Volume 1. No. 1, Januari – juni 2015
Lampiran

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai